Anda di halaman 1dari 66

PRESENTASI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH

Disusun Guna Memenuhi TugaStase Keperawatan Medikal Bedah


Dosen Pengampu :Fajarani Lathu Asmarani, S.Kep., Ns, MSN

Disusun Oleh:
1. Denny Kurnianto (20160101)
2. Dewa Ayu Sriputri Cintyarahayu (20160104)
3. Dahliani (20160051)
4. Isna Ayu Maulidya (20160069)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2021
BAB I

A. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu jenis infeksi

nosokomial yang angka kejadiannya paling tinggi di Indonesia yaitu

sekitar 39%-60%.ISK merupakan kondisi dimana terdapat

mikroorganisme dalam urin yang jumlahnya sangat banyak dan mampu

menimbulkan infeksi pada saluran kemih (Prabodo, E & Pranata,E.A

2017).

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang

ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam

saluran kemih, meliputi infeksi parenkim ginjal sampai kandung kemih

dengan jumlah bakteriuria yang bermakna,sebagai akibat terjadinya

gangguan eliminsi urine. Gangguan eliminsi urine adalah salah satu dari

proses metabolik tubuh yang bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa

dari tubuh (Kasiati 2016).

Infeksi saluran kemih (ISK) sering terjadi pada wanita dikarenakan

uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah

melewati jalur ke kandung kemih. Faktor lain yang berperan adalah

kecenderungan untuk menahan urin serta iritasi kulit lubang uretra

sewaktu berhubungan kelamin. Uretra yang pendek meningkatkan

kemungkinan mikroorganisme yang menempel dilubang uretra sewaktu

berhubungan kelamin memiliki akses ke kandung kemih.ISK

memunculkan gejala-gejala nyeri yang sering dan rasa panas ketika


berkemih, Spasame pada area kandung kemih, hematuria, nyeri punggung

dapat terjadi, demam, menggigil, nyeri panggul dan pinggang, (Sepalanita

2012).

Menurut WHO pada tahun 2011 infeksi saluran kemih termasuk

kedalam kumpulan infeksi paling sering didapatkan oleh pasien yang

sedang mendapatkan perawatan di pelayanan kesehatan (Health care-

associatedinfection). Bahkan tercatat infeksi saluran kemih menempati

posisi kedua tersering (23,9%) di negara berkembang setelah infeksi luka

operasi (29,1%) sebagai infeksi yang paling sering didapatkan oleh pasien

di fasilitas kesehatan. ISK merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas

yang cukup signifikan.Infeksi saluran kemih juga lebih sering dijumpai

pada wanita dari pada laki-laki. Indonesia merupakan negara berpenduduk

ke empat terbesar dunia setelah China,India dan Amerika serikat.

Sementara itu penduduk indonesia yang menderita Infeksi Saluran Kemih

diperkirakan sebanyak 222 juta jiwa , Dalam daerah jawa timur berkisar

123 juta jiwa (Kasmad 2007). Data statistik menyebutkan 20-30%

perempuan akan mengalami infeksi saluran kemih berulang pada suatu

waktu dalam hidup mereka, sedangkan pada laki-laki hal tersebut sering

terjadi terjadi setelah usia 50 tahun keatas (Kayser, 2005). nafas dalam,

beri intake minum 2 – 2,5 liter per hari ( kiran,dkk 2013). Peran perawat

yang bisa diberikan pada pasien ISK dngan membantu mengajarkan cara

mengelurkan kemih sehingga saluran kemih tidak terjadi infeksi (Ronald

2013).Dari data di atas maka kelompok tertarik untuk membahas kasus


ISK ini, dikarenakan masih tinggi nya kejadian ISK di masyarakat.

Perludiperhatikan dan dipelajari lebih dalam lagi mengenai teori ISK pada

gangguan di system eliminasi urin.

B. Tujuan Umum dan Khusus

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran pasien dengan ISK hingga gangguan

eliminasi urin pada pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK).

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui penyakit ISK.

b. Mengetahui gangguan klinis dari ISK.

c. Mampu memahami asuhan keperawatan kasus gangguan eliminasi

urin dengan diagnosis media ISK.


BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Infeksi Saluran Kemih adalah keadaan adanya infeksi yang
ditandai dengan pertumbuhan dan perkembang biakan bakteri dalam
saluran kemih, meliputi infeksi parenkim ginjal sampai kandung kemih
dengan jumlah bakteriuria yang bermakna (Widagdo, 2012).
ISK merupakan kondisi dimana terdapat mikroorganisme dalam
urin yang jumlahnya sangat banyak dan mampu menimbulkan infeksi pada
saluran kemih. Infeksi Saluran Kemih memiliki prevalensi sangat
bervariasi berdasarkan umur dan jelas kelamin, dimana infeksi saluran
kemih lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria karena
perbedaan anatomis antara keduanya (Musdalipah, 2018)
Kesimpulan dari definisi tentang penyakit infeksi saluran kemih di
atas yaitu dapat disimpulkan infeksi saluran kemih adalah penyakit yang
bertumbuhnya kuman di saluran kemih yang dapat menyerang lebih
banyak pada anak perempuan dibandingkan laki-laki dan juga tidak
memandang umur karena bisa menyerang semua umur baik anak-anak usia
remaja, dewasa dan lansia. Kebiasaan menahan buang air kecil, kurang
minum air putih dan (air kencing susah keluar dan sedikit).
B. Etiologi
Etiologi dari infeksi saluran kemih penyebab terseringnya adalah
E. coli.Penyebab lain ialah klebsiela, enterobakteri, pseudomonas,
streptokok, dan stafilokok.
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
1) Escherichia Coli: 90% penyebab ISK uncomplicated (simple)
2) Psedomonas, proteus, Klebsiella: penyebab ISK complicated
3) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang kurang efektif.
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5) Adanya hambatan pada aliran darah
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan Infeksi Saluran
Kemih, Escherichia coli (80% kasus) dan organisme enterik garam-negatif
lainny merupakan organisme yang paling sering menyebabkan ISK
kumankuman ini biasanya ditemukan di daerah anus dan perineum.
Organisme lain yang menyebabkan ISK antara lain Proteus, Pseudomonas,
Klebsiella, Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan Staphylococcus
koagulsenegatif. Beberapa faktor menyebabkan munculnya Infeksi
Saluran Kemih di masa kanak-kanak (Wong, 2008 dalam Cempaka, 2018)
C. Manifestasi Klinis
a. Bakteriuria
b. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih (sistisis)
c. Hematuria
d. Nyeri punggung
e. Demam
f. Menggigil, nyeri ketika berkemih
g. Terdesak kencing (urgency), dysuria
h. Frekuensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih
i. Urgensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih
(Digiulio, Mary, dkk, 2014).
D. Patofisiologi
Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urine bebas dari
mikroorganisme atau steril.Infeksi saluran kemih terjadi pada saat
mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berbiak di dalam
media urine. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara: a)
ascending, b) hematogen seperti pada penularan M. tubercolisatau S
aureus, c) limfogen, dan d) langsung dari organ sekitarnya yang
sebelumnya telah terinfeksi. Sebagianbesar mikro-organisme memasuki
saluran kemih melalui cara asending. Kuman penyebab ISK pada
umumnya adalah kuman yang berasal dari floral normal usus dan hidup
secara komensal di dalam introitus vagina, prepisum kemih melalui
uretraprostrat-vas deferens-testis (pada pria)-buli-buli-ureter, dan sampai
ke ginjal.Terjadi infeksi saluran kemih karena adanya gangguan
keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi (uroptogen)
sebagai agentdan epitel saluran kemih sebagai host. Gangguan
keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahankan tubuh dari host
yang menurun atau karena virulensi agent meningkat.
Hariyono (2012) infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya
mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius.Mikroorganisme ini
masuk melalui kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen,
limfogen.Ada dua jalur utama terjadi isk, yaitu ansending dan hematogen.
a. Secara asending
1) masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain
faktor anatomi dimana wanita memiliki uretra yang lebih pendek
dari pada laki-laki sehingga insiden terjadinya isk lebih tinggi,
faktor tekanan urin saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat
ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sitoskopik, pemakaian
kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih keginjal Naiknya bakteri dari
kandung kemih ke ginjalKuman penyebab ISK pada umumnya
adalah kuman yang berasal dari flora normal usus. Dan hidup
secara komensal di dalam introitus vagina, prepusium penis, kulit
perineum, dan di sekitar anus.
b. Secara hematogen
Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa
hal yang memengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga
mempermudah penyebaran hematogen, yaitu adanya bendungan total
urin yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan
intrarenal akibat jaringan parut, dll.
c. Limfogen
Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi
bakteri piala ginjal, tobulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau
kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kmih melalui uretra dan naik
ke ginjal meskipun ginjal 20 % sampai 25 % curah jantung; bakteri
jarang mencapai ginjal melalui aliran darah; kasus penyebaran secara
hematogen kurang dari 3 %. Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat
infeksi kandung kemih asendens.Pielonefritis akut juga dapat terjadi
melalui infeksi hematogen.Infeksi dapat terjadi di satu atau di kedua
ginjal. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan
biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain
atau refluks vesikoureter.
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan
oleh menyebarnya infeksi dari uretra.Hal ini dapat disebabkan oleh
aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks
urtrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau
sistoskop.Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang
menyebar naik yang digolongkan sebagai general atau
mongonoreal.Uretritis gnoreal disebabkan oleh niesseria gonorhoeae
dan ditularkan melalui kontak seksual.Uretritis nongonoreal; uretritis
yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya
disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma uren.
E. Pathway
F. Pemeriksaan penunjang
a. Dignostik pasti dilakukan dengan kulturorganisme melalui urin dipastikan stick untuk
mengetahui adanya proteinuria, hematuria, glukosuriadab PH
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan yang di lakukan adalah analisis urin dan pemeriksaan mikroskopik urin
dikatakan positif bila terdapat piuria (>2000 leukosit/ml), elektrolit, kadar ureum
kreatinin, bila perlu pemeriksaan Prostat Spesific Antigen (PSA) untuk dasar
penentuan biopsi.
c. Pemeriksaan Radiologi
a. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan adalah foto polos abdomen untuk melihat
di daerah abdomen dan melihat daerah gastrointestinal.
b. BNO-IVP foto didaerah abdomen untuk melihat traktus urinaria dari nier (ginjal)
hingga blass (kandung kemih).
c. Cystoscopy/ Cytografi dilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria
atau pada pemeriksaan urin ditemukan mikrohematuria, pemeriksaan ini dapat
memberi gambaran kemungkinan tumor di dalam kandung kemih atau sumber
perdarahan dari atas apabila darah datang dari muara ureter di dalam vesika.
Selain itu sitoskopi juga dapat memberi keterangan mengenai besar prostat
dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat penonjolan prostat
kedalam uretra.
d. Ultrasonografi (USG) digunakan untuk memeriksa konsistensi,volume dan
besar prostat juga keadaan buli-buli termasuk residual
e. Pemeriksaan urinalisis
1) Keruh
2) Bakteri
3) Sel darah putih
4) Sel darah merah ungkin ada
G. Komplikasi
Menurut Purnomo (2011), adapun komplikasi yang ditimbulkan yaitu:
a. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan
intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal
b. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati
dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.
H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Obat-obatan
a) Anti biotik: Untuk menghilangkan bakteri.
b) Anti biotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu
c) Anti biotik jangka panjang (baik dengan obat yang sama atau di ganti) dalam
jangka waktu 3 – 4 minggu
d) Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur
dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut bila ada
komplikasi lebih lanjut.
2) Analgetik dan Anti spasmodic
Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita
3) Obat golongan Venozopyridine: Pyridium.
Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 hal. 221), pengobatan infeksi
saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan
saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat
menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai
dengan dengan Perawatan dapat berupa:
1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi
2) Perubahan pola hidup diantaranya:
a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang
b) Pakaian dalam dari bahan katun
c) Menghindari kopi, alcohol
d)
I. Basic Promoting of health
a. Pengertian
Eliminasi urin merupakan kebutuhan manusia yang mengosongkan
kandung kemih atau kebutuhan untuk mengeluarkan urin.Eliminasi urin normal
adalah pengeluaran cairan sebagai filtrasi dalam plasma darah diglomelurus.
Sebagian besar hasil filtrasi akan diserap kembali di tubulus ginjal untuk
dimnfatkan oleh tubuh (tarwoto & wartonah 2015)
Eleminasi atau pembuangan urine normal adalah proses pengosongan
kandung kemih bila kandung kemih terisi.
b. Fisiologis / pengaturan
Dalam proses eliminasi urine terdapat beberapa organ sistem perkemihan yang
berperan yaitu ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Sedangkan pada proses
pembentukan urine ada 3 tahap:
1) Filtrasi Glomerulus
Merupakan suatu proses perpindahan cairan dan zat terlarut dari kapiler
glomerulus ke dalam kapsul bowman. Hasil dari proses filtrasi ini disebut
dengan filtrat glomerulus atau urine primer. Kandungan yang terdapat pada
urine primer ini berupa air, protein, glukosa, asam amino dan ion organik.
2) Reabsorpsi Tubulus
Merupakan suatu proses penyerapan kembali natrium, ion for, Nacl, glukosa
fruktosa, asam amino dan air. Proses penyerapan ini terjadi di tubulus
proksimal. Hasil dari proses reabsorpsi ini adalah filtrat tubulus atau bisa
disebut dengan urine sekunder. Kandungan yang terdapat dalam urine
sekunder berupa air, garam, urea dan pigmen empedu.
3) Sekresi
Merupakan suatu proses memindahkan zat keluar dari darah di dalam
kapiler tubular melewati sel-sel tubular menuju cairan tubular dan
dikeluarkan dalam bentuk urine.
c. Factor-faktor yang mempengaruhi
1) Pertumbuhan dan Perkembangan
Usia seseorang dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran
urine. Normalnya bayi-anak ekskresi urine 400-500 ml/hari, orang dewasa
1500-1600ml. Contoh: pada bayi-anak berat badan 10 % orang dewasa
mampu ekskresi 33% lebih banyak dari orang dewasa, usia lanjut volume
bladder berkurang sehingga sering mengalami nokturia dan frekuensi
berkemih meningkat, demikian juga wanita hamil juga akan lebih sering
berkemih karena kandung kemih ditekan bagian terendah janin.
2) Sosiokultural
Budaya masyarakat di mana sebagian masyarakat hanya dapat miksi pada
tempat tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat miksi pada lokasi
terbuka. Contoh: masyarakat kita kebanyakan berkemih di kamar mandi
(dalam keadaan tertutup) atau lokasi terbuka, sedangkan pada orang dalam
kondisi sakit harus miksi diatas tempat tidur, hal ini membuat seseorang
kadang menahan miksinya.
3) Psikologis
Pada keadaan cemas dan stress akan meninggalkan stimulasi berkemih,
sebagai upaya kompensasi. Contoh: seseorang yang cemas dan stress maka
mereka akan sering buang air kecil.
4) Kebiasaan atau Gaya Hidup Seseorang
Gaya hidup ada kaitannya dengan kebiasaan seseorang berkemih. Contoh:
seseorang yang biasa berkemih di toilet atau di sungai atau di alam bebas,
akan mengalami kesulitan kalau berkemih diatas tempat tidur apalagi dengan
menggunakan pot urine/ pispot.
5) Aktivitas dan Tonus Otot
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot blanded, otot bomen, dan pelvis
untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot dorongan untuk berkemih
juga akan berkurang. Aktivitas dapat meningkatkan kemampuan metabolism
produksi urine secara optimal.
6) Intake Cairan dan Makanan
Kebiasaan minum dan makan tertentu seperti kopi, teh, coklat, (mengandung
kafein) dan alkohol akan menghambat Anti Diuretik Hormon (ADH), hal ini
dapat meningkatkan pembuangan dan ekresi urine.
7) Kondisi penyakit
Kondisi penyakit tertentu seperti pasien yang demam akan terjadi penurunan
produksi urine dan pola miksi, karena banyak cairan yang dikeluarkan
melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih meninggalkan retensi urine.
8) Pembedahan
Tindakan pembedaan memicu sindrom adaptasi, sehingga kelenjar hipofisis
anterior melepas hormone ADH, mengakibatkan meningkatkan reabsorsi air
akhirnya pengeluaran urine menurun.Penggunaan anastesi menurunkan
filtrasi glomerulus sehingga produksi urine menurun.
9) Pengobatan
Penggunaan terapi diuretik meningkatkan output urine, antikolinergik, dan
antihipertensi, sehingga menimbulkan seseorang akan mengalami retensi
urine.
10) Pemeriksaan Dianogtik
Intravenous pylogram di mana pasien dibatasi intake sebelum prosedur untuk
mengurangi output urine. Cystocospy dapat menimbulkan edema local pada
uretra,
d. Nilai-nilai normal dan cara perhitungan
1) Pola Eleminasi Urine Normal Seseorang berkemih sangat tergantung pada
individu dan jumlah cairan yang masuk, Orang-orang biasanya berkemih:
pertama kali pada waktu bangun tidur, setelah berkerja dan makan.
2) Frekuensi Normalnya miksi dalam sehari sekitar 5 kali. Frekuensi untuk
berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang berkemih
kira-kira 70% dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak
memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari. Orangorang biasanya
berkemih: pertama kali pada waktu bangun tidur, sebelum tidur dan berkisar
waktu makan.
3) Karakteristik Urine normal Untuk mengetahui warna urine normal adalah
kuning terang. disebabkan adanya pigmen oruchrome, juga tergantung intake
cairan. Seseorang dalam keadaan dehidrasi maka kosentrasi urine menjadi
lebih pekat dan kecoklatan, penggunaan obat-obatan tertentu seperti
multivitamin dan preparat besi menyebabkan warna urine menjadi kemerahan
sampai kehitaman. Bau urine normal adalah bau khas amoniak. merupakan
hasil pecahan urea oleh bakteri. Pemberian pengobatan akan mempengaruhi
bau urine. Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan
dan status kesehatan. Pada orang dewasa jumlah urine yang dikeluarkan
sekitar 1.200 – 1.500 atau 150 sampai 600 ml / sekali miksi. Berat jenis
plasma (tanpa protein) berkisar 1,015 -1,020. Berat jenis plasma (tanpa
protein) berkisar 1,015 -1,020

No Usia Jumlah
1. 1-2 hari 15-60 ml
2. 3-10 hari 100-300 ml
3. 10-12 bulan 250-400 ml
4. 2 bulan- 1 tahun 400-500 ml
5. 1-3 tahun 500-600 ml
6. 3-5 tahun 600-700 ml
7. 5-8 tahun 700-1000 ml
8. 8-14 tahun 800-1400 ml
9. 14 tahun-dewasa 1500 ml
10. Dewasa tua >1500 ml

e. Jenis gangguan
1) Retensi urine Retensi urine adalah kondisi seseorang terjadi karena
penumpukan urine dalam bladder dan ketidakmampuan bladder untuk
mengosongkan kandung kemih. Penyebab distensi bladder adalah urine yang
terdapat dalam bladder melebihi 400 ml. Normalnya adalah 250 - 400 ml.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh hipertropi prostat, pembedahan, otot
destrusor lemah dan lain-lain.
2) Inkontinensia Urine Bila seseorang mengalami ketidak mampuan otot spinter
eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol pengeluaran urine. Ada
dua jenis inkontinensia: Pertama, stres inkontinensia yaitu stres yang terjadi
pada saat tekanan intra-abdomen meningkat dan menyebabkan kompresi
kandung kemih. Contoh sebagian orang saat batuk atau tertawa akan
mengalami terkencing-kencing, hal tersebut bisa dikatakan normal atau bisa
terjadi pada lansia. Kedua, urge inkontinensia yaitu inkontinensia yang terjadi
saat klien terdesak ingin berkemih atau tiba-tiba berkemih, hal ini terjadi
akibat infeksi saluran kemih bagian bawah atau spasme bladder, overdistensi,
peningkatan konsumsi kafein atau alkohol
3) Enurisis Enuresis adalah ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol)
yang tidak disadari yang diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan
spinter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak atau orang jompo. Faktor
penyebab takut keluar malam, kapasitas kandung kemih kurang normal,
infeksi dan lain-lain.
4) Perubahan Pola Berkemih Dalam kaitannya dengan perubahan pola berkemih
pada pasien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan eleminasi
urine, hal yang perlu saudara lakukan pengkajian pada perubahan pola
berkemih antara lain:
a) Frekuensi
Meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake ciran yang meningkat,
biasanya terjadi pada cystitis, stress, dan wanita hamil.
b) Urgency
Perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak
karena kemampuan spinter untuk mengontrol berkurang.
c) Dysuria
Rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi saluran
kemih, trauma, dan striktur uretra.
d) Polyuria (Diuresis)
Produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan intake cairan misalnya
pada pasien DM.
e) Urinary Suppression
Keadaan di mana ginjal tidak memproduksi urine secara tiba-tiba. Anuria
(urine kurang dari 100 ml/24 jam), olyguria (urine berkisar 100-500 ml/24
jam)
J. Pengkajian keperawatan
a. Identitas klien
Identitas yang dikaji meliputi nama klien, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan
serta identitas dari penanggung jawab klien
b. Keluhan Utama
Mengkaji keluhan yang paling dirasakan oleh klien dan yang menurut klien sangat
mengganggu kenyamanan.
c. Riwayat kesehatan saat ini
Mengkaji kesehatan klien saat ini
d. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan terdahulu yang berhubungan dengan gangguan sistem perkemihan
seperti pola berkemih, gejala dari perubahan proses berkemih.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji apakah dari anggota keluarga ada yang memiliki penyakit tertentu dan
berpotensi menurunkan kepada anggota keluarga yang lain.
f. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Mengkaji terkait presepsi tentang penyakit yang sedang dialami klien.Kaji terkait
penggunaan alkohol, tembakau atau obat-obatan yang dikonsumsi klien.
g. Pola nutrisi/metabolisme
Identifikasi intake dan output klien atau diet yang dijalani klien yang mampu
mempengaruhi proses eliminasi urine
h. Pola eliminasi
Mengkaji kebiasaan berkemih pada klien, apakan mengalami masalah seperti
inkontinensia, retensi atau gangguan lainnya.

i. Pola aktivitas/ olahraga


Mengkaji pola aktivitas dari klien yang mengganggu proses eliminasi urine pada klien,
misalnya kondisi kesehatan yang mengharuskan untuk bed rest atau klien yang
menggunakan alat bantu.
j. Pola istirahat/tidur
Mengkaji kebiasaan tidur dan istirahat klien seperti pola tidur, waktu, lama serta
masalah terkait istirahat dan tidur klien.
k. Pola kognitif-perseptif
Mengkaji status mental klien dan ketidaknyamanan yang dialami oleh klien.
l. Pola peran hubungan
Mengkaji sistem pendukung klien.
m. Pola seksualitas/reproduksi
Mengkaji ada atau tidaknya masalah seksual klien
n. Pola koping-stress
Mengkaji keadaan emosi dari klien, mengkaji bagaimana koping yang dilakukan oleh
klien dalam menghadapi masalah.
o. Pola keyakinan-nilai
Mengkaji keyakinan yang dianut oleh klien dan pengaruhnnya terhadap kehidupan
yang dijalani klien.
p. Pemeriksaan fisik:
1) Abdomen: adanya pembesaran, pelebaran pada pembuluh darah vena, distensi
bladder, pembesaran pada ginjal, terdapat nyeri tekan, terdapat terderness serta
gangguan pada bising usus.
2) Genetalia Wanita: mengkaji adanya nodul, adanya lesi, adanya sekret yang keluar
dari meatus dan keadaan atropi pada jaringan vagina.
3) Genetalia laki-laki: mengkaji adanya lesi, terdapat terderness dan mengkaji apakah
terjadi pembesara skrotum atau tidak.
4) Intake dan output cairan: identifikasi pemasukan cairan baik dari oral, infuse dan
NGT. Kaji juga terkait pengeluaran perubahan pada urine dari kateter bag, urinal
dan karakter warna urine yang meliputi warna, kejernihan, bau maupun tingkat
kepekatan.
K. Diagnose keperawatan
a. Gangguan eliminasi urin b.d penyebab multiple
b. Inkontinensia urinarius fungsional b.d kelemahan struktur panggul ditandai oleh
berkemih sebelum mencapai toilet
c. Retensi urine ditandai oleh sensasi kandung kemih penuh
L. Rencana keeperawatan
No Dx NOC NIC Rasional
Keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan “Bantuan Berkemih” 1. Agar
eliminasi keperawatan selama 1. Pertimbangkan mengetahui
urin 3 x 24 jam, kemampuan dalam kemampuan
“eliminasi urin” rangka mengenal pasien
ditingkatkan dari keinginan untuk 2. Agar
level 2 kelevel 3 BAK mempermuda
dengan KH: 2. Tetapkan waktu proses
1. Kandung kemih untuk memulai dan berkemih
kosong mengakhiri 3. Melatih
2. Tidak ada spasme berkemih dalam kemandirian
bledder jadwal bantuan pasien
3. Balance cairan berkemih jika tidak 4. Agar cairan
seimbang berkemih dalam 24 terpantau
jam
3. Ajarkan pasien
untuk sendiri ke
toilet ketika
berespon terhadap
keinginan untuk
BAK.
4. Diskusikan catatan
kontinensia dengan
staf untuk
memberikan
penguatan dan
dukungan
kepatuhan terhadap
jadwal berkemih.
2. Inkontinensia Setelah dilakukan “Perawatan 1. Agar
urinarius keperawatan selama Inkontinensia Urin” mengetahui
fungsional 3 x 24 jam, 1. Identifikasi faktor penyebabnya
“Kontinensia Urin” apa saja penyebab 2. Agar
ditingkatkan dari inkontinensia pada mengetahui
skala 2 ke skala 4 pasien. kondisi urin
dengan kriteria 2. Monitor eliminasi 3. Agar pasien tau
hasil: urin meliputi tentang
1. Mengenali frekuensi, kondisinya
keinginan untuk konsistensi, bau, 4. Agar membantu
berkemih volume dan warna proses
2. Menjaga pola urin keperawatan
berkemih yang 3. Jelaskan penyebab 5. Agar proses
tepat terjadinya penyembuhan
3. Mengidentifikasi inkontinensia dan pasien berjalan
obat yang rasionalisasi dengan baik
mengganggu tindakan yang akan
kontrol berkemih dilakukan
4. Instruksikan pasien
dan keluarga untuk
mencatat pola dan
jumlah urin output.
5. Kolaborasi dengan
tenaga medis
lainnnya
3. Retensi urine Setelah dilakukan “Perawatan Retensi 1. Agar
keperawatan selama Urin” mengetahui
3x 24 jam, 1. Lakukan kondisi pasien
“Keparahan Gejala” pengkajian 2. Agar resiko
Tn.R ditingkatkan komprehensif bayaha
dari skala 2 ke skala fokus terhadap terkontrol
3 dengan kriteria kontinensia 3. Agar membantu
hasil: 2. Monitor adanya proses
1. Frekuensi gejala penggunaan agen- pengeluaran
menurun agen yang tidak urin
2. Intensitas gejala sesuai resep yang 4. Agar tidak
menurun mengandung bahan terjadi
Tingkat anticholinergic komplikasi
kenyamanan atau alpha –
meningkat agonist
3. Pasang kateter
urin, sesuai
kebutuhan
4. Perawatan kateter
urin

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Seorang pasien perempuan berumur 31 tahun datang dengan keluhan demam sejak satu bulan
sebelum masuk rumah sakit. Pasien masuk rumah sakit pada 9 Januari 2021. Demam dirasakan
terus menerus dan berkurang setelah minum obat penurun panas, namun beberapa jam kemudian
dirasakan kembali. Pasien juga merasakan nyeri saat berkemih sehingga menahan berkemih, .
Pemeriksaan fisik tidak menunjukkan gejala yang khas. Saat diperiksa, pasien mengalami sakit
sedang dengan kesadaran kompos mentis, tekanan darah 107/61 mmHg, nadi 103 kali per menit,
frekuensi pernafasan 19 kali per menit, dan suhu 38°C. Dari pemeriksaan fungsi ginjal setelah
terdiagnosis ISK didapatkan hasil peningkatan ureum dan kreatinin. Dari data rekam medis
didapatkan hasil laboratorium darah rutin. Saat terdiagnosis ISK yang pertama, tidak diperiksa
kadar hemoglobin, namun saat ISK yang kedua, didapatkan kadar hemoglobin yang menurun
hingga kembali pada kondisi awal, begitu juga dengan jumlah leukosit yang meningkat.

STASE KETRAMPILAN DASAR PROFESI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA


PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Nama Perawat : Dewa ayu Cintyarahayu

Tanggal Pengkajian : 11 Januari 2021

Jam pengkajian : 09.00 WIB

1. Biodata :
a. Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 31 Tahun
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Jalan raya tajem, Yogyakarta
Tanggal Masuk : 9 Januari 20
RS
Jam MRS : 14.00 WIB
Diagnosa Medis : Infeksi Saluran Kemih (ISK)
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn. K
Umur : 35 Tahun
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Jalan raya tajem, Yogyakarta
Hubungan dengan : Suami
klien
2. Keluhan utama :
Pasien mengatakan merasakan nyeri saat berkemih dan air kencing keluar sangat sedikit.

3. Riwayat Kesehatan :
1) Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan bahwa sudah 1 bulan mengalami nyeri saat berkemih, sebelumnya
pasien tidak memeriksakan diri ke dokter, pasien hanya meminum rebusan air tanaman
kumis kucing selama 2 minggu, namun nyeri yang dialami tidak berkurang sehingga
pasien memutuskan untuk memeriksakan diri kepuskesmas dan memeperoleh obat
penghilang nyeri yaitu paracetamol namun tidak kunjung sembuh. Sejak 1 minggu yang
lalu pasien mulai merasakan demam, mual muntah dan akhirnya pasien pergi ke UGD, di
UGD pasien diberikan obat dan dilakukan pemasangan infus, kemudian pasien
dipindahkan ke bangsal penyakit dalam.

2) Riwayat Penyakit Dahulu :


1) Penyakit yang pernah dialami
a. Kanak-kanak : pasien mengatakan dulu sering mengalami batuk,
pilek dan diare.
b. Kecelaakan : pasien mengatakan tidak pernah mengalami
kecelakaan
c. Pernah dirawat : pasien mengatakan tidak pernah di rawat
d. Operasi : pasien mengatakan tidak pernah dilakukan
tindakan operasi
2) Alergi : pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi
3) Imunisasi : pasien mengatakan menerima imunisasi dasar
lengkap, serta menerima vaksin hepatitis.
4) Kebiasaan : pasien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan
meminum kopi, teh maupun alkohol.
5) Obat-obatan
a. Lamanya : pasien mengatakan mengkonsumsi paracetamol
sudah 1 bulan.
b. Macam : pasien mengatakan mengkonsumsi paracetamol
3) Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang pernah menderita penyakit infeksi
saluran kemih seperti yang ia derita. Dikeluarganya juga tidak pernah menderita penyakit
seperti DM, hipertensi, ataupun penyakit menular seperti TBC dan HIV.
Genogram

Ket :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien yang teridentifikasi


: Hubungan pernikahan

: Garis keturunan
4. Basic Promoting physiology of Health
1. Aktivitas dan latihan
1) Sebelum Sakit
DS : pasien mengatakan sebelum sakit ia bekerja membersihkan rumah
dan memasak setiap harinya, sesekali ia juga membantu suaminya untuk berdagang.

Selama Sakit

DS : pasien mengatakan selama sakit ia tidak bisa melakukan kegiatan


seperti dulu, yaitu memasak, membersihkan rumah dan membantu suaminya.

DO : pasien tampak lemas, berbaring setengah duduk.

. Kemampuan ambulasi & ADL (Indeks Barthel):

Aspek Kriteria Sebelum sakit Selama sakit

Makan/minu 0 : Tidak mampu 2 2


m
1 :Butuh bantuan memotong,
menyuap

2 : mandiri

Mandi 0:Tergantug orang lain 1 1

1 : Mandiri

Perawatan 1 0
0 :Membutuhkan bantuan orang lain
diri
(Grooming) 1 : Mandiri dalam perawatan muka,
rambut, gigi, dan bercukur

Berpakaian/b 0 :  Tergantung 2 1


erdandan
orang lain

1 : Sebagian dibantu (misal


mengancing baju)

2  :  Mandiri

BAK 0  : inkontinensia 2 1
atau pakai kateter

dan tidak

terkontrol

1  : Kadang Inkontinensia (maks,


1x24 jam)

2 :   Kontinensia (teratur untuk lebih


dari 7 hari)

Buang air 0  : Inkontinensia (tidak teratur atau 2 2


besar perlu enema)
(Bladder)
1: Kadang

Inkontensia (sekali seminggu)

2 : Kontinensia (teratur)

Penggunaan 0 : Tergantung 2 1


toilet
bantuan orang

lain

1 : Membutuhkanbantuan, tapi dapat


melakukan beberapa hal sendiri

2 :  Mandiri

Berpindah 0 : Tidak mampu 3 2

1 : Butuh bantuan untuk bisa duduk


(2 orang)

2 : Bantuan kecil (1orang)

3 :Mandiri

Berjalan/mo 0 : Immobile (tidak mampu) 3 2


bilitas
1  :Menggunakan kursi roda

2  : Berjalan dengan bantuan satu


orang
3  : Mandiri (meskipun
menggunakan alat bantu seperti,
tongkat)

Naik turun 1 :  Tidak mampu 2 1


tangga 1:Membutuhkan bantuan

1 (alat bantu)
2 :    Mandiri

Interpretasi hasil Nilai

Ketergantungan total 0-4

Ketergantungan Berat 5-8

Ketergantungan Sedang 9-11

Ketergantungan ringan 12-19

Mandiri 20

Hasil interpretasi Penilaian pasien: ketergantuungan ringan

Tabel skala jatuh dari morse :

No Pengkajian Skala Nilai Ket

1 Riwayat jatuh: apakah jatuh Tidak 0 0


dalam 3 bulan terakhir.
Ya 25

2 Diagnosa sekunder : Apakah Tidak 0 0


memiliki lebih dari satu penyakit.
Ya 15

3 Alat Bantu jalan : 0 0

     Bedrest / dibantu
perawat

      Kruk / tongkat / walker. 15

     Berpegangan pada benda 30


– benda sekitar. (Kursi,
lemari,meja).

4 Terapi intravena : Apakah saat Tidak 0 20


ini terpasang infus.
Ya 20

5 Gaya Berjalan / cara 0 0


Berpindah:

      Normal / Besrest /
immobile (tidak dapat
bergerak sendiri)

      Lemah tidak bertenaga. 10

      Gangguan atau tidak 20


normal(pincang /diseret).

6 Status mental: 0 0

      Menyadari kondisi
dirinya.

M mengalami keterbatasan 15
daya ingat.

Total nilai

Tingkatan Resiko Nilai MPS

Tidak Beresiko 0 - 24

Resiko Rendah 25 - 50

Resiko Tinggi ≥51

Hasil interpretasi Penilaian pasien: tidak berisiko


2. Tidur dan istirahat
a. Sebelum Sakit
DS : pasien mengatakan sebelum sakit ia tidak mengalami kesulitan
memulai tidur, pasien biasanya tidur selama 8 jam pada malam hari dantidak pernah
tidur siang

Selama Sakit

DS : Pasien mengatakan selama sakit pasien tidak mengalami


gangguan saat memulai tidur ataupun sering terbangun saat tidur namun pasien
tidur agak larut saat di rumah sakit karena ruangan cukup terangdan pasien
biasanya tidur hanya 6 jam saat di rumah sakit.

DO : Pasien tampak sedikit lemas,tidak ada lingkar hitam pada mata,


dan pasien tidak tampak menguap

3. Kenyamanan dan nyeri


a. Sebelum Sakit
DS : Pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidak ada mengalami
nyeri

b. Selama Sakit
Data Subyektif : Pasien mengatakan mengalami nyeri

Onset : Pasien mengatakan bahwa nyeri yang dialami sudah sejak 1 bulan
yang lalu

Paliatif : Pasien mengatakan nyeri yang dialami akan berkurang apabila


pasien tidak berkemih

Provocatif : Pasien mengatakan nyeri akan bertambah saat pasien berkemih

Quality : Pasien mengatakan nyeri terasa panas dan seperti terbakar

Region : Pasien mengatakan nyeri yang dialami pada area perut bawah
dibawah pusar
Severity/Scale : Pasien mengatakan nyeri yang dialami berada pada skala 8
setelah diukur dengan skala nyeri numerik

Time : Pasien mengatakan nyeri yang dialami akan bertahan selama 20


menit

Data Obyektif : Pasien tampak berkeringat dingin, wajah pasien tampak menahan
nyeri, TD pasien 130/90mmhg, Nadi pasien 110x/menit, dan RR 22x/menit

4. Nutrisi
a. Sebelum Sakit
DS : pasien mengatakan sebelum sakit makan 3x sehari 1 porsi penuh
dengan menu lauk dan sayuran.

Selama Sakit

DS : pasien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan karena


pasien merasa mual dan muntah, pasien juga mengatakan dalam sehari sudah
muntah sebanyak 2x, serta makanan yang didapat dari rumah sakit yaitu bubur
hanya habis ¼ porsi bubur yang sediakan.

DO : A: berat badan pasien 50 kg, tinggi 160 cm, IMT pasien 19,53

B: pemeriksaan lab pasien, albumin 14 gr/dl, hemoglobin 12 g/dl


C: rambut hitam tidak rontok, mata ananemis, hidung tidak
mengalami anosmia, tidak terdapat sariawan pada mulut, tidak ada gigi berlubang,
tidak ada penggunaan gigi palsu, tidak nyeri saat menelan, dan peristaltik usus
18x/menit

D: tinggi kalori, tinggi protein

Cairan, Elektrolit dan Asam Basa

a. Sebelum Sakit
DS : pasien mengatakan sebelum sakit biasanya minum kurang lebih
sebanyak 1 botol aqua besar

Selama Sakit

DS : pasien mengatakan selama sakit minum hanya 3 gelas dalam


sehari karena takut sering kencing dan menjadi nyeri

DO : turgor kulit elastis, tidak ada pitting udem, mukosa bibir tampak
lembab

Dari Pukul 09.00 WIB, tanggal 10 Januari 2021 sampai dengan pukul 09.00 WIB tanggal
11 januari 2021

Input Output
Makan 200 cc Urin 400 cc
Minum 500 cc Feses 200 cc
Air metabolisme 250 cc IWL 750
Infus* 500 cc Drainage* -
Nutrisi NGT* - Perdarahan* -
Obat* 60 cc Muntah* 200
Lainnya - Lainnya
Total 1510 Total 1550
*kalau ada

Balance cairan = Input – Output


= 1510-1550
= -40 cc (cairan seimbang)
1. Oksigenasi
a. Sebelum Sakit
DS : pasien sebelum mengatakan tidak ada masalah pada
pernafasannya

Selama Sakit

DS : pasien mengatakan selama sakit tidak ada masalah dalam


pernafasannya

DO : pasien tidak terpasang oksigenasi, tidak ada pernafasan kussmaul


pada pasien

Eliminasi Fekal/Bowel

a. Sebelum Sakit
DS : pasien mengatakan sebelum sakit ia buang air besar sebanyak 2x
sehari, dengan konsistensi lembek dan berwarna kecoklatan

Selama Sakit

DS : pasien mengatakan selama sakit tidak ada perubahan buang air


besarnya, pasien mengatakan BAB sebanyak 2x sehari dengan konsistensi lembek
dan berwarna kecoklatan

DO : palpasi abdomen pasien didapatkan tidak ada massa/keras

1. Eliminasi urin
a. Sebelum Sakit
DS : pasien mengatakan sebelum sakit buang air kecil normal yaitu 4-
5xsehari, dengan warna kuning jernih dan tidak ada kesulitan maupun nyeri saat
BAK

b. Selama Sakit
DS : pasien mengatakan selama sakit buang air kecil sebanyak yaitu 2x
sehari, dengan warna kuning pekat dan ada nyeri saat BAK.
DO : terlihat pasien menahan nyeri saat BAK, terlihat pasien hanya 2x
ke toilet untuk BAK

2. Sensori, persepsi dan kognitif


a. Sebelum Sakit
DS : pasien mengatakan sebelum sakit tidak mengalama gangguan
panca indera

b. Selama Sakit
DS : pasien mengatakan selama sakit tidak mengalama gangguan
panca indera

DO : saat dilakukan tes berbisik pasien bisa mendengar dan tidak


mengalami gangguan pendengaran. Ketika dilakukan tes perasa pada lidah denga
mata tertutup pasien bisa menyebutkan dengan benar. Ketika dilakukan tes lapang
pandang pasien tidak mengalami gangguan penglihatan pada pasien.

5. Pemeriksaan Fisik :
1) Keadaan Umum :
Kesadaran : compos mentis

GCS : E: 4 V: 5 M: 6

Vital Sign : TD : 130/90 mmHg

Nadi : Frekuensi :110 x/mnt

Irama : teratur

Kekuatan/isi : teraba kuat

Respirasi : Frekuensi :22x/mnt

Irama : reguler

Suhu :38 oC

2) Kepala :
Kulit Kepala : kulit kepala bersih

Rambut : hitam dan lebat

Muka : tampak simetris

Mata

Palpebra : tidak ada edema

Kornea : tidak keruh, berwarna kecoklatan

Sklera : ikterik

Pupil : isokor

Lensa :

Visus : tidak ada gangguan refraksi mata pada pasien

Hidung : tidak ada pernapasan cuping hidung

Mulut : tidak sianosis, tiadak ada sariawan

3) Telinga : tidak ada mastoiditis


4) Leher :tidak ada pembengkakan tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis

5) Punggung :tidak ada nyeri punggung, tidak ada skoliosis.


6) Pinggang : tidak ada jejas
7) Dada : Bentuk : Simetris
a) Pulmo : Inspeksi : tidak ada luka, tidak ada jejas, bentuk simetris tidak ada otot
bantu pernapasan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi paru simetris melakukan dengan
menggunakan telapak tangan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, tidak ada suara tambahan.
b) Cor : Inspeksi : tidak tampak iktus cordis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : pekak
Auskultasi : reguler

8) Abdomen
Inspeksi : tidak ada jejas, tidak ada bekas operasi pada abdomen pasien
Palpasi : tidak teraba massa pada abdomen pasien
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus 18x/menit

9) Genetalia :
DS : pasien mengatakan ada nyeri pada genetalianya
DO : terdapat kemerahan pada genetal pasien
Rectum :
DS : pasien mengatakan tidak ada hemoroid
DO : tidak terdapat kemerahan dan hemoroid pada rectum pasien

10) Ektremitas :
DS : pasien mengatakan tidak mengalami gangguan pada ekstremitas
pasien
DO : CRT kurang dari 2 detik, akral teraba hangat, tidak terdapat
kekauan pada sendi ekstremitas

Psiko sosio budaya Dan Spiritual :

Psikologis :

Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah

Pasien mengatakan menerima keadaannya, pasien juga mengatakan ikhlas menerima


penyakitnya, berserah diri kepada Tuhan.

Cara mengatasi perasaan tersebut

Pasien mengatakan banyak berdoa dan melakukan sembahyang

Rencana klien setelah masalah terselesaikan adalah


Pasien mengatakan akan melakukan hidup sehat agar tidak sakit lagi.

Jika rencana klien tidak dapat diselesaikan maka :

Pasien mengatakan akan menerima keadaannya dan lebih ikhlas menerima penyakit yang
dialami nya saat ini.

pengetahuan klien tentang masalahah/penyakit yang ada :

klien mengatakan mengetahui penyakit yang dialaminya

Sosial :

Aktivitas atau peran di masyarakat adalah :

Pasien mengatakan mengikuti karangtaruna di desanya.

kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah :

pasien mengatakan tidak ada yang tidak disukai dengan lingkungannya

cara mengatasinya :-

pandangan klien tentang aktifitas sosial dilingkungannya :

pasien mengatakan senang dengan aktifitas sosial yang ada dilingkungannya seperti gotong
royong yang dilakukan dilingkungan rumah nya

Budaya :

Budaya yang diikuti klien adalah budaya: Bali

Kebudayaan yang dianut merugikan kesehatannya: Pasien mengatakan tidak ada kebudayaan
yang merugikan kesehatanya.

Spiritual :

Aktivitas ibadah sehari-hari: pasien mengatakan melakukan ibadah setiap 1 hari 3x


Kegiatan keagamaan yang biasa di lakukan : pasien mengatakan hanya melakukan
sembahyang di rumah dan pure

Keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang sedang dialami: Pasien
mengatakan penyakitnya sebagai cobaan yang dialaminya.

6. Pemeriksaan Penunjang :
(Hasil pemeriksaan laboratorium,radiology, EKG,EEG dll)

Pemeriksaan Laboratorium :

Tanggal :11, Jam : 13.00 WIB

Jenis Pemeriksaan Hasil Harga Normal Satuan Interpretasi hasil

albumin 14 3,5-5,9 gr/dl gr/dl Meningkat

hemoglobin 12 14-18 gr/dl gr/dl Menurun

1) Terapi Medis :
Jenis Terapi Nama Obat Dosis Rute Fungsi

Cairan IV Infus NS 500cc/24 Intravena Bermanfaat untuk


jam mengganti cairan plasma
isotonik yanng hilang

Obat Injeksi ceftriaxone 2x1 mg Intravena Bermanfaat untuk


parenteral mengatasi berbagai
infeksi bakteri yang
terjadi pada tubuh
Obat peroral Paracetamol 3x250 mg Oral Bermanfaat untuk
menurunkan demam dan
pereda nyeri

Obat Topikal
STASE KETRAMPILAN DASAR PROFESI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

ANALISA DATA

Nama klien : Ny. A No. Register :23456789

Umur : 31 Tahun Diagnosa Medis : Infeksi Saluran Kemih

Ruang Rawat : Bangsal Kenanga Alamat : Jalan raya tajem, Yogyakarta


TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
11 Januari DS: - pasien mengatakan demam sejak Proses penyakit Hipertermia

2021/11.00 satu bulan sebelum masuk rumah sakit

WIB
DO: - 380C

TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM

11 Januari DS: Pasien mengatakan mengalami nyeri Agens cidera biologis Nyeri akut
2021/11.10 Onset : Pasien mengatakan bahwa nyeri

WIB yang dialami sudah sejak 1 bulan yang

lalu

Paliatif : Pasien mengatakan nyeri yang

dialami akan berkurang apabila pasien

tidak berkemih

Provocatif : Pasien mengatakan nyeri

akan bertambah saat pasien berkemih

Quality : Pasien mengatakan

nyeri terasa panas dan seperti terbakar

Region : Pasien mengatakan nyeri yang

dialami pada area perut bawah dibawah

pusar

DO: Pasien tampak berkeringat dingin,

wajah pasien tampak menahan nyeri,

TD pasien 130/90mmhg, Nadi pasien

110x/menit, dan RR 22x/menit

TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM

11 Januari DS: - Pasien mengatakan merasakan Disuria Hambatan eliminasi

2021/11.15 nyeri saat berkemih dan air kencing urin

WIB keluar sangat sedikit.


- pasien mengatakan selama sakit buang

air kecil sebanyak yaitu 2x sehari,

dengan warna kuning pekat dan ada

nyeri saat BAK.

DO : terlihat pasien menahan nyeri

saat BAK, terlihat pasien hanya 2x ke

toilet untuk BAK

PRIORITAS DIAGNOSA

1. Hambatan eliminasi urin berhubungan dengan disuria

2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis

3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit


STASE KETRAMPILAN DASAR PROFESI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

RENCANA TINDAKAN

Nama klien : Ny.A No.Register: 1234567


Umur : 31 tahun Diagnosa Medis: ISK
Ruang : Anggrek Alamat: Tajem

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi Nama/TTD

Keperawatan
Hambatan Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi (6540) Kontrol infeksi (6540)
eliminasi urin keperawatan selama 3 kali 24 a. Tingkatkan intake nutrisi yang a. Untuk membantu memenuhi
1
(00016) b.d jam diharapkan status tepat kebutuhan tubuh akan nutrisi
infeksi saluran eliminasi urin (0503) pasien b. Dorong untuk beristirahat dalam mempercepat proses
kemih dapat ditingkatkan dari level 2 c. Berikan terapi antibiotik yang penyembuhan
(banyak terganggu) ke level 5 sesuai b. Untuk menghemat energi
(tidak terganggu) dengan d. Ajarkan pasien dan keluarga c. Untuk mencegar perkembangan
kriteria hasil : untuk mengenal tanda dan koloni bakteri pada luka
1. Jumlah urine yang gejala infeksi d. Agar pasien dan keluarga bisa
dikeluarkan 0,5-1,5 e. Ajarkan pasien dan keluarga melaporkan kepada petugas
cc/KgBB/jam mengenai bagaimana cara kesehatan apabila terdapat
2. Nyeri saat kencing tidak menghindari infeksi tanda infeksi
ada e. Untuk mengurangi faktor
Manajemen cairan (4120)
3. Rasa terbakar saat pencetus infeksi akibat perilaku
berkemih tidak ada tidak a. Monitor status hidrasi yang tidak sesuai dari pasien dan
ada rasa ragu untuk (misalnya membrane mukosa keluarga
berkemih lembab, denyut nadi adekuat,
Manajemen cairan (4120)
dan tekanan darah ortostatik)
b. Berikan terapi IV , seperti yang a. Untuk memantau apabila
ditentukan terjadi syok akibat kekurangan
c. Dukung pasien dan keluarga cairan pada pasien
untuk membantu dalam b. Memberikan suplai cairan
pemberian makandengan baik melalui jalur IV sebagai salah
d. Tingkatkan asupan oral satu metode hidrasi.
c. Memfasilitasi keluarga untuk
selalu mendukung pasien
dalam pemberian makan
terhadap pasien.
d. Menambah input cairan
melalui jalur oral.
2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (1400) Manajemen Nyeri (1400)
(00132) b.d selama 3x24 jam, tingkat
a.Lakukan pengkajian nyeri secara a. Untuk mengetahui seperti apa
agen cedera nyeri (2102) pasien
komprehensif termasuk lokasi, nyeri yang dialami pasien dan
biologis ditingkatkan dari level 3
karakteristik, durasi, frekuensi, pemicu dari nyeri tersebut
(sedang) 5 (tidak ada) dengan
kualitas dan faktor presipitasi
kriteria hasil: b. Untuk mengetahui perasaan nyeri
1.Nyeri yang dilaporkan b. Observasi reaksi nonverbal dari yang sedang dialami pasien
2. Panjang episode nyeri ketidaknyamanan dilihat dari ekspresi wajahnya
3. Ekspresi nyeri wajah
c. Gunakan teknik komunikasi c. Untuk mengetahui pengalaman
setelah dilakukan tindakan
terapeutik untuk mengetahui terdahulu pasien tentang nyeri
selama 3x24 jam, kontrol
pengalaman nyeri pasien dan bagaiman pasien
nyeri (1605) pasien
mengatasinya
ditingkatkan dari level 2 d. Evaluasi pengalaman nyeri masa
(jarang menunjukkan) ke level lampau d. Untuk mengetahui pengalaman
5. (secara konsisten terdahulu pasien tentang nyeri
e. Kontrol lingkungan yang dapat
menunjukkan) dengan kriteria dan bagaiman pasien
mempengaruhi nyeri seperti
hasil: mengatasinya
suhu ruangan, pencahayaan
1.Menggunakan tindakan
dan kebisingan e. Untuk memfasilitasi kenyamanan
pengurangan nyeri tanpa
pasien untuk mengurangi nyeri
analgesik f. Kurangi faktor presipitasi nyeri
yang dialami
g. Pilih dan lakukan penanganan
f. Untuk mencegah terjadinya nyeri
nyeri (farmakologi, non pada pasien
farmakologi dan inter personal)
g. Untuk membantu mengatasi
h. Ajarkan tentang teknik non nyeri pasien dengan tepat
farmakologi
h. Untuk membantu pasien
i. Berikan analgetik untuk mengatasi nyeri secara mandiri
mengurangi nyeri atau dengan bantuan dalam
menurunkan nyeri tanpa obat
j. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri i. Untuk membantu menghilangkan
nyeri
k.Tingkatkan istirahat
j.Untuk mengetahui efektivitas
l. Kolaborasikan dengan dokter
control nyeri yang telah diajarkan
jika ada keluhan dan tindakan
pada pasien
nyeri tidak berhasil
k. Untuk memfasilitasi proses
m. Monitor penerimaan pasien
penyembuhan dan pengurangan
tentang manajemen nyeri
nyeri pada pasien

l. Untuk memilih alternative terapi


lain apabila terapi sebelumnya
tidak dapat mengurangi nyeri
m. Untuk mengetahui respon pasien
terhadap manajemen nyeri yang
telah diajarkan
3 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Perawatan demam (3740) Perawatan demam (3740)
(00007) b.d keperawatan selama 3 kali 24 a. Pantau suhu dan tanda-tanda a. Memonitor fluktuasi perubahan
penyakit jam status termoregulasi vital lainnya. tanda-tanda vital pasien
(0800) pasien dapat b. Monitor warna kulit meliputi tekanan darah, nadi,
ditingkatkan dari level 2 c. Beri obat atau cairan IV suhu, dan respirasi.
(cukup berat) ke level 5 (tidak (antipiretik) b. Melihat perubahan warna kulit
ada) dengan kriteria hasil d. Dorong konsumsi cairan sebagai dampak dari perubahan
1. Peningkatan suhu kulit e. Fasilitasi istirahat, terapkan suhu.
2. Hipertermia pembatasan aktifitas jika c. Membantu menurunkan suhu
3. Perubahan warna kulit diperlukan. tubuh dengan bantuan obat.
Aplikasi panas/dingin (1380) d. Menghindari kemungkinan
dhidrasi akibat peningkatan
a. Jelaskan aplikasi panas, alasan
suhu.
perawatan, dan bagaimana hal
e. Menghemat energi pasien dan
tersebut akan mempengaruhi
mempercepat proses pemulihan
gejala pasien
b. Instruksikan indikasi mengenai Aplikasi panas/dingin (1380)
frekuensi dan prosedur aplikasi
a. Memberikan informasi kepada
c. Pilih metode stimulasi yang
pasien dan keluarga terkait
nyaman dan tersedia pengertian dan manfaat
d. Pertimbangkan ketersedian tindakan pada kondisi pasien.
dan kondisi kerja yang aman b. Memberikan informasi kepada
dari semua peralatan yang pasien dan keluarga terkait
digunakan untuk indikasi dan.
pengaplikasian perangkat c. Memudahkan pemberian terapi
panas stimulasi dan memfasilitasi
e. Pilih area stimulasi kenyamanan pasien.
f. Periksa suhu aplikasi panas d. Menghindari risiko cedera
g. Tentukan durasi aplikasi pada pasien selama prosedur
berdasarkan respon verbal, tindakan.
perilaku, dan biologis individu. e. Menentukan area yang tepat
h. Periksa tempat aplikasi dengan untuk stimulasi demi
hati-hati untuk mengetahui memperoleh respon terapi
adanya tanda iritasi kulit atau yang maksimal.
jaringan secara keseluruhan f. Menghindari suhu yang terlalu
pada 5 menit pertama dan panas sehingga tidak melukai
kemudian dengan frekuensi kulit pasien.
yang sering selama perawatan g. Memberikan durasi terapi yang
Evaluasi dan dokumentasikan yang sesuai dengan respon
respon terhadap aplikasi panas pasien.
h. Mengetahui apakah ada iritasi
yang timbul akibat aplikasi
panas yang ditimbulkan.
Sebagai tolak ukur untuk
menentukan dampak terapi dan
respon pasien terhadap terapi
yang diberikan.

STASE KETRAMPILAN DASAR PROFESI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

CATATAN PERKEMBANGAN HARI

Nama klien : Ny A No. Register : 1234567


Umur : 31 tahun Diagnosa Medis: ISK
Ruang : Anggrek Alamat : Tajem

No Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/TTD


1 12-01-2021 08.00 Kontrol infeksi (6540) S : - Pasien mengatakan merasakan nyeri
a. Tingkatkan intake nutrisi yang tepat
saat berkemih dan air kencing keluar sangat
b. Dorong untuk beristirahat
sedikit.
c. Berikan terapi antibiotik yang sesuai
d. Ajarkan pasien dan keluarga untuk
- pasien mengatakan selama sakit buang air
mengenal tanda dan gejala infeksi
kecil sebanyak yaitu 2x sehari, dengan
Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
warna kuning pekat dan ada nyeri saat
bagaimana cara menghindari infeksi
BAK.
Manajemen cairan (4120)

e. Monitor status hidrasi (misalnya O: terlihat pasien menahan nyeri saat BAK,
membrane mukosa lembab, denyut terlihat pasien hanya 2x ke toilet untuk
nadi adekuat, dan tekanan darah
BAK
ortostatik)
f. Berikan terapi IV , seperti yang A: Tujuan belum tercapai
ditentukan
P: lanjutkan intervensi
g. Dukung pasien dan keluarga untuk
membantu dalam pemberian
makandengan baik
h. Tingkatkan asupan oral
2 10-01-2021 09.00 Manajemen Nyeri (1400)

a.Makukan pengkajian nyeri secara S : Pasien mengatakan nyeri sudah


berkurang
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, Onset : Pasien mengatakan bahwa nyeri
kualitas dan faktor presipitasi yang dialami sudah sejak 1 bulan yang lalu

b. Menggunakan teknik komunikasi


Paliatif : Pasien mengatakan nyeri yang
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien dialami akan berkurang apabila pasien

tidak berkemih
c. Mengontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
Provocatif : Pasien mengatakan nyeri
ruangan dengan menghidupkan
kipas angin, pencahayaan dengan akan bertambah saat pasien berkemih
menutup korden dan kebisingan
Quality : Pasien mengatakan nyeri
dengan menginformasikan kepada
keluarga hanya 1 orang yang terasa panas dan seperti terbakar
menunggu pasien di dalam ruangan
Region : Pasien mengatakan nyeri yang
d. Memberikan analgetik ketorolac 3 dialami pada area perut bawah dibawah
gram untuk mengurangi nyeri
pusar.
melalui injeksi IV
O: wajah pasien tampak menahan nyeri,
TD pasien 130/90mmhg, Nadi pasien
110x/menit, dan RR 22x/menit

A: tujuan tercapai sebagian

P: lanjutkan intervensi

3 12/01/2020 Perawatan demam (3740) S: Pasien mengatakan badannya sudah tidak


a. Memantau suhu dan tanda-tanda terlalu panas
vital lainnya.
b. Monitor warna kulit O: ketika di cek menggunakan termometer
c. Memberi obat atau cairan IV aksila didapatkan suhu pasien 36oC
(antipiretik)
d. Mendorong konsumsi cairan
e. Memfasilitasi istirahat, dan A: tujuan tercapai sebagian
menerapkan pembatasan aktifitas jika
diperlukan.
P: lanjutkan intervensi
Aplikasi panas/dingin (1380)

a. Jelaskan aplikasi panas, alasan Perawatan demam (3740)


perawatan, dan bagaimana hal tersebut
Aplikasi panas/dingin (1380)
akan mempengaruhi gejala pasien

b. Instruksikan indikasi mengenai


frekuensi dan prosedur aplikasi

c. Pilih metode stimulasi yang nyaman


dan tersedia

d. Pertimbangkan ketersedian dan


kondisi kerja yang aman dari semua
peralatan yang digunakan untuk
pengaplikasian perangkat panas

e. Pilih area stimulasi

f. Periksa suhu aplikasi panas

g. Tentukan durasi aplikasi berdasarkan


respon verbal, perilaku, dan biologis
individu.

h. Periksa tempat aplikasi dengan hati-


hati untuk mengetahui adanya tanda
iritasi kulit atau jaringan secara
keseluruhan pada 5 menit pertama dan
kemudian dengan frekuensi yang sering
selama perawatan

i. Evaluasi dan dokumentasikan respon


terhadap aplikasi panas

No Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/TTD


1 11-01-2021 08.00 Kontrol infeksi (6540) S : - Pasien mengatakan merasakan nyeri
e. Tingkatkan intake nutrisi yang tepat
saat berkemih dan air kencing keluar sangat
f. Dorong untuk beristirahat
sedikit.
g. Berikan terapi antibiotik yang sesuai
h. Ajarkan pasien dan keluarga untuk
- pasien mengatakan selama sakit buang air
mengenal tanda dan gejala infeksi
kecil sebanyak yaitu 2x sehari, dengan
Ajarkan pasien dan keluarga mengenai warna kuning pekat dan ada nyeri saat

bagaimana cara menghindari infeksi BAK.

Manajemen cairan (4120)


O: terlihat pasien menahan nyeri saat BAK,
i. Monitor status hidrasi (misalnya
terlihat pasien hanya 2x ke toilet untuk
membrane mukosa lembab, denyut
BAK
nadi adekuat, dan tekanan darah
ortostatik)
A: Tujuan tercapai sebagaian
j. Berikan terapi IV , seperti yang
ditentukan P: lanjutkan intervensi

k. Dukung pasien dan keluarga untuk


membantu dalam pemberian
makandengan baik
l. Tingkatkan asupan oral
2 11-01-2021 09.00 Manajemen Nyeri (1400)

a.Makukan pengkajian nyeri secara S : Pasien mengatakan nyeri sudah


berkurang
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, Onset : Pasien mengatakan bahwa nyeri
kualitas dan faktor presipitasi yang dialami sudah sejak 1 bulan yang lalu

b. Menggunakan teknik komunikasi


Paliatif : Pasien mengatakan nyeri yang
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien dialami akan berkurang apabila pasien

c. Mengontrol lingkungan yang dapat tidak berkemih


mempengaruhi nyeri seperti suhu
Provocatif : Pasien mengatakan nyeri
ruangan dengan menghidupkan
kipas angin, pencahayaan dengan akan bertambah saat pasien berkemih
menutup korden dan kebisingan
dengan menginformasikan kepada Quality : Pasien mengatakan nyeri

keluarga hanya 1 orang


yang terasa panas dan seperti terbakar
menunggu pasien di dalam ruangan
Region : Pasien mengatakan nyeri yang
d. Memberikan analgetik ketorolac 3
gram untuk mengurangi nyeri dialami pada area perut bawah dibawah
melalui injeksi IV pusar.

O: wajah pasien tampak menahan nyeri,


TD pasien 130/90mmhg, Nadi pasien
110x/menit, dan RR 22x/menit

A: tujuan tercapai sebagian

P: lanjutkan intervensi
3 13/01/2020 Perawatan demam (3740) S: Pasien mengatakan badannya sudah tidak
f. Memantau suhu dan tanda-tanda vital terlalu panas
lainnya.
g. Monitor warna kulit O: ketika di cek menggunakan termometer
h. Memberi obat atau cairan IV aksila didapatkan suhu pasien 36oC
(antipiretik)
i. Mendorong konsumsi cairan
A: tujuan tercapai sebagian
j. Memfasilitasi istirahat, dan
menerapkan pembatasan aktifitas jika
diperlukan. P: lanjutkan intervensi

Aplikasi panas/dingin (1380)


Perawatan demam (3740)
j. Jelaskan aplikasi panas, alasan
perawatan, dan bagaimana hal tersebut Aplikasi panas/dingin (1380)
akan mempengaruhi gejala pasien

k. Instruksikan indikasi mengenai


frekuensi dan prosedur aplikasi
l. Pilih metode stimulasi yang nyaman
dan tersedia

m. Pertimbangkan ketersedian dan


kondisi kerja yang aman dari semua
peralatan yang digunakan untuk
pengaplikasian perangkat panas

n. Pilih area stimulasi

o. Periksa suhu aplikasi panas

p. Tentukan durasi aplikasi berdasarkan


respon verbal, perilaku, dan biologis
individu.

q. Periksa tempat aplikasi dengan hati-


hati untuk mengetahui adanya tanda
iritasi kulit atau jaringan secara
keseluruhan pada 5 menit pertama dan
kemudian dengan frekuensi yang sering
selama perawatan

r. Evaluasi dan dokumentasikan respon


terhadap aplikasi panas
BAB IV

PEMBAHASAN

Selama penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Diagnosa Infeksi

Saluran Kemih.Beberapa hal yang perlu dibahas dan diperhatikan dalam penerapan kasus

keperawatan tersebut, penulis telah berusaha mencoba menerapkan dan mengaplikasikan proses

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Diagnosa Infeksi Saluran sesuai dengan teori-teori

yang ada. Untuk melihat lebih jelas Asuhan Keperawatan yang diberikan dan sejauh mana

keberhasilan yang dicapai akan diuraikan sesuai dengan prosedur Keperawatan dimulai dari

Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi.

Pengkajian adalah merupakan tahap yang sistematis dalam mengumpulkan data tentang

individu, keluarga, dan kelompok ( Carpenito& Moyet, 2009). Dalam melakukan pengkajian

pada klien data yang didapatkan dalam melakukan pengkajian kasus pada klien, penulis tidak

kesulitan untuk mendapatkan data dari klien sendiri, karena klien bisa diaajak untuk

berkomunikasi dan juga klien kooperatif apabila ditanya dan keluarga klien juga banyak

memberikan informasi jika saat ditanya.Pada keluhan utama dalam tinjauan teoritis dengan

tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan data pada saat dilakukan pengkajian.Pada konsep teori

keluhan klien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air

kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik.Dan biasanya jika klien

mengalami Infeksi Saluran kemih bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual,

muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang.Sedang pada tinjauan kasus

keluhan utama klien yaitu urin tidak keluar dan nafsu makan dan minum menurun.
Riwayat Kesehatan Dahulu Pada tinjauan kasus saat dilakukan pengkajian klien

mengatakan tidak ada menderita penyakit lain kecuali Infeksi Saluran Kemih, sedangkan pada

konsep teoritis Riwayat kesehatan dahulu di temukan penyebab infeksi saluran kemih yaitu

berupa infeksi lama yang dialami pasien. Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga dari

genogram keluarga tidak ada mengalami penyakit yang sama seperti yang diderita klien, karena

dikonsep teoritis riwayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat meperburuk keadaan klien

akibat adanya gen yang membawa penyakit turunan seperti DM, hipertensi dll. Infeksi Saluran

Kemih bukanlah penyakit turunan karena penyakit ini lebih disebabkan dari anatomi reproduksi,

higiene seseorang dan gaya hidup seseorang, namun jika ada penyakit turunan di curigai dapat

memperburuk atau memperparah keadan klien, namun pada teori kasus tidak ada kelurga klien

yang mengalami penyakit yang sama seperti yang diderita klien.

Adapun diagnose keperawatan yang di dapatkan pada kasus adalah nyeri akut,

hipertermi, dan hambatan eliminasi urin yang mana telah dilakukan implementasi selama 3 x 24

jam untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dialami pasien. Setelah diberikan

Implementasi keperawatan selama 3x24 jam maka masalah keperawatan nyeri akut, hipertermi,

dan hambatan eliminasi urin yang dialami oleh pasien dapat terselesaikan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah infeksi saluran kemih harus diberikan

intervensi yang tepat untuk mengatasinya dengan segera selain itu usaha pencegahan agar

pasien tidak mengalami infeksi berulang perlu diusahakan dengan maksimal dengan

mengajarkan pasien dan keluarga terkait dengan upaya control terhadap infeksi.

B. Saran

1. Bagi Perawat

Diharapkan bagi perawat agar dapat mencari tau memberikan lebih banyak lagi

pengetahuan tentang infeksi saluran kemih sehingga penulis bisa memberikan

pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai infeksi saluran kemih, bagaimana

penyebab dan juga cara pencegahan pada penyakit tersebut.

2. Bagi Instusi Pendidikan

Menjadi sumber referensi yang baik dalam memahami tentang infeksi saluran kemih

dan juga menjadia acuan untuk Asuhan Keperawatan pasien dengan infeksi saluran

kemih.

3. Bagi Rumah Sakit Untuk mencegah meningkatnya infeksi saluran kemih sebaiknya

pasien diberikan informasi yang memadai mengenai infeksi saluran kemih itu sendiri

dan aspeknya. Dengan diperolehnya informasi yang cukup maka pencegahan dapat

dilakukan dengan segera. Dan adapun untuk pasien yang telah mengalami atau

menderita infeksi saluran kemih, maka harus segera dilakukan perawatan yang

intensif
DAFTAR PUSTAKA

Digiulio, Mary., dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: KDT.


Hariyono, Rudi,2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem perkemihan.Yogyakarta.DKT.
Kasiati. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta: Kemenkes
Musdalipah (2018), Identifikasi Drug Related Problem (DRP) Pada Pasien Infeksi Saluran
Kemih Di Rumah Sakit Bhayangkara Kendari. Jurnal Kesehatan Vol 11 No 1
M. Rendy Clevo, Margareth TH. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Nuha Medika.
Widagdo, 2012, Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam, Sagung Seto, Jakarta.
Kasiati.(2016). Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta: Kemenkes

Prabodo, E & Pranata,E.A.(2017). Buku Ajar Asuhan Keperawtan Sistem


Perkemihan.Yogyakarta:Medical Book

Anda mungkin juga menyukai