Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

Disusun Oleh :
RIKI SABDATUS ANDREANSE
NIM : 1911515121

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
WAHAM

A. KASUS / MASALAH UTAMA : WAHAM


1. Pengertian Waham
b. Waham adalah keyakinan pribadi palsu yang tidak sesuai dengan kecerdasan
seseorang atau latar belakag budaya. Individu terus untuk memiliki keyakinan
meskipun bukti jelas bahwa itu adalah palsu atau tidak rasional (townsend, 2014)
c. Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realistas yang
salah, keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien. (keliat, 2011)
d. Waham/gangguan proses piker adalah disrupsi/kekacauan dari proses kognitif dan
aktifitas kognitif (NANDA I, 2011)

2. Klasifikasi Waham
a. Menurut shives 2012, waham dibagi menjadi:
1) Waham persecutory/kejar : waham ini percaya bahwa ada yang bersengkokol
melawan, memata-matai, meracuni, atau dibius, ditipu, dan difitnah jahat.
2) Waham cemburu : seseorang meyakini bahwa orang yang di cintai atau orang
yang di sayangi atau orang penting lainnya adalah setia. Waham ini terjadi
biasanya pada seseorang yang dengan penyakit psikiatri sebelumnya
3) Waham erotomatic : keyakinan bahwa seseorang yang berstatus social tinggi
atau seorang public figurw mencintainya, keyakinan ini biasanya terjadi pada
wanita.
4) Waham kebesaran : seseorang meyakini bahwa dirinya memiliki kedudukan
penting atau sebagai orang yang penting. (mis. Seseorang meyakini bahwa
dirinya adalah seorang yang membuat penemuan penting)

5) Waham somatik : keyakinan bahwa dirinya mengalami kecacatan akan tetapi


dalam pemeriksaan medis tidak terjadi gangguan.

b. Waham ada beberapa tipe menurut (townsend, 2014) adalah sebagai berikut:
1) Tipe Erotomatic

Individu percaya bahwa seseorang, biasanya dari status yang lebih tinggi, jatuh
cinta dengan dia. Orang terkenal sering subyek waham erotomatic. Kadang-
kadang waham dirahasiakan, tetapi bebrapa orang mugkin mengikuti,
menghubungi, atau jika tidak mencoba untuk mengajar obyek khayalan mereka.

2) Tipe Kebesaran

Individu dnegan waham megah memiliki irasional ide-ide tentang nilai mereka
sendiri, bakat, pengetahuan, atau kekuasaan. Mereka mungkin percaya bahwa
mereka memiliki hubungan khusus dengan orang terkenal atau bahkan
menganggap identitas orang terkenal (percaya bahwa orang yang sebebnarnya
adalah seorang penipu)

3) Tipe Cemburu

Isi waham cemburu berpusat pada gagasan bahwa pasangan seksual seseorang
tidak setia. Idenya adalah tidak rasional dan tanpa sebab, tetapi indivisu dengan
pencarian khayalan bukti untuk membenarkan keyakinan. Pasangan seksual
dihadapkan (dan kadang-kadang diserang secara fisik) mengenai perselingkuhan
dibayangkan.

4) Tipe persecutory

Dalam wahma persecutory, yang plaing umum jenis, individu percaya bahwa
mereka sedang dianiaya atau dengki diperlakukan dalam beberapa cara. Sering
termasuk yang diplotan terhadap, ditipu, diikuti dan memata-matai, keracunan,
atau dibius. Individu mungkin terobsesi dan membesar-besarkan sebuah
penolakan sedikit (baik nyata atau membayangkan) sampai menjadi focus dari
system waham

5) Tipe Somatic

Individu dengan waham somaic percaya mereka memiliki jenis kondisi medis
umum.

6) Tipe Campuran
Ketika gangguan dicampur, waham yang menonjol, tapi ada satu tema yang
dominan.
3. Rentang Respons

Adaptif Maladaptif

1. Pikiran 1. Kadang 1. Gangguan


logis proses proses
piker piker
2. Persepsi terganggu (waham)
akurat
2. Ilusi 2. Halusinasi
3. Emosi
konsisten 3. Emosi 3. Kerusakan
dengan emosi

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Faktor Presipitasi WAHAM
Ini termasuk faktor resiko menurut (Shives, 2012) seperti berikut :
a. Relokasi karena imigrasi atau emigrasi
b. Isolasi Social
c. Gangguan sensorik seperti ketulian dan kebutaan
d. Stress berat
e. Status social ekonomi rendah dimana seseorang mungkin mengalami perasaan
deskriminasi atau ketidak berdayaan
f. Kepribadian fitur seperti rendah diri atau sensitivitas interpersonal yang tidak bisa

g. Konflik percaya-takut

Penelitian telah menunjukan bahwa waham juga bisa terjadi akibat penyakit
neurologis yang diidentifikasi, terutama penyakit-penyakit yang mempengaruhi
system limbic dan ganglia basal. Juga terkait dengan lesi fokal pada lobus frontal
atau belahan kanan otak (Cleveland Clinik,2009; Sandock & Sadock,2010).
Beberapa penelitian menemukan bahwa waham lebih umum di antara keluarga
adalah skizofrenia (APA,2000)
Faktor Presipitasi Menurut (Townsend,2014)
a. Perubahan histologist
Hipotesis bahwa perubahan ini dalam hippocampus sel terjadi selama trimester
kedua dari kehamilan dan mungkin terkait dengan infuenza virus dihadapi oleh ibu
selama periode ini.
b. Kondisi fisik
Beberapa penelitian telah melaporkan hubungan antara skizofrenia dan
epilepsi(terutama lobus temporal), Huntington penyakit, trauma kelahiran, cedera
kepala di dewasa, penyalahgunaan alkohol, tumor otak (terutama dalam sistem
limbik), kecelakaan serebrovaskular, lupus eritematosus sistemik, myxedema,
parkinsonisme, penyakit Wilson.
c. Pengaruh psikologis
Dalam gangguan skizofrenia mempertimbangkan baik psikososial dan faktor
biologis yang mempengaruhi skizofrenia. Kelainan mempengaruhi pasien individu,
masing-masing diantara nya memiliki keunikan psikologis.
d. Pengaruh lingkungan

Faktor sosial budaya banyak penelitian telah dilakukan yang memiliki berusaha
untuk menghubungkan skizofrenia kelas sosial. Memang statistik epidemiologi
telah menunjukan bahwa jumlah yang lebih besar dari individu dari bawah kelas
sosial ekonomi mengalami gejala terkait dengan skizofrenia dari pada orang-orang
dari lebih tinggi kelompok sosial ekonomi (Puri & Treasaden,2011).

2. Stressor Pencetus
a. Biologi
Stressor biologi hubungan langsung dengan respon neurologis yang maladaptive
termasuk.
1) Gangguan dalam putaran umpan balik yang mengatur proses informasi
2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
b. Stress lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Pemicu gejala

Prekusor dan stimuli yang sering menimbulkan episode baru suatu penyakit.
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologist yang maladaptive
berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan perilaku individu (Struat and
Laraia,2005).

4. Mekanisme Koping
a. Regresi
Menghindari stress kecemasan, dengan menampilkan perilaku kembali seperti pada
perkembangan anak.
b. Proyeksi
Keinginan yang tidak dapat di toleransi, mencurahkan emosi kepada orang lain
karena kesalahan yang di akui sendiri.
c. Menarik diri

Reaksi yang di tampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologi. Reaksi fisik
yaitu individu pergi atau lari menghindari sumber stressor, sedangkan reaksi
psikologi individu menunjukan perilaku apatis, mengisolasi diri tidak berminat,
sering disertai rasa takut dan bermusuhan. (Stuart and Laria,2005)

5. Sumber Koping
Sumber koping individu harus dikaji dengan pemahaman terhadap perilaku, kekuatan
dapat meliputi seperti model intelegensia atau kreaktivitas yang tinggi. Orang tua
secara aktif mendidik anak-anak dan dewasa muda tentang keterampilan koping
karena mereka biasanya tidak hanya belajar dari pengamatan. Sumber keluarga dapat
berupa pengetahuan tentang penyakit, financial yang cukup, ketersediaan waktu,
tenaga dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan
(Stuart,2010). Kondisi keluarga yang perlu dikaji adalah komunikasi dalam keluarga
baik waktu maupun kualitasnya, kemungkinan kegiatan sehari-hari yang dapat klien
lakukan baik perawatan diri maupun kegiatan sehari-hari. (Keliat,2010)
C. POHON MASALAH
1. Pohon masalah

Pohon Masalah Perubahan Isi Pikir : Waham

2. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


a. Masalah keperawatan :
1) Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2) Kerusakan komunikasi : verbal
3) Perubahan isi pikir : waham
4) Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
b. Data yang perlu dikaji :
1) Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
 Data subjektif

Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada


seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-
barang dan tidak mampu mengendalikan diri

 Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara
menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar
barang-barang.
2) Kerusakan komunikasi : verbal

 Data subjektif

Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik 

 Data objektif

Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang


didengar dan kontak mata kurang.
3) Perubahan isi pikir : waham ( ………….)
 Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai kenyataan. 
 Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak
(diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak
tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah
tersinggung.
4) Gangguan konsep diri: harga diri rendah
 Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri 
 Data objektif

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih


alternative tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perubahan isi pikir : waham

E. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa I: Perubahan isi pikir : waham
Tujuan umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan : 
1. Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
topik, waktu, tempat).
2. Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat menerima
keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima,
katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak
membicarakan isi waham klien.
3. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan perawat
akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan
keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
4. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri

Tujuan khusus  Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki


Tindakan : 
1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
2. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat
ini yang realistis.
3. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya
saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari - hari dan perawatan diri).
4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

Tujuan khusus : Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi


Tindakan : 
1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama
di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya
waham.
4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien
dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.

Tujuan khusus  Klien dapat berhubungan dengan realitas


Tindakan : 
1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan
waktu).
2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
3. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien

Tujuan khusus  Klien dapat menggunakan obat dengan benar


Tindakan : 
1. Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi,
efek dan efek samping minum obat.
2. Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama
pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
3. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
4. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

Tujuan khusus  Klien dapat dukungan dari keluarga


Tindakan : 
1. Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan
keluarga tentang: gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga
dan  follow up
2. Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA

FIK-UI, (2014). Standar asuhan keperawatan : spesialis keperawatan jiwa,


workshops kw-7,faakultas ilmu keperawatan ,universitas
indonesia,jakarta
Kusumo, Ns. Satrio; dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandar
Lampung. LP2M IAIN Raden Intan Lampung.
Kusumo, Ns. Satrio; dkk. 2018. Panduan Penegakan Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Pemanfaatan di Area Klinik dan Pengajaran Keperawatan.
Surabaya. CV. Gemilang.

Anda mungkin juga menyukai