Energy Report Executive Summary PDF
Energy Report Executive Summary PDF
karakteristik sumberdaya energi dan lokus, energy efficiency measures, and find ways to
agar dapat menjangkau dan memberikan stimulate investment in the oil and gas sector.
akses kepada seluruh wilayah dan setiap However, much more needs to be done and
anggota masyarakat Indonesia. will be done.
Pemerintah telah mengambil beberapa This Energy Sector White Paper is intended
langkah nyata dengan mengurangi subsidi to provide an in depth view of the sector; it
bahan bakar dan listrik, memberikan insentif identifies key opportunities for growth and
untuk energi terbarukan, menerapkan current constraints, and outlines priority
langkah-langkah efisiensi energi, dan interventions to be accomplished during the
mencari jalan untuk mendorong investasi RPJMN 2015-2019. It also outlines broad
sektor migas. Namun demikian, masih investment needs in the sector and proposes
banyak yang perlu dan akan dilakukan. a series of key performance indicators against
which progress may be monitored. It is
Buku Putih Energi ini dimaksudkan untuk our hope that this White Paper will benefit
memberikan gambaran tentang sektor the various energy sector stakeholders to
energi, peluang untuk pengembangan serta undertake the energy resilience priority
kendalanya dan prioritas yang perlu dilakukan actions to ensure the realization of energy
dalam periode RPJMN 2015-2019. Buku ini sovereignty.
juga menampilkan kebutuhan investasi dan
usulan indikator kinerja untuk mengukur We would like to express our appreciation and
kemajuan. Semoga Buku Putih Energi gratitude to the Asian Development Bank for
ini dapat memberikan manfaat bagi para their support and cooperation in preparing this
pemangku kepentingan untuk melaksanakan White Paper, and for all stakeholders for their
prioritas ketahanan energi dalam rangka valuable contributions in the development of
mewujudkan kedaulatan energi nasional. this White Paper.
2 Dr. Ir. Rr. Endah Murniningtyas, M.Sc. Ir. Montty Giriana, M.Sc., MCP, Ph.D.
Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Deputi Bidang Koordinasi Energi dan
Lingkungan - Kementerian Perencanaan Sumber Daya Mineral – Kementerian
Pembangunan Nasional/BAPPENAS Koordinator Bidang Perekonomian
Deputy Minister for Natural Resources and Deputy Minister for Energy and Mineral
Environment of Ministry of Development Resources of Coordinating Ministry of
Planning/BAPPENAS Economic Affairs
Laporan ini dikembangkan oleh tim This report was developed by a team of
konsultan dari Tusk Advisory (TUSK), yang consultants from Tusk Advisory (TUSK), which
beranggotakan Nicholas Morris, Dodi included Nicholas Morris, Dodi Miharjana,
Miharjana, Sagar Gubbi, Adelina Halim, Sagar Gubbi, Adelina Halim, Audi Prabowo
Audi Prabowo dan Dieter Napitupulu serta and Dieter Napitupulu with editorial
dukungan editorial dari Margaret Augusta. support from Margaret Augusta. TUSK was
TUSK dikontrak oleh Bank Pembangunan contracted by the Asian Development Bank
Asia (Asian Development Bank, ADB) (ADB) under TA-8484 (INO): Technical
dibawah TA-8484 (INO): Technical Assistance Cluster Management Facility
Assistance Cluster Management Facility Subproject-1, Sustainable Infrastructure
Subproject-1, Sustainable Infrastructure Assistance Program of the ADB, which is
Assistance Program dari ADB, yang didanai financed by the Department of Foreign
oleh Departemen Hubungan Luar Negeri Affairs and Trade (Previously AusAid),
dan Perdagangan (Department of Foreign Government of Australia. The Southeast
Affairs and Trade, DFAT; sebelumnya Asia Department Energy Division of ADB
AusAid), Pemerintah Australia. Dukungan supported the preparation of this report. Yuki
untuk laporan ini diberikan oleh Departemen Inoue and Maura Lillis (Consultants, ADB)
Energi Divisi Asia Tenggara ADB. Dukungan provided additional technical support.
teknis juga diberikan oleh Yuki Inoue dan
Maura Lillis (Konsultan ADB). TUSK is also grateful to the many individuals
from development agencies, who generously
TUSK juga mengucapkan terima kasih gave their time and expert input for the
atas bantuan rekan-rekan donor lainnya preparation of this study. In particular TUSK
yang telah memberikan waktu dan would like to thank David Braithwaite and
masukkan untuk persiapan studi ini. Secara David Aron (Indonesia Infrastructure Initiative
langsung, TUSK mengucapkan terima – Petroleum Development Consultants), Paul
kasih kepada David Braithwaite dan David Chambers (UK Embassy) Jeff Wilson (Dewan
Aron (Indonesia Infrastructure Initiative- Energi Nasional), Muchsin Qadir (World
Petroleum Development Consultants), Paul Bank), Sophie Salomon (Agence Francaise
Chambers (Kedutaan United Kingdom) Jeff de Developpement) and Juraku Masahiro
Wilson (Dewan Energi Nasional), Muchsin (Japan International Cooperation Agency).
Qadir (Bank Dunia), Sophie Salomon
(Agencie Francais Developpement) dan Finally, this work would not have been 3
Juraku Masahiro (Japan International possible without the guidance and support
Cooperation Agency). provided by the leadership at BAPPENAS
namely Dr. Lukita Dinarsyah Tuwo, Vice
Selanjutnya, laporan ini mampu tercapai Minister of BAPPENAS, Dr. Ir. Dedy Supriadi
karena dukungan yang diberikan oleh Priatna, Deputy Minister for Infrastructure of
pimpinan BAPPENAS terutama Bapak Dr. BAPPENAS and Dr. Ir. Endah Murniningtyas,
Lukita Dinarsyah Tuwo, Wakil Menteri Deputy Minister for Natural Resources and
BAPPENAS, Bapak Dr. Ir. Dedy Supriadi Environment of BAPPENAS. Additionally,
Priatna, Deputi Menteri Bidang Sarana dan we are very grateful for the collaborative
Prasarana BAPPENAS dan Ibu Dr. Ir. Endah spirit and technical support provided by
Murniningtyas, Deputi Menteri Bidang Dr. Ir. Montty Girianna (Formerly Director
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup of Energy, Mines, and Mineral Resources
BAPPENAS. Selain itu kami berterima of BAPPENAS and currently Deputy
kasih atas semangat dan bantuannya serta Minister for Energy and Mineral Resources
dukungan teknis dari Bapak Dr. Ir. Montty of the Coordinating Ministry of Economic
Girianna (Mantan Direktur Bidang Energi, Affairs), Ir. Jadhie Ardajat (Director of
Pertambangan, dan Sumber Daya Mineral Electricity, Telecommunications, and
BAPPENAS, kini Deputi Menteri Energi Informatics, BAPPENAS), Mr. Sunandar
dan Sumber Daya Mineral Kementrian (Head of Oil and Gas Sub-division,
Koordinator Perekenomian, Keuangan, dan BAPPENAS) and Mr. Andianto Haryoko
Industri), Bapak Ir. Jadhie Ardajat (Direktur (Head of Telecommunications Sub-division,
Bidang Ketenagalistrikan, Telekomunikasi, BAPPENAS).
dan Informatika BAPPENAS), Bapak
Sunandar (Kepala Sub Direktorat Bidang
Minyak dan Gas BAPPENAS) dan Bapak
Andianto Haryoko (Kepala Sub Direktorat
Telekomunikasi BAPPENAS).
Laporan lengkap dapat diunduh dari The full report can be downloaded from
Website Resmi Bappenas http://www. the Bappenas Official Website http://www.
bappenas.go.id dan website TUSK di http:// bappenas.go.id and the TUSK website
www.tuskadvisory.com/publications/ http://www.tuskadvisory.com/publications/
energyreport2014 energyreport2014
pemangku kepentingan. Laporan ini and long term results. It is not intended
merupakan evaluasi kritis terhadap to be an in-depth review of any of
kondisi sektor energi Indonesia dengan the energy sub-sectors or issues per
tujuan mengidentifikasi tantangan se. References to additional sources
dan kendala, menujukan wilayah of information and reports have been
yang memerlukan intervensi strategis, highlighted throughout the paper for
merancang strategi dan intervensi the reader’s benefit.
khusus yang dapat berdampak positif
dalam jangka pendek, menengah Strategic Energy Sector Review
dan panjang. White paper ini tidak 7. Indonesia’s energy sector is complex,
dimaksudkan sebagai sebuah laporan with widely varying energy demands
lengkap dan mendalam mengenai sektor throughout an archipelago of 17,000
energi dan sub-sektornya, atau berbagai islands, of which about 6,000 are
isu pada sektor ini, tetapi lebih untuk inhabited at different levels of
membantu pembaca dalam memahami population density and feature diverse
berbagai rujukan dan laporan-laporan economic activities. Indonesia’s
sektor energi yang ada. primary energy mix (in terms of total
primary energy supply or TPES) in
Tinjauan Strategis Sektor Energi 20123 was comprised of oil (46.7%),
7. Sektor energi Indonesia sangatlah coal (23.9%), natural gas (24.1%) and
kompleks, tertandai dengan ragam renewable energy (5.1%).
pola permintaan energi di negara yang
terdiri dari 17,000 pulau dimana 6,000 Oil and Gas
dihuni. Pola kepadatan penduduk 8. As an oil producing country, Indonesia
dan aktivitas perekonomian sangat has depended heavily on oil to
beragam. Bauran energi Indonesia fulfill its energy needs. However, oil
(dalam hal jumlah pasokan energi production has fallen steeply from 1.1
primer atau TPES) pada tahun 2012 million barrels per day (bpd) in 2008 to
terdiri dari minyak (46.7%), batu bara approximately 825,000 bpd in 2013,
(23.9%), gas bumi (24.1%) dan energi while oil consumption has climbed;
terbarukan (5.1%). reaching about 1.5-1.6 million bpd
in 2013. Indonesia’s domestic oil
Minyak dan Gas production is expected to continue to
8. Sebagai negara penghasil minyak, dwindle at least in the short-to-medium
Indonesia sangat tergantung kepada term, meaning that GOI’s target of
minyak untuk memenuhi keperluan enhancing domestic oil production to 7
energi. Produksi minyak telah merosot 1 million barrels per day by 2014 is
tajam dari 1.1 juta barel per hari unlikely to be met.
(barrels per day, bpd) pada tahun 9. In recent years, Indonesia has begun
2008 menjadi 825,000 bpd pada to rely increasingly on natural gas,
2013, sementara konsumsi minyak especially for power production.
meningkat; mencapai sekitar 1.5-1.6 However, this has not been without
juta bpd pada 2013. Produksi minyak challenges. As a key exporter of
Indonesia diperkirakan akan terus Liquefied Natural Gas (LNG) for
merosot pada jangkah pendek dan several decades, Indonesia has had
menengah. Ini berarti kemungkinan to balance its export obligations
besar sasaran penghasilan 1 juta bpd with increased demand within the
pada 2014 yang ditetapkan Pemerintah country. GOI’s national Energy Policy
Indonesia tidak akan tercapai. (Kebijakan Energi Nasional, KEN)
9. Dalam tahun-tahun terakhir ini, emphasizes meeting domestic demand
Indonesia semakin tergantung dari over exports going forward.
gas bumi; terutama untuk produksi 10. In the downstream gas sector, Indonesia
ketenagalistrikan. Meskipun demikian, has followed a policy of maintaining
tantangannya adalah menyeimbangkan low domestic gas prices to encourage
ekspor Gas Bumi Tercairkan (Liquefied large industrial consumers and power
Natural Gas, LNG) yang telah berjalan producers to switch from oil to gas.
selama beberapa dekade dengan Low domestic gas prices, together with
peningkatan kebutuhan dalam negeri. regulatory environment uncertainties,
Kebijakan Energi Nasional (KEN) kedepan prohibit producers from making further
mengutamakan pemenuhan kebutuhan investments. Another challenge in the
dalam negeri ketimbang ekspor. downstream gas sector is the distance
10. Pada sektor hilir gas bumi, between gas blocks and demand
Indonesia menerapkan kebijakan centers for domestic gas consumption.
mempertahankan harga domestik While Indonesia’s domestic production
yang rendah. Rendahnya harga of gas has remained steady in recent
domestik gas bumi, bersamaan years, production is not sufficient to
dengan ketidakpastian peraturan keep up with demand, and the country
mengakibatkan keengganan produsen has initiated imports of LNG, which
gas bumi untuk berinvestasi. Tantangan are expected to increase in the coming
lain yang dihadapi adalah jauhnya jarak years. Exploration of non-conventional
antara titik produksi gas dengan pusat- sources of gas, such as shale gas and
pusat pasar domestik. Sementara itu coal-bed methane (CBM), has been
produksi domestik gas Indonesia berada limited due to lack of investment
pada tingkat terendah selama bertahun- and low incentives, compounded by
tahun; produksi ini tidak mencukupi difficulty in getting the gas to market.
untuk memenuhi kebutuhan, sehingga
pemerintah mengambil initiatif untuk Coal
mengimpor LNG, dan ini diperkirakan 11. Indonesia is one of the world’s leading
akan meningkat terus dalam tahun- exporters of thermal coal with an
tahun akan datang. Eksplorasi LNG annual coal production of about
dari sumber-sumber non-konvensional, 420 million tons in 2013. Most of
8 seperti shale gas dan gas metana batu Indonesia’s currently known coal
bara (Coal Bed Methane, CBM), sangat reserves are located on the islands
terbatas karena kurangnya insentif of Sumatra and Kalimantan, with
untuk mendorong investasi; kondisi ini Kalimantan accounting for most of high
dipersulit oleh jauhnya sumber-sumber grade coal and Sumatra accounting
produksi gas dari pusat-pusat pasar. for most of the country’s low and
ultra-low-grade lignite (brown coal).
Batu Bara Indonesia’s high quality coal resources,
11. Indonesia merupakan salah satu 70% categorized as bituminous and
eksporter batu bara terbesar dunia sub-bituminous, are estimated at
dengan produksi batu bara yang 104.8 billion tons. Coal is also the
mencapai hampir 420 juta ton pada most important source of power
tahun 2013. Sebagian besar cadangan generation in the country, accounting
batu bara berada di pulau Sumatera dan for over 59% of the country’s capacity
Kalimantan. Kalimantan menghasilkan in 2012, and is expected to increase
batu bara dengan kalori tinggi, in prominence in the medium term.
sementara Sumatera menghasilkan Domestic utilization of coal suffers
batu bara dengan kalori lebih rendah, from several infrastructure bottlenecks,
termasuk browncoal. Cadangan batu such as limited port and rail transport
bara kalori tinggi (70% bituminous infrastructure from Kalimantan and
and sub-bituminous) diperkirakan Sumatra to the demand centers of Java-
mencapai 104,8 milyar ton. Batu bara Bali. In recent years, the government
juga merupakan sumber daya terpenting has stressed increased consumption
untuk membangkitkan tenaga listrik; of coal domestically and has put in
dan menyumbang lebih dari 59% measures, such as the capping of
dari seluruh kapasitas domestik pada annual domestic coal production to
tahun 2012. Diperkirakan, batu bara about 400 million tons and promoting
juga akan menjadi semakin penting “mine-mouth” plants, along with long-
dalam jangka menengah. Meski distance high-voltage transmission
demikian, pemakaian batu bara dalam lines to bring “coal-by-wire” from
negeri terkendala oleh hambatan mines in Sumatra to demand centers
keterbatasan prasarana pelabuhan dan in Java, Bali and even Malaysia. These
pengangkutan berupa rel kereta api dari efforts are yet to yield results and will
Kalimantan dan Sumatera ke tempat- need added attention in the near term.
tempat yang membutuhkannya di
pulau Jawa dan Bali. Dalam berberapa New and Renewable Energy
tahun terakhir ini, pemerintah 12. Renewable energy currently accounts
telah menekankan pentingnya for just about 5% of Indonesia’s
konsumsi batu bara domestik, dan primary energy supply. However,
juga membatasi produksi batu bara tremendous potential for expansion
pada tingkat 400 juta ton setahun. exists – especially in the case of
Pemerintah juga mengutamakan geothermal, hydropower, wind
membangun pembangkit listrik dekat power, solar photovoltaic (PV) and
mulut tambang, serta memasang biomass resources. The establishment
jaringan transmisi listrik tegangan of a separate Directorate General
tinggi yang menghubungkan Sumatera for Renewable Energy and Energy
dengan pusat-pusat beban di Jawa, Conservation (DGREEC) under The 9
Bali dan juga Malaysia. Upaya ini Ministry of Energy and Mineral
belum memperlihatkan hasil dan Resources (MEMR) in 2010 provided
membutuhkan perhatian lebih banyak a major thrust for renewable energy
dalam waktu dekat. development in the country.
13. In 2013 about 1,343 MW of
Energi Baru dan Terbarukan geothermal power generation capacity
12. Saat ini, energi terbarukan was operational in Indonesia, which
menyumbangkan 5% dari pasokan is the third largest in the world after
energi primer di Indonesia. Potensi the United States and the Philippines.
pengembangan energi terbarukan Notwithstanding the passing of a
cukup besar, terutama energi panas Geothermal Law in 2003 and the
bumi (geothermal), tenaga air, tenaga inclusion of several projects in the
angin, dan tenaga matahari (solar government’s second “Fast Track
photovoltaic, PV), serta biomassa Program” to accelerate generation
(organik). Pada tahun 2010, pemerintah expansion, there has been little
mendorong pengembangan energi if any progress in the sector until
terbarukan dengan mendirikan lembaga recently. In recent months, the
tersendiri, yaitu Direktorat Jendral enabling environment for geothermal
Energi Baru Terbarukan dan Konservasi power development appears to have
Energi dibawah Kementerian Energi dan improved. The revision of the existing
Sumber Daya Mineral. tariff scheme in early 2014 with a more
13. Pada tahun 2013, kapasitas pembangkit favorable scheme that uses an avoided
tenaga listrik panas bumi yang sudah cost-based ceiling price,4 the signing
berjalan sebesar 1.343 MW, terbesar of financing agreements for a couple of
ketiga di dunia setelah Amerika large “keystone” geothermal projects
Serikat dan Filipina. Meskipun ada led by independent power producers
Undang-undang tahun 2003 tentang (IPPs), and the revision of the law to
panas bumi, dan termasuk beberapa allow geothermal activity in forests are
proyek panas bumi ke dalam program expected to spur further investments.
“Fast Track” yang kedua Pemerintah 14. Hydropower development presents a
Indonesia untuk mempercepat similar situation. Installed capacity of
perluasan pembangit tenaga listrik, about 3,881 MW is a small fraction
tidak ada kemajuan berarti dalam of the estimated technical potential
sektor tersebut hingga saat-saat terakhir of 75,000 MW. Going forward, larger
ini. Dalam beberapa bulan terakhir, reservoir-based hydropower projects,
niat baik Pemerintah Indonesia dalam including pumped storage hydropower
hal pembangunan tenaga panas bumi plants, are well suited to supply power
sudah memperlihatkan pengaruh yang in high power demand regions of Java
berarti. Pada awal 2014 ada perubahan and Sumatra, whereas mini or micro
pada skema tarif yang menyebabkan hydro run-of-the-river hydropower
penerapan pagu harga berdasarkan projects are well suited for base load
biaya, serta perjanjian finansial untuk power generation in parts of Eastern
dua proyek besar IPP panas bumi, Indonesia. Although hydropower
dan revisi perundang-undangan agar projects with capacity over 1,900 MW
aktivitas geothermal di hutan dapat are estimated to be under various stages
10 diijinkan; yang diharapkan bisa of development currently, progress on
mengundang investasi. permitting, environmental clearances,
14. Situasi yang serupa juga terjadi pada financing and construction has been
sektor sumber daya air. Kapasitas slow in the last 5 years. The recent
pembangkit yang tersedia mencapai announcement of a favorable feed-in-
3.881 MW; sementara potensi teknis tariff (FiT) for hydropower projects that
diperkirakan mencapai 75.000 MW. are less than 10 MW and the successful
Di masa yang akan datang, sangat financial closure of the IPP-led 47 MW
dibutuhkan proyek PLTA skala besar, Rajamandala augurs well for greater
termasuk juga pembangkit listrik private sector interest in the sector.
pump storage. Proyek-proyek seperti
ini sangat cocok untuk daerah-daerah 15. GOI also has announced programs
dengan tingkat kebutuhan tinggi seperti and incentives for other renewable
Jawa dan Sumatera; akan tetapi proyek sources. It has rolled out ceiling-prices
pembangkit listrik tenaga air di aliran based tendering program for solar
sungai yang lebih kecil akan lebih PV mini-grids to add 140 MW at 80
sesuai dengan kondisi alam Indonesia locations across the country, and PLN
Timur. Meskipun ada beberapa proyek has embarked on the “1,000 Island
yang bisa menghasilkan 1.900 MW Program”. Recent studies suggest that
listrik tenaga air, namun selama lima there may be about 9 GW of wind
tahun terakhir tidak banyak kemajuan potential in the country, with good
yang bisa dicapai karena terkendala prospects in South Sulawesi, NTT and
masalah AMDAL, perizinan, dan perhaps even parts of Java. However,
keuangan. Dengan pengumuman lack of reliable wind resource data and
pemerintah tentang FiT (feed-in-tarif) price incentives hinder wind power
untuk proyek tenaga air yang kurang deployment at scale. It is too early to
dari 10 MW, dan sudah tersedianya say if the government issuance of FiTs
dana untuk PLTA IPP Rajamandala (47 for small-scale biomass (<=10 MW)
MW), diharap akan mengundang lebih and waste-to-energy projects will lead
banyak investasi dalam sektor ini. to significant capacity additions. GOI’s
15. Pemerintah Indonesia juga telah efforts also have been conspicuously
mengumumkan program-program absent in decentralized generation in
dan insentif untuk sumber energi urban load centers using solar rooftop
terbarukan jenis lain. Pemerintah sudah PV plants in conjunction with smart
menjalankan program pagu harga metering and distribution optimization.
berdasarkan biaya untuk program
lelang jaringan lokal tenaga surya yang Power Generation, Transmission and
dapat menambah 140 MW untuk 80 Distribution Infrastructure
tempat di seluruh negeri. Lebih dari 16. In 2013, Indonesia’s total power
itu, PLN juga sudah menjalankan generating capacity (including
proyek-proyek tenaga surya dalam captive and off-grid generation) was
“Program 1.000 Pulau”. Penelitian juga approximately 44,000 MW, of which
mengindikasi adanya potensial tenaga 36,897 MW was owned by PLN.
angin sebesar 9GW di dalam negeri, GOI introduced a plan to accelerate
terutama di Sulawesi Selatan, NTT, power generation through dual
dan juga mungkin di tempat tertentu di Fast Track Programs, which were
Jawa. Tetapi, bagaimanapun, produksi announced through Presidential 11
tenaga listrik sebanyak ini terhalang Decree No. 71/2006 (later amended
karena kekurangan sumber data yang by Presidential Decree No 59/2009),
bisa dijadikan pegangan, dan juga and laid out in PLN’s National Plan
kekurangan insentif harga. Pemerintah for Electricity Development (RUPTL).
juga tidak membangun sistem jaringan This program is being rolled out by
tenaga listrik berdasarkan produksi PLN in two phases. Phase I (FTP-I) was
listrik oleh panel atap surya sehubungan focused exclusively on bringing coal
dengan sistem meteran yang canggih fired power plants online, of which just
dan optimalisasi distribusi. Dalam hal 5,707 MW out of the 9,975 MW have
proyek biomassa kecil (<=10 MW) dan been delivered. The second phase, FTP-
rasio elektrifikasi 100% pada tahun they are often not based on bottom-
2020, akan sulit tanpa usaha yang lebih up extensive data analysis or realistic
terintegrasi dan kuat, serta pedoman scenario or goal-setting analysis. Even
investasi yang lebih jelas. when planners embark on preparing a
more data-intensive planning exercise,
Peninjauan Kembali Kebijakan Energi such as the recent effort to prepare a
20. KEN (2006), dan revisinya pada gas master plan for the country, the
tahun 2014, memberi pedoman lack of data and third-party verified
menyeluruh untuk kebijakan sektor statistics appear to be insurmountable.
energi. Di samping itu, masih 21. Moreover, targets and Performance
terdapat banyak peraturan, seperti Indicators (KPIs) of related policies and
undang-undang, rencana induk, dan strategies may not always be aligned, thus
kebijakan, yang dikeluarkan para hampering the effective implementation
pemangku kepentingan dari masing- of policies or regulations, and causing
masing sub-sektor. Contohnya, PLN desired outputs and outcomes to remain
menyiapkan RUPTL yang dipakai out of reach.
untuk mendukung persiapan Rencana
Umum Ketenagalistrikan Nasional, Energy Subsidies
atau RUKN. Rencana Induk Konservasi 22. The impacts of prevailing subsidies,
Energi Nasional, atau RIKEN, widely recognized as a major burden
merupakan dokumen utama untuk to Indonesia’s state budget, are well
usaha efisiensi energi. Persoalannya documented.5 Fuel subsidies, covering
adalah dokumen ini tidak disusun atas the difference between container price
dasar analisa data lapangan (bottom- and the estimated “market” price;
up) yang luas, atau skenario yang and kerosene and LPG subsidies for
realistis, atau analisa untuk menentukan household use, form the largest group
tujuan. Upaya menyiapkan rencana of subsidies, followed by electricity and
yang berbasis data, seperti usaha fertilizer subsidies. Energy subsidies and
menyiapkan rencana induk gas untuk accompanying price distortions have
seluruh kawasan Indonesia, menjadi weakened fiscal balance, incentivized
tidak bisa dilakukan karena kurangnya consumers towards energy-intensive
data dan statistik yang kredibel. behavior, and distorted incentives for
21. Lebih dari itu, sasaran dan indikator investment. The cost of funding energy
kinerja (Key Performance Indicators, subsidies in Indonesia inevitably crowds
KPIs) dari kebijakan dan strategi tidak out other uses of public revenues,
14 selalu harmonis; sehingga menghalangi notably infrastructure investment. In
pelaksanaan kebijakan dan undang- 2014, government spending on fuel
undang yang mengakibatkan tidak subsidies was budgeted at IDR 285
tercapainya yang dituju. trillion, while the electricity subsidy
allocation was about IDR 107 trillion.
Subsidi Energi This represented more than 17% of the
22. Dampak dari besar subsidi sebagaimana total annual state budget. The current
tercantum dalam banyak dokumen, draft budget indicates that the subsidies
harus diakui merupakan beban yang may be reduced in 2015 with IDR 198
berat bagi anggaran negara. Subsidi Trillion for fuel and IDR 69 Trillion for
bahan bakar minyak (BBM) menutupi power.
kesenjangan antara harga impor dan
harga “pasar”. Subsidi BBM dan LPG 23. The government has begun to take
untuk rumah tangga merupakan kategori strong, corrective measures regarding
subsidi yang terbesar, diikuti oleh subsidies. In June 2013, after months
subsidi listrik dan subsidi pupuk. Subsidi of delay, GOI announced a steep 44%
energi ini mengakibatkan distorsi harga increase in the price of gasoline and a
sehingga melemahkan keseimbangan 22% increase for diesel. The price rise
fiskal, dan menimbulkan pemborosan di impact on the poor was offset through
kalangan masyarakat, serta mengurangi cash transfer programs to moderate
insentif untuk investasi. Beban subsidi public response to the increase. The
di Indonesia mengakibatkan negara government also increased PLN’s
untuk kesulitan memanfaatkan dana electricity tariffs to consumers in mid-
pemerintah untuk investasi di bidang 2014 by between 8% to 16% depending
prasarana. Pada tahun 2014, pengeluaran on the sector. Increased global prices for
untuk subsidi dianggarkan sebanyak Rp. fuels, and runaway demand leading to
285 trilyun (17% dari seluruh anggaran a higher demand for imports, continue
negara), sementara subsidi untuk listrik to challenge the government’s efforts to
sendiri mencapai RP. 107 trilyun. Ada lower the overall level of subsidies.
kemungkinan subsidi energi akan
diperkecil pada anggaran tahun 2015, Energy Efficiency
dengan menurunkan subsidi BBM 24. The provision of large-scale energy
sebanyak RP. 198 trilyun, dan listrik subsidies has meant that the Indonesian
sebanyak Rp. 69 trilyun. economy is relatively energy inefficient.
23. Pemerintah sudah mulai mengambil The energy elasticity of the Indonesian
langkah yang tegas untuk memperbaiki economy is about 1.6. In comparison,
keadaan ini. Pada bulan Juni 2013, Thailand and Singapore have elasticity
setelah tertunda berbulan-bulan, of 1.4 and 1.1 respectively, and Japan
pemerintah mengumumkan kenaikan and the U.S. register 0.95 and 0.8.
harga premium sebesar 44%, dan harga GOI’s targets include the achievement
solar sebesar 22%. Dampak peningkatan of an energy elasticity of less than 1 and
harga terhadap orang miskin diringankan realizing savings of 17% from Business
melalui program-program bantuan tunai As Usual (BAU) energy consumption
agar reaksi masyarakat tidak terlalu keras. projections by 2020.
Pemerintah juga sudah menaikan tarif 25. The largest energy conservation targets
listrik pada 2013. Meskipun demikian, are set for the transportation sector,
kecenderungan harga BBM dunia, dan followed by industry and households.
kebutuhan domestik BBM, yang tidak Removing fossil fuel subsidies is a step 15
terkendali sehingga mengakibatkan in the right direction towards achieving
peningkatan impor, tetap jadi tantangan transport energy efficiency, in addition
pemerintah dalam usaha menurunkan to the development of projects such as
tingkat subsidi. the Jakarta Mass Rapid Transit (MRT)
system. The government is also in
Penghematan Energi the process of developing minimum
24. Ketersediaan subsidi energi dalam efficiency performance standards
skala besar telah membuat ekonomi and related labeling programs for
Indonesia boros energi. Tingkat key household appliances, and
elatisitas energi Indonesia mencapai announcing an energy efficiency
Oil Recovery (EOR). Peningkatan urgent tasks. One high priority coal
ekstraksi gas dari lahan gas yang kaya sector solution would be providing
CO2 sebaiknya didorong. Pemerintah further incentives to encourage
juga dapat mendukung dan mendorong the development and deployment
pemafaatan Gas Metana Batu Bara (Coal of mine-mouth power plants that
HAMBATAN LINTAS
TANTANGAN SEKTOR UTAMA: AREA PRIORITAS RANGKUMAN
CHALLENGES UNDERLYING CROSS PRIORITY AREAS SUMMARY
CUTTING CONSTRAINTS:
Bed Methane, CBM) dan shale gas melalui use low-calorie lignite in Sumatra.
reformasi perundang-undangan dan Another solution would be major steps
pemakaian teknologi. Ada kemungkinan toward ensuring a smooth supply of
bahwa pengembangan shale gas di coal to the domestic market through
Indonesia akan membutuhkan investasi development and expansion of coal
lebih besar dari pada di Amerika Serikat ports, stockpiling, enhancement of
dikarenakan hambatan-hambatan coal mixing capacity, development
geologis; meskipun perhitungan yang of an integrated coal transportation
tepat tentang biaya di Indonesia belum system from mine site to mine centers,
diperoleh. and improvement of the security and
35. Reformasi terhadap alokasi PSC yang reliability of the coal haulage fleet.
ada dan mekanisme perpanjangan
harus dijadikan prioritas dalam Scale Up Renewable Energy Development
RPJMN 2015-2019. Pada saat ini, porsi 37. Despite recent encouraging
besar dari pasokan gas (sekitar 50%), developments in the geothermal sector,
yang berasal dari pengembangan such as the avoided costs based tariff
baru, diekspor; sementara Indonesia ceiling and proposed reforms to the
memerlukan lebih banyak gas tendering mechanism, the current
untuk memenuhi kebutuhan pasar government target of achieving 6,000
dalam negeri. Pemerintah Indonesia MW capacity by 2020 and 9,500 MW
sebaiknya mencari solusi yang dapat by 2025 will be difficult to achieve and
mengatasi peningkatan kebutuhan should be adjusted to a more reasonable
gas dalam negeri tanpa menghalangi figure. Geothermal projects need 2-4
investasi yang dibutuhkan. Penggunaan years of exploration and feasibility
perbandingan harga (reference pricing) study, and approximately another 3-4
dapat memperlancar proses transisi years of construction, assuming all
sehingga harga domestik menjadi lebih bottlenecks are resolved. There are very
menarik dibanding harga ekspor. few projects in the current pipeline that
36. Tugas pemerintah lainnya yang can achieve COD by 2025. In the near–
mendesak adalah meningkatkan term, the government should focus
nilai tambah pemakaian batu bara on operationalizing the Geothermal
dan perbaikan prasarana transportasi Fund, reforming the tender process,
untuk mengangkut batu bara ke pasar. debottlenecking existing Geothermal
Salah satu solusi yang sebaiknya Power Development Areas (Wilayah
diprioritaskan untuk memecahkan Kerja Panas Bumi, WKP), and continuing
22 persoalan sektor batu bara adalah to seek access to concessional funds
dengan membangun PLTU yang from global sources for supporting
memakai batu bara kalori rendah di brownfield development that is the
dekat mulut tambang di Sumatera. responsibility of the SOEs.
Beberapa solusi lainnya utuk menjamin 38. PLN should immediately accelerate
pasokan batu bara yang lancar ke pasar the development of identified large
dalam negeri adalah pengembangan hydropower projects, such as Karama
dan perluasan pelabuhan batu bara, and the Sumatra Pump storage project,
penyimpanan cadangan batu bara, while seeking to develop a pipeline
meningkatkan kapasitas pembauran of projects from within the National
batu bara, pengembangan sistim Hydropower Master Plan. Additionally,
itu, pemerintah perlu menyediakan Bali and Sumatra, and its power demand
insentif dari awal, terutama yang terkait is growing rapidly. PLN’s transmission
pajak. Di awal, fokus konversi bensin grid approach in Kalimantan should
menjadi CNG lebih praktis diarahkan move away from building isolated grids
pada transportasi umum seperti bajaj to developing a backbone transmission
dan bis kota. network across the load centers of East
and South Kalimantan and extending
Pengembangan LNG Skala Kecil it up to North and North Western
42. Jauhnya jarak antara lokasi produksi Kalimantan. This will also encourage
dan pasar (kecil) di Indonesia Timur exploitation of hydropower potential
dapat diatasi melalui pengembangan in North Kalimantan.
LNG skala kecil yang dilengkapi
prasarana pelabuhan untuk transportasi Scaling up Energy Access in Eastern
LNG dengan menggunakan kapal Indonesia
LNG kecil. Fungsi utama pelabuhan
ini melayani pengangkutan LNG, Consolidate Multiple Energy Access
terutama dengan containerized barges, Programs in a Dedicated Agency
dengan kapasitas 5-30 juta MMSCFD, 44. Meeting the country’s energy access
yang mampu melayani pulau-pulau. and rural electrification target requires
Setibanya di darat, LNG dimuat that the government move away from
dalam truk-truk khusus dan diantar ke the current “many agencies and many
pembangkit listrik terdekat. Penelitian approaches” paradigm to a single,
PLN pada tahun 2011 menunjukan comprehensive program that integrates
bahwa jalur perkapalan, seperti yang least cost electrification planning
menghubungkan lokasi LNG Bontang with innovative business models, and
dan pembangkit tenaga listrik gas di financing, as well as coordination
Sulawesi Selatan, atau Donggi dan and implementation, that leverage
Bitung, dapat menekan biaya dan the respective roles and strengths of
waktu. the central and local governments,
the public, and the private sector. The
Memperkuat Jaringan Transmisi dan successful rural electrification process
Distribusi of China or Vietnam could provide
43. Banyak proyek transmisi besar PLN a model for rapid electrification
terlambat karena hambatan pengadaan in Indonesia. In these cases, the
lahan dan masalah dana. Ditambah lagi creation of well-funded and well-
26 dengan perbedaan sistem dan standar managed programs succeeded in
produksi, yang diterapkan sebelumnya providing electricity to households
di daerah-daerah yang berbeda, and communities in remote areas
menghambat terciptanya interkoneksi using a combination of off-grid hydro,
sistim transmisi. Meskipun demikian, solar and wind. These programs were
PLN dan pemerintah sebaiknya fokus coordinated by central agencies, while
pada percepatan proyek yang sedang teams of well-trained and qualified
berjalan atau dalam fase perencanaan, individuals were sent to remote areas.
seperti jaringan transmisi untuk
Jawa dan Sumatera, serta transmisi
Kepastian pasokan gas juga dapat and private sector, are critical to
menyakinkan dan mendorong sektor achieving energy sector targets. Each
swasta meningkatkan investasi dalam public institution involved in the energy
jaringan distribusi dan fasilitas hilir, sector must have a clear role and
terutama bila dikombinasikan dengan responsibility with distinction between
penyelesaian pipa gas Trans Jawa policy making, regulatory and program
yang memberikan kesempatan besar implementation. The National Energy
untuk meningkatkan pemakaian gas Council (Dewan Energi Nasional, DEN)
dan menurunkan pemakaian BBM. should be provided a clear mandate
Di sektor tenaga listrik, pemerintah for policy intervention to ensure well-
perlu menjamin pasokan energi structured coordination of the energy
primer untuk pembangkit tenaga sector. There are a number of options
listrik yang memakai batu bara dan for improving the current institutional
gas. Pemerintah juga harus menjamin arrangements for the oil and gas sector.
pelaksanaan peraturan-peraturan tarif A single regulator (a new regulatory
baru tenaga panas bumi, tenaga air, body) could be created, taking over
dan sumber energi terbarukan. the present regulatory functions of
DG Migas and BPH Migas, while,
Mengatasi Kendala Lintas Isu alternatively, there could be a single
contracting authority for the oil and
Menciptakan Kerangka Kebijakan dan gas sector, providing more consistency
Perundang-undangan yang Kondusif in the planning and implementation
48. Reformasi harga gas, termasuk proksi of downstream projects relative to
harga referensi dengan beberapa upstream projects and vice versa. A
pengecualian, penunjukan agregator more radical proposal would be to
harga gas dan struktur biaya tol pipa combine all the energy sub-sectors
gas yang baru sangat dibutuhkan. into a single category, with one
Berbagai proyek pembangkit tenaga regulator and one contracting agency.
listrik seperti yang tercantum dalam From a policy development and
Proyek Fast Track 1 dan 2, terhalang implementation perspective, this third
karena hambatan seperti pembebasan proposal merits consideration.
lahan dan perizinan lingkungan. 51. The government should also work
Saat ini, Pemerintah Indonesia telah towards enabling and incentivizing
membentuk Komite Percepatan local governments to participate
Penyediaan Infrastruktur Prioritas actively in the energy sector, such as
30 (KPPIP) untuk mengatasi persoalan- making investments in local power
persoalan tersebut. KPPIP harus generation infrastructure. These
menghilangkan hambatan pada proyek incentives can include transferring a
ini sebagai prioritas. portion of the energy subsidy burden
to local government budgets.
Menuntaskan Penghapusan Subsidi BBM
dan Tenaga Listrik Develop Comprehensive and Diversified
49. Menghapus subsidi, dan distorsi yang Financial Planning
ditimbulkannya, sudah dipahami 52. Based on data and indicative estimates
sebagai kunci perbaikan sistem energi from various government agencies,
Indonesia. Pada tahun 2008, 2013 dan including DEN, BAPPENAS, PLN,
pembangkit batu bara, tenaga air, gas, made to calculate forecasts should
panas bumi, biomassa dan pembangkit be more readily accessible to all
listrik jenis lain serta jaringan transmisi parties to improve transparency and
dan fasilitas transportasi batu bara. understanding. The prices also should
54. Investasi terbesar selanjutnya adalah be updated at pre-determined regular
untuk minyak dan gas, terutama intervals. In addition, a comprehensive
pembangunan fasilitas penyimpanan set of energy sector KPIs, which
untuk minyak dan LPG (sejumlah US$ should be applied cross sectorally, are
35.92 milliar) untuk memastikan tingkat urgently needed to allow for complete
cadangan strategis nasional yang monitoring of economy-wide trends
memadai. Pembangunan infrastruktur and progress.
gas, termasuk lapangan baru untuk
pasokan jaringan pipa gas transmisi
dan distribusi akan mencapai US$ 58 RECOMMENDATIONS AND KEY
milliar untuk memastikan terpenuhnya PERFORMANCE INDICATORS (KPIS) FOR
permintaan dalam negeri dan RPJMN 2015-2019
mengubah penggunaan minyak bumi
ke gas. Investasi lainnya diperlukan Key Energy Policies
untuk membangun angkutan khusus 57. The key energy policies stipulated in
batu bara, seperti pelabuhan batu the Technocratic Draft of RPJMN are:
bara dan kereta api batu bara untuk a. Increase the production of primary
mengurangi kerusakan terhadap jalan energy
nasional dari mengimbangi besarnya b. Increase the energy buffer stock
jumlah volume batu bara yang diangkut and operational reserve
serta meningkatkan produktivitas c. Increase the role of new and
dengan mengurangi waktu tempuh. renewable energy in the energy
mix
Sasaran Diversifikasi Sumber Pembiayaan d. Increase energy accessibility
55. Pemerintah memperkirakan e. Improve fuel subsidy management
bahwa hanya Rp. 1.370 trilliun to make it more effective and
(US$ 119 milliar) tersedia untuk transparent
pembangunan infrastruktur selama f. Utilize water resources for
2014-2019. Sayangnya jumlah ini hydropower
tidak cukup untuk mendanai bahkan 58. One of the problems facing Indonesia’s
sektor ketenagalistrikan saja, yang energy sector is the absence of
menandakan bahwa negara tidak dapat appropriate indicators. The IAEA 33
bergantung hanya pada pendanaan guidelines for energy indicators (2005)
pemerintah untuk membangun sektor state that indicators should be able to
energi. Saat ini proyek energi sangat reflect and guide policymaking and
bergantung pada skema pendanaan strategic decisions on where to apply
campuran antara pendanaan policy pressure and where to initiate
pemerintah serta proyek IPP untuk changes to bring desired results.
berkembang. Hal ini tidaklah efektif, Furthermore, the indicators should
terlihat dari lambannya perkembangan also clearly link with those of other
sektor energi pada 5 tahun terakhir. sectors. That would require a thorough
Jumlah kebutuhan pendanaan yang understanding of the interrelationships
36
Tindakan dengan
Tindakan dengan
Tindakan dengan hasil hasil Jangka
hasil Jangka
Area Prioritas Jangka Pendek Panjang
KPI Menengah KPI KPI
Priority Area Actions with Short Term Actions with
Actions with Medium
Results Long Term
Term Results
Results
Tingkatkan survey
Produksi Meningkatkan
geoseismik untuk migas Memperbaiki insentif
(mbpd untuk aktivitas
termasuk lepas pantai dan untuk recovery
Cadangan minyak, mmscf eksplorasi untuk Cadangan Gas
laut dalam sekunder dan tersier
Reserve untuk gas) CBM Gas Reserve
Increase oil and gas Improved incentives
(mmboe) Production Enhance (mmscf)
geoseismic survey, for secondary/tertiary
(mbpd for oil, exploration efforts
including in offshore and recovery
mmscf for gas) of CBM
deepsea areas
Diversifikasi
dan peluasan Perubahan pemberian dan Jumlah K3S
Memberikan
cadangan perpanjangan K3S dan dan waktu Memperluas cadangan
insentif eksplorasi
energi fosil blok proses (hari) gas untuk pemakaian Kapasitas Cadangan Gas
untuk Shale Gas
Diversifying Reform awarding and Number of domestic Capacity Gas Reserve
Incentivize
and expanding extension process of PSCs PSCs and Expand supply of gas (mmscf) (mmscf)
Exploration of
supply of fossil and blocks processing for domestic use
37
38
Tindakan dengan
Tindakan dengan
Tindakan dengan hasil hasil Jangka
hasil Jangka
Area Prioritas Jangka Pendek Panjang
KPI Menengah KPI KPI
Priority Area Actions with Short Term Actions with
Actions with Medium
Results Long Term
Term Results
Results
Jumlah eksplorasi
yang didanai dan Kapasitas yang
Mengoperasikan Mengubah proses
dicairkan (IDR) ditenderkan
Geothermal Fund tender panas bumi
Number of ex- (MW) n/a n/a
Operationalize Reform geothermal
plorations funded Capacity
Geothermal Fund tender process
and disbursement tendered (MW)
ENERGY SECTOR WHITE PAPER: EXECUTIVE SUMMARY
(IDR)
Menggunakan sumber
daya panas bumi yang
Meningkatkan
Jumlah proyek ada dan yang baru
pembangunan
Men-debottleneck yang mencapai untuk pembangunan
energi
WKP panas bumi yang tahap eksplorasi bersifat brownfield
terbarukan Kapasitas (MW)
terhambat Number of Use existing funding n/a n/a
Scaling up Capacity (MW)
Debottleneck existing projects that sources and identify
renewable
geothermal WKPs reach exploration new funding
energy
stage sources to undertake
development
Mengintegrasikan
perencanaan energi Mendorong
dengan manajemen Kapasitas (MW) pembangkit listrik dari
Kapasitas (MW)
Daerah Aliran Sungai Planned capacity sampah n/a n/a
Capacity (MW)
Integrate energy planning (MW) Encourage waste to
into the river basin energy generation
management
Menciptakan lingkungan
yang kondusif untuk
membangun fasilitas Investasi Swasta
tenaga air yang kecil (IDR)
n/a n/a n/a n/a
Create conducive Private invest-
environment for ment (IDR)
development of small
hydro
39
40
Tindakan
Tindakan dengan hasil Tindakan dengan hasil dengan hasil
Area Prioritas Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
KPI KPI KPI
Priority Area Actions with Short Term Actions with Medium Actions with
Results Term Results Long Term
Results
Kapasitas (hari
Forward placement minyak Kapasitas (hari Pembangunan cadangan
setara import)
sebagai cadangan darurat setara import) operasional dan darurat
Capacity (days n/a n/a
Forward placement of oil as Capacity (days of Develop operational
of import
EBR import equivalent) reserve and EBR
equivalent)
ENERGY SECTOR WHITE PAPER: EXECUTIVE SUMMARY
Mengembangkan dan
Rasio elektrifikasi
melaksanakan rencana least
Meningkatkan (%)
cost electrification n/a n/a n/a n/a
Akses untuk Electrification
Develop and implement
Energi di ratio (%)
least cost electrification plan
Perdesaan dan
Daerah Terpencil Mendefinisikan ulang
Scaling Up lembaga untuk perencanaan
Rasio elektrifikasi
Energy Access in dan pelaksanaan
(%)
Rural and Remote ketenagalistrikan n/a n/a n/a n/a
Electrification
Areas Redefine institutions
ratio (%)
for electrification plan
implementation
Memberikan wewenang
dan insentif untuk
pemerintah daerah
41
42
Tindakan
Tindakan dengan dengan
Tindakan dengan hasil
hasil Jangka hasil Jangka
Area Prioritas Jangka Pendek
KPI Menengah KPI Panjang KPI
Priority Area Actions with Short Term
Actions with Medium Actions with
Results
Term Results Long Term
Results
Mendefinisikan dan
Menyediakan pendanaan Pengurangan
melaksanakan standard
dan insentif untuk tindakan dalam
efisiensi energi
efisiensi energi Jumlah (IDR) penggunaan
minimum n/a n/a
Provide financing and Amount (IDR) energi (%)
ENERGY SECTOR WHITE PAPER: EXECUTIVE SUMMARY
Mempercepat
Membedakan antara KPI Ongkos produksi
pengadaan teknologi
untuk aktivitas usaha dan (IDR / bbl)
hulu dan keterampilan
tugas dari pemerintah untuk Ketersediannya dankapasitas
manajemen untuk
BUMN KPI produksi (bpd)
Pertamina n/a n/a
Differentiate between KPIs Availability of Production
Accelerate acquisition
for business activities and KPIs cost (IDR / bbl)
of upstream technology
government assignments for and production
and management skills
SOEs capacity (bpd)
for Pertamina
Menggerakkan Memberikan insentif untuk Pengurangan Menyediakan pasokan Produksi
Pasar Energi yang PLN untuk menerapkan ongkos produksi gas yang jelas agar domestik untuk
Dinamis efisiensi (IDR / kWh) dapat memfasilitas pasokan dalam
Enabling Incentivize PLN to promote Reduction pembangunan negeri (%)
Dynamic Energy efficiency in cost of infrastruktur hilir gas Domestic n/a n/a
Markets production (IDR Provide gas supply production for
/ kWh) certainty to facilitate domestic supply
43
44
Tindakan
Tindakan dengan
dengan
Tindakan dengan hasil hasil Jangka
hasil Jangka
Area Prioritas Jangka Pendek Menengah
KPI KPI Panjang KPI
Priority Area Actions with Short Actions with
Actions with
Term Results Medium Term
Long Term
Results
Results
Menerapkan
Harga gas domestik Investasi Swasta teknologi carbon
Mengembangkan Kapasitas
Implementasi perubahan dibandingkan harga dalam sektor capture and
struktur tolling untuk (tons GRK)
struktur harga gas internasional (%) gas (IDR) storage
gas yang baru Capacity
Implement gas pricing Domestic gas price Private Apply carbon
Develop new gas (tons of
reform over international investment in capture
tolling structure GHG)
gas price (%) gas sector (IDR) and storage
Mengatasi
technology
Hambatan Lintas
Sektor Menguatkan
Menkonsolidasi
Mengembangkan sumber dana dan
mekanisme harga least- pembiayaan untuk
Menerapkan
cost atau avoided cost proyek energi yang Dana yang
kebijakan
untukenergi terbarukan didanai pemerintah tersedia (IDR)
penetapan harga n/a n/a
Develop least-cost or Consolidate budget Available
Issuance of pricing
avoided cost based pricing and funding sources budget (IDR)
regulation
mechanism for renewable to finance publicly
energy funded energy
sector projects
Mengatasi
Mengatasi permasalahan
Hambatan Lintas
yang menghambat proyek Kapasitas
Sektor
pembangkit listrik yang ada tambahan (MW)
Addressing n/a n/a n/a n/a
Resolve bottlenecks Additional
Cross Cutting
hindering current power capacity (MW)
Constraints
plant projects
45
46
Tindakan
Tindakan
dengan
Tindakan dengan dengan hasil
hasil Jangka
Area Prioritas hasil Jangka Pendek Jangka Panjang
KPI Menengah KPI KPI
Priority Area Actions with Short Actions with
Actions with
Term Results Long Term
Medium Term
Results
Results
implement subsidy
removal plan, identify
targeted subsidy
Mengatasi beneficiaries
Hambatan Lintas
Mengatasi data sektor Pengurangan jeda untuk
Sektor
energi dibawah mengeluarkan data sektor
Addressing
lembaga khusus energi yang akurat
Cross Cutting n/a n/a n/a n/a
Manage energy sector Reduction of time lag for
Constraints
data under specialized issuance of accurate energy
institution sector data
Membangun dan
menlaksanakan Jumlah proyek yang meng-
environmental gunakan environmental
safeguards safeguards
n/a n/a n/a n/a
Develop and Number of projects
Mengatasi implement adopting environmental
Hambatan Lintas environmental safeguards
Sektor safeguards
Addressing
Cross Cutting Menggunakan dana
Constraints domestic dan interna-
sional untuk menerap- Pengurangan dalam GRK
kan NAMAs (tons) n/a n/a n/a n/a
Utilize domestic and Reduction in GHG (tons)
international funds to
implement NAMAs
47
ENERGY SECTOR WHITE PAPER: EXECUTIVE SUMMARY
Footnotes:
1. For example, according to national power company PLN’s long-term electricity
development plan (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, or RUPTL: 2013-2022)
the country’s electricity peak demand is expected to grow from 189 TWh in 2013 to
385 TWh in 2022 which represents a growth rate of 8.4%.
2. Remaining coal resources are estimated at 104.8 billion tons, proven oil resources
at 4.04 billion barrels, and proven natural gas reserves at 104.7 trillion of cubic
feet. The current demand for oil outpaces annual production levels. In recent
years, Indonesia has tended to rely more on coal and gas to meet its electricity
demand, and this reliance is expected to grow in the future. Indonesia is also well-
endowed with renewable energy sources. Besides having the world’s largest level
of geothermal resource (28,800 MW), Indonesia is also endowed with abundant
hydropower (75,000 MW), micro and mini hydropower (769.69 MW), solar (4.80
kwh/m/day), biomass (49,810 MW), and modest wind resources (3-6 m/s), with some
locations having higher potential.
3. More recent figures endorsed by the government were not available at the time of
writing this report.
4. The ADB and World Bank provided the analytical basis for this scheme. Please see:
Unlocking the Potential for Geothermal Power Development in Indonesia” (ADB and
World Bank, 2014, in preparation)
5. ADB RETA-7834: Assessment and Implications of Rationalizing and Phasing Out
Fossil Fuel Subsidies.
6. Both ADB and the World Bank are supporting CCS activities in the gas processing
and coal-fired power sectors, respectively. ADB is supporting a pilot project in Java
and has expressed interest in supporting a CCS center of excellence in Indonesia.
7. Local government tend to hand out location permits to power developers on an
unsolicited basis, and these developers often lack the necessary technical and
financial capabilities and their development proposals are not technically optimal.
8. PLN Study by in cooperation with Bappenas, Tilburg University, and Pendawa, March
2011
48