Anda di halaman 1dari 12

ASMA C

Nama Kelompok :
1. Meta Puspita Sari (194010010)
2. Aulia Alviyanti (194010011)
3. Yayang Ganes P (194010015)
4. Elly Anggraini (194010020)
5. Febriyantri Dyah Wahyuningtyas (194010026)
Definisi
Asma adalah gangguan pada bronkus dan trakhea yang memiliki reaksi berlebihan terhadap stimulus
tertentu dan bersifat reversibel (Padila, 2015).
Definisi asma juga disebutkan oleh Reeves dalam buku Padila yang menyatakan bahwa asma adalah
obstruksi pada bronkus yang mengalami inflamasi dan memiliki respon yang sensitif serta bersifat
reversible.
Asma merupakan penyakit kronis yang mengganggu jalan napas akibat adanya inflamasi dan
pembengkakan dinding dalam saluran napas sehingga menjadi sangat sensitif terhadap masuknya
benda asing yang menimbulkan reaksi berlebihan. Akibatnya saluran nafas menyempit dan jumlah
udara yang masuk dalam paru-paru berkurang.
Hal ini menyebabkan timbulnya napas berbunyi (wheezing), batuk-batuk, dada sesak, dan gangguan
bernapas terutama pada malam hari dan dini hari
Etiologi
Penyebab awal terjadinya inflamasi saluran pernapasan pada penderita asma belum diketahui
mekanismenyaTerdapat berbagai keadaan yang memicu terjadinya serangan asma, diantara lain:
1) Kegiatan fisik (exercise)
2) Kontak dengan alergen dan irritan
Allergen dapat disebabkan oleh berbagai bahan yang ada di sekitar penderita asma seperti misalnya
kulit, rambut, dan sayap hewan. Selain itu debu rumah yang mengandung tungau debu rumah (house
dust mites) juga dapat menyebabkan alergi. Hewan seperti lipas (cockroaches, kecoa) dapat menjadi
pemicu timbulnya alergi bagi penderita asma. Bagian dari tumbuhan seperti tepung sari dan ilalang
serta jamur (nold) juga dapat bertindak sebagai allergen.
Irritans atau iritasi pada penderita asma dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti asap rokok,
polusi udara.
Faktor lingkungan seperti udara dingin atau perubahan cuaca juga dapat menyebabkan iritasi. Bau-
bauan yang menyengat dari cat atau masakan dapat menjadi penyebab iritasi. Selain itu, ekspresi
emosi yang berlebihan (menangis, tertawa) dan stres juga dapat memicu iritasi pada penderita asma.
3) Akibat terjadinya infeksi virus
4) Penyebab lainnya.
Berbagai penyebab dapat memicu terjadinya asma yaitu:
a) Obat-obatan (aspirin, beta-blockers)
b) Sulfite (buah kering wine)
c) Gastroesophageal reflux disease, menyebabkan terjadinya rasa terbakar pada lambung (pyrosis,
heart burn) yang memperberat gejala serangan asma terutama yang terjadi pada malam hari
d) Bahan kimia dan debu di tempat kerja
e) Infeksi
Epidemiologi
Epidemiologi asthma di dunia berkisar 4,3%, sedangkan prevalensi di Indonesia sebesar 4,5%.

Global
Estimasi prevalensi pasien asthma dewasa di dunia yang didiagnosis oleh dokter adalah 4,3%. Prevalensi
paling tinggi dijumpai di negara Australia (21,5%), Swedia (20,2%), Inggris (18,2%), Belanda (15,3%), dan
Brazil (13%). Epidemiologi asthma pada orang dewasa di negara benua Asia belum sepenuhnya diketahui
akibat minimnya penelitian longitudinal di daerah Asia. Namun secara umum prevalensi asthma di Asia
lebih rendah dibandingkan dengan prevalensi asthma di Eropa.

Indonesia
Prevalensi asthma di Indonesia menurut estimasi publikasi Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah
sebesar 4,5%. Prevalensi asthma paling tinggi dijumpai di provinsi Sulawesi Tengah (7,8%), Nusa Tenggara
Timur (7,3%), DI Yogyakarta (6,9%), dan Sulawesi Selatan (6,7%). Prevalensi asthma sedikit lebih tinggi
pada perempuan (4,6%) dibandingkan dengan laki-laki (4,4%).
Patofisiologi
Gejala Klinis
Tanda dan gejala yang muncul yaitu hipoventilasi, dyspnea, wheezing, pusing-pusing, sakit
kepala, nausea, peningkatan nafas pendek, kecemasan, diaphoresis, dan kelelahan.

Hiperventilasi adalah salah satu gejala awal dari asma. Kemudian sesak nafas parah dengan
ekspirasi memanjang disertai wheezing (di apeks dan hilus).

Gejala utama yang sering muncul adalah dipsnea, batuk dan mengi.
Mengi sering dianggap sebagai salah satu gejala yang harus ada bila serangan asma muncul.
Tanda dan Gejala
• Batuk
• Mengi (suara yang dihasilkan ketika udara mengalir melalui saluran napas yang
menyempit)
• Sesak di dada semakin parah dan sering
• Sulit bicara,makan, atau tidur akibat sulit bernapas
• Bibir dan jari-jari yang terlihat biru
• Denyut jantung yang meningkat
• Merasa pusing, lelah, atau mengantuk
• Adanya penurunan arus puncak ekspirasi.
Diagnosis
• Tes untuk melihat adanya peradangan pada saluran napas.
Dalam tes ini, dokter akan mengukur kadar oksida nitrat dalam napas ketika pasien bernapas. Jika
kadar zat tersebut tinggi, maka bisa jadi merupakan tanda-tanda peradangan pada saluran
pernapasan. Selain oksida nitrat, dokter juga akan mengambil sampel dahak untuk mengecek apakah
paru-paru pasien mengalami radang.
• Tes responsivitas saluran napas (uji provokasi bronkus).
Tes ini digunakan untuk memastikan bagaimana saluran pernapasan pasien bereaksi ketika terpapar
salah satu pemicu asma. Dalam tes ini, pasien biasanya akan diminta menghirup serbuk kering
(mannitol). Setelah itu pasien akan diminta untuk menghembuskan napas ke dalam spirometer
untuk mengukur seberapa tinggi tingkat perubahan FEV1 dan FVC setelah terkena pemicu. Jika
hasilnya turun drastis, maka dapat diperkirakan pasien mengidap asma. Pada anak-anak, selain
mannitol, media yang bisa dipakai untuk memicu asma adalah olah raga.
• Pemeriksaan status alergi.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah gejala-gejala asma yang dirasakan
oleh pasien disebabkan oleh alergi. Misalnya alergi pada makanan, tungau, debu, serbuk
sari, atau gigitan serangga.
• CT Scan
Pemeriksaan ini bisa dilakukan oleh dokter apabila mencurigai bahwa gejala sesak napas
pada diri pasien bukan disebabkan oleh asma, melainkan infeksi di dalam paru-paru atau
kelainan struktur rongga hidung.
• Pemeriksaan rontgen
Tujuan dilakukannya pemeriksaan ini sama seperti pemeriksaan CT Scan, yaitu untuk
melihat apakah gangguan pernapasan disebabkan oleh kondisi lain
Tata Laksana
a. Memberikan oksigen pernasal
b. Antagonis beta 2 adrenergik (salbutamol mg atau fenetoral 2,5 mg atau terbutalin 10
mg). Inhalasi nebulisasi dan pemberian yang dapat diulang setiap 20 menit sampai 1 jam.
Pemberian antagonis beta 2 adrenergik dapat secara subcutan atau intravena dengan dosis
salbutamol 0,25 mg dalam larutan dekstrose 5%
c. Aminophilin intravena 5-6 mg per kg, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam
sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.
d. Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg intravena jika tidak ada respon segera atau
dalam serangan sangat berat 25
e. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk didalamnya golongan
beta adrenergik dan anti kolinergik.

Anda mungkin juga menyukai