FORMAT ASKEP KELUARGA New
FORMAT ASKEP KELUARGA New
M
DI RT 07 RW 03 DESA/KELURAHAN SUMURJOMBLANGBOGO
PENGKAJIAN
I. Data Umum
1. Nama kepala keluarga : Tn.M
2. Usia : 58
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Alamat : Ds.Sumurjomblangbogo
6. Komposisi anggota keluarga :
No. Nama Umur L/P Agama Hub.Dgn Pendidikan Pekerjaan
KK
1 Tn. M 60th L Islam KK SD Wiraswasta
2. Ny. M 58th P Islam Istri SD Ibu rumah tangga
3. Tn. P 32th L Islam Anak SMA Sopir
4. Ny. P 30th P Islam Menantu SMA Ibu rumah tangga
5. An. H 5th P Islam Cucu TK Belum bekerja
6. An. D 3th L Islam Cucu Belum Belum bekerja
Sekolah
7. Status imunisasi :
Imunisasi
No. Nama BCG Polio DPT Hepatitis B Campak DT TT
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 1 2 1 2
1 Tn. M
2 Ny. M
3 Tn. P
4 Ny. P
5 An. H v Vv v v v v v v v v v v v v v
6 An. D v Vv v v v v v v v v
8. Genogram :
M.
M. 58
60
DM
P. P.
32 30
H.5 D.3
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Klien
: Meninggal
: Menikah
9. Tipe/bentuk keluarga
Keluarga Tn.M termasuk keluarga besar yang terdiri dari suami, istri, anak, dan
cucu.
10. Suku bangsa
Keluarga Tn. M berasal dari suku jawa asli. Bahasa yang digunakan sehari-hari
adalah bahasa jawa
11. Agama
Anggota keluarga Tn. M beragama Islam dan dalam kehidupan sehari-hari keluarga
Tn.M melakukan aktivitas sesuai dengan ajaran agama dan keyakinannya. Melakukan
sholat 5 waktu , mengikuti pengajian dan berdoa.
III. Lingkungan
1. Karakteristik rumah (lengkapi dengan denah rumah) :
Keluarga Tn. M menempati lahan milik sendiri dengan jenis bangunan permanen.
Rumah terbuat dari tembok batu bata yang sudah diplester dan dicat. Lantai
terbuat dari keramik. Terdapat 8 ruangan yaitu, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 3
kamar , 1 kamar mandi, 1 ruang mushola, dan 1 dapur. Ventilasi rumah baik,
cahaya matahari dapat masuk kedalam rumah.sumber air bersih yang digunakan
keluarga adalah PDAM.
Denah rumah Tn.M
Keterangan :
8 U 1 : Ruang Tamu
6
2 : Kamar Tidur 1
7
3 : Ruang Keluarga
3 4 : Kamar Tidur 2
5 4
5 : Kamar Tidur 3
6 : Mushola
1 2 7 : Dapur
8 : Kamar mandi dan WC
2. Struktur kekuatan :
Dalam keluarga Tn.M, keputusan yang diambil adalah keputusan Tn.M yang
sudah dimusyawarahkan. Keluarga Tn.M saling menghargai dan saling
mendukung, merawat anggota keluarga yang sakit bersama-sama.
3. Struktur peran :
a. Tn. M berperan sebagai kepala keluarga, Suami. Tn.M bekerja sebagai
wiraswasta.
b. Ny. M berperan sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Ny.M sebagai ibu
rumah tangga
c. Tn. P sebagai anak pertama, sudah meikah , bekerja sebagai sopir
d. Ny. P sebagai menantu, sebagai ibu rumah tangga
e. An. H sebagai cucu, pelajar, masih menjadi tanggung jawab keluarganya.
f. An.D sebagai cucu, masih menjadi tanggung jawab keluarganya
V. Fungsi-Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Dalam keluarga terdapat perasaan saling melliki, kasih sayang, tolong menolong
dan saling mendukung anatar anggota.
2. Fungsi sosialisasi
Masing-masing anggota keluarga saling menghormati serta menetapkan sopan
santun dalam berperilaku. Komunikasi dengan tetangga baik, selalu menyapa dan
berbincang-bincang saat bertemu.
4. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn.M memiliki 1 orang anak, dan saat ini Ny.M sudah menopause .
5. Fungsi ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, dari penghasilan yang
diperoleh dan juga dibantu oleh anaknya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DATA KODE DIAGNOSIS
00080 Ketidakefektifan manajemen
DS : keluarga mengatakan kesehatan dikeluarga
bahwa Ny. M menderita
penyakit diabetes mellitus
dan harus mengurangi
makanan yang manis.
Namun, keluarga belum
mengetahui penyebab, tanda
dan gejala, komplikasi dan
penatalaksanaan secara
menyeluruh dan mengatakan
ingin mengetahui tentang
Diabetes mellitus.
00080 Ketidakefektifan 1802 Keluarga mampu mengenal masalah tentang 5641 Keluarga mampu mengenal masalah diabetes militus
manajemen kesehatan pengetahuan kesehatan dan perilaku sehat : : pengajaran diet yang tepat atau dianjurkan
1606 Keluarga mampu mengambil keputusan dalam 5250 Keluarga mampu memutuskan untuk merawat
keputusan
1622 Keluarga mampu merawat anggota keluarga 1100 Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
2605 Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas 7400 Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan :
perawatan keluarga
00188 Perilaku kesehatan 1855 Keluarga mampu mengenal gaya hidup sehat 5602 Keluarga mampu mengenal masalah : pengajaran
2609 Keluarga mampu mengambil keputusan 5250 Keluarga mampu membuat keputusan : dukungan
profesional
2006 Keluarga mampu merawat status kesehatan Keluarga mampu merawat keluarga dalam membantu
personal kesehatan fisik melaksanakan : senam kaki DM
1603 Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas 7400 Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan
1. Rabu, 23 september 19.00 wib Perilaku kesehatan cenderung Mengajarkan klien mengenai teknik senam kaki DM
beresiko
2020
FORMAT PELAKSANAAN EVALUASI
1. Perilaku kesehatan cenderung Keluarga mampu melakukan Rabu, 23 S: Klien mengatakan merasa rileks kakinya setelah melakukan
beresiko
tindakan senam kaki DM September senam kaki DM
dengan baik 2020 O:klien tampak rileks, dan mengikuti tindakan dengan baik
masalah teratasi
pertahankan intervensi
FORMAT EBP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan penyebab hiperglikemi. Hiperglikemi disebabkan
oleh berbagai hal, namun hiperglikemi paling sering disebabkan oleh diabetes melitus.
Pada diabetes melitus gula menumpuk dalam darah sehingga gagal masuk ke dalam
sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat hormon insulin jumlahnya kurang atau cacat
fungsi. Hormon insulin merupakan hormon yang membantu masuknya gula darah
(WHO, 2016). Penyakit kronis seperti DM sangat rentan terhadap gangguan fungsi
yang bisa menyebabkan kegagalan pada organ mata, ginjal, saraf, jantung dan
pembuluh darah. Gangguan fungsi yang terjadi karena adanya gangguan sekresi
insulin dan gangguan kerja insulin maupun keduanya.
Menurut International Diabetes Federation-7 tahun 2015, dalam metabolisme
tubuh hormon insulin bertanggung jawab dalam mengatur kadar glukosa darah.
Hormon ini diproduksi dalam pankreas kemudian dikeluarkan untuk digunakan
sebagai sumber energi. Apabila di dalam tubuh kekurangan hormone insulin maka
dapat menyebabkan hiperglikemi (IDF, 2015). Data dari berbagai studi global
menyebutkan bahwa penyakit DM adalah masalah kesehatan yang besar. Hal ini
dikarenakan adanya peningkatan jumlah penderita diabetes dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2015 menyebutkan sekitar 415 juta orang dewasa memiliki diabetes, kenaikan 4
kali lipat dari 108 juta di tahun 1980an. Apabila tidak ada tindakan pencegahan maka
jumlah ini akan terus meningkat tanpa ada penurunan. Diperkirakan pada tahun 2040
meningkat menjadi 642 juta penderita (IDF, 2015).
Penyandang DM memiliki risiko terkena penyakit jantung 2-4 daripada orang
yang non DM. Diabetes melitus apabila tidak tertangani secara benar, maka dapat
mengakibatkan berbagai macam komplikasi. Ada dua komplikasi pada DM yaitu
komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi kronik terdiri dari komplikasi
makrovaskuler dan komplikasi mikrovaskuler. Penyakit jantung koroner, penyakit
pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer merupakan jenis
komplikasi makrovaskular, retinopati, nefropati, dan neuropati merupakan jenis
komplikasi mikrovaskuler.
Penatalaksanaan diabetes mellitus terdiri dari 5 pilar utama, olahraga atau
latihan fisik merupakan salah satu dari penatalaksanaan tersebut selain dari diet, obat-
obatan, edukasidan pemantauan, olahraga dalam arti gerak fisik atau kerja otot dapat
meningkatkan metabolisme atau pembentukan dan pengeluaran energi tubuh (energi
output), mengakibatkan konsumsi oksigen dan energi meningkat sekitar 20 kali lipat,
sehingga penggunaan glukosa juga dapat digunakan dalam jumlah besar dengan tidak
membutuhkan sejumlah besar insulin karena serat otot menjadi lebih permeabel
terhadap glukosa akibat kontraksi dari otot itu sendiri.
Komplikasi yang paling sering dialami pengidap diabetes adalah komplikasi
pada kaki (15 persen) yang kini disebut kaki diabetes. Ada tiga terapi pengobatan
penyakit DM, yaitu: menjalani pola hidup sehat, rutin senam diabetes, dan minum
obat. Senam diabetes adalah latihan fisik aerobik bagi penderita diabetes dengan
serangkaian gerakan yang dipilih secara sengaja dengan cara mengikuti irama musik
sehingga melahirkan ketentuan ritmis, kontinuitas dan durasi tertentu untuk mencapai
tujuan tertentu. Senam diabetes akan lebih baik dilakukan dalam waktu 45 menit
dengan frekuensi 3-5 kali perminggu (Ashadi, 2008). Rutin senam terbukti bisa
mengontrol kadar gula darah tubuh, agar tak bertambah tinggi. (Sumarni & Yudhono,
2013) dan berdasarkan (Santosa & Rusmono, 2016) senam kaki dapat dilaksanakan
secara kontinyu dan sangat dianjurkan pada penderita DM diluar aktivitas rutin sehari-
hari.
B. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh senam diabetes dalam mengontrol kadar gula
darah tubuh, agar tak bertambah tinggi dan memperlancar peredaran darah untuk
mencegah kaki diabetes.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada hari rabu 23 september 2020 pukul 19.00 wib dilakukan tindakan mengajarkan
klien mengenai teknik senam kaki DM. Setelah dilakukan tindakan tersebut klien
mengatakan merasa rileks kakinya setelah melakukan senam kaki DM, klien
mengikuti tindakan tersebut dengan baik, dan klien mampu mempraktikkan tindakan
senam kaki DM.
PENUTUP
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit degeneratif, yang dipengaruhi oleh gaya hidup
dan pola makan. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula
darah tinggi) sebagai akibat dari kurangnya sekresi insulin, aktivitas insulin ataupun keduanya.
Senam diabetes adalah latihan fisik aerobik bagi penderita diabetes dengan serangkaian gerakan.
Senam ini dapat mengatasi penyakit DM.
DAFTAR PUSTAKA
International Diabetes Federation. 2015. IDF Diabetes Atlas 7th Edition. Brussels: International
Diabetes Federation. http://www. diabetes atlas. org/.
Sumarni, T., & Yudhono, D. T. (2013). Pengaruh Terapi Senam Kaki terhadap Penurunan
Glukosa Darah pada Lansia Dengan Diabetes Mellitus di Posyandu Lansia Desa
Ledug Kec. Kembar Banyumas Tri. Viva Medika, 06(11), 49–58.
Santosa, A., & Rusmono, W. (2016). Senam Kaki Untuk Mengendalikan Kadar Gula Darah Dan
Menurunkan Tekanan Brachial Pada Pasien Diabetes Melitus. Jurnal Ilmiah Ilmu-
Ilmu Kesehatan, 14(2), 24–34.