Anda di halaman 1dari 18

Bab III

Gambaran Wilayah Lokasi Potensi KTV

3.1 Gang Waru, Kelurahan Benua Melayu Darat, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota
Pontianak

3.1.1 Administrasi Wilayah

Kawasan Gang Waru terletak di Kelurahan Benua Melayu Darat, Kecamatan Pontianak
Selatan, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Kecamatan Pontianak Selatan terletak
diantara Kecamatan Pontianak Tenggara dan Kecamatan Pontianak Kota. Secara
administrasi, wilayah Kecamatan Pontianak Selatan berbatasan dengan:

- Utara : Kecamatan Pontianak barat Kota Pontianak


- Selatan : Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya
- Timur : Kecamatan Pontianak Timur Kota Pontianak
- Barat : Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya

Kecamatan Pontianak Selatan terdiri dari lima kelurahan dengan luas wilayah 1.445 Ha atau
sekitar 13,49 persen dari luas Kota Pontianak. Kelurahan terluas adalah Kelurahan Parit
Tokaya dengan luas 540 Ha dan terkecil adalah Kelurahan Benua Melayu Laut dengan luas
56 Ha dari total wilayah Kecamatan Pontianak Selatan.

Tabel Luas Wilayah Kecamatan Pontianak Selatan menurut Kelurahan Tahun 2019

No Kelurahan (Km2) Hektar


1 Benua Melayu Laut 0,56 56
2 Benua Melayu Darat 2,72 272
3 Parit Tokaya 5,40 540
4 Akcaya 3,24 324
5 Kota Baru 2,53 253
Jumlah 14,45 1445
Sumber: Kecamatan Pontianak Dalam Angka Tahun 2020

Kelurahan Benua Melayu Darat merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan
Pontianak Selatan dengan luas wilayah 272 Ha. Kelurahan Benua Melayu Darat terdiri dari
35 Rukun Warga dan 154 Rukun Tetangga. Secara administrasi, wilayah Kelurahan Benua
Melayu Darat berbatasan dengan:

- Utara : Kelurahan Benua Melayu Laut


- Selatan : Kelurahan Akcaya
- Timur : Kelurahan Bansir Laut
- Barat : Kelurahan Darat Sekip
3.1.2 Demografi Wilayah
Berdasarkan data, penduduk di Kecamatan Pontianak Selatan berjumlah 97.202 jiwa yang
terdiri dari 48.1919 jiwa laki-laki dan 49.011 jiwa perempuan. Kelurahan Benua Melayu
Darat merupakan kelurahan dengan jumlah penduduk terbanyak dengan jumlah penduduk
sebanyak 30.958 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 11.382 orang per km2,
sedangkan kelurahan Benua Melayu Laut merupakan kelurahan dengan jumlah penduduk
paling sedikit dengan jumlah penduduk sebanyak 10.368 jiwa dengan kepadatan penduduk
sebesar 18.514 orang per km2.

Tabel 2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Kepala Keluarga
di Kecamatan Pontianak Selatan Tahun 2019

No Kelurahan Luas (Km2) Jumlah Penduduk Kepadatan (Km2)


1 Benua Melayu Laut 0,56 10.368 18.514
2 Benua Melayu Darat 2,72 30.958 11.382
3 Parit Tokaya 5,40 18.764 3.475
4 Akcaya 3,24 19.997 6.172
5 Kota Baru 2,53 17.115 6.765
Jumlah 14,45 97.202 6.727
Sumber: Kecamatan Pontianak Selatan dalam Angka Tahun 2020

Kecamatan Pontianak Selatan memiliki total jumlah 92 rukun warga, 412 rukun tetangga dan
29.746 kepala keluarga yang tersebar di 5 kelurahan. Kawasan Gang Waru termasuk dalam
kelurahan Benua Melayu Darat yang terdiri dari 35 rukun warga, 154 rukun tetangga dan
10.324 kepala keluarga.

Tabel 2 Rukun Warga, Rukun Tetangga dan Kepala Keluarga di


Kecamatan Pontianak Selatan Tahun 2019

No Kelurahan Rukun Warga Rukun Tetangga Kepala Keluarga


1 Benua Melayu Laut 11 41 2.853
2 Benua Melayu Darat 35 154 10.324
3 Parit Tokaya 15 71 5.602
4 Akcaya 15 72 5.095
5 Kota Baru 16 74 5.872
Jumlah 92 412 29.746
Sumber: Kecamatan Pontianak Selatan dalam Angka Tahun 2020

Berdasarkan data Kota Pontianak dalam angka tahun 2020, dalam kategori angkatan kerja
terdapat 271.7454 jiwa penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja dan 27.311 jiwa
penduduk yang merupakan pengangguran terbuka. Dalam kategori bukan angkatan kerja,
jumlah penduduk yang bersekolah adalah sebanyak 56.259 jiwa, penduduk yang mengurus
rumah tangga sebanyak 107.377 jiwa dan penduduk yang memiliki pekerjaan lainnya
sebanyak 22.606 jiwa.
Tabel 3 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas
Menurut Jenis Kegiatan dan Jenis Kelamin di Kota Pontianak Tahun 2019
Jenis Kelamin
No Kegiatan Utama
Laki-laki Perempuan Jumlah
Angkatan Kerja 186.091 112.974 299.065
1 Bekerja 167.974 103.780 271.754
2 Pengangguran Terbuka 18.117 9.194 27.311
Bukan Angkatan Kerja 53.910 132.332 186.242
1 Sekolah 27.059 29.200 56.259
2 Mengurus Rumah Tangga 10.365 97.012 107.377
3 Lainnya 16.486 6.120 22.606
Jumlah 240.001 245.306 485.307
Tingkat Partisipasi
77,54 46,05 61,62
Angkatan Kerja (%)
Tingkat Pengangguran
8,14 9,74 9,13
(%)
Sumber: Kota Pontianak dalam Angka Tahun 2020

Tabel 4 Penduduk Berumur 15 Tahun atau Lebih yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama dan
Jenis Kelamin di Kota Pontianak Tahun 2019

Jenis Kelamin
No Jenis Kegiatan
Laki-laki Perempuan Jumlah
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan
1 9.930 2.704 12.634
Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 324 0 324
3 Industri 14.978 9.755 24.733
4 Listrik, Gas dan Air Minum 3.332 436 3.768
5 Kontruksi 23.081 966 24.047
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa
6 60.046 53.315 113.361
Akomodasi
7 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 16.959 2.437 19.396
Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha
8 9.808 6.372 16.180
Persewaan dan Jasa Perusahaan
9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 29.516 27.795 57.311
  Kota Pontianak 167.974 103.780 271.754
Sumber: Kota Pontianak dalam Angka Tahun 2020

Dari tabel 4, dapat dilihat bahwa jenis kegiatan atau mata pencaharian terbesar penduduk
Kota Pontianak adalah di sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi yaitu
sebanyak 113.361 jiwa diikuti dengan sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
sebanyak 57.311 jiwa.

Permasalahan yang dihadapi Kota Pontianak khususnya Kecamatan Pontianak Selatan


berkaitan dengan tata ruang dan infrastruktur wilayah adalah sebagai berikut:
• Belum tuntasnya penanganan kawasan kumuh dan rumah tidak layak huni;
• Belum optimalnya pengembangan prasarana dan sarana dasar terpadu yang
menunjang kawasan permukiman;
• Belum optimalnya pengembangan sistem sanitasi (penyediaan air bersih, penanganan
air limbah dan pengelolaan sampah) pada kawasan perumahan dan permukiman untuk
menciptakan lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur;

Permasalahan yang berkembang di Kota Pontianak khususnya Kecamatan Pontianak


Selatan berkaitan dengan kependudukan dan tenaga kerja adalah:
 Semakin meningkatnya usia harapan hidup berarti semakin banyaknya penduduk lanjut
usia memerlukan perhatian dan pelayanan sesuai kebutuhan hidup penduduk lanjut
usia;
 Pertambahan penduduk di Kota Pontianak khususnya Kecamatan Pontianak Selatan
juga di akibatkan oleh migrasi dan urbanisasi mengakibatkan tekanan terhadap kualitas
pelayanan fasilitas yang ada dan menciptakan potensi kerawanan sosial;
 Ketimpangan distribusi penduduk akan semakin memperlebar kesenjangan dalam
pemenuhan kebutuhan pelayanan sosial, kesehatan, pendidikan, budaya, ekonomi,
infrastruktur dan birokrasi yang cenderung berkembang dan dinamis di kota.
 Pendidikan dan keterampilan yang ada saat ini belum dapat sepenuhnya memenuhi
kebutuhan pasar kerja;
 Peningkatan mutu dan produktivitas tenaga kerja melalui pendidikan dan keterampilan
belum maksimal;
 Belum optimalnya pengembangan semangat kewirausahaan bagi penduduk usia kerja
agar mampu bekerja secara mandiri dan menciptakan lapangan kerja baru;
 Terbatasnya perluasan lapangan kerja menyebabkan belum maksimalnya penyerapan
tenaga kerja yang ada.
 Tingkat pengangguran dan jumlah penduduk miskin masih cukup tinggi;

Permasalahan yang dihadapi Kota Pontianak khususnya Kecamatan Pontianak Selatan


berkaitan dengan sosial dan budaya adalah sebagai berikut:
 Jangkauan, mutu dan akses sistem jaminan sosial masyarakat yang berkelanjutan
belum mencakup seluruh masyarakat kota;
 Masih cukup banyak masyarakat penyandang masalah sosial dan dalam penanganan
dan pemberdayaannya belum terjadi sinergi antara pemerintah, swasta dan
masyarakat;
 Penanganan dan pelayanan sosial penduduk lanjut usia yang mendorong kemandirian
dan memberikan peluang bagi masyarakat untuk berperan nyata dalam usaha-usaha
kesejahteraan sosial didukung prasarana yang mencukupi dan berkualitas belum
berjalan seperti yang diharapkan.
3.1.3 Landuse Wilayah
Penggunaan tanah harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), sebab jika
penggunaan tanah tidak sesuai dengan RTRW maka penggunaan tanah tersebut tidak
dapat diperluas atau dikembangkan penggunaannya (Pasal 7). Adapun rincian penggunaan
tanah di wilayah Kelurahan Benua Melayu Darat dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Penggunaan Tanah Kelurahan Benua Melayu Darat

No Kelurahan Penggunaan tanah Luas (Ha)


Akomodasi dan rekreasi 5,88
Instalasi 0,4
Jalan 13,43
Jasa pelayanan umum 0,18
Jasa pemerintahan 12,33
Jasa pendidikan 17,05
Jasa peribadatan 0,64
Benua Melayu Darat Kuburan 0,77
3
Lembaga usaha 8,49
Perdagangan umum 35,02
Perumahan Teratur 142,31
Perumahan Tidak Teratur 22,00
Semak 1,44
Taman kota 1,16
Tanah kosong 5,74
Total Penggunaan Tanah Kelurahan Benua Melayu Darat 266,84
Sumber: Hasil Analisis POKT TA. 2019

Landuse Sekitar

3.1.4 Rencana Tata Ruang


Dalam RTRW Kota Pontianak, Kebutuhan perumahan di Kota Pontianak terus meningkat
seiring dengan perkembangan jumlah penduduk. Sejalan dengan penerapan Konsep
Pembangunan Pontianak sebagai kota Perdagangan dan Jasa, maka untuk memperoleh
kualitas lingkungan kota yang baik dan nyaman, sebaiknya luas lahan yang diperuntukan
untuk permukiman pada 20 tahun mendatang tidak akan lebih dari 60 % dari luas
keseluruhan Kota Pontianak atau sebesar 4.530,38 Ha dan ini disiapkan untuk menampung
lebih kurang 763.397 jiwa. Sementara itu pada tahun 2010 luas lahan permukiman sudah
mencapai ± 34,18 % dari lahan keseluruhan yaitu seluas 3.685,72 Ha menampung 550.304
jiwa. Karena itu untuk mencapai tingkat pelayanan permukiman dan yang memenuhi
persyaratan pelayanan prasarana dasar selain pengembangan horizontal juga
pengembangan vertikal berupa rumah susun. Pengembangan secara vertikal ini dilakukan
kecuali di kawasan yang ditetapkan sebagai cagar budaya, atau kapasitas prasarananya
terbatas, atau tingkat pelayanan jalannya rendah. Pengembangan perumahan
diklasifikasikan dengan perumahan kepadatan tinggi, kepadatan sedang dan kepadatan
rendah.

Perumahan dengan kepadatan tinggi berbentuk rumah susun, flat atau apartemen.
Perumahan kepadatan tinggi rata-rata kapling bangunan direncanakan 150 m2, yaitu di
wilayah permukiman di pusat kota dan permukiman tepian sungai kapuas. Perumahan
kepadatan sedang rata-rata kapling bangunan direncanakan 300 m2, yaitu di wilayah hampir
merata di seluruh bagian kota. Kepadatan permukiman rendah diarahkan di pinggiran kota
atau di pusat kota dengan konsep Townhouse. Kepadatan perumahan yang direncanakan
ini untuk rata-rata per wilayah dan kecamatan dengan pengembangan secara horizontal
yang disesuaikan dengan ketersediaan ruang untuk pengembangan perumahan. Dari
rencana luas kapling perumahan ini menunjukkan bahwa pengembangan perumahan di
Kota Pontianak semakin terbatas sehingga pengembangan perumahan akan cenderung
makin intensif di wilayah kota dan makin ekstensif ke wilayah luar Kota Pontianak. Dengan
rencana rata-rata kapling perumahan yang terbatas ini tidak berarti perumahan dengan
kapling besar terutama di lokasi perumahan terencana (perumahan lama yang prestisius)
yang menjadi ciri khas Kota Pontianak di wilayah Pusat Kota dilarang tetapi sebaliknya tetap
dipertahankan dalam kerangka perlindungan cagar budaya.

Selain itu, kebijakan pembangunan perumahan secara vertical diterapkan untuk


perencanaan perumahan di kawasan sekitar Inti Pusat Kota, yang saat ini merupakan
kawasan sangat padat yang sebagian besar merupakan slum area (daerah kumuh) dengan
KDB (Koefisien Dasar Bangunan) yang mendekati 80 % - 90 %; sementara nilai lahannya
sangat strategis dan bernilai ekonomi tinggi. Pada daerah kumuh ini akan dilakukan urban
renewal dan revitalisasi sehingga tercapai kualitas lingkungan yang baik, baik dengan cara
pendekatan land consolidation (konsolidasi lahan) maupun land sharing (sharing lahan).
Urban renewal dan redevelopment direncanakan pada beberapa daerah kumuh.
Peremajaan kota (urban renewal) merupakan kegiatan untuk memperbaiki daerah kota;
bermaksud agar dapat meningkatkan pemanfaatan daerah-daerah yang dirasakan sudah
kurang menguntungkan bagi kehidupan sosial dan penghidupan ekonomi kota.
Pembangunan kembali kota (urban redevelopment) merupakan pengaturan dan
pembangunan kembali lahan kota; berupa upaya meningkatkan manfaat lahan bagi
masyarakat maupun pemerintah kota.
3.1.5 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu metode perencanaan strategis untuk mengevaluasi faktor-
faktor yang berpengaruh dalam usaha mencapai tujuan, yaitu kekuatan (strengths),
kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats), baik itu tujuan
jangka pendek maupun jangka panjang. Analisis SWOT dilakukan untuk memperoleh
informasi yang berpengaruh dalam faktor internal dan faktor eksternal baik secara spasial
dam non-spasial dalam perumusan stategi arahan penengmbang/ penataan lokasi melalui
Konsolidasi Tanah. Berikut hasil analisis SWOT yang dapat dilihat pada Tabel …

Tabel Analisis SWOT Kawasan Gang Waru

Faktor Faktor Internal Faktor Eksternal


Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
Pemerintah/ Kawasan Gang Waru Pemerintah Kota
Kepentingan berada di lokasi Pontianak memiliki
Publik strategis Kota kelemahan dalam hal
Pontianak yang finansial untuk
berpotensi untuk membiayai penataan
dikembangkan di Kawasan Gang
menjadi wilayah Waru sehingga perlu
perdagangan dan menggandeng pihak
jasa dengan ketiga dalam
mengusung konsep pelaksanaan
CINA TOWN yang konsolidasi tanah di
dilengkapi dengan Kawasan Gang
Food Corner karena Waru.
mayoritas beretnik
cina agar membawa
citra positif di Kota
Pontianak yang multi
etnik.
Teknis Kawasan Gang Waru
merupakan wilayah
yang masuk dalam
deliniasi kumuh
perkotaan,
dikarenakan
mempunyai sanitasi
dan drainase yang
buruk serta
pemukiman padat
penduduk dengan
akses jalan yang
kecil dan buntu.
Masyarakat Penataan Sebagian
Kawasan Gang besar warga
Waru dapat setempat
menghilangkan melakukan
kumuh perkotaan penolakan
serta dapat terhadap
meningkatkan penataan
perekonomian kawasan Gang
dan Waru
Faktor Faktor Internal Faktor Eksternal
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
kesejahteraan dikarenakan
masyarakat adanya trauma
khususnya warga penataan di
di Kawasan Gang masa lalu yang
Waru. Penataan tidak
ini juga dapat terselesaikan
menjadi Pilot dengan baik.
Project agar
menarik minat
masyarakat agar
bersedia untuk
ditata khususnya
di wilayah kumuh
atau wilayah lain
untuk menjadi
lebih baik dan
layak.
Ekonomis/ Dengan adanya
Pasar penataan di
Kawasan Gang Waru
akan menambah nilai
tanah di wilayah
tersebut sehingga
menambah income
Pendapatan Asli
Daerah Kota
Pontianak.
3.1.6 Visioning/site Plan/ Desain
Kawasan Gang Waru memiliki luasan kumuh seluas 2,9 Ha, pada luasan tersebut terdapat
sejumlah 255 KK dan/atau 923 jiwa penduduk. Berdasarkan hasil peninjauan lapang
diketahui total jumlah bidang pada kawasan adalah 228 bidang, terdiri dari 193 bidang tanah
belum bersertipikat dan 35 bidang tanah sudah bersertipikat.

Lokasi Konsolidasi Tanah Vertikal yang dilaksanakan di Kawasan Gang Waru sudah banyak
dilakukan upaya penataan sejak lama oleh Pemerintah Kota dan pihak ketiga. Pada tahun
1965 ditetapkan Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1965 tentang Penataan Komplek Sentiong.
Selain melalui Peraturan Daerah, penataan Gang Waru juga dilakukan melalui penunjukan
Advice Planning kepada Sdr. Yanto dengan hasil penataan dilakukan sampai ujung jalan
Gang Waru 5. Pada tahun 2000 juga diberikan rekomendasi Advice Planning kepda Sdr.
Winata Gunawan yang berfokus pada penataan bangunan di Jl. WR. Supratman Gang Waru
5. Di Tahun 2001, diterbitkan SK Walikota tentang Perubahan Parsial Rencana Jalan di
Komplek Ex. Sentiong. Penataan yang dilakukan dalam kurun waktu tersebut dirasa belum
berhasil dan justru menimbulkan permasalahan untuk saat ini.
Pada tahun 2015 Kawasan Gang Waru ditetapkan sebagai kawasan kumuh perkotaan
melalui SK Walikota Pontianak No. 398 Tahun 2015 (SK. WK. Ptk. No. 398/D-CKTRP/2015)
tentang Kawasan Kumuh Perkotaan. Rencana penataan ditindaklanjuti dengan penerbitan
Surat dari Bappeda Kota Pontianak kepada Dinas PUPR Kota Pontianak perihal Rencana
Penataan Kawasan Gang Waru V melalui Konsolidasi Tanah. Menanggapi surat tersebut,
hingga Tahun 2018 sudah dilakukan rapat pembahasan teknis pelaksanaan Konsolidasi
Tanah dan dibentuk Tim Percepatan Kegiatan Konsolidasi Tanah Vertikal di Kawasan Gang
Waru (SK Walikota Pontianak No. 597/Bappeda/Tahun 2018 tanggal 7 Agustus 2018)
Rencana penataan Gang Waru oleh Pemerintah Kota Pontianak dituangkan dalam
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Lingkungan (RTBL) Kawasan Gang Waru pada
Tahun Anggaran 2018. Pada desain RTBL tersebut dirumuskan 2 (dua) alternatif penataan
yaitu Perencanaan Konsolidasi Tanah Horizontal dan Perencanaan Konsolidasi Tanah
Vertikal. Pada model perencanaan Konsolidasi Tanah Horizontal, perencanaan difokuskan
kepada pembangunan dan peningkatan jalan lingkungan kawasan. Jumlah kavling optimal
adalah sebanyak 285 unit kavling (4x17 meter) dan belum termasuk dengan sarana dan
prasarana pendukung kawasan. Sedangkan, untuk model Konsolidasi Tanah Vertikal
direncanakan dengan pembangunan rumah susun sebanyak 5 unit tower dengan luas ±
3.560 m2. Setiap unit tower terdiri dari 4 lantai dengan jenis penggunaan bangunan adalah
mixed use (lantai dasar untuk tempat usaha, lantai diatasnya untuk hunian). Pembangunan
1 unit direncanakan memiliki tipe 36. Selain bangunan, perecanaan pada kawasan juga
dilakukan untuk pembangunan jalan lingkungan rumah susun dengan lebar 5 meter, serta
pembangunan sarana dan prasarana penunjang kawasan seperi sarana peribadatan, area
parkir dan Ruang Terbuka Hijau.

Perencanaan konsolidasi tanah Horizontal pada Kawasan Gang Waru


 Perencanaan jalan lingkungan pada Gang Waru V adalah 5 meter yaitu dari Jalan WR
Supratman sampai menuju Jalan D.I Pandjaitan.
 Perencanaan peningkatan Jalan lingkungan di RT. 04 / RW. 032 adalah 5 meter.
 Perencanaan jalan lingkungan pada Gang Waru III adalah 3 meter yaitu dari Jalan WR
Supratman sampai menuju Gang. Damai.
 Perencanaan peningkatan Jalan lingkungan di RT. 01 / RW. 032 adalah 3 meter.
 Saluran lingkungan direncanakan memiliki lebar 1,5 meter.
 Jumlah kavling optimal di kawasan Gang. Waru adalah sebanyak 285 unit kavling
dengan ukuran 4 x 17 meter atau 68 m 2. Dengan aturan KDB, KLB dan GSB sesuai
dengan aturan Pemerintah Kota Pontianak.
 Jumlah total kavling pada rencana Konsolidasi Tanah belum termasuk dengan sarana
dan prasarana pendukung kawasan.

Perencanaan konsolidasi tanah vertikal pada Kawasan Gang Waru


 Perencanaan jumlah bangunan rumah susun dengan luas ± 3.560 m2 pada lokasi
perencanaan adalah sebanyak 5 Unit Tower.
 Satu unit tower terdiri dari 4 lantai dimana pada lantai dasar juga dapat dimanfaatkan
sebagai Kios & Tempat Usaha.
 Pembangunan 1 unit rumah direncanakan memiliki Tipe 36.
 Pembangunan jalan lingkungan rumah susun adalah dengan lebar 5 m.
 Dilengkapi dengan fasilitas sarana & prasarana penunjang seperti : Posyandu,
Sarana Peribadatan, Area Parkir dan Ruang Terbuka Hijau.
 Bagi pelaku usaha yang pada awalnya memiliki UKM di dalam kawasan gang waru,
diprioritaskan menempati area UKM dan atau Area Foodcourt yang akan
direncanakan.
 Pembangunan landmark pada pintu masuk kawasan akan membuat nilai tambah
pada kawasan perencanaan.

Alternatif 1
Alternatif 2
Gambar Visualisasi 3D Rumah Susun
Sumber: RTBL Kawasan Gang Waru TA. 2018

Gambar Visualisasi 3D Image Furniture dalam Rumah Susun

Sumber: RTBL Kawasan Gang Waru TA. 2018

Anda mungkin juga menyukai