Anda di halaman 1dari 36

HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA

PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 3 TONGAUNA

Proposal Penelitian :

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Strata Sarjana (S1)


Pada Program Studi Pendidikan Dokter

Oleh :

Didik Suprawati

K1A1 18 111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Hubungan Pola Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada

Remaja Putri Di Smp Negeri 3 Tongauna.

Nama : Didik Suprawati

NIM : K1A1 18 111

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL..............................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum......................................................................................4
2. Tujuan Khusus.....................................................................................4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis..................................................................................4
2. Manfaat Aplikatif................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum ........................................................................................5


B. Kerangka Teori..........................................................................................19
C. Kerangka Konsep......................................................................................20
D. Hipotesis Penelitian...................................................................................20

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian................................................................................21
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Waktu Penelitian.................................................................................22
2. Lokasi Penelitian.................................................................................22
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian..............................................................................22
2. Sampel Penelitian................................................................................22

iii
3. Kriteria Sampel....................................................................................23
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data........................................................................................23
2. Alat dan Bahan Penelitian...................................................................23
3. Cara Kerja............................................................................................24
E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Definisi Operasional............................................................................25
2. Kriteria Objektif..................................................................................25
F. Analisis Data.............................................................................................26
G. Alur Penelitian...........................................................................................28
H. Etika Penelitian..........................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................31

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan, baik


secara fisik, mental, dan aktivitas sehingga, kebutuhan makanan yang
mengandung zat-zat gizi menjadi cukup besar. Peningkatan kebutuhan zat
gizi pada masa remaja berkaitan dengan percepatan pertumbuhan, dimana zat
gizi yang masuk ke dalam tubuh digunakan untuk peningkatan berat badan
dan tinggi badan yang disertai dengan meningkatnya jumlah dan ukuran
jaringan sel tubuh (Soetjiningsih, 2017).
Remaja memiliki resiko tinggi terhadap kejadian anemia terutama
anemia gizi besi. Hal itu terjadi karena masa remaja memerlukan zat gizi
yang lebih tinggi termasuk zat besi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Remaja putri memiliki resiko yang lebih tinggi
dibandingkan remaja putra, hal ini dikarenakan remaja putri setiap bulannya
mengalami haid (menstruasi). Selain itu remaja putri cenderung sangat
memperhatikan bentuk badannya sehingga akan membatasi asupan makan
dan banyak pantangan terhadap makanan seperti melakukan diet vegetarian
(Almatsier, 2011).
Menurut data dari WHO tahun 2014, jumlah penderita anemia sangat
mencengangkan, sebanyak 4-5 milyar penduduk dunia atau 60-80% dari
populasi penduduk dunia mengalami anemia. Dua milyar penduduk dunia
atau lebih dari 30% populasi penduduk dunia mengalami anemia terutama
karena defisiensi zat besi. WHO Regional Office SEARO menyatakan bahwa
25-40% remaja putri menjadi penderita anemia tingkat ringan sampai berat di
Asia Tenggara, sedangkan di negara berkembang terdapat 370 juta wanita
yang menderita anemia defisiensi zat besi dengan 41% wanita tidak hamil dan
di India, prevalensi anemia dari 45% telah dilaporkan untuk remaja putri
(WHO, 2014).

1
Di Indonesia, prevalensi anemia masih cukup tinggi, Menurut
Riskesdas 2013, proporsi anemia menurut kriteria umur 5-14 tahun 26,4 %
dan umur 15-24 tahun 18,4 %, menurut kriteria jenis kelamin laki-laki18,4%
dan perempuan 23,9%, dan kriteria tempat tinggal diperkotaan 20,6% dan
perdesaan 22,8 %. Tahun 2015 prevalensi anemia pada remaja puteri di
Indonesia yaitu sebesar 18,22%. Sementara target dari Kementerian
Kesehatan adalah sebesar 30%. Itu artinya masih banyak terdapat remaja
yang menderita anemia khususnya usia 15-21 tahun. (Kemenkes RI, 2015)
Prevalensi anemia pada remaja puteri di Provinsi Sulawesi Tenggara
mancapai sekitar 18,1 % untuk tahun 2016 remaja puteri yang menderita
anemia. (Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara, 2016)
Menurut hasil pemantauan status gizi provinsi Sulawesi tenggara
pada tahun 2016, presentase remaja puteri yang mendapatkan tablet
penambah darah masih sangat rendah yaitu 12,8% . menunjukan masih
banyak remaja puteri yang mengalami anemia dan akan menghasilkan
generasi penerus yang mengalami masalah gizi apabila tidak dicegah sejak
masa remaja. (Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara, 2016)
Kejadian anemia tidak terlepas dari masalah kesehatan lainnya, faktor
yang mendorong terjadinya anemia antara lain adanya menstruasi setiap bulan
pada remaja putri, remaja putri yang sering kali menjaga penampilan, ingin
kurus sehingga berdiet dan mengurangi makan. Penyebab utama anemia pada
wanita adalah kurang memadainya asupan makanan sumber Fe, sedangkan
kebutuhan Fe pada remaja putri meningkat karena kehilangan darah saat
menstruasi (Saranani, 2018).
Dampak dari anemia itu sendiri dinilai sebagai masalah yang sangat
serius terhadap kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan kejadian anemia pada remaja adalah pucat, lemah, letih,
pusing, selain itu dapat menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar,
menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak,
meningkatkan resiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh
menurun. Dampak anemia pada wanita dapat menurunkan daya tahan tubuh

2
sehingga mudah sakit dan menurunkan produktif kerja, kadar hemoglobin
denga produktivitas kerja menunjukan adanya korelasi yang positif, hal ini
berarti semakin rendah kadar Hb, maka produktivitas kerja semakin menurun
(Widyastuti, 2008).
Mencegah anemia pada remaja putri menjadi sangat penting, karena
nantinya wanita yang menderita anemia dan hamil akan menghadapi banyak
resiko, yaitu abortus, melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, mengalami
penyulit lahirnya bayi karena rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik
ataupun karena tidak mampu meneran, perdarahan setelah persalinan yang
sering berakibat kematian. Bila sejak remaja menderita anemia, saat hamil
dan melahirkan bayinya juga akan mengalami anemia. Padahal zat besi sangat
penting untuk perkembangan otak. Akibatnya akan lahir bayi dengan
kecerdasan di bawah rata-rata. Diperlukan pendidikan kesehatan pada remaja
putri sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dalam upaya pencegahan
anemia yang akan membawa dampak positif pada perilaku yang tepat
(Kristianingsih, 2016).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pola menstruasi remaja puteri di SMP Negeri 3 Tongauna
2. Bagaimana tingkat anemia pada remaja puteri di SMP Negeri 3 Tongauna
3. Bagaimana hubungan antara pola menstruasi dengan kejadian anemia pada
remaja putri di SMP Negeri 3 Tongauna

C. Tujuan Penelitia
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara pola mensntruasi dengan kejadian anemia ada remaja
putri di SMP Negeri 3 Tongauna.

3
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pola menstruasi remaja putri di SMP Negeri 3
Tongauna.
b. Untuk mengetahui tingkat anemia pada remaja putri di SMP
Negeri 3 Tongauna.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dari penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan ilmu
pengetahuan khususnya dalam mengetahui hubungan pola menstruasi
dengan kejadian anemia pada remaja putri.

2. Manfaat Aplikatif
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk membuat
kebijakan dalam hal pencegahan dan pengobatan dini terhadap
kejadian anemia pada remaja putri dan dapat dijadikan bahan untuk
penelitian lebih lanjut.
b. Sebagai panduan kepada orang tua tentang pentingnya mengetahui
kesehatan remaja putri agar mengurangi kejadian anemia pada remaja
putri.
c. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang kejadian

anemia yang di sebabkan oleh pola menstruasi, sehingga siswi dapat

mencegah terjadinya anemia dengan mengatur pola makan dan pola

hidup.

d. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Halu Oleo yang akan melakukan penelitian berikutnya

tentang kasus anemia pada remaja putri.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Variabel


1. Pola Menstruasi
a. Definisi Menstruasi
Haid atau menstruasi adalah salah satu proses alami seorang
perempuan yaitu proses dekuamasi atau meluruhnya dinding Rahim
bagian dalam (endometrium) yang keluar melalui vagina (Saranani,
2018).

Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh


perempuan yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormone
reproduksi.Periode ini penting dalam reproduksi. Pada manusia, hal
ini bisa terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause
(Saranani, 2018).

b. Pola Menstruasi
Pola menstruasi adalah serangkaian proses menstruasi yang
terdiri dari siklus menstruasi dan lama perdarahan menstruasi. Siklus
menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai
datangnya menstruasi periode berikutnya. Sedangkan siklus menstruasi
pada wanita normalnya berkisar antara 21-35 hari dan hanya 10-15%
yang memiliki siklus menstruas28 hari dengan lama menstruasi 3-5
hari, ada yang 7-8 hari. Setiap hari ganti pembalut 2-5 kali.
Panjangnya siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh usia, berat badan,
aktivitas fisik, tingkat stres, genetik dan gizi (Wiknjosastro, 2009).

Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi, padaumumnya


lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masihdapat

5
dianggap normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-
fragmen kelupasan endrometrium yang bercampur dengan darah yang
banyaknya tidak tentu.Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan
aliran darahnya terlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat
mungkin ditemukan.Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini
disebabkan oleh suatu sistem fibrinolitik lokal yang aktif di dalam
endometrium. Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita
normal selama satu periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa
kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml. Konsentrasi Hb normal 12 gr per dl
dan kandungan besi Hb 3,4 mg per g, volume darah ini mengandung 12-
29 mg besi dan menggambarkan kehilangan darah yang sama dengan
0,4 sampai 1,0 besi untuk setiap hari siklus tersebut atau 150 sampai
400 mg per tahun (Heffner, 2008).

c. Gejala Klinis
Franser (2009) mengatakan terdapat tiga fase utama yang
mempengaruhi struktur jaringan endometrium dan dikendalikan oleh
hormone ovarium. Fase tersebut antara lain :
1) Fase menstruasi
Fase ini ditandai dengan perdarahan vagina, selama 3-5
hari.Fase ini adalah fase akhir siklus menstruasi, yaitu saat endometrium
luruh ke lapisan basal bersama darah dari kapiler dan ovum yang
tidak mengalami fertilisasi.
2) Fase proliferative
Fase ini terjadi setelah menstruasi dan berlangsung
ovulasi.Terkadang beberapa hari pertama saraf endometrium dibentuk
kembali disebut fase regenerative. Fase ini dikendalikan oleh estrogen
dan terdiri atas pertumbuhan kembali dan penebalan endometrium. Pada
fase ini endometrium terdiri atas tiga lapisan:

6
a) Lapisan basal terletak tepat diatas myometrium, memiliki
ketebalan sekitar 1 mm. lapisan ini tidak pernah mengalami
perubahan selama siklus menstruasi. Lapisan basal ini terdiri atas
struktur rudimenter yang penting bagi pembentukan endometrium
baru.
b) Lapisan fungsional yang terdiri atas kelenjar tubular dan
memiliki ketebalan 2,5 mm. lapisan ini terus mengalami
perubahan sesuai pengaruh hormonal ovarium.
c) Lapisan epitelium kuboid bersilia menutupi lapisan
fungsional. Lapisan ini masuk ke dalam untuk melapisi kelenjar
tubular.
3) Fase Sekretori
Fase ini terjadi setelah ovulasi di bawah pengaruh progesteron dan
estrogen dari korpus luteum. Lapisan fungsional menebal sampai 3,5
mm dan menjadi tampak berongga Karena kelenjar ini lebih berliku-
liku.

d. Gangguan Haid atau Kelainan Haid


Gangguan siklus haid disebabkan ketidakseimbangan FSH atau LH
sehingga kadar estrogen dan progesteron tidak normal. Biasanya
gangguan menstruasi yang sering terjadi adalah siklus menstruasi tidak
teratur atau jarang dan perdarahan yang lama atau abnormal,
termasuk akibat sampingan yang ditimbulkannya, seperti nyeri
perut, pusing, mual atau muntah (Wiknjosastro, 2009).
1) Menurut Jumlah Perdarahan
a) Hipomenorhea
Perdarahan menstruasi yang lebih pendek atau lebih sedikit dari
biasanya
b) Hipermenorhea

7
Perdarahan menstruasi yang lebih lama atau lebih banyak
daribiasanya (lebih dari 8 hari).

2) Menurut siklus atau durasi perdarahan


a) Polimenore
Siklus menstruasi tidak normal, lebih pendek dari biasanya
ataukurang dari 21 hari.
b) Oligomenore
Siklus menstruasi lebih panjang atau lebih dari 35 hari.
c) Amenore
Amenorea adalah keadaan tidak ada menstruasi
untuksedikitnya 3 bulan berturut-turut.

3) Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi, diantaranya :


a) Premenstrual Tension
Gangguan ini berupa ketegangan emosional sebelum haid, seperti
gangguan tidur, mudah tersinggung, gelisah, sakit kepala.
b) Mastadinia
Nyeri pada payudara dan pembesaran payudara sebelum
menstruasi.
c) Mittelschmerz
Rasa nyeri saat ovulasi, akibat pecahnya folikel de Graff dapat juga
disertai dengan perdarahan/ bercak.
d) Dismenorea
Rasa nyeri saat menstruasi yang berupa kram ringan pada bagian
kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari.

e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Menstruasi


Beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan pola
menstruasidalam (Wiknjosastro, 2009) adalah:

8
1) Fungsi Hormon Terganggu
Menstruasi terkait erat dengan system hormone yang diatur
di otak,tepatnya di kelenjar hipofisis. System hormonal ini
akan mengirimsinyal ke indung telur untuk memproduksi sel
telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu otomatis siklus
menstruasi pun akan terganggu.
2) Kelainan Sistemik
Wanita yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus bias
mempengaruhi siklus menstruasinya karena sistem metabolism
didalam tubuh tidak bekerja dengan baik. Wanita penderita
penyakit diabetes juga akan mempengaruhi sistem
metabolismenya sehingga siklus menstruasinya tidak teratur.
3) Cemas
Cemas juga dapat mengganggu sistem metabolisme didalam
tubuh, bisa saja karena stress/ cemas wanita jadi mulai lelah,
berat badan turun drastis, sakit-sakitan, sehingga
metabolismenya terganggu.Bila metabolismenya terganggu, siklus
menstruasinya pun ikut terganggu.
4) Kelenjar Gondok
Terganggu fungsi kelenjar gondok/ tiroid juga bisa menjadi
penyebab tidak teraturnya siklus mentruasi.Gangguan bisa berupa
produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun
terlalu rendah (hipotiroid), pasalnya sistem hormonal tubuh
terganggu.
5) Hormon Prolaktin Berlebihan
Pada wanita menyusui produksi hormon prolaktin cukup
tinggi. Hormon prolaktin ini sering kali membuat wanita tak
kunjung menstruasi karena memang hormon ini menekan tingkat
kesuburan.Pada kasus ini tidak masalah, justru sangat baik untuk
memberikan kesempatan guna memelihara organ
reproduksinya.Sebaliknya, tidak sedang menyusui, hormon prolaktin

9
juga bias tinggi. Biasanya disebabkan kelainan pada kelenjar
hipofisis yang terletak di dalam kepala.
6) Kelainan Fisik (Alat Reproduksi)
Kelainan fisik yang dapat menyebabkan tidak
mengalamimenstruasi (aminorea primer) pada wanita adalah:
a) Selaput dara tertutup sehingga perlu operasi untuk
membuka selaput dara.
b) Indung telur tidak memproduksi ovum.
c) Tidak mempunyai ovarium.

f. Dampak Gangguan Menstruasi


Gangguan siklus menstruasi dapat mengakibatkan :
1) Gangguan Kesuburan
2) Abortus Berulang
3) Keganasan Pada Sistem Reproduksi

2. Anemia Pada Remaja Putri


a. Definisi Anemia Pada Remaja Putri
Anemia pada remaja putri adalah keadaan dimana kadar hemoglobin
(Hb) dalam darah dibawah batas normal untuk kelompok remaja puri yaitu
kadar hb <12 g/dl. Remaja berada diantarandua masa kehidupan, dengan
beberapa masalah gizi yang sering terjadi pada anak-anak dan dewasa
(WHO, 2006).
b. Etiologi Anemia
Di Indonesia sbagian besar anemia disebabkan karena kekurangan zat
besi (Fe). Remaja mengalami pertumbuhan yang cepat (growth spurt)
dan waktu pertumbuhan yang intens setelah masa bayi. Selama masa
remaja, seseoran dapat mencapai 15% dari tinggi badan dan 50% dari
berat badan ketika dewasa. Pertumbuhan yang cepat sejalan dengan
kebutuhan zat gizi yang meningkat, dan secara signifikan dipengaruhi

10
oleh infeksi dan aktivitas yang mnegeluarkan energi. Kebutuhan zat gizi
mencapai titik tertinggi pada saat remaja.
Puncak pertumbuhan terjadi sekitar 12-18 bulan sebelum mengalami
menstruasi pertama atau sekitar usia 10-14 tahun (Briawan, 2008).
Selama periode remaja, kebutuhan zat besi meningkat sebagai hasil dari
ekspansi total volumedarah, peningkatan masa lemak tubuh, dan
terjadinya menstruasi.peningkatan kebutuhan berhubungan denganwaktu
dan ukuran growth spurt sama seperti kematangan seksual dan terjadinya
menstruasi. Sehingga remaja putri lebih rawan mengalami anemia besi
dibandingkan dengan remaja pria. (Wahyu, 2016)

c. Dampak Anemia Bagi Remaja Putri


Menurut Sediaoetama (2004), dampak anemia bagi remaja putri
adalah :
1) Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
2) Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak
mencapai optimal.
3) Menurunkan kemampuan fisik olahraga.
4) Mengakibatkan muka pucat

d. Faktor Yang Mempengaruhi Anemia


1) Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia
Pengetahuan adalah domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang. Tingkat pengetahuan berpengaruh
terhadap sikap perilaku dalam memilih makanan dan selanjutnya akan
berpengaruh pada status kesehatan (Notoadmojo, 2012)
Pentingnya tingkat pengetahuan terhadap perilaku memilih
makanan (konsumsi makananan) didasari atas status gizi yang cukup
penting kessehatan karena gizi akan cukup jika konsumsi makanan
mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan
tubuh optimal, pemeliharaan dan energi. Pemilihan asupan zat besi

11
yang kurang akan mempengaruhi zat besi didalam tubuh sehingga
didalam tubuh zat besi rendah, dapat menyebabkan anemia(Arisman,
2009).

2) Konsumsi Makanan
Konsumsi makanan adalah informasi tentang jenis dan jumlah
makanan yang akan dimakan (dikonsumsi) seseorang atau
kelompok dalam waktu tertentu. Anemia pada remaja putri
dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang tinggi dengan zat besi.
Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah makanan yang
berasal dari hewani (seperti daging, hati dan ayam). Makanan
nabati (seperti sayuran hijau tua) walaupun kaya akan zat besi,
namun hanya sedikit yang dapat diserap dengan baik oleh usus.
(Depkes RI, 2018).
Rendahnya asupan zat besi ke dalam tubuh yang berasal dari
konsumsi zat besi dari makanan merupakan salah satu penyebab
anemia. Rendahnya konsumsi makanan pada remaja putrid
dikarenakan remaja putri sangat memperhatikan bentuk tubuh
(body image), sehingga ketika dibatasi, konsumsi makananyang
kurang akan mempengaruhi status gizi seseorang (Arisman, 2009)

3) Menstruasi
Anemia pada remaja putrid disebabkan masa remaja sudah
mengalami menstruasi. Menstruasi adalah keadaan yang fisiologis,
peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa - sisa sel secara
berkala yang berasal dari mukosa uterus dan terjadi relatif
teratur mulai dari menarche sampai menopause, kecuali pada
masa hamil dan laktasi (Prawirohardjo, 2011).

12
Pada umumnya, menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari dan
selama 7 hari. Lama perdarahannya sekitar 3 – 5 hari dengan
jumlah darah yang hilang sekitar 30 – 40cc (Manuaba, 2006).
Menstruasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempunyai
sistem tersendiri yaitu sistem susunan saraf pusat dengan panca
indera, sistem hormonal aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial,
perubahan yang terjadi pada ovarium, perubahan yang terjadi pada
uterus, dan rangsangan estrogen dan progesterone langsung pada
hipotalamus, dan perubahan emosi (Manuaba, 2009).
a) Fisiologi Menstruasi
Selain estrogen dan progesterone, hormon yang
berpengaruh terhadap terjadinya proses menstruasi yaitu,
hormon perangsang folikel (FSH), berfungsi merangsang folikel
primordial yang dalam perjalanannya mengeluarkan hormon
estrogen untuk pertumbuhan tanda seks sekunder wanita,
lueteinizing hormon (LH) yang berfungsi untuk merangsang
indung telur (Proverawati, 2009).
Proses menstruasi diawali dengan terjadinya ovulasi
(pelespasan sel telur) yang ditandai dengan meningkatnya
produksi estrogen yang menyebabkan menebalnya dinding
dalam rahim (fase proliferasi). Estrogen menekan hormon
FSH tetapi juga merangsang LH, sehingga LH merangsang
folikel De Graaf melepas sel telur. Ovum ditangkap oleh rumbai
falopii dan dibungkus oleh korona radiate.
Folikel Graaf mengalami ovulasi berubah menjadi korpus
rubrum dan menjadi korpus luteum dan mengeluarkan hormon
estrogen serta progesteron. Estrogen menyebabkan
endometrium atau dinding dalam rahim menebal dan
mengalami fase sekresi, pembuluh darah lebih dominan
mengeluarkan cairan. Karena tidak terjadi pembuahan, korpus
luteum mati menyebabkan endometrium tidak mampu ditahan,

13
oleh karena estrogen dan progesteron berkurang sampai
menghilang (fase vasokontriksi atau pengerutan pembuluh
darah). Akhirnya endometrium kekurangan aliran darah diikuti
vasodilatasi (penebalan pembuluh darah) dan pelepasan atau
peluruan endometrium berupa darah dalam bentuk menstruasi
(Prawirohardjo, 2011).

b) Siklus Menstruasi
Menstruasi yang normal adalah siklus menstruasi dengan
28 – 35 hari. Siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal hari
pertama mulainya menstruasi yang lalu dengan hari pertama
mulainya menstruasi berikutnya. Setiap remaja putri,
mengalami siklus menstruasi yang berbeda-beda. Penyebab
menstruasi atau haid yang tidak teratur adalah karena
ketidakseimbangan hormon pada reproduksi wanita, yang mana
diketahui hormon estrogen dan progesteron harus dalam
komposisi yang tepat untuk mengetahui kapan sel telur
terbentuk pada indung telur, kapan sel telur lepas, dan kapan
menstruasi (Prawirohardjo, 2011).
Nizomy (2002) menyatakan bahwa suatu siklus menstruasi
dikatakan teratur atau pendek, normal maupun panjang apabila
sudah berjalan tiga kali siklus dengan lama siklus yang sama
atau bisa dirata-rata (Nizomy, 2002). Ketidakteraturan
menstruasi adalah kondisi yang mana siklus dengan durasi
yang berbeda setiap bulannya (Tarigan, 2010). Siklus
menstruasi yang tidak teratur setiap bulannya ataupun pendek
bagi remaja putri pada masa awal adalah hal yang normal.
Mungkin saja remaja putri mengalami jarak antara 2 siklus
berlangsung lebih lama (selama 2 bulan) atau berlangsung lebih
cepat (1 bulan terjadi 2 siklus) (Baziad, 2009).
Klasifikasi siklus menstruasi antara lain :

14
 Siklus Pendek
Siklus pendek adalah siklus menstruasi yang lebih pendek
dari biasanya (kurang dari 21hari).
 Siklus Panjang
Disebut siklus panjang, karena siklus menstruasi lebih dari
35 hari. Perdarahan pada oligomenorea biasanya berkurang.
Pada kasus ini kesehatan wanita tidak terganggu dan
kesuburan cukup baik

c) Hubungan Siklus Menstruasi Dengan Kejadian Anemia


Kejadian anemia remaja putri dipengaruhi oleh siklus dan
lama menstruasi. Siklus menstruasi pendek dapat terjadi akibat
ketidakseimbangan sistem hormon pada aksis hipotalamus-
hipofisis- ovarium. Ketidakseimbangan pada hormon tersebut
dapat mengakibatkan gangguan pada proses ovulasi sehingga
waktu yang dibutuhkan untuk mengalami satu siklus menstruasi
menjadi lebih pendek. Siklus pendek memiliki risiko lebih besar
untuk mengalami anemia dikarenakan darah yang keluar selama
menstruasi lebih cepat daripada siklus normal maupun panjang,
maka zat besi yang hilang akan semakin besar (Kirana, 2011).
Kehilangan darah yang lebih cepat atau siklus pendek akan
menurunkan cadangan zat besi di dalam tubuh. Ketika cadangan
zat besi habis, kejenuhan transferin akan berkurang, jumlah
protorpirin yang diubah menjadi heme berkurang dan diikuti9
menurunnya kadar serum feritin, sehingga kadar hemoblogin
berkurang. Ketika remaja putri kurang mengkonsumsi asupan
sumber zat besi, kekurangan zat besi akan berlanjut dan
cadangan akan semakin menipis sehingga akan terjadi anemia
defisiensi besi (Kirana, 2011).

15
d) Hubungan Lama Menstruasi Dengan Kejadian Anemia
Kekurangan zat besi di dalam tubuh disebabkan
oleh beberapa hal, salah satunya karena kehilangan darah
yang berlebihan (menstruasi setiap bulan) (Depkes, 2019).

Kehilangan darah secara normal pada saat menstruasi


sekitar 30ml/hari yang sama dengan kebutuhan tambahan 0,5
mg zat besi per hari. Remaja putri yang kehilangan darah lebih
dari 80ml.hari, maka tidak akan mampu mempertahankan
keseimbangan zat besinya (Gibney, 2009).

Pengeluaran darah selama menstruasi menunjukkan


kehilangan simpanan zat besi secara cepat sesuai dengan lama
dan banyaknya darah yang keluar. Semakin lama mengalami
menstruasi makan semakin banyak darah yang keluar dan
simpanan zat besi akan berkurang (Wahyu, 2016).

4) Riwayat Penyakit
Anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga lebih
mudah mengalami infeksi. Infeksi merupakan faktor yang penting
dalam menimbulkan anemia, dan anemia adalah konsekuensi
dari peradangan dan asupan makanan yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan zat besi (Wahyu, 2016). Kehilangan darah akibat infeksi
cacing dan trauma dapat menyebabkan defisiensi zat besi dan
anemia. Angka kesakitan yang diperoleh karena infeksi meningkat
pada populasi yang mengalami difisiensi besi akibat dari
menurunnya sistem imun.
a) Cacingan
Cacingan adalah penyakit yang menular. Gejala yang paling
sering muncul adalah masalah pencernaan, penurunan berat
badan dan juga penurunan kecerdasan anak. Hal ini terjadi

16
karena cacingan merusak mukosa (dinding usus) dan
mengambil zat-zat gizi yang berasal dari makanan sehingga
mengalami gangguan absorbsi makanan. Penyakit lain yang
dapat muncul akibat cacingan antara lain anemia. Mengalami
anemia karena walaupun konsumsi makanan tinggi zat besi
tetapi menderita cacingan sehingga zat besi tidak bisa di
absorbsi dengan baik (Retnosari, 2011).
Adanya infeksi cacing tambang juga menyebabkan
perdarahan pada dinding usus, meskipun sedikit tetapi terjadi
secara terus menerus sehingga mengakibatkan kehilangan darah
atau zat besi (Dreyfuss et al 2000).
Anemia yang dihubungkan dengan infeksi terjadi karena
kahilangan darah langsung/ tethambatnya erythropoises/ karena
hemolisis. Infeksi cacing tambang menyebabkan kehilangan
darah, parasit malaria memenuhi kebutuhannya akan protein
melalui pemecahan Hb yang menyebabkan terdapatnya gugusan
hem dalam bentuk pigmen malaria. Pemeriksaan laboratorium
mengidentifikasi spesifikasi parasit secara makroskopis
maupun mikroskopis menurut Magdalena (2005) yang
memerlukan tehnik khusus yaitu dengan menemukan parasit,
larva/ telur dalam tinja, sputum/ jaringan hospes.
b) Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit menular karena
Plasmodium (Klas Sporozoa) yang menyerang sel darah merah.
Parasit membuat peradangan dan pemanfaatan hemoglobin
sehingga menyebabkan anemia. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa malaria memiliki kadar hemoglobin yang lebih rendah
dibandingkan dengan yang tidak menderita malaria.
Walaupun persentase sel darah merah yang terinfeksi lebih
sedikit, anemia dapat timbul karena blokade penempatan sel
darah merah (Thurnham & Northrop-Clewes, 2007).

17
Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesis yang
tepat dari penderita tentang keluhan utama (demam,
menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual,
muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal- pegal), riwayat
berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah
endemis malaria, riwayat tinggal di daerah endemis malaria,
riwayat sakit malaria, riwayat minum obat malaria satu
bulan terakhir, riwayat mendapat transfusi darah.

e. Kebutuhan Zat Besi Pada Remaja Putri


Kebutuhan zat besi pada remaja putri dipengaruhi oleh :
a) Pertumbuhan Fisik
Pada usia remaja tumbuh kembang tubuh berlangsung
lambat bahkan kan berhenti menjelang usia 18 tahun, tidak
berarti faktor gizi pada usia ini tidak memerlukan perhatian
lagi. Selain itu keterlambatan tumbuh kembang tubuh pada
usia sebelumnya akan dikejar pada usia ini. Ini berarti
pemenuhan kecukupan gizi sangat penting agar tumbuh kembang
tubuh berlangsung dengan sempurna. Taraf gizi seseorang, dimana
makin tinggi kebutuhan akan zat besi, misalnya pada masa
pertumbuhan, kehamilan dan penderita anemia (Moehji, 2003).

b) Aktivitas
Sifat energik pada usia remaja menyebabkan aktivitas
tubuhmeningkat sehingga kebutuhan zat gizinya juga meningkat
(Moehji, 2003)

18
B. Kerangka Teori

Pola Hidup Pengetahuan


tentang anemia

Pertumbuhan
fisik
Konsumsi Kbutuhan zat
makanan besi

aktivitas

Siklus
Menstruasi
Anemia
Lama Menstruasi

Infeksi dan
infestasi cacing

Gambar 1 . Kerangka Teori

19
C. Hipotesis Penelitian
1. Hipoteisis Nol (Ho)
Tidak ada hubungan pola menstruasi dengan kejadian anemia
pada remaja putri di SMP Negeri 3 Tongauna.
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada hubungan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja
putri di SMP Negeri 3 Tongauna.

D. Kerangka Konsep

POLA MENSTRUASI ANEMIA PADA


REMAJA PUTRI

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

Gambar 2. Kerangka Konsep

20
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey anatilik dimana survey ini
mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu
terjadi . Dengan desain cross sectional , dimana hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen diteliti pada
waktu yang sama. Pendekatan cross sectional adalah suatu
penelitian dimana variabel-variabelnya diobservasi sekaligus pada
waktu yang sama dengan metode survey melalui observasi dan
wawancara (Notoatmodjo, 2010).

Remaja Puteri

Pola menstruasi tidak normal Pola menstruasi normal


dengan siklus <21 atau > 35 dengan siklus 21-35 hari
hari, lama menstruasi <3
hari atau >8 hari Lama menstruasi 3-8 hari

anemia Tidak anemia Tidak


anemia anemia

Gambar 3. Rancangan Penelitian

21
B. Waktu Dan Lokasi Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober
sampai bulan Desember.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 3
Tongauna, Kel. Sendang Mulya Sari, Kec. Tongauna, Kabupaten
Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara.

C. Populasi Dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah universum. Universum itu dapat berupa
orang, benda, gejala, maupun wilayah yang ingin diketahui oleh
peneliti. Populasi bisa dibedakan menjadi dua kategori, yaitu
populasi target dan populasi ssurvey. Populasi target adalah
seluruh ‘unit’ populasi, sedangkan populasi survey adalah subunit
dari populasi target, subunit dari populasi survey untuk selanjutnya
menjadi sampel penelitian (Danim, 2003). Populasi dalam
penelitian ini adalah siswi kelas VIII dan kelas IX, dimana kelas
VIIIa berjumlah 12 orang, kelas VIIIb berjumlah 12 orang, kelas
IXa berjumlah 13 orang dan kelas IXb berjumlah 10 orang.

2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian obyek yang diambil saat penelitian
dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili
populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas
VIII dan IX SMP Negeri 3 Tongauna yang menenuhi kriteria
inklusi.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total
sampling.

22
3. Kriteria Sampel
a) Kriteria inklusi
1) siswi smp negeri 3 tongauna yang sudah menstruasi
2) usia 13-18 tahun
3) bersedia menjadi responden
b) Kriteria eksklusi
1) Kelas yang tidak direkomendasikan atau tidak
diperbolehkan oleh pihak sekolah menjadi
responden dengan berbagai pertimbangan

D. Teknik Pengumpulan Data/Prosedur Penelitian


1. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh oleh peneliti dengan
melakukan wawancara dan observasi kepada responden dengan
menggunakan kuesioner yang telah disiapkan peneliti sesuai dengan
tujuan penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari SMP Negeri 3
Tongauna mengenai data-data siswi yang berkaitan dengan
penelitian.

2. Alat dan Bahan Penelitian


a) Alat Penelitian
Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :
1) Alat tulis
2) Easy touch GCHb
3) Lancet
4) Meja dan kursi
b) Bahan penelitian
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :

23
1) Data sekunder (data siswi SMP Negeri 3 tongauna yang
didapat dari pihak sekolah)
2) Surat pernyataan persetujuan responden (inform consent).
3) Kuesioneir

3. Cara Pengumpulan data


a. Pengumpulan Data Primer
Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Setiap jawaban diberi skor dan skor total merupakan bobot
pola menstruasi. Siklus menstruasi adalah teratur atau
tidaknya remaja putri mendapatkan menstruasi setiap
bulannya. Contohnya seperti cara pemberian skor siklus
menstruasi yaitu jika siklus menstruasi teratur (21 – 35 hari)
maka diberi skor 1 dan jika siklus menstruasi tidak teratur
dimana dapat dikategorikan menjadi siklus menstruasi pendek
(<21 hari) dan panjang (>35 hari), maka masing – masing
diberi skor 0 . Lama hari menstruasi, adalah banyaknya hari
remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya. Cara
pemberian skor lama hari menstruasi yakni skor 1 jika lama
hari menstruasi termasuk kategori normal (3 – 8 hari) dan jika
lama hari menstruasi termasuk tidak normal dimana masih
dikategorikan lagi menjadi pendek (<3 hari) dan panjang (> 8
hari) diberi skor 0. Pada kuesioner terdapat pertanyaan
tentang pola menstruasi responden.
Untuk mengukur Kadar anemia sebagai variabel terikat
dalam penelitian ini didefinisikan kondisi anemia remaja putri
yang digambarkan dari nilai kadar hemoglobin (Hb)
diukur dengan alat ukur kada HB < 12 g/dl. Alat ukur
menggunakan GCHb.

24
b. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari pihak sekolah, yaitu terkait
tentang data jumlah keseluruhan siswi kelas VIII dan IX SMP
Negeri 3 Tongauna.

E. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif


1. Variabel Dependen
a. Anemia pada remaja putri
Adalah diamana kadar hemoglobin pada remaja putri <12 mg/dl
kriteria objektif :
1) Normal : 12 mg/dl
2) Anemia : <12 mg/dl
Cara pengukuran : Tes pemeriksaan kadar Hb dengan menggunakan
alat ukur hemoglobin (GCHb).

Skala pengukuran : Ratio

2. Variabel Independen
a. Pola Menstruasi
Pola menstruasi adalah serangkaian proses menstruasi yang terdiri
dari siklus menstruasi dan lama perdarahan menstruasi yang dialami
oleh responden.
1) Siklus menstruasi
Interval hari pertama menstruasi sebelumnya dengan hari pertama
menstruasi berikutnya (dalam hari) yang dialami oleh responden.
Kriteria objektif :
 Siklus pendek : <21 hari
 Siklus normal : 21-35 hari
 Siklus panjang : >35 hari
Cara ukur : menggunakan kuesioner

Skala pengukuran : Ordinal

25
2) Lama menstruasi
Lama keluarnya darah responden ketika menstruasi
Kriteria objektif :
 Kategori pendek : <3 hari
 Kategori normal : 3-8 hari
 Kategori panjang : >8 hari
Cara ukur : menggunakan kuesioner

Skala pengukuran : Ratio

F. Analisis Data
1. Teknik Analisis Data
a) Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian.Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo,
2010). Untuk mengetahui distribusi frekuensi digunakan rumus:

Keterangan :

Pi = presentase masing-masing kelompok

fi = frekuensi atau jumlah setiap kelompok

N = total sampel penelitian

Total presentase harus sama dengan seratus persen (100%)

26
b) Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo,
2010). Analisis bivariate ini akan digunakan untuk mengetahui
hubungan antara pola menstruasi dengan kejadian anemia pada
remaja puteri. Jenis analisis yang digunakan adalah chi square
dengan tingkat kepercayaan 95%. Rumusnya adalah sebagai
berikut :

Keterangan :

o = Frekuensi Observasi

e = Frekuensi Harapan

E = Total Baris X Total Kolom

Grand total

2. Penyajian Data
Data hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel kemudian
dinarasikan dalam bentuk deskriptif sehingga dapat dihasilkan
kesimpulan hasil penelitian.

27
G. Alur Penelitian

Populasi : Remaja Putri Kelas VIII Dan Kelas IX SMP


Negeri 3 Tongauna Dengan Jumlah 47 Orang
3:16 a1/p1

Total Sampling

Sampel : Semua Remaja Putri Yang Memenuhi Kriteria


Inklusi Dan Eksklusi Kelas VIII Dan IX SMP Negeri 3
Tongauna

Pengumpulan data menggunakan


kuesioner dan observasi

Pola menstruasi Anemia dengan

dengan kuesioner pengukuran Hb

Pengolahan Dan Analisa Data

Pembahasan Dan Hasil Penelitian

Penyajian Hasil Akhir

Gambar 4. Alur Penelitian

28
H. Etika Penelitian
Perkenalkan diri terlebih dahulu

1. Respect To Autonomy

Prinsip ini menjelaskan bahwa dalam melakukan riset


kesehatan, peneliti harus menghargai kebebasan atau independensi
responden dalam mengambil keputusan. Berdasarkan The Belmont
Report, prinsip ini mengandung dua pandangan yaitu:
1) individu harus dianggap sebagai orang yang memiliki otonomi;
dan
2) orang dengan otonomi rendah harus mendapatkan perlidungan.
Strategi yang dilakukan untuk menjamin otonomi responden
adalah dengan memberikan inform consent sebelum dilakukan
pengumpulan data, memberikan hak kepada partisipan untuk mundur
dari penelitian, dan tidak ada pemaksaan dari peneliti.

2. Ensuring Beneficent

Prinsip ini menyatakan bahwa penelitian yang dijalankan akan

memberikan sesuatu yang berguna bagi partisipan dan bagi komunitas

yang terdampak. Penelitian bukan sekedar menghasilkan data yang

diperoleh dari partisipan, namun juga memberi manfaat baik secara

langsung dan tidak langsung bagi partisipan.

3. Ensuring Maleficent

Prinsip ini menyatakan bahwa peneliti harus mencegah terjadinya

kecelakaan atau hal-hal yang tidak diharapkan dalam penelitian baik

secara fisik atau psikologis bagi partisipan. Untuk itu perlu dilakukan

pengukuran risiko dalam perencanaan penelitian. Terdapat dua

29
konsep yang dijalankan untuk memastikan bahwa penelitian memiliki

risiko yang rendah bagi partisipan yaitu anonymity dan confidentiality.

Kedua konsep ini merupakan prinsip privacy dalam riset, yaitu

melindungi informasi partisipan dalam penelitian

1) Konsep anonim (anonymity concept). Konsep ini menyatakan

bahwa peneliti sebaiknya menghilangkan seluruh informasi yang

berkaitan dengan identitas responden saat menyampaikan hasil

penelitian dan menampilkan data, seperti nama repsonden dan

karakteristik lainnya. Proses ini disebut dengan deidentification.

Dengan Penerapan anonim maka akan terjamin kerahasiaan dalam

penelitian. Namun konsep anonim tidak mungkin dilakukan pada

desain penelitian longitudinal yang membutuhkan sistem

pengkodean data berdasarkan identitas yang unik (misalnya: nomor

KTP, tanggal lahir)

2) Konsep kerahasiaan (confidentiality concept). Konsep ini

menyatakan bahwa peneliti sebaiknya memastikan data tersaji

secara anonim, agar privasi partisipan terjaga serta data-data yang

berkaitan dengan partisipan seperti alamat dan lainnya tersimpan

dengan aman. (Heryana, 2020)

30
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi II. Jakarta:
ECG.

Briawan. 2014. Masalah Gizi Pada Remaja Wanita. Jakarta : EGC.

Depkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara. 2016. Hasil Pantauan Status Gizi


Sulawesi Tenggara. Dinkes Sulawesi Tenggara.

Franser. 2009. Buku ajar bidan. Jakarta : EGC.

Gibney. J, Michael, dkk, (2011), Gizi Kesehatan Masyarakat, Jakarta:EGC

Heffner. 2008. sistem reproduksi edisi kedua, Jakarta : EGC.

Heryana, Ade.2020. Etika Penelitian.Jakarta : Univeritas Esa Unggul.

Kemenkes RI. 2015. Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun 2015-


2019. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Kirana, Dian Purwitaningtyas. 2011. Hubungan Asupan Zat Gizi Dan Pola
Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di SMA.
http://eprints.undip.ac.id.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita, 2009. Gadar Obstetri & Ginekologi &
Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta, EGC.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT. Asdi


Mahasatya.

31
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.

Permatasari, W.M. (2016). Hubungan Antara Status Gizi, Siklus dan Lama
Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Remaja Putri Di SMA Negeri 3
Surabaya. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya.

Retnosari, Endah. 2011. Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Remaja
Putri (Studi di SMU Negeri 1 Kota Batu). Skripsi Universitas
Airlangga FKM.

Saranani, F.F. (2018). Hubungan Pola Menstruasi Dengan Kejadian Anemia


Pada Remaja Puteri Di Sma Negeri 2 Unaaha Kabupaten Konawe
Tahun 2018. Skripsi. Politeknik Kesehatan Kendari.

Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2004. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan


Profesi. Edisi Kelima. Jakarta : Dian Rakyat.

Soetjiningsih., Ranuh, IG.N Gde. (2017). Tumbuh Kembang Anak, Edisi 2.


Jakarta : EGC.

WHO [World Health Organization]. 2006. Adolescent Nutrition: A Review of the


Situation in Selected South-East Asian Countries. New Delhi :
WHO Region Office for South-East Asia.

Wiknjosastro, H. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi Ke-4 Cetakan Ke-2. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka.

32

Anda mungkin juga menyukai