Bidadari Penyelamat
Bidadari Penyelamat
Meratapi Sepetak kisah penuh haru, dalam ronta opini yang mulai menggebu.
Menaruh mimpi dalam elok tatap mu, memaksakan hati yang tak ingin
direngkuh aksara.
Aku memang bukan menjadi tempat peraduan mu, tapi dirimu selalu menjadi
sketsa rumah yang tak terjangkau.
Dirimu seolah kata-kata yang diucapkan kayu kepada api yang membuatnya
menjadi abu.
Seperti kata-kata rindu yang diucapkan oleh hujan kepada awan yang telah
membuatnya tiada.
‘’candu’’
Inilah alasan mengapa aku suka mendaki.
Pena pun tak kuasa untuk mengeluarkan tinta, sebab hati yang dulunya
ceria, harus rela dibalut derita.
Menikmati seduhan kopi ysng terasa janggal, ternyata disana ada hati yang
masih tertinggal.
Mungkin akan kau sayat jarak dan waktu yang menjadi muara derita.
Bunyiku selalu kau anggap kaleng khong guan yang berisi rengginang.
Karena kamu hanya seperti oreo supreme yang tak mampu kubeli.