Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Umur kambing/domba dapat diperkirakan dari giginya. Gigi seri permanen


kambing/domba bertumbuh pada waktu yang berbeda selama masa hidupnya, dan
waktu ini dapat berbeda antar tiap hewan. Pengetahuan tentang interval waktu yang
berbeda ini memberikan dasar untuk memperkirakan usia ternak.
Seperti ternak ruminansia lainnya, kambing/domba hanya memiliki gigi seri
depan di rahang bawah, dan kambing/domba mendapatkan dua pasang gigi selama
hidup mereka. Yang pertama, sering disebut gigi susu, digantikan secara bertahap
dari tengah oleh gigi permanen yang lebih besar. Gigi sentral tumbuh pertama
sebagai pasangan, kemudian pasangan berikutnya, satu setiap sisi gigi sentral sampai
ternak tersebut memiliki delapan gigi permanen.
Pergantian gigi temporer dengan gigi seri tetap menggambarkan perbedaan
umur ternak kambing/domba. Kambing/domba yang hanya memiliki gigi seri
temporer memiliki umur yang lebih muda dari kambing yang memiliki satu pasang,
dua pasang ataupun tiga pasang gigi seri tetap.
Dalam usaha peternakan kambing/domba, kemampuan peternak untuk
mendeskripsikan umur dari tampilan gigi adalah sangat penting. Dalam kondisi
pemasaran ternak misalnya, dengan memperhatikan gigi, maka umur ternak dapat
diperkirakan sehingga memungkinkan untuk diperkirakan produksi karkas maupun
kualitas daging yang dihasilkan. Dengan demikian, usia dan tampilan gigi penting
diperhatikan karena dapat digunakan untuk mengklasifikasikan karkas. Ternak yang
semakin tua, dagingnya semakin gelap warnanya dan kurang empuk.
Selain pemahaman akan tampilan gigi dikaitkan umur, pelaku peternakan juga
perlu memahami Skor kondisi tubuh/SKT (Body Condition Score/BCS) pada ternak.
Nilai SKT/BCS telah terbukti alat praktis yang penting dalam menilai kondisi tubuh
ternak domba dan kambing. Hal ini dikarenakan tampilan BCS adalah alat yang paling
sederhana yang menggambarkan indikator cadangan lemak yang tersedia yang
dapat digunakan oleh ternak dalam periode kebutuhan energi yang tinggi, stres atau
nutrisi suboptimal.

1
Secara umum grade SKT/BCS pada kambing/domba dapat berkisar dari 1 - 5.
Dimana setiap grade kondisi tubuh dapat menggambarkan status nutrisi ternak
apakah cukup atau tidak. Selain itu dapat menggambarkan efektif tidaknya aspek
tatalaksana pemeliharaan ternak, terutama tatalaksana pakan.
Menurut berbagai pustaka, penilaian kondisi tubuh merupakan alat manajemen
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi status gizi hewan. Kondisi tubuh, atau
penutup lemak, yang merupakan indikasi cadangan energi pada hewan. Penilaian
kondisi tubuh kambing/domba menggunakan kisaran 1,0 hingga 5,0 dengan
penambahan 0,5.
Kambing sehat harus memiliki skor kondisi tubuh antara 2,5 hingga 4,0. Kambing
dengan skor kondisi tubuh 1,0, 1,5 atau 2,0 menunjukkan masalah manajemen atau
kesehatan. Skor kondisi tubuh 4,5 atau 5 menunjukkan kondisi berlebih yang dapat
merugikan kesehatan kambing; skor ini sangat jarang diamati pada kawanan
kambing di bawah sistem manajemen standar.
Mengingat pentingnya penentuan umur berdasarkan tampilan gigi dan skor
kondisi tubuh, maka pembuatan pedoman praktikum ini diharapkan memberikan
manfaat bagi peternak, mahasiswa atau pelaku peternakan lainnya.

2
BAB II

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. PENENTUAN UMUR PADA TERNAK KAMBING/DOMBA


1. Peserta : Mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah
Manajamen Ternak Potong Kecil
2. Lokasi : KelompokTernak, Kandang pemeliharaan ternak.
3. Waktu pelaksanaan : Diatur tersendiri
5. Alat dan bahan :
1. Alat
a. Alat tulis menulis
b. Kandang ternak
c. Tali pengikat
d. Kamera
2. Bahan
a. Ternak kambing/domba

6. Langkah Kerja
Prosedur Kerja
Prosedur pemeriksaan kerja
a) Ternak ditempatkan dalam kandang jepit atau dikekang/dijepit dengan kedua
kaki dari pemeriksa
b) Selanjutnya pemeriksa memegang bibir atas dan bawah (masing-masing dengan
satu tangan) dan mengangkat bibir atas ke atas dan bibir bawah ke arah bawah.

c) Amati gigi bagian depan pada rahang bawah.

3
d) Hitung pergantian seri temporer dengan gigi seri tetap,maupun tingkat keausan
gigi.
Pemeriksaan gigi ini dapat digunakan untuk memperkirakan umur pada
kambing/domba, meskipun ketepatan umur berdasarkan tampilan gigi tidak 100%
keakuratannya.

Tabel 1. Penentuan Umur Kambing/ Domba Berdasarkan Pergantian Gigi


Pertumbuhan gigi Permanent pada domba dan kambing
Gigi Permanen Umur saat berganti
Incisor (I1) 1-1.5 tahun
Incisor (I2) 1.5-2 tahun
Incisor (I3) 2.5-3 tahun
Incisor (I4) 3.5-4 tahun
Premolars 1.5-2 tahun
Molar (M1) 3 bulan
Molar (M2) 9-12 bulan
Molar (M3) 1.5-2 tahun

4
Gambar 1. Penentuan umur domba/kambing berdasarkan tampilan gigi seri
temporer dan tetap

5
B. PENENTUAN SKOR KONDISI TUBUH PADA KAMBING/DOMBA

Pengantar

Skor kondisi tubuh (BCS) merupakan klasifikasi kambing/domba berdasar


kondisi tubuhnya. Kondisi tubuh tersebut menggambarkan kondisi kurus
sampai dengan gemuk suatu ternak domba dalam skala angka. Nilai BCS
berhubungan dengan performan reproduksi dan dapat dipergunakan untuk
membuat suatu keputusan dalam manajemen pemeliharaan. Kondisi status
nutrisi dan endoparasit (terutama cacing) memiliki pengaruh besar dalam
penampilan skor kondisi tubuh ternak.

Penilaian BCS dilakukan secara regular dengan menggunakan teknik


yang sederhana dan sangat penting dalam pengambilan keputusan terkait
manajemen pemeliharaan. Nilai BCS ditentukan dari angka 1 (sangat kurus)
sampai 5 (sangat gemuk).

Pentingnya penentuan nilai BCS pada kambing/domba adalah :

1. Mengetahui status nutrisi (kualitas & kuantitas) yang diperoleh ternak.


2. Mengetahui status reproduksi ternak
3. Sebagai petunjuk adanya penyakit2 kronis tertentu serta investasi
endoparasit (seperti cacing).

Titik-titik/ lokasi pada tubuh ternak yang menjadi sasaran penilaian BCS
yaitu :

1. Tonjolan tegak pada tulang belakang,


2. Titik antara tonjolan tegak dengan tonjolan datar tulang belakang,
3. Tonjolan datar tulang belakang,
4. Legok lapar,
5. Tonjolan tulang pinggul depan dan belakang,
6. Area antara tonjolan tulang pinggul depan – belakang,
7. Area antara tonjolan tulang pinggul depan kiri dengan depan kanan,
8. Area antara tulang ekor dengan tonjolan tulang pinggul belakang.

6
7
Pelaksanaan Praktikum

A. Alat dan Bahan


1. Alat Untuk Praktikum
Adapun alat yang digunakan adalah:
a. Alat tulis menulis;
b. Kamera
c. Referensi/foto nilai BCS kambing/domba

2. Bahan untuk Praktikum


Bahan yang digunakan praktikum berupa Kambing/domba dalam
berbagai kelompok umur kelompok umur dan kondisi tubuh

B. Waktu dan Lokasi Praktikum


Praktikum dapat di Kelompok ternak, ataupun area lain yang tersedia
kambing/domba.

C. Prosedur Praktikum

Penentuan Body Condition Score Kambing


Langkah – langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi Body
Condition Score pada Kambing:
a. Menempatkan ternak dalam kandang jepit atau ternak dipegang oleh
pengamat.
b. Lakukan perabaan dan penilaian terhadap bagian spinous prosesus
(kepadatan/perlemakan otot daging pinggul), bagian transverse prosesus
(lekukan tulang belakang atas perut), bagian sternum (ketebalan
perlemakan-otot-daging dada) dan bagian ribs (tulang rusuk).

8
Panduan penentuan Skor Kondisi Tubuh (BCS)

Body Condition Score Keterangan


1,0 BCS 1.0 = Kambing terlihat
kurus kering dan lemah.
Tulang punggung sangat
terlihat dan membentuk
punggungan yang terus
menerus. Sayapnya
berlubang dan tulang
rusuknya terlihat jelas.
Tidak ada penutup lemak
dan jari dapat dengan
mudah menembus ke
dalam ruang interkostal.

Tulang prosesus spinosus


vertebra lumbal dapat
mudah
digenggam di antara ibu
jari dan telunjuk;
prosesus spinosus kasar,
menonjol, dan berbeda
memberikan penampilan
gigi gergaji. Otot sangat
sedikit dan
tidak ada lemak yang bisa
dirasakan di antara kulit
dan tulang. Ada
depresi berat dalam
transisi dari spinous ke
proses melintang

9
Lemak internal dapat
dengan mudah digenggam
di antara ibu jari dan jari
dan bergerak dari sisi ke
sisi. Tulang rawan dan
sendi yang
menghubungkan tulang
rusuk dan tulang dada
mudah dirasakan.

2,0 BCS 2.0 = Tulang


punggung kambing masih
terlihat dengan
punggungan yang terus
menerus. Beberapa tulang
rusuk dapat dilihat dan
ada sedikit lemak yang
menutupi. Tulang rusuk
masih terasa dan ruang
interkostal mulus, tapi
masih bisa ditembus.

Prosesus spinosus dari


vertebra lumbal terlihat jelas
dan masih bisa digenggam di
antara ibu jari dan jari
telunjuk; Namun, massa otot
bisa dirasakan di antaranya
kulit dan tulang. Ada depresi
yang jelas di
transisi dari spinous ke proses
transversal.
Tangan dapat memahami
proses melintang tetapi garis
besarnyanproses transversal
sulit untuk dilihat.

10
Lemak internal lebih lebar
dan lebih tebal tetapi
masih bisa digenggam
dan diangkat dengan ibu
jari dan telunjuk. Lapisan
lemak
Masih bisa digerakkan
sedikit dari sisi ke sisi.

3,0 BCS 3.0 = Tulang


punggung tidak menonjol,
tulang rusuk hampir tidak
terlihat dan lapisan lemak
yang merata menutupi
tulang rusuk. Ruang
interkostal dirasakan
dengan menggunakan
tekanan.

Proses spinous dari


vertebra lumbal tidak bisa
mudah digenggam karena
lapisan otot menutupi
tulang belakangnya tebal.
Saat menekan jari di atas
prosesus spinosus, sedikit
cekungan terasa.

11
Garis besar proses
melintang lumbar
tulang belakang sedikit
terlihat. Kurang dari
seperempat
dari panjang proses
transversal terlihat.

Lemak internal lebar dan


tebal. Namun masih bisa
digenggam tapi
memiliki gerakan yang
sangat sedikit. Sendi
bergabung dengan tulang
rawan dan tulang rusuk
hampir tidak terasa.

4,0 BCS 4.0 = Tulang


punggung dan tulang
rusuk tidak dapat dilihat.
Sisi hewan terlihat mulus.

12
Tulang prosesus spinosus
dari vertebra lumbal jika
ditekan tidak terasa
karena dibungkus dengan
lapisan otot dan lemak
yang tebal. Proses
spinosus membentuk
garis punggung yang
tetap.
Garis besar tulang
prosesus dan tulang
belakang tidak terlihat
lagi.
Garis melintang tulang
prosesus membentuk tepi
yang halus dan bulat.

Lemak internal sulit untuk


ditentukan karena
bentuknya yang lebar dan
tebal.

13
5,0 BCS 5.0 = Tulang
punggung tertimbun
lemak dan tulang rusuk
tidak terlihat. Tulang rusuk
ditutupi dengan lemak
yang berlebihan.

Ketebalan otot dan lemak


ternak sangat besar sehingga
berdampak pada tulang
prosesus spinosus tidak
kelihatan. Selain itu, pada
tulang prosesus spinosus
terlihat tampilan otot
sepanjang tulang punggung.
Ketebalan otot dan lemaknya
begitu besar sehingga
menutupi tulang prosesus
transversal. Bila diraba dan
ditekan tidak terasa.

14
Lemak sternum sekarang
memanjang dan menutupi
sternum,
bergabung dengan lemak
yang menutupi tulang
rawan dan tulang rusuk.

15
BAB III

PENUTUP

Pedoman praktikum yang disusun ini diharapkan dapat bermanfaat bagi


mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah Manajamen Ternak Potong
Kecil. Dengan demikian mahasiswa memiliki ketrampilan maahasiswa dalam
menentukan umur ternak, maupun skor kondisi tubuh ternak.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bello A, Shehu S.A, Sonfada M.L, Baraya Y.S, Suleiman H.M, Umar A.A,
Danmaigoro A, and Liman Y.M. 2019. Age Estimation of Red Sokoto Goat
Using Horn Distance and Body Length. Acta Scientific Medical
Sciences, 3 (5):2 - 5.

Malichatin, H. 2017. Penilaian Body Condition Scoring (Bcs) dan Peran


Nutrisi dalam Reproduksi Sapi Potong.
https://disnak.lebakkab.go.id/penilaian-body-condition-scoring-bcs-dan-pe
ran-nutrisi-dalam-reproduksi-sapi-potong/

Ockert,K. 2015.Body condition scoring in goats.


https://www.canr.msu.edu/news/body_condition_scoring_in_goats

Roland, T.2020. Body Condition. Scoring.


https://www.uidaho.edu/-/media/UIdaho-Responsive/Files/Extension/4-H/Animal-
Science-Lesson-Plans/nutrition-bcs-l3-allfinal-troland-pdf.pdf?la=en&hash=7D57
95BCD3A0 1DD6E9A686A61B B4602A0628D1A4

Turton, J. 1999. How To Estimate The Age of Goats and Sheep.


https://www.nda.agric.za/docs/goats/goatsteeth.htm.

Villaquiran, M., T. A. Gipson, R. C. Merkel, A. L. Goetsch, and T. Sahlu.


2004. Body Condition Scores in Goats.
http://www.luresext.edu/sites/default/files/BCS_factsheet.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai