4.2. Bahan
Nama Bahan Gambar Fungsi
Perasan Lengkuas Sebagai bahan uji
sensitivitas
Perasan Lengkuas
Zona Bening
6. Hasil Pengamatan
Sebelum Sesudah
7. Pembahasan
Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap antibiotik
atau sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik yang masih baik untuk memberikan
daya hambat terhadap mikroba. Uji sensitivitas terhadap suatu antimikroba untuk
dapat menunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatnya terhadap
mikroba. Suatu penurunan aktivitas antimikroba akan dapat menunjukkan perubahan
kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode kimia, sehingga pengujian secara
mikrobiologis dan biologi dilakukan. Biasanya metode merupakan standar untuk
mengatasi keraguan tentang kemungkinan hilangnya aktivitas antimikroba (Djide,
2008).
Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat
kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni
yang memiliki aktivitas antibakteri. Pada praktikum kali ini, kami melakukan uji
sensitivitas bakteri menggunakan bahan uji perasan lengkuas. Tujuan dari praktikum
ini adalah untuk mengetahui apakah perasan lengkuas dapat bertindak sebagai
antimikroba atau tidak.
Menurut Handajani (2008), lengkuas merupakan anggota familia Zingiberaceae.
Rimpang lengkuas mudah diperoleh di Indonesia dan manjur sebagai obat gosok
untuk penyakit jamur kulit (panu) sebelum obat-obatan modern berkembang seperti
sekarang. Rimpang lengkuas juga digunakan sebagai salah satu bumbu masak selama
bertahun-tahun dan tidak pernah menimbulkan masalah. Manfaat rimpang lengkuas
telah dipelajari oleh para ilmuan sejak dahulu. Rimpang lengkuas memiliki berbagai
khasiat diantaranya sebagai antijamur dan antibakteri.
Metode yang kami gunakan dalam uji sensitivitas kali ini adalah metode kertas
cakram. Menurut Waluyo (2008), pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotika
dilakukan dengan beberapa cara salah satunya adalah Cara Cakram (Disc Method),
menggunakan cakram kertas saring yang mengandung antibiotika/bahan kimia lain
dengan kadar tertentu yang diletakkan di atas lempeng agar yang ditanami kuman
yang akan diperiksa, kemudian di inkubasi. Apabila tampak adanya zona hambatan
pertumbuhan kuman di sekeliling cakram antibiotik, maka kuman yang diperiksa
sensitif terhadap antibiotik tersebut. Cara ini disebut juga cara difusi agar, yang lazim
dilakukan adalah cara Kirby-Bauer.
Hal yang kami lakukan dalam praktikum kali ini adalah menyelupkan kertas
cakram ke dalam perasan lengkuas dan dibiarkan selama 30 menit. Menurut Mulyadi
dkk (2017), kertas cakram dicelupkan ke dalam larutan sampel sampai merata di
seluruh permukaan cakram. Setelah dicelupkan, kertas cakram di letakkan dalam
cawan petri berisi media dan bakteri yang akan diuji. Kemudian dilakukan inkubasi
selama 24 jam pada suhu 37oC, hal ini sesuai dengan pendapat Mulyadi dkk (2017)
yang menyatakan bahwa inkubasi dilakukan selama 24 jam pada suhu 37 oC dan
dilihat zona bening/hambat yang terbentuk.
Uji difusi disk dilakukan untuk mengukur diameter zona bening yang merupakan
petunjuk adanya peenghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa anti
bakteri dalam ekstrak (Hermawan,2007).
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat pertumbuhannya akibat
antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat
pertumbuhan mikroorrganisme pada media agar oleh antibiotik. Contohnya:
Tetracycline, Erytromycin, dan Streptomycin. Tetracycline merupakan antibiotik
yang memiliki spektrum yang luas sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri
secara luas (Djide, 2008).
Setelah diinkubasi, tidak terbentuk zona bening dalam cawan petri, hal ini
mengidentifikasikan bahwa lengkuas bakteri resisten terhadap perasan lengkuas. Hal
ini bertentangan dengan pendapat Yuharmen (2002) menunjukkan adanya aktivitas
penghambatan pertumbuhan mikrobia oleh minyak atsiri dan fraksi methanol
rimpang lengkuas pada beberapa spesies bakteri dan jamur. Penelitian Sundari dan
Winarno (2000) menunjukkan bahwa infus ekstrak etanol rimpang lengkuas yang
berisi minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan beberapa spesies jamur
pathogen yaitu: Trycophyton, Mycrosporum gypseum, dan Epidermo floccasum.
8. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa bakteri resisten terhadap
perasan lengkuas.
DAFTAR PUSTAKA
Alke Rumimpunu. 2012. Pola Bakteri Aerob Dan Uji Kepekaan Terhadap
Antibiotika Pada Penderita Otitis Media Di Poliklinik Tht-Kl Blu Rsup Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado Periode Desember 2012 – Januari 2013.
Universitas Sam Ratulangi. Manado. (http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/
ebiomedik/article/download/3860/3375). Diakses pada hari Sabtu, tanggal 26
April 2014. Pukul 08:02 WITA.
Dewi, dkk,. 2011. Staphylococcus aureus pada Komunitas Lebih Resisten terhadap
Ampisilin dibandingkan Isolat Rumah Sakit. Universitas Brawijaya. Malang.
(http:// www. jkb. ub. ac. id/ index. php/ jkb/ article/ download/ 385/ 360).
Diakses pada hari Selasa, tanggal 08 April 2014. Pukul 19:15 WITA.
Mulyadi, dkk. 2017. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Kadar Sampel Alang-
Alang(Imperata cylindrical) dalam Etanol Melalui Metode Difusi Cakram.
Semarang: Universitas Diponegoro
Waluyo, Lud. 2008. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang. UMM
Press.
1. Apa yang dimaksud dengan sensivitas bakteri.
Sensivitas bakteri adalah kepekaan kuman atau mikroorganisme terhadap
antibiotik dari bahan klinik/medis
2. Sebutkan beberapa ketentuan/aturan dalam pengujian sensivitas bakteri menurut
norrel.
a. Dipergunakan 5 lembar kertas saring yang dicelupkan pada suspensi lalu
diletakkan pada lempengan agar yang mengandung biakan bakteri.
b. Setelah itu dilakukan inkubasi selama 16-18 jam pada suhu 37ºC, maka akan
terlihat zona hambatan (zones of inhibition) di sekeliling cakram dimana cakram
ini adalah kertas saring yang telah dicelupkan pada suspense
c. Uji daya hambat biasanya dilakukan dengan petri berukuran 100 mm dan tidak
lebih dari 5-6 disk anti bakteri pada setiap cawan Petri. Memberi jarak yang benar
pada disk adalah sangat penting untuk mencegah zona hambat yang tumpang
tindih.
d. Hambatan akan terlihat sebagai daerah yang tidak memperlihatkan adanya
pertumbuhan bakteri di sekitar cakram. Apabila jarak antara cakram dengan
bakteri 14 mm atau lebih, maka dapat dinyatakan bahwa bakteri peka terhadap
suspensi sehingga bisa dikatakan bahwa suspensi dapat menghambat pertumbuhan
bakteri, tetapi apabila jarak antara cakram dengan koloni bakteri bakteri 11 mm
atau kurang maka dapat dikatakan bahwa bakteri resisten terhadap suspensi atau
dengan kata lain suspensi tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
a. Membersihkan alat dengan alkohol 70%
b. Vorteks Media