Anda di halaman 1dari 6

Pertimbangan langkah-langkah kesehatan masyarakat dan sosial terkait

sekolah dalam konteks COVID-19


Lampiran Pertimbangan penyesuaian langkah-langkah kesehatan
masyarakat dan sosial dalam konteks COVID-19
10 Mei 2020

Latar belakang
Dalam menanggapi COVID-19, negara-negara di seluruh dunia telah menerapkan serangkaian langkah-langkah kesehatan masyarakat
dan sosial (LKMS), seperti pembatasan pergerakan, penutupan sekolah atau tempat kerja, dan pelarangan perjalanan mancanegara.1
Seiring berubahnya situasi epidemiologi penyakit ini di wilayah masing-masing, negara-negara akan menyesuaikan (melonggarkan atau
memberlakukan kembali) langkah-langkah ini sesuai intensitas penularan. WHO telah menerbitkan panduan tentang penyesuaian LKMS
sambil mengelola risiko lonjakan kembali jumlah kasus.2 WHO menerbitkan panduan tentang penyesuaian LKMS, dengan tetap
mengelola risiko peningkatan kembali jumlah kasus. Serangkaian lampiran dikembangkan guna membantu memberikan panduan
kepada negara-negara dalam menyesuaikan langkah-langkah kesehatan masyarakat dalam berbagai konteks. Lampiran ini memberikan
pertimbangan-pertimbangan bagi pengambil keputusan dan tenaga pendidikan mengenai bagaimana atau kapan sekolah dibuka kembali
atau ditutup dalam konteks COVID-19. Keputusan-keputusan ini memiliki implikasi penting bagi anak-anak, orang tua atau pengasuh,
guru dan staf lain, komunitas, dan masyarakat secara lebih luas.3 Dokumen ini disusun berdasarkan kajian literatur yang ada, diskusi
dengan pakar-pakar, mitra-mitra regional, dan contoh dari negara-negara.

Pertimbangan dalam memutuskan menutup atau membuka kembali sekolah


Keputusan untuk menutup, menutup sebagian, atau membuka kembali sekolah harus mengikuti panduan pendekatan berbasis risiko
untuk memaksimalkan manfaat pendidikan dan kesehatan bagi para pelajar, guru, staf, dan masyarakat lebih luas, serta membantu
mencegah wabah baru COVID-19 di tengah komunitas.3,4 WHO, UNICEF, dan IFRC telah mengeluarkan panduan tentang pencegahan
dan pengendalian COVID-19 di sekolah.3 Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menilai risiko kesehatan secara umum
meliputi faktor-faktor epidemiologis, kapasitas sistem kesehatan dan kapasitas kesehatan masyarakat,2 pelibatan masyarakat, dan
kapasitas pemerintah untuk tetap memberikan dukungan sosial dan ekonomi bagi kelompok yang paling rentan. Di dalam sebuah
kerangka kerja baru tentang pembukaan kembali sekolah, para mitra menyoroti enam dimensi utama yang perlu dipertimbangkan dalam
melakukan perencanaan: kebijakan, pendanaan, operasi yang aman, pembelajaran, upaya menjangkau kelompok paling marginal, dan
kesejahteraan/perlindungan.4
Pemerintah nasional dapat memfasilitasi pendekatan berbasis risiko di tingkat daerah dengan cara memberikan prosedur operasi standar
(SOP) atau daftar tilik (checklist) kepada sekolah berdasarkan epidemiologi dan kondisi setempat.
Pengambil keputusan harus mempertimbangkan hal-hal berikut saat memutuskan untuk membuka atau menutup sekolah atau tidak:
• Pemahaman saat ini tentang penularan dan tingkat keparahan COVID-19 pada anak;
• Situasi dan epidemiologi COVID-19 di daerah di mana sekolah berada; dan
• Situasi dan kemampuan sekolah tetap menjalankan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian COVID-19.
Faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam memutuskan bagaimana atau kapan untuk menutup sebagian atau membuka
kembali sekolah meliputi penilaian tentang kerugian apa yang dapat timbul akibat penutupan sekolah (misalnya, risiko anak tidak
mengikuti kegiatan sekolah, semakin senjangnya prestasi pendidikan, akses makanan yang terbatas, kekerasan dalam rumah tangga yang
diperparah ketidakpastian ekonomi, dll.) dan perlunya menjaga agar paling tidak sebagian sekolah dibuka bagi anak-anak yang
pengasuhnya adalah ‘tenaga kerja esensial’ bagi negara.

Yang kita ketahui tentang COVID-19 dan anak-anak


Data dari negara-negara dan pengkajian COVID-19 pada anak yang dilakukan baru-baru ini mengindikasikan bahwa kasus anak lebih
jarang dilaporkan daripada kasus dewasa dan bahwa infeksi secara umum menyebabkan penyakit ringan.5 Penyakit serius akibat
COVID-19 jarang terlihat pada anak, meskipun sudah terjadi sejumlah kecil kasus penyakit kritis.6 Peran anak-anak dalam penularan
masih belum jelas7, dan data tambahan masih diperlukan, termasuk survei seroepidemiologis sesuai usia.8 Sampai saat ini, belum banyak
institusi pendidikan yang terlibat wabah COVID-19, tetapi menurut penelitian, kemungkinan penularan penyakit yang terjadi
dihubungkan utamanya dengan acara-acara sosial terkait kehidupan sekolah atau universitas, bukan penularan penyakit di ruang kelas.
Penelitian-penelitian ini juga mengindikasikan bahwa virus masuk kemungkinan melalui orang dewasa anggota staf.7,9 Penelitian yang
menggunakan data dengan pemodelan menyoroti pentingnya epidemiologi setempat dalam pengambilan keputusan, tetapi juga bahwa
langkah-langkah yang dijalankan di sekolah tidak dapat diandalkan sebagai intervensi yang terpisah (stand-alone).1 WHO akan
-1-
Lampiran: Pertimbangan langkah-langkah kesehatan masyarakat dan sosial di tempat kerja
memperbarui dokumen ini seiring semakin banyak informasi yang tersedia dan pelajaran-pelajaran dari berbagai negara mengenai
pembukaan kembali sekolah.

Situasi dan epidemiologi COVID-19 setempat


Situasi dan epidemiologi COVID-19 dapat berbeda-beda dari satu tempat dengan tempat lain di satu negara yang sama. Pembahasan
penutupan atau pembukaan sekolah harus mengikuti pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
• Apa dampak situasi epidemiologis saat ini pada pergerakan masyarakat? Apakah ada pembatasan pergerakan? Apakah tersedia
transportasi yang aman?
• Bagaimana tren jumlah kasus COVID-19 setempat? Apakah informasi setempat tentang tren penyakit ini dapat diakses dan
diandalkan?
• Apakah petugas kesehatan masyarakat dapat dengan cepat mendeteksi dan merespons kasus-kasus baru di tingkat komunitas
untuk menghindarkan wabah baru?
• Apakah sekolah dapat menjalankan kolaborasi dan koordinasi yang sesuai dengan otoritas kesehatan masyarakat setempat
(misalnya, memberi informasi yang diperlukan petugas kesehatan untuk melacak kontak jika terjadi kasus atau wabah di
sekolah)?
• Berapa jumlah staf yang berisiko terkena penyakit parah (kelompok usia dan gangguan kesehatan penyerta)?
• Berapa jumlah anak yang memiliki gangguan kesehatan penyerta atau kebutuhan khusus?

Situasi dan kemampuan sekolah dalam menjalankan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian COVID-19
Kebijakan, praktik, dan infrastruktur
Saat sekolah sudah buka seluruhnya atau sebagian, strategi-strategi pencegahan dan pengendalian COVID-192 harus tetap dijalankan.
Pertimbangan-pertimbangan berikut dapat menjadi panduan dalam menilai risiko, sedangkan tindakan dan persyaratan yang dianjurkan
dijabarkan dalam bagian berikutnya:
Sumber daya dan infrastruktur sekolah
• Apakah sekolah memiliki kebijakan dan sumber daya untuk memastikan kebersihan tangan dan saluran pernapasan, penjagaan
jarak, dan pembatasan kerumunan yang tepat?
• Apakah tersedia ruang yang cukup besar sehingga jarak antara bangku dapat dijaga? Untuk memberi ruang yang diperlukan,
apakah infrastruktur sekolah dapat diperluas, walaupun hanya untuk sementara?
• Apakah sekolah memiliki akses material dan persediaan yang memadai untuk mencegah penularan, seperti tersedianya sarana
dan alat mencuci tangan yang cukup?
• Apakah jumlah pelajar per kelas dapat dikurangi atau menggilir penggunaan fasilitas secara harian atau mingguan sesuai kelas?
• Apakah sekolah dapat mengakses perawat untuk membantu merawat anak yang sakit?

Kebijakan untuk tenaga pendidik dan staf sekolah


• Apakah ada kebijakan dan prosedur keamanan semua personel sekolah, seperti pertimbangan-pertimbangan untuk melindungi
orang-orang berisiko tinggi (orang dengan usia lebih tua, orang dengan kondisi kesehatan penyerta)?
• Apakah sekolah memiliki kapasitas untuk melatih staf sekolah tentang operasional sekolah yang aman?
• Apakah pendekatan sekolah jarak jauh (teleschool) yang fleksibel atau sebagian perlu/dapat diterapkan atau tetap dijalankan?
• Apakah sekolah memiliki kapasitas guru yang memadai untuk mendukung perubahan jadwal sekolah dengan
mempertimbangkan bahwa perubahan-perubahan tersebut juga akan mempengaruhi staf lain?
• Sesuai konteks setempat, apakah guru yang berisiko lebih tinggi terkena penyakit COVID-19 parah dapat diminta untuk
mendukung kegiatan belajar mengajar jarak jauh saja dan tidak mengajar di kelas?

Aspek-aspek perilaku
Dalam mendukung lingkungan sekolah, pertimbangkan usia dan pengalaman para pelajar. Anak-anak kecil dapat lebih sulit mematuhi
penjagaan jarak minimal 1 meter. Untuk anak-anak di kelas yang lebih senior, kebutuhan seperti ujian perlu dipertimbangkan. Untuk
menilai kesiapan sekolah untuk melakukan penyesuaian yang aman, pertimbangkan hal-hal berikut:

-2-
Lampiran: Pertimbangan langkah-langkah kesehatan masyarakat dan sosial di tempat kerja
Penyesuaian sumber daya sekolah
• Apakah sekolah dapat menyesuaikan ruang kelas untuk membantu para pelajar mematuhi langkah-langkah yang dianjurkan?
• Bagaimana waktu bermain/kegiatan luar ruangan (jika ada) saat istirahat akan disesuaikan untuk memastikan langkah-langkah
yang dianjurkan dipatuhi?
• Apakah para pelajar, orang tua, dan guru bersedia dan diperlengkapi untuk menjalankan sekolah jarak jauh atau strategi-strategi
kegiatan belajar mengajar jarak jauh serupa atau masuk sekolah lagi dengan menjalankan langkah-langkah baru?

Pertimbangan sesuai usia


• Apakah pelajar-pelajar berbagai usia cukup diawasi sehingga langkah-langkah yang dianjurkan dapat dipatuhi, termasuk pada
saat istirahat dan waktu jeda antara jam pelajaran?
• Berdasarkan konteks dan norma-norma budaya setempat, kelompok usia mana yang dianggap lebih cocok atau lebih
diprioritaskan untuk sekolah jarak jauh dan kelompok usia mana yang paling perlu belajar secara tatap muka? Apakah persiapan
sudah dilakukan untuk memastikan keamanan/perlindungan di ruang maya daring?
• Apakah lembaga pendidikan tingkat lanjut dapat menilai keamanan (dan kemungkinan penutupan atau pembatalan) tempat-
tempat acara, acara, dan perkumpulan di sekolah, juga memastikan diterapkannya penjagaan jarak fisik, termasuk dalam situasi
sosial di luar ruang kelas (seperti kunjungan dan pertemuan)?
Untuk mendukung terjadinya perubahan perilaku, mungkin personel perlu diberi sesi pendidikan dan pelatihan kesehatan. Petunjuk dan
pengingat visual dan verbal (seperti poster) dapat disediakan guna mendorong para pelajar untuk menjalankan perilaku yang dianjurkan.

Keselamatan dan keamanan


Penutupan dan pembukaan kembali sekolah dapat berdampak pada keselamatan dan keamanan pelajar. Pertanyaan-pertanyaan yang
perlu dipertimbangkan meliputi:
• Apakah anak-anak disediakan makanan di sekolah? Apakah makanan terjamin di rumah?
• Apakah jumlah guru atau staf cukup untuk menjalankan sekolah? Apakah ada kebijakan untuk keselamatan dan kesejahteraan
guru dan staf? Apakah guru dan staf diperlengkapi untuk langkah-langkah pencegahan dan pengendalian?
• Apakah layanan perlindungan anak beroperasi sehingga dapat merespons masalah-masalah keselamatan para pelajar di rumah
atau di sekolah?
• Apakah staf, guru, dan komunitas dapat bekerja bersama untuk menyusun panduan lokal untuk sekolah?
• Apakah ada rencana kontingensi untuk melawan bahaya-bahaya akibat gangguan kegiatan pendidikan terhadap anak-anak yang
paling rentan?

Anjuran langkah-langkah untuk pembukaan kembali sekolah


Strategi dan adaptasi berikut ini sebaiknya dijalankan sebisa mungkin:

Kebersihan dan praktik sehari-hari di sekolah


Kebersihan dan pembersihan lingkungan untuk membatasi paparan:
• Edukasi semua orang di sekolah tentang pencegahan COVID-19, termasuk sering membersihkan tangan dengan tepat,
menjalankan etiket bersin dan batuk, menggunakan masker jika diharuskan, mengenali gejala COVID-19, dan apa yang harus
dilakukan jika seseorang merasa sakit. Pemberian salam tanpa kontak juga harus dijadikan anjuran. Mutakhirkan informasi-
informasi ini setiap pekan seiring perkembangan pandemi.
• Buat jadwal sering membersihkan tangan, terutama untuk anak-anak kecil, sediakan sabun dan air bersih mengalir, atau
berikan pembersih tangan berbahan dasar alkohol di pintu masuk sekolah dan di bagian-bagian lain di seluruh sekolah.
• Jadwalkan pembersihan harian lingkungan sekolah, termasuk toilet, dengan air dan sabun/detergen dan disinfektan. i Bersihkan
serta disinfeksi permukaan-permukaan yang sering disentuh seperti gagang pintu, bangku, mainan, perlengkapan,
tombol lampu, kusen pintu, perlengkapan bermain, alat bantu belajar yang digunakan anak-anak, dan sampul buku.

i
WHO merekomendasikan 70% etil alkohol untuk mendisinfeksi area permukaan berukuran kecil dan perlengkapan, atau natrium
hipoklorit 0,1% untuk mendisinfeksi permukaan10
-3-
Lampiran: Pertimbangan langkah-langkah kesehatan masyarakat dan sosial di tempat kerja
• Nilai tindakan apa yang dapat dilakukan untuk membatasi risiko paparan atau kontak fisik langsung di pelajaran olah raga,
kegiatan olah raga, atau kegiatan fisik lain dan permainan di taman bermain, area-area basah, dan ruang ganti.
• Tingkatkan frekuensi pembersihan di fasilitas kebugaran dan olah raga serta ruang ganti, sediakan sarana-sarana membersihkan
tangan di pintu masuk dan keluar, atur lalu lintas pengguna fasilitas olahraga agar menjadi satu arah di dalam fasilitas, dan
batasi jumlah maksimal orang di ruang loker pada waktu yang bersamaan.
• Jalankan langkah-langkah kebersihan tangan dan kebersihan pernapasan serta penjagaan jarak fisik di sarana transportasi
seperti bis sekolah dan berikan petunjuk kepada para pelajar mengenai perjalanan yang aman ke dan dari sekolah, termasuk
bagi yang menggunakan transportasi umum. Jika memungkinkan, di bis sekolah jumlah anak per tempat duduk dibatasi satu
anak dan dengan jarak 1 meter. Hal ini dapat berakibat pada peningkatan kebutuhan akan jumlah bis sekolah per sekolah. Jika
memungkinkan, jendela bis harus dibuka.
• Susun kebijakan sekolah tentang penggunaan masker atau penutup wajah sesuai panduan nasional atau setempat. Jika
sakit, anak atau anggota staf sekolah tidak boleh datang ke sekolah. Sediakan masker medis dalam jumlah yang cukup bagi
yang membutuhkan masker medis, seperti perawat sekolah dan anak-anak yang mengalami gejala.
Skrining dan tatalaksana pelajar, guru, dan staf sekolah lain yang sakit
• Berlakukan kebijakan “tinggal di rumah jika sakit” bagi pelajar, guru, dan staf sekolah yang mengalami gejala. Jika
memungkinkan, hubungi organisasi-organisasi setempat untuk memberikan dukungan perawatan di rumah dan memastikan
komunikasi antara rumah dan sekolah.
• Buat suatu daftar tilik untuk orang tua/pelajar/staf untuk menentukan apakah pelajar/staf dapat masuk sekolah/kerja dengan
juga memperhatikan epidemiologi COVID-19 setempat. Daftar tilik ini dapat mencakup:
o Kondisi kesehatan penyerta dan kerentanan, untuk melindungi pelajar/staf;
o penyakit atau gejala baru-baru ini yang mengindikasikan COVID-19, untuk menghindarkan penularan kepada orang
lain;
o keadaan-keadaan khusus di rumah, untuk menyesuaikan dukungan yang diperlukan; dan
o pertimbangan-pertimbangan khusus tentang transportasi ke sekolah yang diperlukan.
• Bebaskan syarat menyertakan surat keterangan dokter untuk mendapat izin tidak masuk jika terjadi penularan
masyarakat COVID-19.
• Pertimbangkan skrining suhu tubuh harian dan riwayat demam atau merasa demam dalam 24 jam terakhir, pada saat
semua staf, pelajar, dan pengunjung memasuki bangunan dengan tujuan mengidentifikasi orang yang sakit.
• Pastikan pelajar yang berkontak dengan kasus COVID-19 tidak meninggalkan rumah selama 14 hari. Pejabat sekolah harus
memberi tahu dinas atau kementerian kesehatan jika terjadi kasus positif COVID-19.
• Tetapkan prosedur di mana pelajar atau staf yang mengalami gejala COVID-19 atau merasa tidak sehat dalam bentuk apa pun
dipulangkan atau diisolasi dari orang lain.
Komunikasi dengan orang tua dan pelajar
• Sampaikan informasi tentang langkah-langkah yang dijalankan sekolah kepada para orang tua dan minta kerja sama para orang
tua untuk melaporkan setiap kasus COVID-19 yang terjadi di rumah. Jika ada anggota rumah yang suspek COVID-19. Jika
seorang anggota rumah menjadi suspek COVID-19, jaga agar anak tidak meninggalkan rumah dan beri tahu sekolah.
• Jelaskan kepada pelajar alasan langkah-langkah terkait sekolah seperti melalui pembahasan akan pertimbangan-pertimbangan
ilmiah dan pertolongan yang bisa mereka dapatkan melalui sekolah (misalnya, dukungan psikososial).
Langkah-langkah terkait sekolah tambahan
• Pastikan pemeriksaan imunisasi pada saat masuk sekolah dijalankan. Periksa status imunisasi penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (seperti campak) dan ingatkan orang tua akan pentingnya memastikan anak-anak mereka menerima
semua imunisasi yang dapat diberikan kepada anak-anak mereka. Untuk program imunisasi berbasis sekolah, pastikan ada
rencana imunisasi catch-up jika perlu.
• Sekolah berasrama dan lembaga-lembaga khusus lain perlu juga mempertimbangkan hal-hal ini pada fasilitas tempat tinggal,
aula kuliah, laboratorium, dan fasilitas-fasilitas pembelajaran lain untuk kebaikan dan keselamatan keseluruhan pelajar dan
staf.

-4-
Lampiran: Pertimbangan langkah-langkah kesehatan masyarakat dan sosial di tempat kerja
Penjagaan jarak fisik dan sekolah jarak jauh
Penjagaan jarak fisik di sekolah
• Jaga jarak minimal 1 meter ii antara semua orang yang ada di sekolah.
• Perlebar jarak antara setiap bangku (minimal 1 meter antara setiap bangku), gilir istirahat/waktu jeda dan jam makan
siang (jika sulit, salah satu alternatifnya adalah makan di bangku kelas).
• Batasi percampuran kelas dalam kegiatan sekolah dan kegiatan setelah sekolah. Misalnya, pelajar dalam satu kelas tetap
tinggal di satu ruang kelas sepanjang hari sementara guru berpindah dari satu ruang kelas ke ruang kelas lain; atau pelajar
menggunakan jalan masuk yang berbeda, jika ada, sesuai kelas, atau tentukan urutan kelas memasuki dan meninggalkan
gedung/ruang kelas.
• Perpanjang jadwal sekolah menengah atas, di mana sebagian pelajar dan guru masuk pagi, sebagian lagi masuk siang, dan
sebagian lainnya masuk sore.
• Pertimbangkan menambah jumlah guru jika memungkinkan, sehingga jumlah pelajar per ruang kelas dapat dikurangi (jika
tempat tersedia).
• Sampaikan anjuran agar tidak terjadi kerumunan saat penjemputan atau di penitipan; jika memungkinkan, anggota keluarga
atau komunitas yang lebih tua (seperti kakek atau nenek) sebaiknya tidak menjemput.
• Kurangi waktu istirahat bersama; dengan kata lain, gilir waktu dan tempat makan siang setiap kelas.
• Diskusikan cara mengelola pelajaran olahraga.
• Pindahkan pelajaran ke luar ruangan atau maksimalkan ventilasi ruang kelas
• Ciptakan kesadaran para pelajar agar tidak berkumpul dan bersosialisasi saat pulang sekolah dan di waktu bebas mereka
Sekolah jarak jauh dan belajar jarak jauh
• Mulai atau lanjutkan sekolah jarak jauh atau metode serupa, dengan metode kombinasi jika perlu dan memungkinkan
(misalnya, sebagian kelompok pelajar dapat mengikuti kelas secara daring, belajar dari rumah melalui tugas pekerjaan rumah,
blog, dan kegiatan fisik di rumah).
• Jika sekolah jarak jauh tidak memungkinkan, undang pelajar untuk membawa pulang buku pelajaran atau mengirimkan
tugas. Pertimbangkan siaran pelajaran melalui radio atau televisi, berikan pekerjaan rumah dengan buddy system bersama
kakak di rumah atau dengan teman melalui telepon.
• Pastikan anak yang tidak mengikuti kegiatan sekolah banyak ditindaklanjuti dan didukung sesuai umurnya dan hindari
menghukum atau menstigmatisasi pelajar demikian.

Pemantauan sekolah setelah dibuka kembali


Saat langkah-langkah perlindungan sekolah diterapkan, berbagai faktor seperti faktor-faktor berikut harus dipantau:
• Efektivitas intervensi sekolah jarak jauh:
o Seberapa mampu sekolah mengembangkan strategi sekolah jarak jauh?
o Berapa proporsi anak yang berhasil dijangkau?
o Bagaimana umpan balik dari pelajar, orang tua, dan guru?
• Efek kebijakan-kebijakan dan langkah-langkah ini pada tujuan pendidikan dan hasil belajar.
• Efek kebijakan-kebijakan dan langkah-langkah ini pada kesehatan dan kesejahteraan anak-anak, saudara kandung, staf, orang
tua, dan anggota keluarga.
• Tren putus sekolah setelah pembatasan dicabut.
Diperlukan kolaborasi dini yang inklusif antara sekolah dan masyarakat untuk menyusun dan menerapkan langkah-langkah yang
diperlukan. Perlu ada fleksibilitas dan pendekatan-pendekatan perlu dimodifikasi sesuai kebutuhan. Praktik-praktik baik perlu dipelajari
dan dibagikan. Menutup sekolah secara total tanpa menjalankan metode-metode pembelajaran jarak jauh yang sesuai konteks serta

ii
Sebagian besar penelitian menggunakan jarak satu meter sebagai benchmark untuk jalur semburan droplet saluran pernapasan. Satu
meter sama dengan 3 kaki 3,37 inci. WHO terus memantau penelitian yang ada tentang risiko penularan COVID-19.
-5-
Lampiran: Pertimbangan langkah-langkah kesehatan masyarakat dan sosial di tempat kerja
strategi-strategi adaptasi untuk mengurangi potensi kerugian mungkin bukanlah pilihan terbaik maupun satu-satunya, dan sebaiknya
hanya dipertimbangkan ketika tidak ada alternatif lainnya.
World Health Organization memberikan pertimbangan-pertimbangan ini untuk mendukung penyusunan kebijakan dan membantu
pengambil keputusan, lembaga pendidikan, dan pengasuh di tengah masa yang berbeda dan menantang ini seiring upaya pihak-pihak
tersebut untuk menentukan yang terbaik bagi anak-anak, pelajar, dan masyarakat.

Referensi
1. Viner RM, Russell SJ, Croker H et al. 2020. School closure and management practices during coronavirus outbreaks including
COVID-19: a rapid systematic review. Lancet Child Adolesc Health 2020; 4: 397–404
(https://www.thelancet.com/action/showPdf?pii=S2352-4642%2820%2930095-X, diakses 06 April 2020)
2. World Health Organization. Considerations in adjusting public health and social measures in the context of COVID-19
(Interim guidance) (https://www.who.int/publications-detail/considerations-in-adjusting-public-health-and-social-measures-
in-the-context-of-covid-19-interim-guidance, diakses 16 April 2020)
3. UNICEF, WHO, IFRC 2020. Key Messages and Actions for COVID-19 Prevention and Control in Schools
(https://www.unicef.org/reports/key-messages-and-actions-coronavirus-disease-covid-19-prevention-and-control-schools,
diakses 10 Maret 2020)
4. UNESCO, UNICEF, World Bank, World Food Programme. Framework for reopening schools, April 2020
(https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000373348, diakses 01 April 2020)
5. Boast A, Munro A, Goldstein H. An evidence summary of Paediatric COVID-19 literature, Don't Forget the Bubbles, 2020
(https://dontforgetthebubbles.com/evidence-summary-paediatric-covid-19-literature, diakses 03 April 2020)
6. Dong Y, Hu Y, Qi X, Jiang F, Jiang Z, Tong S 2020. Epidemiology of COVID-19 Among Children in China. Pediatrics Vol.
145, Issue 5 (https://pediatrics.aappublications.org/content/early/2020/03/16/peds.2020-0702.1, diakses 01 May 2020)
7. National Centre for Immunisation Research and Surveillance (NCIRS). COVID-19 in schools – the experience in New South
Wales (http://ncirs.org.au/sites/default/files/2020-
04/NCIRS%20NSW%20Schools%20COVID_Summary_FINAL%20public_26%20April%202020.pdf, diakses 26 April
2020)
8. World Health Organization. Population based age stratified seroepidemiological investigation protocol for COVID-19 virus
infection (https://www.who.int/publications-detail/population-based-age-stratified-seroepidemiological-investigation-
protocol-for-covid-19-virus-infection, diakses 17 Maret 2020)
9. Zhang J, Litvinova M, Liang Y, Wang Y, Wang W, Zhao S, Wu Q, Merler S, Viboud C, Vespignani A, Ajelli M, Yu H.
Science. Changes in contact patterns shape the dynamics of the COVID-19 outbreak in China. Science
(https://science.sciencemag.org/content/early/2020/05/04/science.abb8001/tab-pdf, diakses 29 April 2020)
10. World Health Organization. Water, sanitation, hygiene, and waste management for the COVID-19 virus (Interim Guidance)
(https://www.who.int/publications-detail/water-sanitation-hygiene-and-waste-management-for-the-covid-19-virus-interim-
guidance, diakses 23 April 2020).

Sumber bermanfaat lainnya


UNESCO. UNESCO COVID 19 Education Response; Education Sector issue notes - Issue note n° 7.1 – April 2020
(https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000373275).
World Health Organization. Non-pharmaceutical public health measures for mitigating the risk and impact of epidemic and pandemic
influenza. Jenewa, Oktober 2019 (https://www.who.int/influenza/publications/public_health_measures/publication/en/).

Ucapan terima kasih


Dokumen ini disusun dengan berkonsultasi dengan UNICEF, IFRC, dan berbagai WHO Regional Office.

WHO terus memantau dengan cermat perubahan-perubahan dalam situasi ini yang dapat berpengaruh pada panduan interim ini. Jika
ada faktor yang berubah, WHO akan menerbitkan pemutakhiran panduan ini. Jika tidak, panduan interim ini akan berakhir masa
berlakunya 2 tahun setelah tanggal publikasi.

© World Health Organization 2020. Sebagian hak dilindungi. Karya ini tersedia berdasarkan lisensi CC BY-NC-SA 3.0 IGO.

Nomor referensi WHO: WHO/2019-nCoV/Adjusting_PH_measures/Schools/2020.1

-6-

Anda mungkin juga menyukai