Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.

M
DI RT 07 RW 03 DESA/KELURAHAN SUMURJOMBLANGBOGO

PENGKAJIAN
I. Data Umum
1. Nama kepala keluarga : Tn.M
2. Usia : 58
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Alamat : Ds.Sumurjomblangbogo
6. Komposisi anggota keluarga :
No. Nama Umur L/P Agama Hub.Dgn Pendidikan Pekerjaan
KK
1 Tn. M 60th L Islam KK SD Wiraswasta
2. Ny. M 58th P Islam Istri SD Ibu rumah tangga
3. Tn. P 32th L Islam Anak SMA Sopir
4. Ny. P 30th P Islam Menantu SMA Ibu rumah tangga
5. An. H 5th P Islam Cucu TK Belum bekerja
6. An. D 3th L Islam Cucu Belum Belum bekerja
Sekolah

7. Status imunisasi :
Imunisasi
No. Nama BCG Polio DPT Hepatitis B Campak DT TT
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 1 2 1 2
1 Tn. M
2 Ny. M
3 Tn. P
4 Ny. P
5 An. H v Vv v v v v v v v v v v v v v
6 An. D v Vv v v v v v v v v
8. Genogram :

M.
M. 58
60

DM

P. P.
32 30

H.5 D.3

Keterangan :

: Perempuan

: Laki-laki

: Klien

: Meninggal

: Tinggal satu rumah

: Menikah

9. Tipe/bentuk keluarga
Keluarga Tn.M termasuk keluarga besar yang terdiri dari suami, istri, anak, dan
cucu.
10. Suku bangsa
Keluarga Tn. M berasal dari suku jawa asli. Bahasa yang digunakan sehari-hari
adalah bahasa jawa

11. Agama
Anggota keluarga Tn. M beragama Islam dan dalam kehidupan sehari-hari keluarga
Tn.M melakukan aktivitas sesuai dengan ajaran agama dan keyakinannya. Melakukan
sholat 5 waktu , mengikuti pengajian dan berdoa.

12. Status social ekonomi keluarga


Penghasilan rata-rata Tn.M sebulan sebesar ≤ Rp. 1.000.000.-

13. Aktivitas rekreasi keluarga


Keluarga Tn.M biasanya menyempatkan waktu untuk sekedar jalan-jalan ataupun
menonton tv bersama-sama dirumah.

II. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Tahap perkembangan Tn. M adalah tahap perkembangan keluarga dengan anak
dewasa, dengan tugas-tugasnya membantu dan mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri, menjaga keharmonisan dengan pasangan, memperluas keluarga inti
mnjadi keluarga besar, memberikan contoh kepada anak-anak mengenai
lingkungan rumah yang positif.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :


Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah memenuhi kebutuhan
fisik anggota keluarga, karena anggota keluarga ada yang mempunyai penyakit
DM.

3. Riwayat keluarga inti :


Dalam keluarga Tn.M tidak mempunyai penyakit menurun seperti Hipertensi dan
diabetes melitus dan keluarga Tn.M tidak mempunyai penyakit menular seperti
TBC dan Hepatitis.
4. Riwayat keluarga sebelumnya :
Sebelumnya tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit menurun seperti
diabetes melitus, baru Ny. M yang menderita diabetes melitus. Tidak ada anggota
keluarga yang menderita penyakit menular seperti TBC dan hepatitis.

III. Lingkungan
1. Karakteristik rumah (lengkapi dengan denah rumah) :
Keluarga Tn. M menempati lahan milik sendiri dengan jenis bangunan permanen.
Rumah terbuat dari tembok batu bata yang sudah diplester dan dicat. Lantai
terbuat dari keramik. Terdapat 8 ruangan yaitu, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 3
kamar , 1 kamar mandi, 1 ruang mushola, dan 1 dapur. Ventilasi rumah baik,
cahaya matahari dapat masuk kedalam rumah.sumber air bersih yang digunakan
keluarga adalah PDAM.
Denah rumah Tn.M
Keterangan :
8 U 1 : Ruang Tamu
6
2 : Kamar Tidur 1
7
3 : Ruang Keluarga
3 4 : Kamar Tidur 2
5 4
5 : Kamar Tidur 3
6 : Mushola
1 2 7 : Dapur
8 : Kamar mandi dan WC

2. Karakteristik tetangga dan komunitas :


Jarak rumah dengan tetangga dekat, jarak anatara 1 rumah dengan yang lain hanya
1 meter. Hubungan social keluarga dengan warga baik.
3. Mobilitas geografi keluarga :
Keluarga telah menetap dirumah tersebut sejak menikah sudah 35 tahun dan tiak
pernah berpindah-pindah.

4. Perkumpulan keluarga & interaksi dengan masyarakat :


Keluarga Tn. M sering berkumpul dengan menantu dan cucunya. Keluarga Tn. M
juga sering berkumpul dengan tetangganya serta aktif mengikuti kegiatan
masyarakat seperti pengajian dan arisan.

5. System pendukung keluarga :


Dalam keluarga jika ada yang sakit sering berobat ke puskesmas, untuk mencapai
ke fasilitas kesehatan yang ada keluarga Tn.M biasanya menggunakan kendaraan
pribadi berupa sepeda motor.

IV. Struktur Keluarga


1. Pola dan proses komunikasi :
Keluarga menggunakan bahasa jawa dalam berkomunikasi dengan anggota
keluarga atau masyarakat. Dalam keluarga diterapkan untuk bebas menyampaikan
pendapat, permasalahan dalam keluarga di pecahkan bersama-sama dengan
diskusi dan musyawarah.

2. Struktur kekuatan :
Dalam keluarga Tn.M, keputusan yang diambil adalah keputusan Tn.M yang
sudah dimusyawarahkan. Keluarga Tn.M saling menghargai dan saling
mendukung, merawat anggota keluarga yang sakit bersama-sama.

3. Struktur peran :
a. Tn. M berperan sebagai kepala keluarga, Suami. Tn.M bekerja sebagai
wiraswasta.
b. Ny. M berperan sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Ny.M sebagai ibu
rumah tangga
c. Tn. P sebagai anak pertama, sudah meikah , bekerja sebagai sopir
d. Ny. P sebagai menantu, sebagai ibu rumah tangga
e. An. H sebagai cucu, pelajar, masih menjadi tanggung jawab keluarganya.
f. An.D sebagai cucu, masih menjadi tanggung jawab keluarganya

4. Nilai-nilai dan norma-norma budaya :


Keluarga Tn. M selalu membiasakan pada seluuruh anggota untuk selalu berbuat
baik dan sopan sesuai nilai dan norma yang bertentangan dengan kesehatan.

V. Fungsi-Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Dalam keluarga terdapat perasaan saling melliki, kasih sayang, tolong menolong
dan saling mendukung anatar anggota.

2. Fungsi sosialisasi
Masing-masing anggota keluarga saling menghormati serta menetapkan sopan
santun dalam berperilaku. Komunikasi dengan tetangga baik, selalu menyapa dan
berbincang-bincang saat bertemu.

3. Fungsi perawatan kesehatan


a. Kemampuan keluarga mengenal masalah
Keluarga mengatakan bahwa Ny.M menderita penyakit diabetes melitus, dan
harus mengurangi makanan yang manis. Namun keluaraga belum mengetahui
penyebab , tanda dan gejala, komplikasi, pengobatan, pencegahan secara
menyeluruh, dan mengatakan ingin mengetahui tentang diabetes mellitus.
b. Kemampuan keluarga mengambil keptusan tepat
Keluarga Tn.M jika salah satu keluargnya mempunyai masalah kesehatan
segera diperiksakan ke pelayanan kesehatan terdekat. Begitu juga dengan
Ny.M yang mempunyai penyakit diabetes selalu rutin memeriksakan diri ke
puskesmas, meskipun menderita diabetes tetapi tidak mengurangi
semangatnya untuk sembuh.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Ny.M mengatakan dalam penyajian makanan masih dibumbui gula sedikit dan
terkadang masih suka makan gorengan dan roti manis.
d. Kemampuan keluarga memelihara dan memodifikasi lingkungan
Keluarga mampu memelihara dan menjaga lingkungan rumah agar tetap sehat.
Terbukti Tn.M tidak merokok, lingkungan sekitar tidak ada yang minum-
minuman keras dan dalam penataan perabotan rumah tangga benar sehingga
tidak beresiko terjadi cidera atau menimbulkan luka. Ventilasi udara memadai,
pencahayaan cukup.
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
dimasyarakat.
Keluarga Tn.M sudah dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dimasyarakat dengan baik, kaena Ny.M selalu kontrol ke puskesmas secara
rutin setiap obat habis atau memiliki keluhan kesehatan.

4. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn.M memiliki 1 orang anak, dan saat ini Ny.M sudah menopause .

5. Fungsi ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, dari penghasilan yang
diperoleh dan juga dibantu oleh anaknya.

VI. Koping Keluarga


1. Stressor keluarga jangka pendek dan jangka panjang :
a. Stressor jangka pendek
Keluarga merasa khawatir ketika ada anggota keluarga yang mengeluh akan
kesehatannya.
b. Stressor jangka panjang
Keluarganya bersiap membiayai pengobatan Ny. M selama sakit.
2. Kemampuan keluarga bersepon terhadap masalah :
Keluarga berusaha untuk menangani masalah kesehatan yang muncul dengan
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. Selain itu keluarga juga berdoa kepada
Tuhan.
3. Strategi koping yang digunakan :
Keluarga berusaha untuk menangani keluhan kesehatan baik secara mandiri
maupun ke pelayanan kesehatan jika ada masalah akan dibicarakan dengan baik-
baik dan diselesaikan dengan musyawarah.

4. Strategi adaptasi disfungsional :


Keluarga membawa anggota keluarga yang sakit ke fasilitas kesehatan yang ada
dipuskesmas

VII. Pemeriksaan Fisik Anggota Keluarga

Nama VS & Hasil Kepala Thorak Abdomen Ekstremitas


lab/Rontgen
Tn.M TD : 120/80 Bentuk Paru : I : datar, tidak Tidak ada
mMhg mesochepal, I : Tidak ada acites oedema, tidak
Nadi :84 x/mnt tidak lesi, ekspansi A : BU : ada lesi
Suhu : 36.0 ℃ terdapat dada simetris 10x/mnt
RR : 22x/mnt luka, kulit P : Vocal P : tidak ada
kepala fremitus teraba nyeri
bersih, sama P : timpani
rambut, P : Sonor
sebagian A : vesikuler
beruban. Jantung :
I : tidak ada
lesi, tidak
tampak ictus
cordis
P : Ictus cordis
teraba di IC 5
P : Redup
A : S1 dan S2
reguler
VIII. Harapan Keluarga
Harapan keluarga terhadap kesehatan saat ini yaitu agar masalah tersebut bisa teratasi
tanpa gangguan kesehatan dan keluarga dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
Harapan keluarga terhadap kunjungan perawat keluarga adalah membantu keluarga
mengatasi masalah kesehatan yang terjadi dan dapat memberikan solusi yang tepat
terhadap masalah kesehatan, dan menambah pengetahuan tentang kesehatan.
FORMAT RUMUSAN DIAGNOSA

DIAGNOSA KEPERAWATAN
DATA KODE DIAGNOSIS
00080 Ketidakefektifan manajemen
DS : keluarga mengatakan kesehatan dikeluarga
bahwa Ny. M menderita
penyakit diabetes mellitus
dan harus mengurangi
makanan yang manis.
Namun, keluarga belum
mengetahui penyebab, tanda
dan gejala, komplikasi dan
penatalaksanaan secara
menyeluruh dan mengatakan
ingin mengetahui tentang
Diabetes mellitus.

DO : keluarga tampak ingin


mengetahui tentang penyakit
diabetes mellitus dan
keluarga mengajukan
beberapa pertanyaan
mengenai penyakit diabetes
mellitus.
00188 Perilaku kesehatan cenderung
DS : Ny. M mengatakan beresiko
dalam penyajian makanan
masih dibumbuhi gula sedikit
dan terkadang masih suka
makanan gorengan dan roti
manis, klien juga
mengatakan belum
mengetahui cara melakukan
senam kaki DM

DO : klien tampak belum


mengetahui porsi diit yang
tepat dank lien tidak patuh.
BB sebelum sakit : 52 Kg
BB selama sakit : 40 Kg
Penurunan berat badan
terjadi selama didiagnosa
diabetes mellitus
FORMAT SKORING PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawtan : Ketidakefektifan manajemen kesehatan dikeluarga

NO KRITERIA SKOR BOBOT NILAI PEMBENARAN


1 Sifat Masalah 3/3 x 1 = 1 Masalah ini adalah
Skala : aktual, sehingga
Wellness 3 1 dikategorikan
Actual 3 tidak/kurang sehat
Resiko 2
Potensial 1
2 Kemungkinan 2 2/2 x 2 = 2 Masalah dapat
masalah dapat diubah dengan
diubah mudah karena
Skala : keluarga yang belum
Mudah 2 mengetahui
Sebagian 1 sepenuhnya tentang
Tidak dapat 0 diabetes mellitus
ingin mengetahui
secara jelas
3 Potensial masalah 2/3 x 1=2/3 Masalah lebih lanjut
untuk dicegah 1 masih dapat dicegah
Skala : dengan pendidikan
Tinggi 3 kesehatan
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya 1/2 x 1=1/2 Keluarga sedikit
masalah 1 mengetahui tentang
Skala : gejala dan penyebab
Segera 2 dari diabetes mellitus
Tidak perlu 1
Tidak dirasakan 0
Total Nilai : 4 1/6
Diagnosa Keperawtan : Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
diabetes mellitus

NO KRITERIA SKOR BOBOT NILAI PEMBENARAN


1 Sifat Masalah 3/3 x 1=1 Masalah ini
Skala : adalah aktual,
Wellness 3 1 sehingga
Actual 3 dikategorikan
Resiko 2 tidak/kurang
Potensial 1 sehat
2 Kemungkinan 1/2 x 2 = 1 Dapat diubah
masalah dapat dengan
diubah 2 kepatuhan
Skala : penatalaksanaan
Mudah 2 diit bagi
Sebagian 1 penderita
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah 2/3 x 1 = Masalah lebih
untuk dicegah 1 2/3 lanjut dicegah
Skala : dengan pola
Tinggi 3 hidup sehat bagi
Cukup 2 pasien
Rendah 1
4 Menonjolnya 1 1/2 x 1 = Keluarga cukup
masalah 1/2 tau mengenai diit
Skala : diabetes mellitus
Segera 2 tetapi masih
Tidak perlu 1 belum
Tidak dirasakan 0 menerapkannya
Total Nilai : 3 1/6
PERENCANAAN KEPERAWATAN KELUARGA

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI

KODE DIAGNOSA KODE TUJUAN KODE INTERVENSI

00080 Ketidakefektifan 1802 Keluarga mampu mengenal masalah tentang 5641 Keluarga mampu mengenal masalah diabetes militus

manajemen kesehatan pengetahuan kesehatan dan perilaku sehat : : pengajaran diet yang tepat atau dianjurkan

di keluarga anjuran pengaturan diet

1606 Keluarga mampu mengambil keputusan dalam 5250 Keluarga mampu memutuskan untuk merawat

perawatan kesehatan anggota keluarga yang sakit : dukungan membuat

keputusan

1622 Keluarga mampu merawat anggota keluarga 1100 Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang

untuk meningkatkan atau memperbaiki sakit dan memberikan dukungan dalam

kesehatan : perilaku kepatuhan menyiapkan meningkatkan status kesehatan: manajemen nutrisi

diet dengan tepat yang tepat


2009 Keluarga mampu memodifikasi lingkungan : 5440 Keluarga mampu memodifikasi lingkungan dalam

dukungan keluarga selama pengobatan hal : peningkatan support sistem

2605 Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas 7400 Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan :

kesehatan : partisipasi keluarga dalam bantuan sistem kesehatan

perawatan keluarga

00188 Perilaku kesehatan 1855 Keluarga mampu mengenal gaya hidup sehat 5602 Keluarga mampu mengenal masalah : pengajaran

cenderung beresiko proses penyakit

2609 Keluarga mampu mengambil keputusan 5250 Keluarga mampu membuat keputusan : dukungan

mengenai tindakan dan keyakinan keluarga membuat keputusan

untuk berpartisipasi keluarga dalam perawatan

profesional

2006 Keluarga mampu merawat status kesehatan Keluarga mampu merawat keluarga dalam membantu
personal kesehatan fisik melaksanakan : senam kaki DM

Keluarga mampu memodifikasi lingkungan Keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk

untuk kontrol resiko diabetes mellitus kontrol resiko diabetes mellitus

1603 Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas 7400 Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan

pelayanan kesehatan kesehatan : bantuan system kesehatan


FORMAT PELAKSANAAN TINDAKAN

NO HARI/TANGGAL JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI

1. Rabu, 23 september 19.00 wib Perilaku kesehatan cenderung Mengajarkan klien mengenai teknik senam kaki DM

beresiko
2020
FORMAT PELAKSANAAN EVALUASI

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN KHUSUS TANGGAL EVALUASI

1. Perilaku kesehatan cenderung Keluarga mampu melakukan Rabu, 23 S: Klien mengatakan merasa rileks kakinya setelah melakukan

beresiko
tindakan senam kaki DM September senam kaki DM

dengan baik 2020 O:klien tampak rileks, dan mengikuti tindakan dengan baik

A: klien mampu mempraktikkan tindakan senam kaki DM,

masalah teratasi

P: berikan dukungan kepada klien mengenai masalah klien,

pertahankan intervensi
FORMAT EBP

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan penyebab hiperglikemi. Hiperglikemi disebabkan
oleh berbagai hal, namun hiperglikemi paling sering disebabkan oleh diabetes melitus.
Pada diabetes melitus gula menumpuk dalam darah sehingga gagal masuk ke dalam
sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat hormon insulin jumlahnya kurang atau cacat
fungsi. Hormon insulin merupakan hormon yang membantu masuknya gula darah
(WHO, 2016). Penyakit kronis seperti DM sangat rentan terhadap gangguan fungsi
yang bisa menyebabkan kegagalan pada organ mata, ginjal, saraf, jantung dan
pembuluh darah. Gangguan fungsi yang terjadi karena adanya gangguan sekresi
insulin dan gangguan kerja insulin maupun keduanya.
Menurut International Diabetes Federation-7 tahun 2015, dalam metabolisme
tubuh hormon insulin bertanggung jawab dalam mengatur kadar glukosa darah.
Hormon ini diproduksi dalam pankreas kemudian dikeluarkan untuk digunakan
sebagai sumber energi. Apabila di dalam tubuh kekurangan hormone insulin maka
dapat menyebabkan hiperglikemi (IDF, 2015). Data dari berbagai studi global
menyebutkan bahwa penyakit DM adalah masalah kesehatan yang besar. Hal ini
dikarenakan adanya peningkatan jumlah penderita diabetes dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2015 menyebutkan sekitar 415 juta orang dewasa memiliki diabetes, kenaikan 4
kali lipat dari 108 juta di tahun 1980an. Apabila tidak ada tindakan pencegahan maka
jumlah ini akan terus meningkat tanpa ada penurunan. Diperkirakan pada tahun 2040
meningkat menjadi 642 juta penderita (IDF, 2015).
Penyandang DM memiliki risiko terkena penyakit jantung 2-4 daripada orang
yang non DM. Diabetes melitus apabila tidak tertangani secara benar, maka dapat
mengakibatkan berbagai macam komplikasi. Ada dua komplikasi pada DM yaitu
komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi kronik terdiri dari komplikasi
makrovaskuler dan komplikasi mikrovaskuler. Penyakit jantung koroner, penyakit
pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer merupakan jenis
komplikasi makrovaskular, retinopati, nefropati, dan neuropati merupakan jenis
komplikasi mikrovaskuler.
Penatalaksanaan diabetes mellitus terdiri dari 5 pilar utama, olahraga atau
latihan fisik merupakan salah satu dari penatalaksanaan tersebut selain dari diet, obat-
obatan, edukasidan pemantauan, olahraga dalam arti gerak fisik atau kerja otot dapat
meningkatkan metabolisme atau pembentukan dan pengeluaran energi tubuh (energi
output), mengakibatkan konsumsi oksigen dan energi meningkat sekitar 20 kali lipat,
sehingga penggunaan glukosa juga dapat digunakan dalam jumlah besar dengan tidak
membutuhkan sejumlah besar insulin karena serat otot menjadi lebih permeabel
terhadap glukosa akibat kontraksi dari otot itu sendiri.
Komplikasi yang paling sering dialami pengidap diabetes adalah komplikasi
pada kaki (15 persen) yang kini disebut kaki diabetes. Ada tiga terapi pengobatan
penyakit DM, yaitu: menjalani pola hidup sehat, rutin senam diabetes, dan minum
obat. Senam diabetes adalah latihan fisik aerobik bagi penderita diabetes dengan
serangkaian gerakan yang dipilih secara sengaja dengan cara mengikuti irama musik
sehingga melahirkan ketentuan ritmis, kontinuitas dan durasi tertentu untuk mencapai
tujuan tertentu. Senam diabetes akan lebih baik dilakukan dalam waktu 45 menit
dengan frekuensi 3-5 kali perminggu (Ashadi, 2008). Rutin senam terbukti bisa
mengontrol kadar gula darah tubuh, agar tak bertambah tinggi. (Sumarni & Yudhono,
2013) dan berdasarkan (Santosa & Rusmono, 2016) senam kaki dapat dilaksanakan
secara kontinyu dan sangat dianjurkan pada penderita DM diluar aktivitas rutin sehari-
hari.

B. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh senam diabetes dalam mengontrol kadar gula
darah tubuh, agar tak bertambah tinggi dan memperlancar peredaran darah untuk
mencegah kaki diabetes.
BAB II

IDENTIFIKASI ARTIKEL EVIDENCE BASED PRACTICE

A. Identitas Artikel (judul artikel, nama peneliti, tahun terbit, penerbit)


Judul : Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Melaksanakan Senam
Diabetes pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II
Nama peneliti : Andri Nugraha, Engkus Kusnadi, dan Sigit Subagja
Tahun terbit : 2016
Penerbit : Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol IX, No.2, September 2016
B. Gap of knowledge (kesesuaian masalah dengan masalah yang akan diselesaikan
pico/picot)
Penelitian ini dilakukan tindakan senam diabetes terhadap kadar gula darah pasien
diabetes melitus tipe II.
P : Pasien DM tipe II yang terdaftar di PERSADIA Kabupaten Garut dan mengikuti
senam diabetes.
I : Senam diabetes
C : tidak ada pembanding atau intervensi lainnya
O : perubahan kadar gula darah pasien diabetes melitus
C. Justifikasi intervensi (termasuk SOP jika ada)
Senam diabetes dilakukan dengan serangkaian gerakan yang dipilih secara sengaja
dengan cara mengikuti irama musik sehingga melahirkan ketentuan ritmis, kontinuitas
dan durasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Senam diabetes dilakukan dalam
waktu 45 menit dengan frekuensi 3-5 kali perminggu.
D. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
kadar gula darah rata-rata pada pasien DM Tipe II sebelum melakukan kegiatan senam
yaitu 164,50mg/dl. Kadar gula darah rata-rata pada pasien DM Tipe II setelah
melakukan kegiatan senam diabetes yaitu 145,13mg/dl.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Resume Kasus Kelolaan


Nama kepala keluarga Tn.M usia 60 tahun pendidikan terkahir SD, pekerjaan
wiraswasta alamat desa Sumurjomblangbogo. Komposisi anggota keluarga tersebut
terdiri dari Tn. M usia 60 tahun sebagai kepala keluarga, Ny.M usia 58 tahun sebagai
istri, Tn.P usia 32 tahun sebagai anak, Ny. P 30 tahun sebagai menantu, An. H usia 5
sebagai cucu, dam An. D usia 3 tahun sebagai cucu. Keluarga mengatakan bahwa Ny.
M menderita penyakit diabetes mellitus dan harus mengurangi makanan yang manis.
Namun, keluarga belum mengetahui penyebab, tanda dan gejala, komplikasi dan
penatalaksanaan secara menyeluruh dan mengatakan ingin mengetahui tentang
Diabetes mellitus. Ny. M mengatakan dalam penyajian makanan masih dibumbuhi
gula sedikit dan terkadang masih suka makanan gorengan dan roti manis, klien juga
mengatakan belum mengetahui cara melakukan senam kaki DM.

Diagnosa keperawatan yang muncul adalah ketidakefektifan manajemen kesehatan


dikeluarga dengan nilai skoring 4 1/6 dan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit diabetes mellitus dengan nilai skoring 3 1/6.

Pada hari rabu 23 september 2020 pukul 19.00 wib dilakukan tindakan mengajarkan
klien mengenai teknik senam kaki DM. Setelah dilakukan tindakan tersebut klien
mengatakan merasa rileks kakinya setelah melakukan senam kaki DM, klien
mengikuti tindakan tersebut dengan baik, dan klien mampu mempraktikkan tindakan
senam kaki DM.

B. Analisis Hasil Penelitian Berdasarkan Tinjauan Teori


Berdasarkan hasil artikel, didapatkan hasil bahwa senam diabetes dapat menurunkan
kadar gula darah pada pasien diabetes melitus. Hasil tersebut sebanding dengan
penelitian Fitriani (2020) yang menunjukan hasil bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan senam diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien Diabetes
Mellitus tipe ii di Klinik Smponi Danarieva Medika Palembang.
C. Analisis Hasil Penelitian Berdasarkan Tinjauan Kasus
Berdasarkan hasil tinjauan kasus, senam kaki DM dapat mengatasi pasien diabetes
melitus.
BAB IV

PENUTUP

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit degeneratif, yang dipengaruhi oleh gaya hidup
dan pola makan. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula
darah tinggi) sebagai akibat dari kurangnya sekresi insulin, aktivitas insulin ataupun keduanya.
Senam diabetes adalah latihan fisik aerobik bagi penderita diabetes dengan serangkaian gerakan.
Senam ini dapat mengatasi penyakit DM.
DAFTAR PUSTAKA

International Diabetes Federation. 2015. IDF Diabetes Atlas 7th Edition. Brussels: International
Diabetes Federation. http://www. diabetes atlas. org/.
Sumarni, T., & Yudhono, D. T. (2013). Pengaruh Terapi Senam Kaki terhadap Penurunan
Glukosa Darah pada Lansia Dengan Diabetes Mellitus di Posyandu Lansia Desa
Ledug Kec. Kembar Banyumas Tri. Viva Medika, 06(11), 49–58.
Santosa, A., & Rusmono, W. (2016). Senam Kaki Untuk Mengendalikan Kadar Gula Darah Dan
Menurunkan Tekanan Brachial Pada Pasien Diabetes Melitus. Jurnal Ilmiah Ilmu-
Ilmu Kesehatan, 14(2), 24–34.

Anda mungkin juga menyukai