Anda di halaman 1dari 25

Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

BAB I
PERSAMAAN DIFERENSIAL

I.1. Umum
Suatu persamaan diferensial adalah persamaan yang didalamnya terdapat turunan-turunan.
Sebagai contoh persamaan diferensial :

3).  y ''   y '  3y  x 2


2 3
d2 y dy
1). 2
 3  2y  0
dx dx
 2z  2z
4).  x2  y
2). y ''' 2  y ''   y '  cos x
2
x 2 y2
Jika terdapat variabel bebas yang tunggal (single independent variable) seperti contoh 1 – 3,
turunannya merupakan turunan biasa dan persamaannya disebut persamaan diferensial biasa
(ordinary differential equation). Jika terdapat dua atau lebih variabel bebas seperti contoh 4,
turunannya adalah turunan parsial dan persamaannya disebut persamaan diferensial parsial
(partial differential equation). Tingkat (order) persamaan diferensial adalah tingkat tertinggi
turunan yang muncul. Contoh 1, 3 dan 4 adalah tingkat dua serta contoh 2 adalah tingkat tiga.
Derajat (degree) persamaan diferensial sebagai polinomial dalam turunan, adalah derajat
turunan tingkat tertinggi yang terjadi. Untuk contoh-contoh diatas merupakan derajat pertama,
kecuali contoh 3 adalah derajat kedua.

I.2. Bentuk dan Penyelesaian Persamaan Diferensial


Masalah dalam persamaan diferensial elementer adalah sesuatu yang penting untuk
memperoleh kembali bentuk asal atau primitif yang menimbulkan suatu persamaan, dengan
kata lain masalah untuk menyelesaikan persamaan diferensial tingkat n, untuk mendapatkan
hubungan antara variabel yang melibatkan n konstanta sebarang yang bebas. Sebagai contoh
Persamaan Diferensial Primitif, bentuk asal ( solusi umum)
3
dy
1). 0 1). y  Ax 2  Bx  C
dx 3
d3 y d2y dy
2). 3
 6 2
 11  6y  0 2). y  C1e3x  C 2e 2x  C3e x
dx dx dx
October 2009

d2 y
Misal suatu persamaan diferensial  y  0 , buktkan bahwa primitifnya berbentuk
dx 2

y  C1 cos x  C2 sin x atau y  A cos  x  B  . Hal ini dapat dilakukan dengan cara (untuk

solusi pertama) :
y  C1 cos x  C2 sin x y '  C1 sin x  C2 cos x y"  C1 cos x  C 2 sin x   y

24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

d2 y
Maka y" y '  0 atau  y 0.
dx 2
Untuk solusi kedua
y  A cos  x  B  y '   A sin  x  B  y"  A cos  x  B    y

d2 y
Maka y" y '  0 atau  y 0.
dx 2
y  A cos  x  B   A  cos x cos B    sin x sin B  
  A cos B  cos x    A sin B  sin x
 C1 cos x  C2 sin x
Dalam kasus – kasus keteknikan sering ditemui persamaan diferensial linear orde dua, empat
maupun delapan, seperti contoh kasus berikut :
Persamaan diferensial gerak
d2 y
m 2  ky  0
dt
Persamaan diferensial pelat akibat beban vertikal dan lateral
4w 4 w  4 w Pz
2 2 2  4 
x 4 x y y D

4w 4 w 4w 1  2 w 2w 2 w 


 2   N
 x  2N xy  N y 
x 4 x 2 y 2 y 4 D  x 2 xy y 2 

Persamaan diferensial cangkang silinder Donnell (Donnell Equation)

8 4 2 2w2w 1 2 w  E t 4w
D  w    Nx  N x  N 2   2 0
 x 2 R x R 2   R x 4

I.3. Persamaan Diferensial Orde Satu

1
Persamaan diferensial adalah suatu hubungan yang terdapat antara suatu variabel independen
x, suatu variabel dependen y, dan satu atau lebih turunan dari y terhadap x.
October 2009

Contoh:
dy
x2 y sin x  0
dx
d2y dy
xy 2  y  e3 x  0
dx dx

24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

Persamaan diferensial merupakan suatu hubungan yang dinamis, dengan kata lain kuantitas-
kuantitas berubah, sehingga seringkali muncul dalam permasalahan dalam bidang sains
maupun rekayasa.
Orde dari suatu persamaan diferensial ditentukan oleh turunan tertinggi dalam persamaan
tersebut.
dy
x  y2  0 adalah sebuah persamaan orde-pertama
dx
d2y
xy 2  y 2 sin x  0 adalah sebuah persamaan orde-kedua
dx
3
d y dy
3
 y  e4 x  0 adalah sebuah persamaan orde-ketiga
dx dx
d2y dy
Sehingga 2  2  10 y  sin 2 x adalah sebuah persamaan orde......
dx dx
Kedua

d 2 y dy d2y
Dalam persamaan   10 y  sin 2 x, turunan tertingginya adalah .
dx 2 dx dx 2
Demikian juga:
dy
(a) x  y2 1 adalah sebuah persamaan orde......
dx
dy
(b) cos 2 x  y  1 adalah sebuah persamaan orde......
dx
d2y dy
(c) 2  3  2 y  x 2 adalah sebuah persamaan orde......
dx dx
dy

(d) y 3  1 dx
 xy 2  x adalah sebuah persamaan orde......

3
(a) pertama (b) pertama (c) kedua (d) pertama

4
Persamaan diferensial dalam prakteknya dapat dibentuk dari suatu pertimbangan masalah
fisis. Secara matematis, persamaan-persamaan diferensial dapat muncul apabila konstanta-
October 2009

konstanta sembarangnya dieliminasi dari fungsi yang diberikan. Berikut ini adalah beberapa
contoh.

Contoh 1
Tinjau y = A sin + B cos x, dimana A dan B adalah konstanta sembarang.
Jika kita diferensialkan, kita peroleh:

24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

dy
 A cos x  B sin x
dx
d2y
dan 2   A sin x  B cos x
dx
yang identik dengan persamaan semulah, tapi tandanya berlawanan.
d2y d2y
artinya  y  2  y  0
dx 2 dx
ini adalah sebuah persamaan diferensial orde . . . . . . . . . . . . . . .Kedua

Contoh 2
A
Bentuklah sebuah persamaan diferensial dari fungsi y  x  .
x
A
Kita dapatkan y  x   x  Ax 1
x
dy A
  1  Ax 2  1  2
dx x
A
Dari persamaan di atas,  y  x A  x  y  x
x
dy x  y  x
  1
dx x2
y  x x  y  x 2x  y
 1  
x x x
dy
x  2x  y
dx
Persamaan ini adalah persamaan orde . . . . . . . . . . . . . . .Pertama

Contoh 3

Bentuklah persamaan diferensial untuk y  Ax 2  Bx


October 2009

Kita dapatkan y  Ax 2  Bx  1
dy
  2 Ax  B  2
dx
d2y 1 d2y
 2  2A  3 A
dx 2 dx 2
dy d2y
Subtitusi 2A di dalam (2):  x 2 B
dx dx

24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

dy d2y
B  x 2
dx dx
Dengan mensubtitusi A dan B di dalam (1), kita dapatkan:
2
2 1 d y  dy d 2 y 
yx .  x  2 
2 dx 2  dx dx 
x2 d 2 y dy d2y
 . 2  x.  x 2 . 2
2 dx dx dx
2 2
dy x d y
y  x  . 2
dx 2 dx
dan ini adalah persamaan orde . . . . . . . . . . . . . . .Kedua

Jika kita kumpulkan beberapa hasil terakhir, kita dapatkan:


2
y  A sin x  B cos x menghasilkan persamaan d y2  y  0  orde kedua 
dx
dy x 2 d 2 y
y  Ax  Bx menghasilkan persamaan y  x  . 2  orde kedua 
2

dx 2 dx
A dy
y  x menghasilkan persamaan x  2 x  y  orde pertama 
x dx
Jika kita selidiki yang berikut, kita juga menemukan bahwa:
dy
y  Axe x menghasilkan persamaan diferensial x  y  1  x   0  orde pertama 
dx
4 x 6 x
y  Ax  Be menghasilkan persamaan diferensial
d2y dy
2
 10  24 y  0  orde kedua 
dx dx

Beberapa dari fungsi di atas menghasilkan persamaan orde-pertama, yang lain menghasilkan
persamaan orde-kedua. sekarang perhatikan kelima hasil di atas dan lihat apakah anda dapat
menemukan perbedaan dalam fungsi-fungsi tersebut yang akan menentukan apakah kita
October 2009

memperoleh persamaan orde-pertama atau orde-kedua dalam setiap kasus.

8
Fungsi dengan 1 konstanta sembarang menghasilkan persamaan orde-pertama
Fungsi dengan 2 konstanta sembarang menghasilkan persamaan orde-kedua
Benar, dan dengan cara yang sama:

24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

Suatu fungsi dengan tiga konstanta sembarang akan menghasilkan persamaan orde-
ketiga.
Jadi, tanpa menyelesaikan secara rinci, dapat kita katakan bahwa:
(a) y  e 2 x  A  Bx  menghasilkan persamaan diferensial orde . . . . . . . . . .
x 1
(b) yA menghasilkan persamaan diferensial orde . . . . . . . . . .
x 1
(c)
y  e3 x  A cos 3x  B sin 3x  menghasilkan persamaan diferensial orde . . . . . . . . . .

(a) kedua (b) pertama (c) kedua


Karena
(a) dan (c) masing-masing mempunyai 2 konstanta, sementara (b) hanya mempunyai 1
konstanta sembarang.

Demikian juga:
dy
 a  x 2  y  1 diturunkan dari suatu fungsi yang mempunyai . . . . . . . . . .
dx
konstanta sembarang
dy
 b cos 2 x 1  y diturunkan dari suatu fungsi yang mempunyai . . . . . . . . . .
dx
konstanta sembarang
d2y dy
 c 2
 4  y  e 2 x diturunkan dari suatu fungsi yang mempunyai . . . . . . . . . .
dx dx
konstanta sembarang
(a) 1 (b) 1 (c) 2

10

Jadi, dari semua ini, kita dapatkan aturan-aturan berikut:


October 2009

Suatu persamaan diferensial orde-pertama di turunkan dari suatu fungsi yang mempunyai 1
konstanta sembarang.

Suatu persamaan diferensial orde-kedua di turunkan dari suatu fungsi yang mempunyai 2
konstanta sembarang.

24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

Suatu persamaan diferensial orde ke-n di turunkan dari suatu fungsi yang mempunyai n
konstanta sembarang.

Salinlah pernyataan terakhir ini ke dalam buku catatan anda. Pernyataan ini sangat penting
untuk diingat dan kita akan menggunakan aturan ini lagi di kesempatan lain.

Integrasi secara langsung


dy
 f  x
dx
Contoh 1
dy
 3x 2  6 x  5
dx
dy
 dx   3x  6 x  5
2

 dy    3x  6 x  5 dx
2

maka y    3 x  6 x  5  dx  x
2 3
 3x 2  5x  C
yaitu y  x3  3 x 2  5 x  C
Contoh 2
dy
selesaikan x  5x3  4
dx
dy 4
dalam kasus ini,  5 x 2  jadi, y  . . . . . . . . . .
dx x
5x3
y  4 In x  C
dx
Contoh 3
dy
ex  4, jika diberikan y  3, untuk x  0
dx
dy 4
 x  4e  x
dx e
October 2009

Maka y   4e  x dx  4e  x  C

Untuk y = 3 pada x = 0, maka


y  4e x  C ; 3  4e 0  C ; C  7
Maka :
y  4e  x  7

Pemisahan variabel
24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

dy
 f  x, y 
dx
dy dy f  x 
 f  x  .F  y  
dx dx F  y 

Contoh 1
dy 2x

dx y  1
dy
 y  1  2x
dx
ruas kiri dan kanan dikalikan faktor dx
dy
  y  1 dx dx   2 x dx
y2
  y  1 dy   2 x dx dan didapat
2
 y  x2  C

Contoh 2
dy
  1 x  1 y
dx
1 dy
 1 x
1  y dx
1 1
 1  y dx    1  x  dx 
1 y
dy    1  x  dx

x2
In  1  y   x   C
2

Metode ini bergantung pada kemampuan kita untuk menyatakan persamaan yang diberikan

dalam bentuk
dy
F  y .  f  x
dx
Jika ini dapat kita lakukan, maka proses selanjutnya mudah, karena kita dapatkan
dy
 F  y  . dx dx   f  x  dx  F  y  dy   f  x  dx
October 2009

Contoh 3

24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

dy 1  y

dx 2  x
1 dy 1

1  y dx 2  x
1 dy 1
 1  y dx dx  2  xdx
1 1
 dx   dx
1 y 2 x
ln  1  y   ln  2  x   C
Kita dapat menulis konstanta C sebagai logaritma dari suatu konstanta lain A :
ln  1  y   ln  2  x   ln A  ln A  2  x 
 1 y  A 2  x
Cara lain :
dy 1  y

dx 2  x
Pertama – tama kalikan kedua sisi dengan dx
1 y
dy  dx
2 x
Sekarang kumpulkan faktor y dengan dy disisi kiri, yang dibagi dengan (1 + y)
1 1
dy  dx
1 y 1 x
1 1
 1  y dy   2  xdx  ln  1  y   ln  2  x   C
I.4. Persamaan Diferensial Orde Dua
d2 y dy
a 2
 b  cy  0 (I.4a)
dx dx
Untuk
dy d2 y
y  Ae mx →  Ame mx →  Am 2 e mx (I.4b)
dx dx 2

Dengan subtitusi (I.4b) ke (I.4a)


d2 y dy
a 2
 b  cy  0
dx dx
October 2009

a  Am 2e mx   b  Ame mx   c  Ae mx   0

Dengan membagi semua sisi dengan Ae mx , maka diperoleh :


am 2  bm  c  0
Yaitu suatu persamaan kuadaratik yang mempunyai dua nilai m, misal m = m1 dan m = m2.
Penyelesaian persamaan tersebut
ax 2  bx  c  0
24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

 b  b 2  4ac
x12 
2a
 b  b 2  4ac b  b 2  4ac
x1  x2 
2a 2a
Atau
am 2  bm  c  0

 b  b 2  4ac
m12 
2a
 b  b 2  4ac b  b 2  4ac
m1  m2 
2a 2a
Dengan diperoleh nilai m=m1 dan m= m2, sehingga
y  Ae m1x dan y  Ae m2 x , atau

y  Ae m1x  Be m2 x
1. Akar – akar real dan berbeda
d2 y dy
2
 5  6y  0
dx dx
Persamaan karakteristiknya
m 2  5m  6  0
Maka harga m1 dan m2 :

5  52  4.1.6 5  25  24 5  1
m12   
2.1 2 2
5  1 4
m1    2
2 2
5  1 6
m2    3
2 2
Maka penyelesaiannya :
y  Ae m1x  Be m2 x → Bentuk Umum

y  Ae 2x  Be 3x
October 2009

2. Akar – akar real dan sama


d2 y dy
2
 6  9y  0
dx dx
Persamaan karakteristiknya
m 2  6m  9  0
Maka harga m1 dan m2 :

24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

6  62  4.1.9 6  36  36 6  0
m12   
2.1 2 2
6  0 6
m1    3
2 2
6  0 6
m2    3
2 2
Untuk m = m1 = m2.
Maka penyelesaiannya :
y  Ae m1x  Be m2 x

y  e m1x  A  Bx 

Maka
y  e 3x  A  Bx 

3. Akar – akar kompleks


Apabila akar – akar dari persamaan karakteristiknya adalah bilangan kompleks, misalkan
am 2  bm  c  0

 b  b 2  4ac
m12 
2a
 b  b 2  4ac b  b 2  4ac
m1  m2 
2a 2a
Untuk D = b 2  4ac < 0, maka terjadi akar negative. Misalkan
m    i , yaitu m1    i dan m 2    i , maka penyelesaian berdasar penyelesaian

umum
y  Ae m1x  Be m2 x
Dengan subtitusi nilai – nilai m1 dan m2
y  Ce  i x  De i  x  Cex .eix  Dex .e  ix
y  ex  Ceix  De  ix 

Berdasarkan rumus Euler


October 2009

eix  cos x  i sin x


e ix  cos x  i sin x
eix  cos x  i sin  x
e ix  cos x  i sin  x
Penyelesaian tersebut

24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

y  ex  Ceix  De ix 


y  ex  C  cos x  i sin x   D  cos x  i sin x  
y  ex   C  D  cos x  i  C  D  sin x
y  ex   A  cos  x   B  sin x

Untuk
A  CD
B  i  C  D

Jika m    i
Maka penyelesaiannya
y  ex  A cos x  Bsin x 

Contoh :
d2 y dy
2
 4  9y  0
dx dx
Persamaan karakteristiknya
m 2  4m  9  0
Maka harga m1 dan m2 :

4  42  4.1.9 4  16  36 4  20 4  i2 5
m12    
2.1 2 2 2
4  i2 5
m1   2  i 5
2
4  i2 5
m2   2  i 5
2
atau
m  2  i 5
Untuk nilai
  2
 5
October 2009

Jika m    i
Maka penyelesaiannya
y  ex  A cos x  Bsin x 


y  e 2x A cos 5x  Bsin 5x 

24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

I.5. Contoh Aplikasi


1. Masalah Demografi
Populasi suatu kota berlipat ganda dalam 50 tahun, dalam berapa tahun populasi itu akan
berlipat tiga, dengan asumsi kecepatan bertambah sebanding dengan jumlah penduduk.
Misalkan P = populasi pada saat t tahun dan yo adalah populasi pada saat t = 0.
Bentuk persamaan diferensial yang dimaksud :
dP
 k.P Kecepaten
dt pertambahan
penduduk

dP
 k.P P = Jumlah

dt penduduk
October 2009

Atau
dP
 k.dt
P
Dengan integrasi kedua ruas :

24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

2.Po 50
dP

Po P
 k  dt
0

 ln P  Po   k.t  0
2.Po 50

ln 2Po  ln Po  50k  0
ln 2
ln 2  50.k  k 
50
3.Po t
dP
Po P  k 0 dt
 ln P  Po   k.t  0
3.Po t

ln 3Po  ln Po  kt  0
ln 3  kt
Maka dapat dihitung waktu untuk populasi menjadi 3 kali lipat yaitu :
ln 2  50.k   1
ln 3  kt   2
maka
ln 2
ln 3  t
50
 ln 3 
t  50    50.  1,584963  79, 25 tahun.
 ln 2 
2. Masalah Temperatur
Hukum pendinginan Newton, Laju suatu subtansi mendingin dalam udara yang bergerak
sebanding dengan beda antara temperatur subtansi dan udara. Jika temperatur udara (Tu)
= 300K dan temperatur subtansi (Ts) mendingin dari 370K ke 340K dalam 15 menit,
berapa waktu yang dibutuhkan hingga temperaturnya menjadi 310K?
Perubahan
suhu terhadap
waktu

dTs
  k  Ts  Tu  Perbedaan

dt suhu
October 2009

dTs
 k  Ts  300 
dt
dTs
  k dt
 Ts  300 
340 15
dTs
370  Ts  300   k 0 dt

24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

4
ln 40  ln 70  15k  ln
7
4
15k  ln  0,5596
7
k  0, 0373
310 t
dTs
370  Ts  300   k 0 dt
ln10  ln 70  kt
15kt  15ln 7
15ln 7
t  52,16 menit  52 menit 9,6 detik
0,5596
3. Masalah Fluida
Suatu tangki silinder dengan jari-jari 2,5 m dan tingginya 3m, mempunyai lubang pada
alasnya dengan jari-jari 25 mm. kecepatan air mengalir melalui lubang ini mendekati

v  2,5 h  m / s  , h adalah tingginya air dalam tangki, hitung waktu yang dibutuhkan

untuk mengosongkan tangki lewat lubang tersebut .

  0, 025 
2
 2,5 h  dt
  0, 025 
2
 2,5 h  dt    2,5 2
dh
2
 2,5  dh dh
dt     4000
 0, 025  2,5 h h
t 0
dh
 dt  4000
0 3 h
0
t  8000 h  8000 3 detik  3,849 jam = 3 jam 51 menit
3

4. Kasus Tekuk pada Struktur Kolom


Misal ditinjau pada kondisi tumpuan sendi-sendi
October 2009

P EI konstan sepanjang L P
X
y
x
L

Persamaan momen
M = P*y

24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

d2y M
2
  pernah belajar persamaan ini????
dx EI
d2y
EI   M   Py
dx 2
d2 y
EI  Py  0
dx 2
Berdasar teori sebelumnya, maka dapat diselesaikan persamaan tersebut :
y  A e mx
Maka
dy
 y '  Am e mx
dx
d2 y
 y"  Am 2 e mx
dx 2
d2 y
Subtitusi kepersamaan semula EI  Py  0
dx 2
 EI  Am 2emx   P  Ae mx  0
kemudian dibagikan A e mx , maka diperoleh :

 EI  m 2   P   0
 b  b 2  4ac
m12 
2a
 b  b 2  4ac b  b 2  4ac
m1  m2 
2a 2a
ax 2  bx  c  0
 EI  m 2   P   0
a  EI ; b  0 ; c  P

0  02  4(EI)(P)
m12 
2(EI)
0  4(EI)(P) 0b  4(EI)(P)
October 2009

m1  m2 
2(EI) 2(EI)

2 (EI)(P) (EI)(P) (EI)(P) 1


m1   
2(EI) (EI) (EI)
(EI)(P) i (EI) P
  2
(P) i  i
(EI) 2 (EI) EI

Akar dari persamaan tersebut (m)


24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

 P
m2    
 EI 
maka,

 P P P
m      1 i
 EI  EI EI
Atau dengan rumus ABC
am 2  bm  c  0
a = EI, b = 0 dan c = P

 b  b 2  4ac
m12 
2a
0  02  4  EI   P  0  4  EI   P    4  EI   P  
m12   
2  EI  2  EI 
 2  EI  
2

  4  EI   P   4  EI   P   P P
      i
 2  EI  
2
4  EI 
2
 EI  EI

Karena akarnya kompleks maka solusinya berbentuk :


y  ex  A cos x  Bsin x 

untuk m =  + i adalah akar kompleks dalam hal ini

P P P
m      1  0i    i
 EI  EI EI

P
 = 0 dan  =
EI

y  ex  A cos x  Bsin x 

maka solusi umum :


October 2009

 P   P 
y  A cos  x   Bsin  x 
 EI   EI 
P EI konstan sepanjang L P
X
y
x
L

Kondisi batas : y  x  0   y  x  L   0

24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

0 = C1*cos( *0) + C2*sin(*0)


0 = C1*1 + C2*0
0 = C 1 + 0  C1 = 0
Maka
y = C2*sin (*L) =0

P
c1  0 c 2 sin 0
EI

2x =3  x = 3/2
2x =0  x = 0/2 = 0

Solusi nontrivial :
karena c 2  0 , maka seharusnya

P
sin L0
EI
Diketahui
sin n  0 untuk n  1, 2, 3, ... ,

P
sin L0
EI

sin n  0

maka dapat diperoleh :


P
L  n
EI
Berarti beban tekuk (P) :
n 2 2 EI
P
October 2009

L2
Beban tekuk kritis terjadi pada n = 1, atau beban Tekuk Euler :
2 EI
Pcr  2
L
Mode tekuk atau eigen vector dapat diperoleh dengan subtitusi Pcr ke bentuk perpindahannya
x
y  A1 sin n
L

24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

Contoh
Desain Penampang Kuda2 untuk atap yang menerima Beban Tekan P = 10 ton, Panjang
L=5.0 m, E=2.1x106 kg/cm2, Tentukan berapa Dimensi (Momen Inersia)
2 EI
Pcr 
L2

10.000 = 3.142*2.1*106*I/500^2
Inersia (I) = 10.000 * 5002/ (3.142*2.1*106) = 120.62 cm4.

n 2 2 EI
P  Beban Kritis  Eigen Value
L2
x
y  A1 sin n
L
X
y

X
y

L/2
October 2009

X
y

L/3 L/3 L/3

Mode Tekuk tumpuan sendi – rol

24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

I.4. Persamaan Diferensial Orde Dua Umum


d2 y dy
a 2
 b  cy  f (x)
dx dx
Untuk penyelesaian terdiri dari dua bagian :
a. Fungsi Komplementer (FK) diperoleh dengan menyelesaikan persamaan dengan f(x) = 0.
Ini akan menghasilkan salah satu dari tipe penyelesaian berikut
-
y  Ae m1x  Be m2 x
- y  e m1x  A  Bx 
- y  ex  A cos x  Bsin x 
- y  A cos nx  Bsin nx
- y  A cosh nx  Bsinh nx
October 2009

b. Integral Khusus (IK), diperoleh dengan menggunakan bentuk umum dari fungsi ini pada
ruas kanan persamaan, mensubtitusikan ke dalaam persamaan dan menyamakan koefisien
– koefisiennya.
-
Jika f(x) = k Asumsikan y=C
-
Jika f(x) = kx Asumsikan y = Cx + D
-
Jika f(x) = kx2 Asumsikan y = Cx2 + Dx + E

24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

-
Jika f(x) = k sin x atau k cos x Asumsikan y = C cos x + D sin x
-
Jika f(x) = k sinh x atau k cosh x Asumsi y = C cosh x + D sinh x
-
Jika f(x) = ekx Asumsikan y = C ekx
c. Penyelesaian Umum Lengkap = Fungsi Komplementer (FK) + Integral Khusus (IK).

d. Contoh Soal

Soal 01.
d2 y dy
2
 5  6y  24
dx dx
Fungsi Komplementer (FK) dengan nilai di ruas kanan = 0, maka
Persamaan karakteristiknya
m 2  5m  6  0
Maka harga m1 dan m2 :

 5 
2
5  4.1.6 5  25  24 5  1
m12   
2.1 2 2
5 1 6
m1   3
2 2
5 1 4
m2   2
October 2009

2 2
Maka penyelesaian FK adalah :
y  Ae m1x  Be m2 x → Bentuk Umum

y  Ae3x  Be 2x
Integral Khusus (IK), untuk f(x) = 24, yaitu konstanta, dengan asumsi y = C, maka

24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

dy d2 y
yC ; 0 ; 0
dx dx 2
Subtitusi ke persamaan semula
d2 y dy
2
 5  6y  24
dx dx
0  5  0   6  C   24
24
C 4
6
Karena y = C, maka
IK adalah : y = 4
Penyelesaian Umum
y  FK  IK
y  Ae
   Be
3x
  
2x
4
FK IK

y  Ae3x  Be 2x  4

Soal 02.
d2 y dy
2
 5  6y  2sin 4x
dx dx
Fungsi Komplementer (FK) dengan nilai di ruas kanan = 0, maka
Persamaan karakteristiknya
m 2  5m  6  0
Maka harga m1 dan m2 :

 5 
2
5  4.1.6 5  25  24 5  1
m12   
2.1 2 2
5 1 6
m1   3
2 2
5 1 4
October 2009

m2   2
2 2
Maka penyelesaian FK adalah :
y  Ae m1x  Be m2 x → Bentuk Umum

y  Ae3x  Be 2x
Integral Khusus (IK), untuk f(x) = 2 sin 4x, yaitu variabel, dengan asumsi
y = C cos 4x + D sin 4x, maka
24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

y  C cos 4x  D sin 4x ;
dy
 4Csin 4x  4D cos 4x ;
dx
d2 y
 16C cos 4x  16D sin 4x
dx 2
Subtitusi ke persamaan semula
d2 y dy
2
 5  6y  2sin 4x
dx dx
 16Ccos 4x  16Dsin 4x  5 4Csin 4x  4D cos 4x  6  C cos 4x  Dsin 4x  2sin 4x

 16C cos 4x  16Dsin 4x  20C sin 4x  20D cos 4x  6C cos 4x  6D sin 4x  2sin 4x
 16D  20C  6D  sin 4x   16C  20D  6C  cos 4x  2sin 4x
 20C  10D  sin 4x   10C  20D  cos 4x  2sin 4x
 20C  10D  sin 4x   10C  20D  cos 4x  2sin 4x
 20C  10D  sin 4x  2sin 4x
20C  10D  2    (I)
  10C  20D  cos 4x  0
10C  20D  0    (II)
Menyelesaikan persamaan simultan
20C  10D  2    (I)
10C  20D  0    (II)

40C  20D  4 

10C  20D  0 
4 2
40C  (10C)  4  50C  4  C  
50 25
2 20 1
10C  20D  0  10( )  20D  0    20D  D  
25 25 25
Karena y  C cos 4x  Dsin 4x
 2   1 
October 2009

y    cos 4x     sin 4x
 25   25 
1
y   2 cos 4x  sin 4x 
25
maka
Penyelesaian Umum

24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

y  FK  IK
1
y  Ae
   Be
3x
  
2x
 2 cos 4x  sin 4x 
FK 25       
IK

1
y  Ae3x  Be 2x   2 cos 4x  sin 4x 
25
Soal 03.
d2 y dy
2
 14  49y  4e5x
dx dx
Fungsi Komplementer (FK) dengan nilai di ruas kanan = 0, maka
Persamaan karakteristiknya
m 2  14m  49  0
Maka harga m1 dan m2 :

14  142  4.1.49 14  196  196 14  0


m12   
2.1 2 2
14  0 14
m1     7
2 2
14  0 14
m2     7
2 2
Maka penyelesaian FK adalah :
y  e m1x  A  Bx  → Bentuk Umum

y  e 7 x  A  Bx 

Integral Khusus (IK), untuk f(x) = 4e5x , yaitu variabel, dengan asumsi
y  Ce5x , maka

dy d2 y
y  Ce5x ;  5Ce5x ; 2
 25Ce5x
dx dx
Subtitusi ke persamaan semula
d2 y dy
2
 14  49y  4e5x
dx dx
October 2009

25Ce  14  5Ce5x   49  Ce5x   4e5x


5x

144Ce5x  4e5x ; 144C  4


4 1
C 
144 36
Karena y  Ce5x , maka

24
Persamaan Diferensial Matematika Rekayasa III

1 5x
IK adalah : y  e
36
Penyelesaian Umum
y  FK  IK
1
y  e 7x  A  Bx   e5x
     36

FK
IK

1 5x
y  e 7x  A  Bx   e
36

October 2009

24

Anda mungkin juga menyukai