Anda di halaman 1dari 10

KONSEP PENGEMBANGAN STANDAR

DAN BAHAN AJAR PAUD NONFORMAL

PUSAT KURIKULUM
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
2007
DAFTAR ISI

Hal

Daftar Isi ……………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………… 1


A. Latar Belakang ....….………………………………... 1
B. Tujuan ...……………..………………………………. 1
C. Ruang Lingkup…..…………………………………… 1

BAB II KERANGKA BERPIKIFR ……………………………. 2


A. Landasan Yuridis .…………………………………… 2

B. Landasan Filosofis .…. ……………………………… 3

C. Landasan Keilmuan.…………………………………. 5
1. Aspek Fisik ……………. ………………………… 6
2. Aspek Emosi …………..………………………….. 6
3. Aspek Sosial …..………………………………….. 6
4. Aspek Kreatifitas .…………………………………. 6
5. Aspek Spritual ……………………………………. 6
6. Aspek Akademik .…………………………………. 6

BAB III PELAKSANAN KEGIATAN DAN HASIL …………. 7


A. Pelaksanaan .......……………………………………. 8
B. Hasil ....................….……………………………….. 8

LAMPIRAN
1. Naskah Akademik
2. Naskah Standar Isi
3. Naskah Kerangka Dasar Kurikulum PAUD
4. Naskah Model Silabus PAUD Non Formal

Standar dan Bahan Ajar PAUD Non-Formal - 2007 i


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu Tugas, Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) Pusat Kurikulum adalah
melaksanakan Pengembangan bahan ajar dan Standar Kompetensi PAUD Formal dan
NonFormal, Standar Isi dalam pengembangan kurikulum untuk pendidikan usia dini,
pendidikan dasar. Salah satu yang menjadi bagian dari pengembangan tersebut adalah
melakukan kajian kurikulum dari berbagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan
dasar yang dijadikan sebagai dasar untuk melakukan pengembangan standar dan bahan
ajar Paud Formal dan NonFormal kurikulum yang menjadi tanggung jawab Pusat
Kurikulum.

Untuk melaksanakan kegiatan tersebut perlu dilakukan serangkaian kegiatan yang


utamanya adalah standar dan bahan ajar kurikulum mata pelajaran pendidikan dasar.
Kegiatan di awali dengan penyusunan desain untuk menetapkan fokus pengembangan,
selanjutnya melakukan kajian dokumen Standar Isi, pengembangan pelaksanaan
standar isi, diskusi hasil pengembangan dokumen standar isi, diskusi hasil kajian
pelaksanaan stadar isi, Studi dokumentasi standar isi, analisis data hasil kajian,
penyusunan hasil pengembangan bahan ajar silabus, presentasi hasil pengembangan
dan penyusunan laporan

B. Tujuan

Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pengembangan terhadap


dokumen dan pelaksanaan kurikulum untuk pengembangan kurikulum masing-masing
aspek perkembangan anak usia dini yang harus dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan ini terdiri atas:


Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini merupakan seperangkat kompetensi
yang diharapkan dapat dikuasai oleh anak sesuai dengan tahapan usianya. Standar ini
dikembangkan berdasarkan aspek perkembangan anak, yang meliputi:
1.Perkembangan moral dan nilai-nilai agama
2.Perkembangan sosial, emosional dan kemandirian
3.Perkembangan bahasa
4.Perkembangan kognitif
5.Perkembangan fisik/motorik
6.Perkembangan seni

\Standard an Bahan Ajar PAUD Nonformal - 2007 1


BAB II
KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Yuridis

1. Dalam amandemen Undang-Undang 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan bahwa


”setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas dari kekerasan dan disriminasi”.

2. UUD No.23 Tahun 2002 pasal 9 ayat 1 tentang perlindungan anak berhak
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya
dan tingkat kecerdasan sesuai dengan minat dan bakatnya.

3. UUD No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal1, butir
14 dinyatakan bahwa “ Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan
yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.”

4. Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


1) Pasal 36 ayat (3) : Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesiadengan memperhatikan:
a. Peningkatan iman dan taqwa
b. Peningkatan akhlak mulia
c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik.
d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan
e. Tututan pembangunan daerah dan nasional
f. Tuntutan dunia kerja
g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
h. Agama
i. Dinamika perkembangan global
j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

2) Pasal 37 ayat (1) : Kurikulum pendidikan dasar dan menegah wajib memuat:
a. Pendidikan agama
b. Pendidikan kewarganegaraan
c. Bahasa
d. Matematika
e. Ilmu pengetahuan alam
f. Ilmu Pengetahuan sosial
g. Seni dan budaya
h. Pendidikan jasmani dan olah raga
i. Keterampilan
j. Muatan lokal
3) Pasal 38 ayat (1)
Kerangka dasar dan kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh
pemerintah.

\Standard an Bahan Ajar PAUD Nonformal - 2007 2


5. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan

B. Landasan Filosofis

Pendidkan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya melalui


proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang baik. Standar manusia
yang “baik” berbeda antar masyarakat, bangsa atau negara, karena berbeda pandangan
filsafah yang menjadi keyakinannya. Perbedaan filsafat yang dianut dari suatu bangsa
akan membawa perbedaan dalam orientasi atau tujuan pendidikan.

C. Landasan Keilmuan

Landasan keilmuan yang mendasari pentingnya pendidikan anak usia dini didasarkan
kepada beberapa penemuan para ahli tentang tumbuh kembang anak.

Salah satu penyebab utama dalam kesalahan mendidik adalah banyak para orangtua
dan guru yang kurang menyadari cara-cara mendidik yang patut. Pada awal tahun 80-
an mulai bermunculan berbagai kritikan terhadap kurikulum yang dianggap telah
mematikan semangat dan kecintaan anak untuk belajar. National Association for the
Young Children (NAEYC) sebuah organisasi yang muncul pada tahun 1980-an di AS
merupakan gerakan yang berusaha mematut terhadap berbagai miskonsepsi dalam
dunia pendidikan anak usia dini. Di sini berhimpun para pakar pendidik anak usia dini,
dimotori Sue Bredekamp membuat petisi melalui “konsep DAP”. Terjemahan bebas
konsep DAP (Developmentally Approriate Practice) merupakan pendidikan yang patut
berorientasi tahap perkembangan anak. Setiap anak yang berusia 0-8 tahun memiliki
pola perkembangan yang dapat diprediksi sehingga memudahkan dalam upaya
memberikan pelayanan pendidikannya.

Penerapan konsep DAP dalam pendidikan anak usia dini memungkinkan para pendidik
melayani anak sebagai individu yang utuh (The Whole Child), yang melibatkan empat
komponen dasar yang dimiliki anak, yaitu Pengetahuan, Ketrampilan, Sifat Alamiah,
dan Perasaan yang bekerja secara bersamaan dan saling berhubungan. Oleh karena itu
jika sistem pembelajaran dapat melibatkan semua aspek ini secara bersamaan maka
perkembangan kepribadian anak akan tumbuh secara berkelanjutan.

Hasil studi para pendukung DAP, metode ini memberikan lingkungan belajar yang
senantiasa mendorong anak bereksplorasi, kreatif, dan menumbuhkan rasa ingin tahu
yang besar. Dampak terhadap perkembangan sosial-emosi menunjukkan bahwa anak
usia dini yang dilayani dengan metode DAP mempunyai tingkat stress yang rendah
dibandingkan anak-anak yang dilayani tanpa metode DAP. Sebuah studi lain juga
melaporkan bahwa anak-anak usia dini yang berada dalam kelas non DAP memiliki
tekanan dalam proses pendidikan karena mereka senantiasa diminta mengisi lembar
kerta kerja yang kurang patut dan kurang menyenangkan anak.

Sementara dampak terhadap perkembangan kognitif juga menunjukkan hal yang


menggembirakan. Beberapa penelitian melaporkan bahwa anak-anak yang
mendapatkan kurikulum DAP lebih kreatif, lebih percaya diri, unggul dalam
kemampuan berbahasa. Uniknya lagi kemampuan membaca dan berhitung mereka

\Standard an Bahan Ajar PAUD Nonformal - 2007 3


juga meningkat. Dampak pelaksanaan DAP bagi pelaksanaan pendidikan anak suai
dini berpengaruh pada jangka panjang. Anak-anak ketika usia dini mendapat
pelayanan pendidikan dengan metode DAP memiliki kemampuan membaca dan
berhitung lebih tinggi saat mereka duduk di SD kelas 1 dibandingkan anak-anak yang
tidak mendapatkan pelayanan pendidikan dengan metode DAP saat di pendidikan usia
dini.

Menghadapi tantangan abad ke 21 ini pendidikan mesti mampu mengubah


paradigmanya dari yang fragmented menjadi pendekatan holistik yang menempatkan
pendidikan dalam sebuah konteks lingkungan yang saling terkait (Holistic approach).
Kata HOLISTIC memiliki arti menyeluruh yang terdiri dari kata HOLY and
HEALTHY. Pandangan holistik bermakna membangun manusia yang utuh dan sehat,
dan seimbang terkait dengan seluruh aspek dalam pembelajaran; seperti spiritual,
moral, imajinasi, intelektuan, budaya, estetika, emosi, dan fisik.

Terjadinya berbagai bencana kerusakan di lingkungan semesta diakibatkan ulah-ulah


manusia, menyadarkan kita bahwa pendidikan kita kurang mampu mewujudkan
keseimbangan antara kehidupan manusia di alam semesta. Memberikan kesadaran
kepada para siswa akan kehidupan di abad ke 21 yang diwarnai oleh kehidupan
masyarakat yang sangat heterogen dan permasalahan yang luar biasa terkait dengan
lingkungan hidup yang semakin tercemar, konflik, peperangan, dan kemiskinan
merupakan sebuah kemestian.

Sebuah kesepakatan global yang disebut GATE (Global Alliance for Transforming
Education) mencanangkan perlunya transformasi pendidikan dari yang terkotak-kotak
menjadi sebuah konsep yang utuh. Tujuan pendidikan menurut konsep yang utuh ini
adalah untuk membangun manusia seutuhnya. Hal ini seperti yang juga termaktub
dalam tujuan pendidikan nasional kita. Seluruh aspek yang dimiliki anak melalui
pandangan holistik ini (The whole child education) akan berkembang dengan patut
termasuk kesadaran bahwa ia adalah bagian dari anggota keluarganya, sekolah,
lingkungan, masyarakat, dan komunitas global.

Krishnamurti mengatakan bahwa kegagalan sistem pendidikan untuk menjadikan


manusia berwawasan holistik disebabkan pendidikan modern lebih bertumpu pada
dunia sekuler, terlepas dari makna spiritual. Bagi Krishnamurti kesatuan integral
adalah sakral dan segala sesuatu adalah bagian dari kesatuan integral. Oleh sebab itu
segala sesuatu mesti memiliki makna yang sakral. Manusia perlu diberikan perangkat
untuk mencapai pemahaman makna spiritual. Masalahnya sistem pendidikan modern
sangat terspesialisasi dan telah memecahbelah keseluruhan menjadi bagian-bagian
yang terpisah yang tidak lagi saling bermakna. Dalam kegiatan pendidikan
konvensional seluruh potensi manusia yang dilibatkan hanya sebatas pada kognitif dan
pisik semata, tanpa melibatkan aspek emosi dan spiritual.

Hakikat dari pendidikan menurut Krishnamurti ini dikemas Scott Forbes dalam tujuan
pendidikan untuk mendidikan seluruh aspek yang dimiliki manusia (All part of the
person), mendidikan manusia sebagai kesatuan yang utuh (The person as the whole),
mendidikan manusia sebagai bagian dari keseluruhan (The person within the whole),
yaitu sebagai bagian dari masyarakat, komunitas manusia, dan alam semesta.

\Standard an Bahan Ajar PAUD Nonformal - 2007 4


Carol Flake mengatakan bahwa dalam menghadapi tantangan global di abad 21 ini,
maka pelayanan pendidikan mesti mampu mengubah paradigma dari yang terkotak-
kotak (fragmented) menjadi pendekatan ekologis. Melihat anak hanya dalam aspek
kognitis semata yang diselesaikan dengan tugas-tugas akademik yang steril dan
memberikan mereka mata pelajaran yang tidak saling berhubungan dengan relevan
dalam konteks kehidupan nyata tidak akan mampu menumbuhkan transformasi
kesadaran (consciousness). Transformasi kesadaran ini merupakan bagian dari proses
pendidikan yang akan mampu meredam segala carut-marut kondisi yang terjadi dalam
peradaban modern, seperti kerusakan lingkungan semesta, konflik antaretnis, dan
sebagainya.

Fitjrof Capra mengungkapkan bahwa betapa pengetahuan manusia tentang sains,


masyarakat, dan kebudayaan, telah terkotak-kotak sehingga manusia tidak mampu lagi
melihat gambar keseluruhan dari sebuah fenomena. Akibatnya banyak solusi
dilakukan manusia didekati secara terpisah sehingga membuat masalah semakin
terpuruk. Inti pemikiran dari Fitjrof adalah bagaimana upaya melihat segala sesuatu
secara utuh dan menyeluruh yang diistilahkannya dengan ”Multidisciplinary, Holistic
Approach to reality”. Kondisi ini diperkuat dengan pernyataan David Orr bahwa akar
permasalahan yang ada saat sekarang dikarenakan pemikiran manusia dididik dengan
sistem pendidikan yang terkotak-kotak yang kemudian membuat manusia berfikir
secara parsial.

Berdasarkan kajian di tas maka jelas bahwa pendidikan bukan semata-mata


menyiapkan manusia agar dapat berperan dalam salah satu dimensi kehidupan saja,
melainkan agar siap menjalani seluruh dimensi kehidupan. Untuk itu potensi anak usia
dini yang perlu dikembangkan dalam proses pendidikannya sesuai dengan prinsip
holistik hendaknya terkait dengan:

1. Aspek Fisik
Terkait dengan perkembangan motorik halus, motorik kasar, termasuk
menjaga stamina, gizi dan kesehatan.

2. Aspek Emosi
Terkait dengan aspek kesehatan jiwa, mampu mengendalikan tekanan/stress,
mampu mengontrol diri dari perbuatan negatif, memiliki rasa percaya diri,,
berani mengambil risiko, dan memiliki empati.

3. Aspek Sosial
Menumbuhkan rasa senang melakukan pekerjaan, mampu bekerjasama, pintar
bergaul, peduli dengan masalah sosial, berjiwa sosial dan dermawan,
bertanggung jawab, menghormati orang lain, mengerti akan perbedaan dan
keunikan, mematuhi peraturan yang berlaku.

4. Aspek Kreativitas
Mendorong anak untuk mampu mengekspresikan diri dalam berbagai
kegiatan produktif seperti dalam dunia seni, berbahasa, berkomunikasi, dan
sebagainya.

\Standard an Bahan Ajar PAUD Nonformal - 2007 5


5. Aspek Spritual
Mampu memaknai arti dan tujuan hidup dan bersikap taat terhadap ajaran
agama yang diyakini melalui perbuatan baik yang konsisten.

6. Aspek Akademik
Mampu berfikir logis, berbahasa, dan menulis dengan baik. Selain itu dapat
mengemukakan pertanyaan kritis dan menarik kesimpulan dari berbagai
informasi dengan cermat.

\Standard an Bahan Ajar PAUD Nonformal - 2007 6


BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN DAN HASIL

A. Pelaksanaan
Strategi kegiatan ini meliputi hal-hal sebagai berikut ini.

1. Penyusunan Desain sebagai kerangka kerja, yang mencakup:


• Rasional
• Tujuan
• Ruang lingkup
• Hasil yang diharapkan
• Landasan teori
• Strategi / langkah kerja
• Instrumen

2. Kajian Konsep
• Pengumpulan bahan
• Rapat kesepakatan tentang konsep
• Penyusunan konsep tentang SK dan bahan ajar PAUD
• Raker menerapkan dan kesepakatan tentang konsep SK dan bahan ajar

3. Kajian kebutuhan lapangan


Workshop Praktisi tentang kebut laporan
• Mengidentifikasi kebutuhan
• Analisa kebutuhan yang berkaitan dengan SK dan Bahan ajar
• Kesimpulan tentang kebutuhan lapangan

4. Raker penyusunan naskah awal SK dan Model bahan ajar


• Workshop kesepakatan mengenai atribute SK dan Model bahan ajar
• Penulisan SK dan Model bahan ajar (Individual, kelompok)
• Pleno
• Perbaikan

5. Penyusunan Instrumen
Penyusunan Instrumen untuk keterbacaan, keterlaksanaan, naskah (individual /
kelompok) dan panduan uji coba
• Pleno
• Perbaikan
• Penggandaan

6. Uji coba keterbacaan dengan keterlaksanaan


• Persiapan administrasi
¾ Surat- surat
¾ Daerah uji coba
¾ Kontak person
¾ Responden
• Coaching

\Standard an Bahan Ajar PAUD Nonformal - 2007 7


• Pelaksanaan
¾ Perjalanan
¾ Pelaksanaan
¾ Pelaporan dan perjalanan pulang

7. Analis untuk rekomendasi penyempurnaan


Workshop
• Identifikasi dan klasifikasi jenis msukan
• Penyusunan rekomendasi

8. Perbaikan naskah berdasarkan hasil uji coba


• Kerja kelompok / individual menyempurnakan naskah
• Penysunan bahan presentasi

9. Presentasi hasil
• Presentasi dari Tim Puskur
• Unpan balik
• Perumusan hasil umpan balik

10. Workshop penyempurnaan naskah


• Kerja kelompok dan individual menyempurnakan draft
• Pleno
• Rumusan hasil pleno

11. Laporan dan Finaslisasi naskah


• Laporan Kegiatan
• Editing Naskah

B. Hasil

1. Naskah Akademik
2. Rancangan Standar Isi PAUD
3. Rancangan Kerangka Dasar Kurikulum PAUD
4. Contoh Silabus PAUD

\Standard an Bahan Ajar PAUD Nonformal - 2007 8

Anda mungkin juga menyukai