Anda di halaman 1dari 2

Birrul Walidain (Berbakti kepada Orang tua)

Setiap anak pasti mempunyai utang budi kepada orang tua atas jasa-jasa yang telah dicurahkan
sepenuh hati mulai dari mengandung, menyusui, hingga tumbuh kembang dari usia kanak-kanak
sampai dewasa.

Artinya: “Ya Rasulallah, apa hak yang semestinya diterima oleh kedua orang tua dan harus dipikul
oleh anaknya? jawab Rasul ‘Mereka adalah surga dan nerakamu’.” (HR Ibnu Majah: 3662)

Dalam hadits ini dijelaskan bahwa orang tua adalah di antara faktor seorang anak bisa masuk surga
atau neraka. Apabila anak patuh kepada orang tua, berarti bisa masuk surga. Jika anak tidak patuh,
berarti neraka. Maksud kepatuhan di sini selama tidak sampai melanggar norma agama. Jika
melanggar norma, tidak boleh diikuti petunjuknya karena aturannya adalah tidak ada ketaatan untuk
maksiat kepada Tuhan.

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia..” (QS Al-Isra’: 23)

Al-Quran banyak menyebut term wālidain kurang lebih sebanyak dua puluh kali dengan berbagai
bentuknya. Dari Kata- kata tersebut kita dapat menemukan berbagai perintah yang berkaitan
tentang berbakti kepada keduanya. Di antaranya; berbuat iḥsān (kebaktian), berbuat ḥusn
(kebaikan), memberi nafkah, mensyukuri mereka hingga mendoakan mereka dengan memohonkan
ampun dan rahmat Allah swt.

Bahkan Allah swt menggandengkan perintah berbakti kepada orang tua dengan larangan
menyekutukan Allah swt sebagaimana QS Al-Isra’ : 23, (+ An-Nisa’: 36),

Sebenarnya apa rahasia di balik penggandengan perintah berbakti pada orang tua dengan larangan
menyekutukannya?

Menurut pakar tafsir, penggandengan tersebut mengisyaratkan bahwa dosa kedurhakaan terhadap
orang tua secara langsung berada di bawah dosa kemusyrikan. Sebab ridha Allah swt utamanya
dapat diperoleh lantaran ridha kedua orang tua. Murka Allah swt merupakan akibat dari murka
kedua orang tua.

Nabi Muhammad saw ketika ditanya oleh sahabat Ibnu Mas’ud tentang amalan yang paling dicintai
Allah, beliau saw menempatkan birrul wālidain urutan kedua setelah shalat tepat waktu dan di atas
keutamaan berjihad.

Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Shalat pada waktunya.”
Aku berkata, “Kemudian apa?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Berbakti kepada orang
tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kemudian jihad
di jalan Allah.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

Apa pun alasannya, seorang anak harus berkata kepada orang tua dengan tutur kata yang sopan.
Bisa saja ada anak ditakdirkan menjumpai orang tuanya dalam keadaan sudah tua renta, pikun, atau
daya kecerdasan otaknya menurun sehingga terjadi satu dua ketidaksepakatan antara yang tua
dengan yang muda. Kondisi demikian mesti dimaklumi. Maka di Surat Al-Isra’ dan ayat yang sama,
Allah melarang anak berkata kasar meskipun sedikit saja dengan kalimat “hus” misalnya, dan
membentak. Terlebih lagi memukul mereka, tentu hal ini sangat dilarang oleh agama Islam.

Berbuat baik kepada orangtua juga tidaklah terbatas pada saat keduanya masih hidup. Bahkan, di
saat keduanya sudah meninggal dunia pun, berbuat baik kepadanya masih bisa dilakukan.

Dalam satu hadits, Rasulullah bersabda:

Artinya: "Apabila Manusia meninggal Dunia maka terputuslah amalnya kecuali karena tiga hal, yaitu
sedekah jariyah, ilmu bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya". (HR. Muslim: 1631)

Di antara investasi terbesar orang tua adalah anak yang shalih yang mau mendoakan kedua orang
tuanya. Maka, sebagian ulama menyatakan bahwa ciri-ciri anak yang shalih adalah anak yang mau
mendoakan kedua orang tuanya. Hal ini terlihat dalam diksi hadits “aw waladin shâlihin yad’û lah
(anak shalih yang mendoakan orang tua)". Logikanya apabila tidak mau mendoakan, berarti tidak
disebut anak shalih. Dengan demikian, ada dua hal pokok yang perlu digarisbawahi bagi anak yang
ingin berbakti kepada orang tua, yaitu berbuat baik kepada mereka dengan cara berbicara yang
halus, baik, tidak menyentuh kemarahan mereka dan mendoakan mereka selalu. Wallahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai