Disusun Oleh:
Nabila (20201241024)
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul “Manajemen Pembiayaan Pendidikan” ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas Bapak
Baiquni Rahmat, S.Pd., M.Pd., pada mata kuliah Manajemen Pendidikan.
Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Baiquni Rahmat, S.Pd., M.Pd., selaku dosen
mata kuliah Manajemen Pendidikan. Tugas yang telah diberikan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Tak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah
yang kami tulis dapat berguna untuk menambah pengetahuan serta wawasan tentang
manajemen pembiayaan pendidikan bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari semua sumber daya pendidikan yang dianggap penting adalah uang.
Pendidikan tidak akan berjalan tanpa adanya biaya atau uang. Uang ini termasuk
sumber daya yang langka dan terbatas. Sehingga, uang perlu dikelola dengan efektif
dan efisien agar membantu pencapaian tujuan pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan salah satunya dipengaruhi oleh efektivitas
pengelolaan keuangan sekolah. Salah satu unsur pokok yang harus ada pada suatu
sekolah agar menjadi sekolah yang dapat menghasilkan anak didik (output pendidikan)
yang baik adalah dari segi pengelolaan keuangan. Pengelolaan keuangan sekolah
adalah hal yang sangat penting karena ada kait hubungannya dengan pelaksanaan
kegiatan sekolah. Komponen yang berkaitan dengan keuangan dan pembiayaan sekolah
ini harus dikelola sebaik-baiknya, agar dana-dana yang ada dapat dimanfaatkan secara
optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Pendidikan yang berkualitas merupakan suatu investasi yang mahal. Kesadaran
masyarakat untuk menanggung biaya pendidikan pada hakikatnya akan memberikan
suatu kekuatan pada masyarakat untuk bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
pendidikan. Organisasi pendidikan dikategorikan sebagai organisasi publik yang non-
profit. Oleh karena itu, manajemen pembiayaan memiliki keunikan sesuai dengan misi
dan karakteristik pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian manajemen pembiayaan pendidikan?
2. Bagaimana konsep dasar pembiayaan pendidikan?
3. Darimanakah sumber-sumber pembiayaan pendidikan berasal?
4. Bagimanakah perencanaan anggaran dan belanja lembaga pendidikan?
5. Bagaimanakah pelaksanaan anggaran pendidikan?
6. Bagaimanakah pengawasan pembiayaan pendidikan?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen pembiayaan pendidikan.
2. Untuk mengetahui konsep dasar pembiayaan pendidikan.
3. Untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan pendidikan berasal.
4. Untuk mengetahui perencanaan anggaran dan belanja lembaga pendidikan.
1
5. Untuk mengetahui pelaksanaan anggaran pendidikan.
6. Untuk mengetahui pengawasan pembiayaan pendidikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
rencana yang dibuat sebelumnya. Kemudian evaluasi merupakan bentuk penilaian
terhadap pencapaian target atau tujuan dari yang didanai.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik sintesis, manajemen keuangan pendidikan
sebagai rangkaian aktivitas mengatur dan mengelola keuangan lembaga pendidikan
mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan
pertanggungjawaban keuangan lembaga pendidikan. Adapun kegiatan inti yang ada
dalam manajemen keuangan pendidikan bisa dikelompokkan dalam tiga hal, yaitu
penyusunan anggaran (budgeting), pembukuan (accounting), pemeriksaan (auditing).
Ketiga komponen inti tersebut sudah seharusnya bisa dilakukan secara professional
sehingga manajemen keuangan pendidikan bisa berjalan dengan efektif dan efisien
untuk membantu mewujudkan tujuan pendidikan yang telah ditentukan (Arwildayanto,
Lamatenggo, & Sumar, 2017).
1. Konsep Pengganggaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah penganggaran
(Budgeting) adalah 1) proses mengikhtisarkan rancangan pengeluaran dan
penerimaan keuangan selama jangka (waktu) tertentu; 2) kegiatan mengalokasi
sumber daya untuk mencapai sasaran usaha dalam jangka (waktu) tertentu.
Penyusunan anggaran pendidikan itu dikenal juga dengan istilah penganggaran
pendidikan. Pada dasarnya, anggaran terdiri dari pemasukan dan pengeluaran.
Besarnya dana yang diterima oleh suatu lembaga (dari suatu sumber) menentukan
sisi penerimaan atau perolehan biaya. Sumber-sumber biaya dalam pembahasan
anggaran lembaga pendidikan dibedakan atas setiap golongan, misalnya
pemerintah, masyarakat, orang tua, dan sumber-sumber lainnya. Sedangkan sisi
pengeluaran terdiri atas alokasi besarnya biaya pendidikan untuk setiap komponen
yang harus dibiayai. Dengan demikian, dalam anggaran tergambar kegiatan-
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu lembaga, tergambar juga sumber
penerimaan serta pengeluaran kas yang menjadi anggaran dalam periode tertentu.
Setelah mengetahui berbagai hal sebelumnya, kita dapat memahami bahwa
anggaran pendidikan merupakan uang yang dialokasikan atau dikhususkan untuk
menyelenggarakan layanan pendidikan. Pada masing-masing tingkatan, penetapan
anggaran itu sendiri berbeda perencanaan, sumber, tujuan, ataupun pengawasan
penggunaannya. Misalnya pada tingkat nasional, Kemendikbud dan Kemenristek
Dikti yang menetapkan anggaran pendidikan, sumber dan tujuan penggunaanya.
Sedangkan pada tingkat sekolah, anggarannya direncanakan dan dilaksanakan oleh
4
kepala sekolah beserta warga sekolah mulai dari perencanaan dan implementasi
program sekolah yang sudah disepakati untuk dibiayai (Jannah, 2016).
Dalam kegiatan umum keuangan, kegiatan manajemen pembiayaan pendidikan
meliputi tiga hal, yaitu:
a. Budgeting (Penyusunan Anggaran)
Penganggaran merupakan proses penyusunan anggaran (budget). Budget yaitu
rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk uang yang
digunakan untuk memenuhi tujuan dalam suatu waktu. Dengan demikian, di
dalam anggaran tergambar kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
suatu lembaga. Penyusunan anggaran merupakan langkah-langkah untuk
mewujudkan rencana yang telah disusun. Kegiatan penyusunan anggaran ini
melibatkan berbagai pihak yang berwenang, yang pada dasarnya merupakan
kesepakatan untuk menentukan besarnya alokasi biaya suatu penganggaran.
b. Accounting (Pembukuan)
Accounting ini merupakan pengurusan yang meliputi dua hal yaitu menyangkut
kewenangan menentukan kebijakan menerima atau mengeluarkan uang, dan
menyangkut menerima, menyimpan, dan mengeluarkan uang (merupakan
urusan tindak lanjut dari kewenangan. Pengurusan yang dimaksud bukan
menyangkut kewenangan menentukan, tetapi hanya melaksanakan, yang
dikenal dengan pengurusan bendaharawan. Bendaharawan merupakan orang
atau badan yang mengemban tugas atau diserahi tugas untuk menerima,
menyimpan, dan membayar, ataupun menyerahkan uang atau surat-surat serta
barang-barang berharga. Bendaharawan memiliki tanggung jawab atas apa yang
menjadi kewajiban atau tugasnya.
c. Auditing (Pemeriksaan)
Auditing merupakan pertanggungjawaban atas keseluruhan kegiatan yang
mencakup penerimaan, penyimpanan, dan pembayaran atau penyerahan uang
yang dilakukan bendaharawan kepada pihak-pihak yang bersangkutan untuk
keperluan bersama. Pihak yang bertugas menerima laporan
pertanggungjawaban ataupun melakukan pemeriksaan, berbeda-beda bagi
setiap unit, satuan, ataupun lembaga. Misalnya saja bagi unit-unit di dalam
departemen, mempertanggungjawabkan urusan ini kepada BPK melalui
departemen masing-masing.
5
2. Asas-Asas dalam Anggaran
Penyusunan anggaran pendidikan memiliki beberapa kaidah yang menjadi dasar
untuk mengambil langkah-langkah antisipatif agar tidak terjadi penyelewengan
anggaran pendidikan. Untuk itu, menurut Setyorini (2015) yang mengutip pendapat
Suharsimi, Arikunto (2010: 189) menyebutkan tiga asas dalam kegiatan
pembiayaan pendidikan, yaitu:
a. Asas Plafond
Anggaran belanja yang boleh diminta tidak melebihi jumlah tertinggi yang telah
ditentukan.
b. Asas Pengeluaran Berdasarkan Mata Anggaran
Pengeluaran pembelanjaan harus didasarkan atas mata anggaran yang telah
ditetapkan.
c. Asas Tidak Langsung
Suatu ketentuan bahwa setiap penerima uang tidak boleh digunakan secara
langsung untuk keperluan pengeluaran.
Asas-asas tersebut mendukung terwujudnya penyusunan dan penetapan
anggaran pendidikan yang baik dan benar, sehingga tidak menyebabkan hal-hal
yang merugikan berbagai pihak. Untuk itu, diharapkan setiap lembaga pendidikan
memperhatikan dan melaksanakan asas-asas tersebut agar kegiatan pengelolaan
keuangan untuk pendidikan berjalan sebagaimana mestinya dan menyongkong
kemajuan lembaga pendidikan yang bersangkutan tersebut.
3. Karakteristik Pembiayaan Pendidikan
Ada beberapa karakteristik penting yang perlu diperhatikan dalam manajemen
keuangan dan pembiayaan pendidikan, diantaranya:
a. Biaya pendidikan selalu menunjukkan kenaikan, dimana perhitungan
pembiayaan pendidikan dinyatakan dalam satuan unit cost yang terdiri dari:
1) Unit cost lengkap, yaitu perhitungan unit cost berdasarkan semua fasilitas
yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan.
2) Unit cost setengah lengkap, hanya memperhitungkan biaya kebutuhan yang
berkenaan dengan bahan dan alat yang berangsur habis walaupun jangka
waktunya berbeda.
3) Unit cost sempit, yaitu unit cost yang diperoleh hanya dengan
memperhitungkan biaya yang langsung berhubungan dengan biaya yang
lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar.
6
b. Biaya terbesar dalam pelaksanaan pendidikan adalah biaya pada faktor manusia.
Pendidikan dapat dikatakan sebagai “human investment”, yang artinya biaya
terbesar diserap oleh tenaga manusia, yakni pendidik dan tenaga pendidikan.
c. Unit cost pendidikan akan naik sepadan dengan tingkat sekolah. Semakin
bermutu sekolah tersebut, kecenderungan penggunaan biaya yang besar
semakin menjadi kebutuhan yang realistis.
d. Unit cost pendidikan dipengaruhi oleh jenis lembaga pendidikan. Biaya untuk
sekolah kejuruan lebih besar dari pada biaya untuk sekolah umum.
e. Unit cost rutin atau komponen yang dibiayai dalam sistem pendidikan hampir
sama dari tahun ke tahun, sehingga bisa diprediksi dan diestimasi. (Suharti, T.,
& Nurhayati, I., 2015).
Setelah memahami karakteristik manajemen keuangan dan pembiayaan
pendidikan, tentu para manajer keuangan, bendahara, atau perencana keuangan bisa
memproyeksi kebutuhan dan sumber keuangan, pendanaan, serta pembiayaan yang
bisa dicarikan dari berbagai pihak yang terkait dengan proses layanan pendidikan
yang diselenggarakan untuk dapat meemenuhi kebutuhan. Dengan demikian,
lembaga pendidikan siap memberikan layanan terbaik dan mutu pendidikan yang
sesuai dengan harapan.
C. Sumber-Sumber Pembiayaan Pendidikan
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2012 tentang Pungutan dan Sumbangan Biaya Pendidikan pada
Satuan Pendidikan Dasar adalah sebagai berikut:
Sumber biaya pendidikan pada satuan pendidikan dasar yang diselenggarakan oleh
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang tercantum dalam pasal 5 adalah anggaran
pendapatan dan belanja negara; anggaran pendapatan dan belanja daerah; sumbangan
dari peserta didik atau orang tua/walinya; sumbangan dari pemangku kepentingan
pendidikan dasar di luar peserta didik atau orang tua/walinya; bantuan lembaga lainnya
yang tidak mengikat; bantuan pihak asing yang tidak mengikat; dan/atau sumber lain
yang sah. Sumber biaya pendidikan pada satuan pendidikan dasar yang diselenggarakan
oleh masyarakat yang tercantum dalam pasal 6 adalah bantuan dari penyelenggara atau
satuan pendidikan yang bersangkutan; pungutan, dan/atau sumbangan dari peserta didik
atau orang tua/walinya; bantuan dari masyarakat di luar peserta didik atau orang
tua/walinya; bantuan Pemerintah; bantuan pemerintah daerah; bantuan pihak asing
7
yang tidak mengikat; bantuan lembaga lain yang tidak mengikat; hasil usaha
penyelenggara atau satuan pendidikan; dan/atau sumber lain yang sah.
Selain sumber pembiayaan pendidikan yang penyelenggaraannya adalah
pemerintah dan masyarakat, terdapat juga sumber-sumber pembiayaan pendidikan di
sekolah yang dikategorikan menjadi lima yaitu:
1. Anggaran rutin dan APBN (anggaran Pembangunan).
2. Dana penunjang pendidikan (DPP).
3. Bantuan/sumbangan dari BP3.
4. Sumbangan dari Pemerintah Daerah setempat (kalau ada).
5. Bantuan lain-lain.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk menggali dana ke semua pihak sumber
pembiayaan pendidikan antara lain:
1. Pemerintah pusat dan daerah yaitu dengan mengusahakan agar alokasi untuk sektor
pendidikan diperbesar, pemanfaatan dana secara efektif dan efisien, dan
mengusahakan adanya alokasi bagi sektor pendidikan yang diambil dari pajak
umum.
2. Orang tua peserta didik yaitu dengan menyadarkan orang tua agar mau dan tertib
membayar SPP dan pendanaan lainnya yang diizinkan pemerintah, pemanfaatan
dana dari orang tua peserta didik seefektif dan seefisien mungkin.
3. Masyarakat yaitu dengan mengajak dunia usaha untuk bersedia sebagai fasilitator
praktik peserta didik, menghimbau dunia usaha agar bersedia memberikan dana
yang lebih besar untuk dunia pendidikan.
4. Pihak lain (institusi) yaitu dengan mengusahakan bentuk kerja sama yang tidak
saling mengikat namun menguntungkan serta mempertimbangkan bentuk-bentuk
pinjaman agar tidak memberatkan di kemudian hari.
5. Dana hasil usaha sendiri yang halal seperti penyewaan alat, koperasi, kopma.
D. Perencanaan Anggaran dan Pembelanjaan Pendidikan
Pasal 46 Undang-undang No 20 Tahun 2003 menyatakan pendanaan pendidikan
menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat. Berdasarkan tuntutan kebutuhan di sekolah tersebut utamanya kebutuhan
pengembangan pembelajaran yang sangat membutuhkan biaya yang relatif banyak,
maka sumber pendapatan diupayakan dari berbagai pihak agar membantu
penyelenggaraan pendidikan di sekolah, di samping sekolah perlu melakukan usaha
mandiri yang bisa menghasilkan dana. Hal ini akan terwujud apabila manajemen
8
sekolah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya di samping kreativitas sekolah juga
menjadi andalan utama.
Perencanaan merupakan langkah awal dalam proses manajemen pembiayaan.
Perencanaan adalah suatu proses yang rasional dan sistematis dalam menetapkan
langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pengertian tersebut mengandung unsur-unsur bahwa di dalam perencanaan
ada proses, ada kegiatan yang rasional dan sistematis serta adanya tujuan yang akan
dicapai. Perencanaan sebagai proses, artinya suatu kejadian membutuhkan waktu, tidak
dapat terjadi secara mendadak. Perencanaan pembiayaan sekolah disesuaikan dengan
rencana pengembangan sekolah secara keseluruhan, baik pengembangan jangka
pendek maupun jangka panjang. Pengembangan jangka pendek berupa pengembangan
satu tahunan. Pengembangan jangka panjang berupa pengembangan lima tahunan,
sepuluh tahunan, bahkan dua puluh lima tahunan. Berdasarkan rencana pengembangan
sekolah, baik jangka pendek maupun jangka panjang, maka dibuatlah perencanaan
pembiayaan sekolah baik perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.
Kalau dianalisis pembuatan perencanaan pembiayaan, Garner (2004)
merumuskan sikuensi perencanaan pembiayaan yang strategis sebagai berikut:
1. Misi (mission)
2. Tujuan jangka panjang (goals)
3. Tujuan jangka pendek (objectives)
4. Progam layanan, aktivitas (programs, services, activities), tujuan jangka panjang,
tujuan jangka pendek berdasarkan kondisi riil unit sekolah (site-based unit goals &
objectives)
5. Target: baik outcomes maupun outputs
6. Anggaran (budget)
7. Perencanaan pembiayaan yang strategis (strategic financial plan).
Lebih jauh dikatakan bahwa tujuan tidak selalu harus dinyatakan dalam bentuk
kuantitatif, tetapi harus menunjukkan suatu kondisi atau keadaan spesifik yang hendak
dicapai. Tujuan lebih bersifat operasional serta dapat ditentukan indikator dan alat
ukurnya. Tujuan akan mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program, dan
kegiatan dalam mewujudkan misi. Tujuan harus dapat menyediakan dasar yang kuat
untuk menetapkan indikator kinerja. Sasaran (objectives) adalah penjabaran dari tujuan
secara terukur, yaitu sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan secara nyata oleh
masyarakat dalam jangka waktu tertentu (tahunan, semester, triwulan, bulanan).
9
Sasaran harus menggambarkan hal yang ingin dicapai melalui tindakan atau kegiatan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sasaran memberikan fokus dalam
penyusunan kegiatan secara spesifik, rinci, terukur dan realistis untuk dicapai. (Conflict
and Development, 2008). Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa dalam merencanakan
anggaran pembiayaan sebuah organisasi akan lebih efektif jika diarahkan pada upaya-
upaya pencapaian visi dan misi organisasi. Jika perencanaan pembiayaan sekolah
diilhami oleh visi dan misi maka akan mendukung efektivitas pembiayaan sekolah yang
baik.
Bagi semua jenis sekolah, setiap tahun harus membuat perencanaan anggaran
yang disebut Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya Sekolah. Tujuan penyusunan
anggaran ini di samping sebagai pedoman pengumpulan dana dan pengeluarannya, juga
sebagai pembatasan dan pertanggungjawaban sekolah terhadap uang-uang yang
diterima. Dengan adanya RAPBS ini maka sekolah tidak dapat semaunya memungut
sumbangan dari orang tua siswa (Komite Sekolah) dan sebaliknya Komite Sekolah
menjadi puas mengetahui arah penggunaan dana yang mereka berikan.
Dalam perencanaan pembiayaan, terlebih dahulu harus memahami jenis-jenis
biaya dalam istilah pembiayaan. Jenis-jenis biaya tersebut yaitu:
1. Biaya Langsung (direct cost)
Merupakan biaya pendidikan yang diperoleh dan dibelanjakan oleh sekolah sebagai
suatu lembaga meliputi biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan proses belajar
mengajar, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan oleh
pemerintah, orang tua, maupun siswa sendiri.
2. Biaya Tidak Langsung (indirect cost)
Biaya tidak langsung merupakan keuntungan yang hilang (earning forgone) dalam
bentuk biaya kesempatan yang hilang yang dikorbankan oleh siswa selama belajar.
Jenis pembiayaan lain adalah biaya pribadi (private cost) yaitu pengeluaran
keluarga untuk pendidikan dalam bentuk uang sekolah, uang kuliah, pembelian buku,
dan dana hidup siswa. atau biaya untuk pengeluaran rumah tangga. Selain itu terdapat
biaya sosial (social cost) dapat dikatakan sebagai biaya publik, yaitu sejumlah biaya
yang harus dibayar oleh masyarakat untuk pendidikan, baik melalui sekolah maupun
melalui pajak yang dihimpun oleh pemerintah kemudian digunakan untuk membiayai
pendidikan. Yang terakhir adalah biaya dalam bentuk uang (monetary cost) maupun
bukan uang (non monetary cost) (dalam Supriadi, 2003).
10
Istilah lain yang berkenaan dengan dua sisi anggaran yakni penerimaan dan
pengeluaran. Anggaran penerimaan merupakan pendapatan yang diperoleh rutin setiap
tahun oleh sekolah dari berbagai sumber resmi. Anggaran dasar pengeluaran
merupakan jumlah uang yang dibelanjakan setiap akhir tahun untuk kepentingan
pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Untuk menyusun suatu perencanaan pembiayaan atau yang biasa disebut
dengan rencana anggaran, hal-hal yang harus diperhatikan:
1. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama periode anggaran.
2. Mengidentifikasikan sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa, dan
barang.
3. Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang sebab uang pada dasarnya
merupakan pernyataan financial.
4. Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui dan
dipergunakan oleh instansi tertentu.
5. Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan pihak yang berwenang.
6. Melakukan revisi usulan anggaran.
7. Persetujuan revisi anggaran.
8. Pengesahan anggaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perumusan penyusunan
pembiayaan sekolah yang dalam hal ini RAPBS dilakukan melalui analisis kebutuhan
operasional sekolah, baik yang terkait pada penyelenggaraan proses belajar mengajar
maupun penunjang lainnya. Penyusunan RAPBS berpedoman kepada visi, misi, tujuan
dan strategi yang telah direncanakan oleh sekolah, yaitu kepala sekolah, guru (pendidik)
dan tenaga kependidikan.
E. Pelaksanaan Anggaran Pendidikan
Dalam melaksanakan anggaran pendidikan, hal yang perlu dilakukan adalah
kegiatan membukukan atau accounting. Pembukuan mencakup dua hal yaitu:
pengurusan yang menyangkut kewenangan menentukan kebijakan menerima atau
mengeluarkan uang, serta tindak lanjutnya yaitu menerima, menyimpan dan
mengeluarkan uang. Jenis pengurusan kedua disebut juga dengan pengurusan
bendaharawan.
Ada beberapa komponen yang perlu dibiayai dengan menggunakan uang dari
dana belajar. Komponen komponen tersebut meliputi:
1. Honorium untuk pemimpin/penanggung jawab edukatif.
11
2. Honorium untuk sumber belajar.
3. Honorium untuk pemimpin umum lembaga diklusemas.
4. Honorium untuk pinata usaha dan pembantu pembantunya.
5. Biaya perlengkapan dan peralatan.
6. Biaya pemeliharaan prasarana dan sarana.
7. Biaya sewa/kontrak.
8. Dana untuk pengembangan usaha lembaga diklusemas.
9. Biaya biaya lain untuk pengembangan dan biaya tak teduga.
Selain itu terdapat usaha-usaha yang bersifat pengabdian terhadap masyarakat
yang membutuhkan dana, kegiatan itu antara lain:
1. Pemberian keringanan uang kursus bagi warga belajar yang kurang mampu.
2. Usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan mengajar tenaga sumber belajar.
3. Kegiatan-kegiatan yang bersifat pengabdian bagi kepentingan masyarakat sekitar.
4. Kesediaan mengelola kejar usaha atau magang diklusemas.
Strategi suatu lembaga pendidikan secara administrasi dengan bagaimana
seseorang memimpin melakukan upaya pengelolaan sumber daya dan sumber biaya
yang terdapat di lingkungan suatu lembaga. Pengelola pendidikan harus mampu sebaik
mungkin mencari pemasukan keuangan guna memenuhi kebutuhan dalam pendanaan
pendidikan.
Strategi tersebut diatas dapat direalisasikan melalui penyelenggaraan berbagai
kegiatan seperti:
1. Melakukan analisis internal dan eksternal terhadap potensi sumber dana.
2. Mengidentifikasi, mengelompokan dan memperkirakan sumber-sumber dana yang
dapat digali dan dikembangkan.
3. Menetapkan sumber dana melalui musyawarah dengan orang tua peserta didik pada
tahun ajaran.
4. Menggalang partisipasi masyarakat melalui komite sekolah.
5. Menyelenggarakan olahraga dan kesenian peserta didik untuk mengumpulkan dana
dengan memanfaatkan fasilitas sekolah.
Mekanisme pembiayaan pendidikan sekolah negeri di Indonesia mengalami
perubahan seiring dengan pelaksanaan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah.
Saat ini aliran dana dari pusat ke daerah dilakukan melalui mekanisme dan
perimbangan, khususnya melalui dana alokasi umum (DAU) yang bersifat block grant.
Melalui alokasi ini pemda lebih memiliki kepastian tentang waktu dan jumlah dana
12
yang diterimanya. Dari sisi pembelanjaan, pemda juga mempunyai keleluasaan dalam
merencanakan anggarannya, sehingga dapat mengalokasikan anggaran sesuai prioritas
pembangunan di daerahnya. Menurut UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, selain DAU, dana perimbangan yang
diterima daerah adalah dana bagi hasil dan dana alokasi khusus (DAK). Sumber
penerimaan daerah lainnya adalah pendapatan asli daerah (PAD), pinjaman daerah dan
lain-lain penerimaan yang sah. Semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi dicatat dan dikelola dalam APBD.
Selain melalui mekanisme dana perimbangan, alokasi dana pusat ke daerah juga
dilakukan melalui mekanisme pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Pemerintah provinsi selain melaksanakan tugas desentralisasi, sekaligus juga
melaksanakan tugas dekonsentralisasi yang secara operasional dilakukan oleh dinas
(teknis) provinsi. Anggaran pelaksanaan dekonsentralisasi merupakan bagian dari
APBN yang disalurkan melalui gubernur oleh departemen/lembaga pemerintah non-
departemen terkait. Anggaran tugas pembantuan sama dengan anggaran
dekonsentralisasi, tetapi dapat disalurkan baik ke provinsi maupun kabupaten/kota,
bahkan langsung ke desa. Pertanggungjawaban penggunaan dana dekonsentralisasi dan
tugas pembantuan langsung kepada pemerintah pusat melalui departemen/lembaga
pemerintah non-departemen yang menugaskan. Administrasi penggunaan dana
dekonsentrasi dan tugas pembantuan dipisahkan dari administrasi penggunaan dana
desentralisasi.
Di sektor pendidikan, pelimpahan kewenangan dan anggaran yang terkait
dengan dekonsentralisasi dilakukan oleh depdiknas kepada gubernur yang
pelaksanaannya diserahkan oleh gubernur kepada dinas pendidikan tingkat provinsi.
Sementara itu pelimpahan kewenangan dan anggaran tugas pembantuan dilakukan oleh
depsiknas ke dinas pendidikan provinsi, atau dinas pendidikan kabupaten/kota atau
langsung ke tingkat desa. Mengingat sebagian besar kewenangan di bidang pendidikan
dasar dan menengah telah diserahkan ke daerah, khususnya ke pemerintah
kabupaten/kota, maka seharusnya penanganan sebagian besar masalah pendidikan
termasuk pengalokasian dananya menjadi tanggung jawab pemkab/pemkot. Dengan
demikian, di masa depan kemajuan pendidikan nasional akan sangat bergantung pada
perhatian pemkab/pemkot pada sektor pendidikan.
Saat ini peran pemerintah pusat dalam pendanaan pembangunan secara umum
masih besar, hal ini terlihat dari besarnya proporsi belanja APBN yang menjadi
13
tanggung jawab pemerintah pusat yang tercermin dari besarnya belanja pemerintah
pusat. Pemerintah pusat masih akan tetap berperan dalam menentukan dan mewujudkan
pembangunan pada umumnya, termasuk pembangunan pendidikan yang merata dan
bermutu di Indonesia.
Dalam melaksanakan anggaran pendidikan harus sesuai dengan sasaran yang
tepat dan sesuai dengan sumber daya-sumbar daya yang diperoleh. Biaya pendidikan
yang didapat dari sumber-sumber dana kemudian dipergunakan dan dialokasikan sesuai
dengan kebutuhan dan kegiatan sekolah. Dalam mengalokasikan dana pendidikan
biasanya memperhatikan komponen-komponen siswa, guru, dan ruang belajar. Selain
itu ada juga pengalokasian dana berdasarkan bobot-bobot tujuan pendidikan,
berdasarkan tingkat angka partisipasi siswa, dan berdasarkan rumus-rumus alokasi
keuangan.
Untuk mengalokasikan dana kepada siswa biaa digunakan cara yang paling
mudah yaitu berdasarkan perhitungan siswa dari awal tahun, tengah tahun dan akhir
tahun. Cara seperti ini sering digunakan dalam pengalokasian dana karena dianggap
paling mudah, karena mudahnya sering menimbulkan ketidak akuratan data. Untuk
menutupi kekurangan itu cara yang digunakan adalah menghitung jumlah rata-rata
siswa setiap hari untuk mengetahui siswa yang putus sekolah dan yang tidak masuk.
Sehingga memudahkan dalam pentatausahaan dan pelaporannya yang bisa dikerjakan
secara tahunan, bulanan, dan mingguan.
Sedangkan pengalokasian dana bagi para guru perlu memperhatikan
karakteristik dari tiap-tiap guru, karena guru yang ada itu bermacam-macam
berdasarkan latar belakang pendidikannya, keahliannya baik guru kelas atau guru mata
pelajaran, menurut tempat tugas di kota atau di desa. Pengalokasian dana pendidikan
untuk guru ini memiliki dampak terhadap rasio siswa yang terkadang hasilnya negatif.
Oleh sebab itu, hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik guru harus dicermati betul.
F. Pengawasan Pembiayaan Pendidikan
1. Pengawasan
Untuk menjamin suatu kegiatan tidak menyimpang dari rencana, tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan, maka diperlukan pengawasan yang
berkesinambungan. Pengawasan sebagai salah satu aspek yang penting dalam
pelaksanaan rencana. Pengawasan ini merupakan suatu upaya agar pelaksanaan
pembangunan berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Pengawasan dilakukan
untuk mencegah penyimpangan keuangan dan mengoreksi kesalahan pencatatan
14
yang mungkin terjadi. Pengawasan dapat secara internal maupun internal, dapat
pula dilakukan secara struktural maupun fungsional yang mencakup pemeriksaan,
pembinaan dan evaluasi.
Kegiatan pengawasan pelaksanaan anggaran dilakukan dengan maksud untuk
mengetahui: (a) kesesuaian pelaksanaan anggaran dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dan dengan prosedur yang berlaku, (b) kesesuaian hasil yang dicapai
baik di bidang teknis administratif maupun teknis operasional dengan peraturan
yang ditetapkan, (c) kemanfaatan sarana yang ada (manusia, biaya, perlengkapan
dan organisasi) secara efesien dan efektif, dan (d) sistem yang lain atau perubahan
sistem guna mencapai hasil yang lebih sempurna.
Sebagaimana telah dikatakan bahwa pengawasan itu terdiri dari berbagai
aktivitas yang bertujuan agar pelaksanaan menjadi sesuai dengan rencana. Dengan
demikian pengawasan itu merupakan proses, yaitu kegiatan yang berlangsung
secara berurutan. Menurut (Pigawahi dalam Manullang, 1990), proses pengawasan
mencakup kegiatan berikut: pemahaman tentang ketentuan pelaksanaan dan
masalah yang dihadapi, menentukan obyek pengawasan, menentukan sistem,
prosedur, metode dan teknik pengawasan, menentukan norma yang dapat
dipedomani, menilai penyelenggaraan, menganalisis dan menentukan sebab
penyimpangan, menentukan tindakan korektif dan menarik kesimpulan atau
evaluasi.
Selanjutnya mengukur atau mengevaluasi prestasi kerja terhadap standar yang
telah ditentukan dan membetulkan penyimpangan yang terjadi. Jika ada
penyimpangan dapat segera dan cepat dilakukan pembetulan. Pengawasan
pembiayaan memiliki fungsi mengawasi perencanaan pembiayaan dan pelaksanaan
penggunaan pembiayaan. Walaupun perencanaan yang baik telah ada, yang telah
diatur dan digerakkan, belum tentu tujuan dapat tercapai, sehingga masih perlu ada
pengawasan. Pada dasarnya pengawasan merupakan usaha sadar untuk mencegah
kemungkinan-kemungkinan penyimpangan pelaksanaan dari rencana yang telah
ditetapkan. Apakah pelaksananya telah tepat dan telah menduduki tempat yang
tepat, apakah cara bekerjanya telah betul dan aktivitasnya telah berjalan sesuai
dengan pola organisasi. Kalau terdapat kesalahan dan penyimpangan, maka segera
diperbaiki.
15
2. Pengendalian
Dalam rangkaian kegiatan perencanaan, pengendalian merupakan salah satu
langkah yang dilakukan sebagai upaya memastikan kegiatan program yang telah
direncanakan. Melalui pengendalian dapat diidentifikasikan kemajuan,
perkembangan, hambatan dan penyimpangan yang timbul agar dapat diminimalisir.
Pengendalian merupakan langkah penting dalam upaya memastikan
terselenggaranya kegiatan pengelolaan biaya sesuai dengan aturan kebijakan yang
telah dilakukan. Pengendalian cenderung dilakukan pimpinan atau atasan langsung
sebagai upaya kreatif dan antisipatif terhadap pelaksanaan tugas pengelola.
3. Pemeriksaan dalam pembayaran
Pengelolaan biaya menyangkut penggunaan sejumlah dana yang diamanatkan
untuk membiayai program dan kegiatan. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pengelola harus dapat dipertanggungjawabkan, baik pertanggungjawaban program
maupun dana yang digunakan. Oleh karena itu, pengelolaan biaya harus bersifat
akuntabel.
Menurut Nanang Fatah, pengawasan pembayaran pendidikan bertujuan untuk
mengukur, membandingkan, menilai alokasi biaya dan tingkat penggunaannya.
Secara sederhana proses pengawasan terdiri dari:
a. Memantau (monitoring)
b. Menilai
c. Malampirkan hasil temuan, baik pada kinerja aktual maupun hasilnya
Langkah atau tahapan yang harus dilakukan dalam proses pengawasan adalah
sebagai berikut:
a. Penetapan standar atau patokan, baik berupa ukuran kuantitas, kualitas, biaya
maupun waktu.
b. Mengukur dan membandingkan antara kenyataan yang sebenarnya dengan
standar yang telah ditetapkan.
c. Menentukan tindak perbaikan atau koreksi yang kemudian menjadi materi
rekomendasi.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen pembiayaan pendidikan adalah segenap kegiatan yang berkenaan
dengan penataan sumber, penggunaan, dan pertanggungjawaban dana pendidikan di
sekolah atau lembaga pendidikan yang kegiatannya meliputi tiga hal yaitu penyusunan
anggaran, pembukuan, dan pemeriksaan. Tujuan dari adanya manajemen pembiayaan
pendidikan ini tentunya untuk mengetahui gambaran dan menganalisis pengaruh
manajemen pembiayaan pendidikan terhadap mutu sekolah serta untuk mewujudkan
tertibnya administrasi dalam penyelenggaraan pendidikan yang mencangkup
kebutuhan pendidik serta sarana dan prasarana.
Pembiayaan pendidikan pada intinya dapat dikelompokkan dalam komponen
utama yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Sedangkan sumber-sumber
pembiayaan pendidikan tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2012 tentang Pungutan dan
Sumbangan Biaya Pendidikan pada Satuan Pendidikan Dasar. Oleh karena itu, dalam
pasal 46 Undang-undang No 20 Tahun 2003 menyatakan pendanaan pendidikan
menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat.
17
DAFTAR PUSTAKA
Arwildayanto., Nina Lamatenggo., dan Warni Tune Sumar. 2017. Manajemen Keuangan
dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Widya Padjadjaran.
Jabar, Cepi Safruddin Abdul dkk. 2016. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Jannah, K.N. (2016). Evaluasi Efektivitas Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan
Manajemen di Kabupaten Sleman Tahun 2014. Jurnal Pendidikan Akuntansi
Indonesia, 14(1), 1-9. doi: https://doi.org/10.21831/jpai.v14i1.11362
LIKHITAPRAJNA. Jurnal Ilmiah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ISSN: 1410-
8771. Volume. 18, Nomor 1, hal 42-59
Setyorini, Ayu Alam. 2015. Evektivitas Biaya Pendidikan (BOS) SMP Negeri 1 Mojosongo
Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Ekonomi,
Pendidikan Akuntansi, Universitas Negeri Yogyakarta.
Suharti, T., & Nurhayati, I. 2015. Pengaruh Biaya Penyelenggaraan Pendidikan Terhadap
Minat Calon Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun Bogor. Jurnal Ilmiah
Akuntansi dan Keuangan, 10(1). 27-49. doi:
http://dx.doi.org/10.32832/neraca.v10i1.11
18