Anda di halaman 1dari 5

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)

Tanaman tomat merupakan tanaman semusim berbentuk perdu dari famili

(solanaceae) dengan tinggi tanaman 5-120 cm. Tanaman tomat diklasifikasikan

sebagai berikut : Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub Divisi:

Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Solanales, Famili: Solanaceae,

Genus: Lycopersicum, Spesies: Lycopersicum esculentum Mill (Cahyono, 2008).

Tanaman tomat dapat tumbuh pada ketinggian 0-1250 meter dpl dan

ketinggian optimal yaitu pada 300-900 meter dpl. Suhu optimal yang diperlukan

untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 24⁰-28⁰C serta kelembaban relatif 80%

(Wiryanta, 2004).

Tanaman tomat bisa ditanam pada semua jenis tanah seperti Andosol,

Regosol, Laktosol, Ultisol, dan Grumusol. Tanah yang paling ideal adalah jenis

lempung berpasir yang subur, gembur, memiliki kandungan bahan organik yang

tinggi dan keasaman pH 5,5-6,5 (Supriyati dan Siregar, 2011).

Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah

750-1250 mm per tahun. Keadaan ini berhubungan erat dengan ketersediaan air

tanah bagi tanaman. Penyerapan unsur hara yang maksimal oleh tanaman tomat

akan dicapai apabila pencahayaan selama 12 jam per hari (Fitriani, 2012).

Tanaman tomat secara morfologi memiliki akar, batang, daun, bunga dan

buah. Tanaman tomat memiliki akar tunggang dan akar cabang, perakaran

tanaman tidak terlalu dalam dan menyebar ke segala arah. Akar tanaman tomat

5
dapat menembus lapisan tanah hingga kedalaman 30-70 cm (Redaksi Agromedia,

2007).

Batang tanaman tomat berbentuk bulat dan membengkak pada buku-buku

bagian batang yang masih muda berambut dan ada yang berkelenjar, mudah patah,

dapat naik dan bersandar pada turus atau merambat pada tali, namun harus dibantu

dengan beberapa ikatan. Batang tanaman tomat memiliki cabang sehingga secara

keseluruhan bebentuk perdu (Rismunandar, 2001).

Daun tanaman tomat berbentuk oval, bagian tepi daun bergerigi dan

membentuk celah-celah yang menyirip serta agak melengkung ke dalam. Daun

berwarna hijau dan merupakan daun majemuk ganjil, antara 5-7 helai, disela-sela

daun terdapat 1-2 pasang daun kecil yang berbentuk delta (Purwati dan

Khairunisa, 2007).

Kuntum bunga terdiri atas 5 helai kelopak daun berwarna hijau dan 5 helai

mahkota berwarna kuning, setelah terjadi proses penyerbukan maka akan muncul

putik berwarna putih (Wiryanta, 2004). Bunga tanaman tomat muncul dari cabang

yang masih muda dengan diameter sekitar 2 cm. Mahkota bunga berwarna kuning

belerang dan tersusun dalam dempolan dan jumlahnya 5-10 bunga per

dempolannya atau tergantung dari varietasnya. Umur 50-60 hari setelah semai

tanaman tomat mulai berbunga dan pembentukan buah pada umur 70-80 hari

(Cahyono, 2008).

Buah tomat berdaging, kulitnya tipis licin mengkilap, bentuk dan

ukurannya beragam dan biasanya berbentuk bulat agak lonjong atau bulat telur

dan warna kuning atau merah. Buah ini banyak mengandung banyak biji lunak

6
yang pipih berwarna kekuningan-kuningan yang tersusun berkelompok dan

dibatasi dengan daging buah (Desmarina, 2009).

2.2 Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair adalah zat penyubur tanaman yang berasal dari bahan-

bahan organik dan berwujud cair, unsur hara yang diberikan melalui daun dengan

cara menyemprotkan pada tanaman dapat langsung diserap dan dimetabolismekan

tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan. Penyerapan hara yang diberikan

melalui daun berjalan lebih cepat dibandingkan pupuk diberikan lewat akar, hasil

lebih cepat terlihat dengan munculnya tunas-tunas baru atau kuncup bunga

(Sutejo, 2001).

Penggunaan pupuk organik cair akan efektif dan hasilnya maksimal

apabila dilakukan saat stomata terbuka (Novizan, 2007). Pemupukan lewat daun

dilakukan pada permukaan atas dan bawah daun. Pemupukan lewat daun yang

tepat dilakukan pada saat matahari terbit atau sore hari (Septarini et al., 2002).

Penyerapan unsur hara melalui daun terjadi karena adanya proses difusi

melalui stomata. Membuka dan menutupnya stomata merupakan proses

mekanisme yang diatur oleh tekanan turgor dari sel, ketersediaan CO 2, pengaruh

asam absisat dan ketersediaan ion kalium (Lakitan, 2011).

Pupuk organik cair umumnya mengandung unsur hara makro dan mikro

cukup lengkap, selain itu pupuk organik cair juga mudah larut dalam air sehingga

kemungkinan dengan cepat dapat diserap oleh tanaman. Hal ini merupakan sifat

baik dari pupuk organik cair yang diaplikasikan melalui daun, karena efeknya

akan cepat terlihat (Rizqiani et al., 2007).

7
2.3 Pupuk Kalium

Kalium merupakan salah satu unsur hara esential yang termasuk ke dalam

unsur hara makro. Kalium diserap tanaman dalam bentuk ion K+, sehingga

merupakan satu-satunya ion monovalen yang esensial bagi tanaman. Secara garis

besar pengaruh kalium yaitu memberi efek keseimbangan unsur lain. Terdapatnya

kalium dalam tanah akan memberikan pengaruh nyata bagi tanaman antara lain

memberi ketahanan terhadap kerebahan, perakaran yang kuat dan menambah

ketahanan terhadap serangan penyebab penyakit (Soegiman, 1992).

Kalium berperan aktif dalam fisiologis tanaman seperti fotosintesis dan

respirasi, mempengaruhi metabolisme tanaman dalam pembentukan karbohidrat

dan aktivitas enzim serta translokasi gula, juga terhadap produksi tanaman pangan

baik kualitas maupun kuantitasnya (Agustina, 1990). Peranan utama kalium bagi

tanaman adalah sebagai aktivator dari berbagai enzim yang esensial dalam reaksi-

reaksi fotosintesis, respirasi serta terlibat dalam sintesis protein dan pati. Kalium

juga merupakan ion yang berperan dalam mengatur potensi osmotik sel, dengan

demikian akan berperan dalam mengatur tekanan turgor sel (Lakitan, 2011).

Winarti et al. (2004), menyatakan bahwa tanaman yang diberi kalium

dalam jumlah yang cukup dapat menghasilkan daun yang lebih luas dan

kemampuan fotosintesis meningkat. Meningkatnya proses fotosintesis karena

kalium dapat meningkatkan resistensi stomata, sehingga jumlah CO2 yang

berdifusi ke dalam tanaman lebih banyak sehingga dapat meningkatkan

fotosintesis.

Secara fisiologi K mempunyai fungsi mengatur pergerakan stomata dan

hal-hal yang berhubungan dengan cairan sel. Unsur K berperan dalam mengatur

8
membuka dan menutupnya stomata tanaman, sehingga mempengaruhi respirasi.

Bila kandungan unsur K tinggi, maka sel-sel stomata tanaman membuka

(Wuryaningsih et al., 1997).

Kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang telah melapuk

dapat melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion diabsorbsi pada kation tertukar dan

cepat tersedia untuk diserap tanaman. Kalium tersedia terkumpul di dalam tanah

(Foth, 1991).

Ketersediaan Kalium diartikan sebagai kalium yang dibebaskan dari

bentuk tidak dapat dipertukarkan kebentuk yang dapat dipertukarkan, sehingga

dapat diserap tanaman. Berbagai faktor yang mempengaruhi pembekuan dan

pencairan, pembasahan dan pengeringan, pH tanah dan pelapukan. Kalium diserap

dalam bentuk kation K+ yang monovalen. Berbeda dengan fosfat dan nitrogen,

Kalium tidak ikut menyusun bagian tanaman, tetapi K menyusun 80% dari kation

yang terdapat dalam floem dan transpor K berlangsung secara acropetal (Gardner

et al., 1991).

Soepardi (1983) menyatakan bahwa absorsi unsur K oleh tanaman

dipengaruhi oleh jumlah K tersedia bagi tanaman. Sumber pupuk kalium yang

sering dijumpai yaitu pupuk KCl. Pupuk KCl merupakan pupuk kalium yang

berwarna kemerahan, abu-abu atau putih dengan kandungan K2O sebesar 60%,

pupuk KCl merupakan pupuk yang larut dalam air dan mempunyai mobilitas yang

tinggi.

Anda mungkin juga menyukai