Proposal Metopen
Proposal Metopen
Proposal Penelitian :
Oleh :
Didik Suprawati
K1A1 18 111
FAKULTAS KEDOKTERAN
KENDARI
2020
i
HALAMAN PENGESAHAN
Fakultas : Kedokteran
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL..............................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum......................................................................................4
2. Tujuan Khusus.....................................................................................4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis..................................................................................4
2. Manfaat Aplikatif................................................................................4
A. Rancangan Penelitian................................................................................21
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Waktu Penelitian.................................................................................22
2. Lokasi Penelitian.................................................................................22
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian..............................................................................22
2. Sampel Penelitian................................................................................22
iii
3. Kriteria Sampel....................................................................................23
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data........................................................................................23
2. Alat dan Bahan Penelitian...................................................................23
3. Cara Kerja............................................................................................24
E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Definisi Operasional............................................................................25
2. Kriteria Objektif..................................................................................25
F. Analisis Data.............................................................................................26
G. Alur Penelitian...........................................................................................28
H. Etika Penelitian..........................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................31
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Di Indonesia, prevalensi anemia masih cukup tinggi, Menurut
Riskesdas 2013, proporsi anemia menurut kriteria umur 5-14 tahun 26,4 %
dan umur 15-24 tahun 18,4 %, menurut kriteria jenis kelamin laki-laki18,4%
dan perempuan 23,9%, dan kriteria tempat tinggal diperkotaan 20,6% dan
perdesaan 22,8 %. Tahun 2015 prevalensi anemia pada remaja puteri di
Indonesia yaitu sebesar 18,22%. Sementara target dari Kementerian
Kesehatan adalah sebesar 30%. Itu artinya masih banyak terdapat remaja
yang menderita anemia khususnya usia 15-21 tahun. (Kemenkes RI, 2015)
Prevalensi anemia pada remaja puteri di Provinsi Sulawesi Tenggara
mancapai sekitar 18,1 % untuk tahun 2016 remaja puteri yang menderita
anemia. (Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara, 2016)
Menurut hasil pemantauan status gizi provinsi Sulawesi tenggara
pada tahun 2016, presentase remaja puteri yang mendapatkan tablet
penambah darah masih sangat rendah yaitu 12,8% . menunjukan masih
banyak remaja puteri yang mengalami anemia dan akan menghasilkan
generasi penerus yang mengalami masalah gizi apabila tidak dicegah sejak
masa remaja. (Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara, 2016)
Kejadian anemia tidak terlepas dari masalah kesehatan lainnya, faktor
yang mendorong terjadinya anemia antara lain adanya menstruasi setiap bulan
pada remaja putri, remaja putri yang sering kali menjaga penampilan, ingin
kurus sehingga berdiet dan mengurangi makan. Penyebab utama anemia pada
wanita adalah kurang memadainya asupan makanan sumber Fe, sedangkan
kebutuhan Fe pada remaja putri meningkat karena kehilangan darah saat
menstruasi (Saranani, 2018).
Dampak dari anemia itu sendiri dinilai sebagai masalah yang sangat
serius terhadap kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan kejadian anemia pada remaja adalah pucat, lemah, letih,
pusing, selain itu dapat menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar,
menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak,
meningkatkan resiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh
menurun. Dampak anemia pada wanita dapat menurunkan daya tahan tubuh
2
sehingga mudah sakit dan menurunkan produktif kerja, kadar hemoglobin
denga produktivitas kerja menunjukan adanya korelasi yang positif, hal ini
berarti semakin rendah kadar Hb, maka produktivitas kerja semakin menurun
(Widyastuti, 2008).
Mencegah anemia pada remaja putri menjadi sangat penting, karena
nantinya wanita yang menderita anemia dan hamil akan menghadapi banyak
resiko, yaitu abortus, melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, mengalami
penyulit lahirnya bayi karena rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik
ataupun karena tidak mampu meneran, perdarahan setelah persalinan yang
sering berakibat kematian. Bila sejak remaja menderita anemia, saat hamil
dan melahirkan bayinya juga akan mengalami anemia. Padahal zat besi sangat
penting untuk perkembangan otak. Akibatnya akan lahir bayi dengan
kecerdasan di bawah rata-rata. Diperlukan pendidikan kesehatan pada remaja
putri sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dalam upaya pencegahan
anemia yang akan membawa dampak positif pada perilaku yang tepat
(Kristianingsih, 2016).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pola menstruasi remaja puteri di SMP Negeri 3 Tongauna
2. Bagaimana tingkat anemia pada remaja puteri di SMP Negeri 3 Tongauna
3. Bagaimana hubungan antara pola menstruasi dengan kejadian anemia pada
remaja putri di SMP Negeri 3 Tongauna
C. Tujuan Penelitia
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara pola mensntruasi dengan kejadian anemia ada remaja
putri di SMP Negeri 3 Tongauna.
3
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pola menstruasi remaja putri di SMP Negeri 3
Tongauna.
b. Untuk mengetahui tingkat anemia pada remaja putri di SMP
Negeri 3 Tongauna.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dari penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan ilmu
pengetahuan khususnya dalam mengetahui hubungan pola menstruasi
dengan kejadian anemia pada remaja putri.
2. Manfaat Aplikatif
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk membuat
kebijakan dalam hal pencegahan dan pengobatan dini terhadap
kejadian anemia pada remaja putri dan dapat dijadikan bahan untuk
penelitian lebih lanjut.
b. Sebagai panduan kepada orang tua tentang pentingnya mengetahui
kesehatan remaja putri agar mengurangi kejadian anemia pada remaja
putri.
c. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang kejadian
hidup.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Pola Menstruasi
Pola menstruasi adalah serangkaian proses menstruasi yang
terdiri dari siklus menstruasi dan lama perdarahan menstruasi. Siklus
menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai
datangnya menstruasi periode berikutnya. Sedangkan siklus menstruasi
pada wanita normalnya berkisar antara 21-35 hari dan hanya 10-15%
yang memiliki siklus menstruas28 hari dengan lama menstruasi 3-5
hari, ada yang 7-8 hari. Setiap hari ganti pembalut 2-5 kali.
Panjangnya siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh usia, berat badan,
aktivitas fisik, tingkat stres, genetik dan gizi (Wiknjosastro, 2009).
5
dianggap normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-
fragmen kelupasan endrometrium yang bercampur dengan darah yang
banyaknya tidak tentu.Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan
aliran darahnya terlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat
mungkin ditemukan.Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini
disebabkan oleh suatu sistem fibrinolitik lokal yang aktif di dalam
endometrium. Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita
normal selama satu periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa
kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml. Konsentrasi Hb normal 12 gr per dl
dan kandungan besi Hb 3,4 mg per g, volume darah ini mengandung 12-
29 mg besi dan menggambarkan kehilangan darah yang sama dengan
0,4 sampai 1,0 besi untuk setiap hari siklus tersebut atau 150 sampai
400 mg per tahun (Heffner, 2008).
c. Gejala Klinis
Franser (2009) mengatakan terdapat tiga fase utama yang
mempengaruhi struktur jaringan endometrium dan dikendalikan oleh
hormone ovarium. Fase tersebut antara lain :
1) Fase menstruasi
Fase ini ditandai dengan perdarahan vagina, selama 3-5
hari.Fase ini adalah fase akhir siklus menstruasi, yaitu saat endometrium
luruh ke lapisan basal bersama darah dari kapiler dan ovum yang
tidak mengalami fertilisasi.
2) Fase proliferative
Fase ini terjadi setelah menstruasi dan berlangsung
ovulasi.Terkadang beberapa hari pertama saraf endometrium dibentuk
kembali disebut fase regenerative. Fase ini dikendalikan oleh estrogen
dan terdiri atas pertumbuhan kembali dan penebalan endometrium. Pada
fase ini endometrium terdiri atas tiga lapisan:
6
a) Lapisan basal terletak tepat diatas myometrium, memiliki
ketebalan sekitar 1 mm. lapisan ini tidak pernah mengalami
perubahan selama siklus menstruasi. Lapisan basal ini terdiri atas
struktur rudimenter yang penting bagi pembentukan endometrium
baru.
b) Lapisan fungsional yang terdiri atas kelenjar tubular dan
memiliki ketebalan 2,5 mm. lapisan ini terus mengalami
perubahan sesuai pengaruh hormonal ovarium.
c) Lapisan epitelium kuboid bersilia menutupi lapisan
fungsional. Lapisan ini masuk ke dalam untuk melapisi kelenjar
tubular.
3) Fase Sekretori
Fase ini terjadi setelah ovulasi di bawah pengaruh progesteron dan
estrogen dari korpus luteum. Lapisan fungsional menebal sampai 3,5
mm dan menjadi tampak berongga Karena kelenjar ini lebih berliku-
liku.
7
Perdarahan menstruasi yang lebih lama atau lebih banyak
daribiasanya (lebih dari 8 hari).
8
1) Fungsi Hormon Terganggu
Menstruasi terkait erat dengan system hormone yang diatur
di otak,tepatnya di kelenjar hipofisis. System hormonal ini
akan mengirimsinyal ke indung telur untuk memproduksi sel
telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu otomatis siklus
menstruasi pun akan terganggu.
2) Kelainan Sistemik
Wanita yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus bias
mempengaruhi siklus menstruasinya karena sistem metabolism
didalam tubuh tidak bekerja dengan baik. Wanita penderita
penyakit diabetes juga akan mempengaruhi sistem
metabolismenya sehingga siklus menstruasinya tidak teratur.
3) Cemas
Cemas juga dapat mengganggu sistem metabolisme didalam
tubuh, bisa saja karena stress/ cemas wanita jadi mulai lelah,
berat badan turun drastis, sakit-sakitan, sehingga
metabolismenya terganggu.Bila metabolismenya terganggu, siklus
menstruasinya pun ikut terganggu.
4) Kelenjar Gondok
Terganggu fungsi kelenjar gondok/ tiroid juga bisa menjadi
penyebab tidak teraturnya siklus mentruasi.Gangguan bisa berupa
produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun
terlalu rendah (hipotiroid), pasalnya sistem hormonal tubuh
terganggu.
5) Hormon Prolaktin Berlebihan
Pada wanita menyusui produksi hormon prolaktin cukup
tinggi. Hormon prolaktin ini sering kali membuat wanita tak
kunjung menstruasi karena memang hormon ini menekan tingkat
kesuburan.Pada kasus ini tidak masalah, justru sangat baik untuk
memberikan kesempatan guna memelihara organ
reproduksinya.Sebaliknya, tidak sedang menyusui, hormon prolaktin
9
juga bias tinggi. Biasanya disebabkan kelainan pada kelenjar
hipofisis yang terletak di dalam kepala.
6) Kelainan Fisik (Alat Reproduksi)
Kelainan fisik yang dapat menyebabkan tidak
mengalamimenstruasi (aminorea primer) pada wanita adalah:
a) Selaput dara tertutup sehingga perlu operasi untuk
membuka selaput dara.
b) Indung telur tidak memproduksi ovum.
c) Tidak mempunyai ovarium.
10
oleh infeksi dan aktivitas yang mnegeluarkan energi. Kebutuhan zat gizi
mencapai titik tertinggi pada saat remaja.
Puncak pertumbuhan terjadi sekitar 12-18 bulan sebelum mengalami
menstruasi pertama atau sekitar usia 10-14 tahun (Briawan, 2008).
Selama periode remaja, kebutuhan zat besi meningkat sebagai hasil dari
ekspansi total volumedarah, peningkatan masa lemak tubuh, dan
terjadinya menstruasi.peningkatan kebutuhan berhubungan denganwaktu
dan ukuran growth spurt sama seperti kematangan seksual dan terjadinya
menstruasi. Sehingga remaja putri lebih rawan mengalami anemia besi
dibandingkan dengan remaja pria. (Wahyu, 2016)
11
yang kurang akan mempengaruhi zat besi didalam tubuh sehingga
didalam tubuh zat besi rendah, dapat menyebabkan anemia(Arisman,
2009).
2) Konsumsi Makanan
Konsumsi makanan adalah informasi tentang jenis dan jumlah
makanan yang akan dimakan (dikonsumsi) seseorang atau
kelompok dalam waktu tertentu. Anemia pada remaja putri
dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang tinggi dengan zat besi.
Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah makanan yang
berasal dari hewani (seperti daging, hati dan ayam). Makanan
nabati (seperti sayuran hijau tua) walaupun kaya akan zat besi,
namun hanya sedikit yang dapat diserap dengan baik oleh usus.
(Depkes RI, 2018).
Rendahnya asupan zat besi ke dalam tubuh yang berasal dari
konsumsi zat besi dari makanan merupakan salah satu penyebab
anemia. Rendahnya konsumsi makanan pada remaja putrid
dikarenakan remaja putri sangat memperhatikan bentuk tubuh
(body image), sehingga ketika dibatasi, konsumsi makananyang
kurang akan mempengaruhi status gizi seseorang (Arisman, 2009)
3) Menstruasi
Anemia pada remaja putrid disebabkan masa remaja sudah
mengalami menstruasi. Menstruasi adalah keadaan yang fisiologis,
peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa - sisa sel secara
berkala yang berasal dari mukosa uterus dan terjadi relatif
teratur mulai dari menarche sampai menopause, kecuali pada
masa hamil dan laktasi (Prawirohardjo, 2011).
12
Pada umumnya, menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari dan
selama 7 hari. Lama perdarahannya sekitar 3 – 5 hari dengan
jumlah darah yang hilang sekitar 30 – 40cc (Manuaba, 2006).
Menstruasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempunyai
sistem tersendiri yaitu sistem susunan saraf pusat dengan panca
indera, sistem hormonal aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial,
perubahan yang terjadi pada ovarium, perubahan yang terjadi pada
uterus, dan rangsangan estrogen dan progesterone langsung pada
hipotalamus, dan perubahan emosi (Manuaba, 2009).
a) Fisiologi Menstruasi
Selain estrogen dan progesterone, hormon yang
berpengaruh terhadap terjadinya proses menstruasi yaitu,
hormon perangsang folikel (FSH), berfungsi merangsang folikel
primordial yang dalam perjalanannya mengeluarkan hormon
estrogen untuk pertumbuhan tanda seks sekunder wanita,
lueteinizing hormon (LH) yang berfungsi untuk merangsang
indung telur (Proverawati, 2009).
Proses menstruasi diawali dengan terjadinya ovulasi
(pelespasan sel telur) yang ditandai dengan meningkatnya
produksi estrogen yang menyebabkan menebalnya dinding
dalam rahim (fase proliferasi). Estrogen menekan hormon
FSH tetapi juga merangsang LH, sehingga LH merangsang
folikel De Graaf melepas sel telur. Ovum ditangkap oleh rumbai
falopii dan dibungkus oleh korona radiate.
Folikel Graaf mengalami ovulasi berubah menjadi korpus
rubrum dan menjadi korpus luteum dan mengeluarkan hormon
estrogen serta progesteron. Estrogen menyebabkan
endometrium atau dinding dalam rahim menebal dan
mengalami fase sekresi, pembuluh darah lebih dominan
mengeluarkan cairan. Karena tidak terjadi pembuahan, korpus
luteum mati menyebabkan endometrium tidak mampu ditahan,
13
oleh karena estrogen dan progesteron berkurang sampai
menghilang (fase vasokontriksi atau pengerutan pembuluh
darah). Akhirnya endometrium kekurangan aliran darah diikuti
vasodilatasi (penebalan pembuluh darah) dan pelepasan atau
peluruan endometrium berupa darah dalam bentuk menstruasi
(Prawirohardjo, 2011).
b) Siklus Menstruasi
Menstruasi yang normal adalah siklus menstruasi dengan
28 – 35 hari. Siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal hari
pertama mulainya menstruasi yang lalu dengan hari pertama
mulainya menstruasi berikutnya. Setiap remaja putri,
mengalami siklus menstruasi yang berbeda-beda. Penyebab
menstruasi atau haid yang tidak teratur adalah karena
ketidakseimbangan hormon pada reproduksi wanita, yang mana
diketahui hormon estrogen dan progesteron harus dalam
komposisi yang tepat untuk mengetahui kapan sel telur
terbentuk pada indung telur, kapan sel telur lepas, dan kapan
menstruasi (Prawirohardjo, 2011).
Nizomy (2002) menyatakan bahwa suatu siklus menstruasi
dikatakan teratur atau pendek, normal maupun panjang apabila
sudah berjalan tiga kali siklus dengan lama siklus yang sama
atau bisa dirata-rata (Nizomy, 2002). Ketidakteraturan
menstruasi adalah kondisi yang mana siklus dengan durasi
yang berbeda setiap bulannya (Tarigan, 2010). Siklus
menstruasi yang tidak teratur setiap bulannya ataupun pendek
bagi remaja putri pada masa awal adalah hal yang normal.
Mungkin saja remaja putri mengalami jarak antara 2 siklus
berlangsung lebih lama (selama 2 bulan) atau berlangsung lebih
cepat (1 bulan terjadi 2 siklus) (Baziad, 2009).
Klasifikasi siklus menstruasi antara lain :
14
Siklus Pendek
Siklus pendek adalah siklus menstruasi yang lebih pendek
dari biasanya (kurang dari 21hari).
Siklus Panjang
Disebut siklus panjang, karena siklus menstruasi lebih dari
35 hari. Perdarahan pada oligomenorea biasanya berkurang.
Pada kasus ini kesehatan wanita tidak terganggu dan
kesuburan cukup baik
15
d) Hubungan Lama Menstruasi Dengan Kejadian Anemia
Kekurangan zat besi di dalam tubuh disebabkan
oleh beberapa hal, salah satunya karena kehilangan darah
yang berlebihan (menstruasi setiap bulan) (Depkes, 2019).
4) Riwayat Penyakit
Anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga lebih
mudah mengalami infeksi. Infeksi merupakan faktor yang penting
dalam menimbulkan anemia, dan anemia adalah konsekuensi
dari peradangan dan asupan makanan yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan zat besi (Wahyu, 2016). Kehilangan darah akibat infeksi
cacing dan trauma dapat menyebabkan defisiensi zat besi dan
anemia. Angka kesakitan yang diperoleh karena infeksi meningkat
pada populasi yang mengalami difisiensi besi akibat dari
menurunnya sistem imun.
a) Cacingan
Cacingan adalah penyakit yang menular. Gejala yang paling
sering muncul adalah masalah pencernaan, penurunan berat
badan dan juga penurunan kecerdasan anak. Hal ini terjadi
16
karena cacingan merusak mukosa (dinding usus) dan
mengambil zat-zat gizi yang berasal dari makanan sehingga
mengalami gangguan absorbsi makanan. Penyakit lain yang
dapat muncul akibat cacingan antara lain anemia. Mengalami
anemia karena walaupun konsumsi makanan tinggi zat besi
tetapi menderita cacingan sehingga zat besi tidak bisa di
absorbsi dengan baik (Retnosari, 2011).
Adanya infeksi cacing tambang juga menyebabkan
perdarahan pada dinding usus, meskipun sedikit tetapi terjadi
secara terus menerus sehingga mengakibatkan kehilangan darah
atau zat besi (Dreyfuss et al 2000).
Anemia yang dihubungkan dengan infeksi terjadi karena
kahilangan darah langsung/ tethambatnya erythropoises/ karena
hemolisis. Infeksi cacing tambang menyebabkan kehilangan
darah, parasit malaria memenuhi kebutuhannya akan protein
melalui pemecahan Hb yang menyebabkan terdapatnya gugusan
hem dalam bentuk pigmen malaria. Pemeriksaan laboratorium
mengidentifikasi spesifikasi parasit secara makroskopis
maupun mikroskopis menurut Magdalena (2005) yang
memerlukan tehnik khusus yaitu dengan menemukan parasit,
larva/ telur dalam tinja, sputum/ jaringan hospes.
b) Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit menular karena
Plasmodium (Klas Sporozoa) yang menyerang sel darah merah.
Parasit membuat peradangan dan pemanfaatan hemoglobin
sehingga menyebabkan anemia. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa malaria memiliki kadar hemoglobin yang lebih rendah
dibandingkan dengan yang tidak menderita malaria.
Walaupun persentase sel darah merah yang terinfeksi lebih
sedikit, anemia dapat timbul karena blokade penempatan sel
darah merah (Thurnham & Northrop-Clewes, 2007).
17
Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesis yang
tepat dari penderita tentang keluhan utama (demam,
menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual,
muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal- pegal), riwayat
berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah
endemis malaria, riwayat tinggal di daerah endemis malaria,
riwayat sakit malaria, riwayat minum obat malaria satu
bulan terakhir, riwayat mendapat transfusi darah.
b) Aktivitas
Sifat energik pada usia remaja menyebabkan aktivitas
tubuhmeningkat sehingga kebutuhan zat gizinya juga meningkat
(Moehji, 2003)
18
B. Kerangka Teori
Pertumbuhan
fisik
Konsumsi Kbutuhan zat
makanan besi
aktivitas
Siklus
Menstruasi
Anemia
Lama Menstruasi
Infeksi dan
infestasi cacing
19
C. Hipotesis Penelitian
1. Hipoteisis Nol (Ho)
Tidak ada hubungan pola menstruasi dengan kejadian anemia
pada remaja putri di SMP Negeri 3 Tongauna.
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada hubungan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja
putri di SMP Negeri 3 Tongauna.
D. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey anatilik dimana survey ini
mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu
terjadi . Dengan desain cross sectional , dimana hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen diteliti pada
waktu yang sama. Pendekatan cross sectional adalah suatu
penelitian dimana variabel-variabelnya diobservasi sekaligus pada
waktu yang sama dengan metode survey melalui observasi dan
wawancara (Notoatmodjo, 2010).
Remaja Puteri
21
B. Waktu Dan Lokasi Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober
sampai bulan Desember.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 3
Tongauna, Kel. Sendang Mulya Sari, Kec. Tongauna, Kabupaten
Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian obyek yang diambil saat penelitian
dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili
populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas
VIII dan IX SMP Negeri 3 Tongauna yang menenuhi kriteria
inklusi.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total
sampling.
22
3. Kriteria Sampel
a) Kriteria inklusi
1) siswi smp negeri 3 tongauna yang sudah menstruasi
2) usia 13-18 tahun
3) bersedia menjadi responden
b) Kriteria eksklusi
1) Kelas yang tidak direkomendasikan atau tidak
diperbolehkan oleh pihak sekolah menjadi
responden dengan berbagai pertimbangan
23
1) Data sekunder (data siswi SMP Negeri 3 tongauna yang
didapat dari pihak sekolah)
2) Surat pernyataan persetujuan responden (inform consent).
3) Kuesioneir
24
b. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari pihak sekolah, yaitu terkait
tentang data jumlah keseluruhan siswi kelas VIII dan IX SMP
Negeri 3 Tongauna.
2. Variabel Independen
a. Pola Menstruasi
Pola menstruasi adalah serangkaian proses menstruasi yang terdiri
dari siklus menstruasi dan lama perdarahan menstruasi yang dialami
oleh responden.
1) Siklus menstruasi
Interval hari pertama menstruasi sebelumnya dengan hari pertama
menstruasi berikutnya (dalam hari) yang dialami oleh responden.
Kriteria objektif :
Siklus pendek : <21 hari
Siklus normal : 21-35 hari
Siklus panjang : >35 hari
Cara ukur : menggunakan kuesioner
25
2) Lama menstruasi
Lama keluarnya darah responden ketika menstruasi
Kriteria objektif :
Kategori pendek : <3 hari
Kategori normal : 3-8 hari
Kategori panjang : >8 hari
Cara ukur : menggunakan kuesioner
F. Analisis Data
1. Teknik Analisis Data
a) Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian.Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo,
2010). Untuk mengetahui distribusi frekuensi digunakan rumus:
Keterangan :
26
b) Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo,
2010). Analisis bivariate ini akan digunakan untuk mengetahui
hubungan antara pola menstruasi dengan kejadian anemia pada
remaja puteri. Jenis analisis yang digunakan adalah chi square
dengan tingkat kepercayaan 95%. Rumusnya adalah sebagai
berikut :
Keterangan :
o = Frekuensi Observasi
e = Frekuensi Harapan
Grand total
2. Penyajian Data
Data hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel kemudian
dinarasikan dalam bentuk deskriptif sehingga dapat dihasilkan
kesimpulan hasil penelitian.
27
G. Alur Penelitian
Total Sampling
28
H. Etika Penelitian
Perkenalkan diri terlebih dahulu
1. Respect To Autonomy
2. Ensuring Beneficent
3. Ensuring Maleficent
secara fisik atau psikologis bagi partisipan. Untuk itu perlu dilakukan
29
konsep yang dijalankan untuk memastikan bahwa penelitian memiliki
30
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi II. Jakarta:
ECG.
Depkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Kirana, Dian Purwitaningtyas. 2011. Hubungan Asupan Zat Gizi Dan Pola
Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di SMA.
http://eprints.undip.ac.id.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, 2009. Gadar Obstetri & Ginekologi &
Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta, EGC.
31
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Permatasari, W.M. (2016). Hubungan Antara Status Gizi, Siklus dan Lama
Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Remaja Putri Di SMA Negeri 3
Surabaya. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya.
Retnosari, Endah. 2011. Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Remaja
Putri (Studi di SMU Negeri 1 Kota Batu). Skripsi Universitas
Airlangga FKM.
32