Anda di halaman 1dari 69

SISTEM JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN PADA PELAYANAN

PERSALINAN DAN PENJAMINAN BAYI BARU LAHIR,PELAYANAN


GAWAT DARURAT,PELAYANAN KONTRASEPSI

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas

yang di bimbing oleh AINUN HANIFA, S.Si,T, M.PH

Oleh:

Nawang Wulansari (180106012)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

UNIVERSITAS TULUNGAGUNG

JL. Raya Tulungagung- Blitar Km 4

Sumbergempol Tulungagung

Tahun Ajaran 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “SISTEM JAMINAN
PELAYANAN KESEHATAN PADA PELAYANAN PERSALINAN DAN
PENJAMINAN BAYI BARU LAHIR,PELAYANAN GAWAT
DARURAT,PELAYANAN KONTRASEPSI”. Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.

Tulungagung, 13 Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................
C. TUJUAN...............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................

A. PENGERTIAN BAYI BARU LAHI..............................................................................

B. CIRI-CIRI BAYI BARU LAHIR................................................................................

C. TANDA-TANDA BAHAYA BARU LAHIR.............................................................

D. RENCANA ASUHAN BAYI BARU LAHIR.............................................................

E. JADWAL KUNJUNGAN AWAL BAYI BARU LAHIR..........................................

F. KONSEP DASAR BAYI BARU LAHIR.....................................................................

G. LANDASAN HUKUM..................................................................................................

H. PENGERTIAN IGD......................................................................................................

I. KEGIATAN IGD..........................................................................................................

J. DISIPLIN PELAYANAN...........................................................................................

K. TUJUAN IRD..............................................................................................................

ii
L. KRITERIA IRD...........................................................................................................

M. KEMAMPUAN MINIMAL PETUGAS IRD..............................................................

N. KEMAMPUAN PERAWAT IRD................................................................................

O. SARANA DAN PRASARANA FISIK RUANGAN YANG DIPERLUKAN DI


IRD................................................................................................................................
P. PRINSIP PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT.................
Q. TRIAGE.......................................................................................................................
R. TIPE TRIAGE..............................................................................................................
S. KLASIFIKASI TRIAGE.............................................................................................
T. DEFINISI KONTRASEPSI.........................................................................................
U. MANFAAT KONTRASEPSI.......................................................................................

BAB 111 PENUTUP..........................................................................................................


A.KESIMPULAN..........................................................................................................
B.SARAN ................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang


Asuhan bayi baru lahir merupakan asuhan kebidanan yangdilakukansegera bayi lahir,
pada saat proses persalinan fokus asuhan ditujukan padadua hal yaitu kondisi ibu dan kondisi
bayi, dalam kondisi optimal, memberikan asuhan segera, aman dan bersih untuk bayi baru
lahir merupakan bagian esensial asuhan bayi baru lahir (Rosita, 2011). Salah satu asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir yang berkualitas adalah pemberian ASI Eksklusif,
sebagaimana yang tercantum dalam Qur’an.
Surat Al-Baqarahayat 233 :
Artinya : Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama duatahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dankewajiban ayah memberi makan
dan pakaian kepada para ibu dengan carama’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan
menurut kadarkesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karenaanaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajibandemikian.
Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengankerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa ataskeduanya. Dan jika kamu ingin anakmu
disusukan oleh orang lain, makatidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurutyang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa
AllahMaha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Baqarah ayat 233).
Angka kematian ibu atau (AKI) merupakan salah satu indikator yang peka terhadap
kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan. AKI juga merupakan salah satu
target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan milenium yaitu tujuan kelima
yakni meningkatkan kesehatan ibu, dimana target 102/100.000 kelahiran hidup yang akan
di capai sampai tahun 2015 adalah mengurangi resiko jumlah kematian ibu (Kemenkes,
2015).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan diseluruh dunia lebih dari
500.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Artinya, setiap menit ada satu
perempuan yang meninggal. Penurunan angka kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi
hidup masih terlalu lambat untuk mencapai target tujuan pembangun milenium (milenium
Development Goals/ MDG’s) pada 2015 (Kemenkes, 2015).Angka Kematian Bayi

4
(AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia28 hari pertama kehidupan per 1.000
kelahiran hidup. Tingginya Angka Kematian Bayi ini dapat menjadi petunjuk bahwa
pelayanan maternal dan neonatal kurang baik, untuk itu dibutuhkan upaya untuk
menurunkan angka kematian bayi tersebut(Saragih,2010).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010 AngkaKematian Bayi
(AKB) di dunia 54 per 1.000 kelahiran hidup dan tahun2014menjadi 49 per kelahiran
hidup. Sedangkanberdasarkan data hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2014, Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia sebesar 32 kematian
per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2014).Di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 29 per
1.000 kelahiran hidup (SDKI,2012). Untuk kota Palembang, berdasarkan laporan
program anak, jumlah kematian bayi di tahun 2014 sebanyak 52 kematian bayi dari
29.235 kelahiran hidup (Profil Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar, 2015). Penyebab
kematian antara lain adalah BBLR, down syndrome, infeksi neonatus, perdarahan
intrakranial, sianosis, kelainan jantung, respiratory distress syndrome, post op
hidrosefalus, dan lain sebagainya.
Kematian bayi lebih dari 50% terjadi dalam periode neonatal yaitudalam bulan
pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi barulahir akan menyebabkan
kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian.
Misalnya sebagai akibat hipotermipada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang
selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia dan hipoglikemia dan menyebabkan
kerusakan otak. Akibat selanjutnya adalah perdarahan otak, syok, beberapa bagian tubuh
mengeras, dan keterlambatan tumbuh kembang (Prawirojardjo, 2010).

Upaya pemerintah yang sangat erat kaitannya dengan penurunankematian anak,


terkenal dengan istilah GOBI FFFyaitu GrowthMonitoring, Oral Rehidration,Breast
Feeding, Imuzation, Family Planning,FoodSupplemen, danFemale Education.Ketujuh
hal tersebut dilakukan baik dalam kegiatan posyandu, Pelayanan KIA, maupun di Pusat
Kesehatan Masyarakat. Growth monitoring adalah upaya melihat perkembangan berat
balita. Berat balita memang dapat digunakan sebagai petunjuk kondisi kesehatannya.
Oral rehidration, atau pemberian cairan, baik buatan sendiri maupun yang sudah
tersedia berupa oralit. Hal ini untuk mengatasi penyakit diare yang merupakan salah satu
penyakit penyebab kematian bayi dan anak. Imunisasi, dilakukan untuk mencegah balita
terkena penyakit pada masa mendatang. Family Planning penting karena secara tidak

5
langsung, jumlah anak, jarak melahirkan akan berpengaruh terhadapperawatan anak (Tri,
2005).

Bayi sangat rentan terhadap penyakit, maka dari itu peran bidan padabayi sehat
adalah dengan cara memberikan motivasi kepada ibu untukmemberikan ASI karena ASI
mengandung kekebalan alami. Hal yang normal jika frekuensi BAB bayi yang mendapat
ASI menurun saat kolostrum yang bersifat pencahar, benar-benar tidak terdapat lagi
dalam ASI sekitar usia 6 minggu (Rukiyah dan Yulianti, 2010).Berdasarkan hasil
penelitian Kurnia pada tahun 2013 tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dengan
status gizi bayi dinyatakan bahwa ASI merupakan makanan yang higienis, murah,
mudah diberikan, dan sudah tersedia bagi bayi. ASI menjadi satu-satunya makanan yang
dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya agar menjadi bayi
yangsehat.Komposisinya yang dinamis dan sesuai dengan kebutuhan bayi menjadikan
ASI sebagai asupan gizi yang optimal bagi bayi. Ibu yang memberikan ASI Eksklusif
akan semakin baik status gizi bayinya daripada ibu yang tidak memberikan ASI
Eksklusif kepada bayi yang berusia (Kurnia 2013).

Peran bidan dalam asuhan pada bayi baru lahir selain pemberian ASI eksklusif
adalah perawatan tali pusat. Menurut penelitian Hasbiah (2015), tentang lama lepas tali
pusat berdasarkan metode perawatan tali pusat bayi baru lahir rata-rata lama lepasnya
tali pusat dengan menggunakan kasa steril lebih cepat lepas dibandingkan dengan
menggunakan povidon iodine 10%, dikarenakan pada tali pusat yang dirawat dengan
menggunakan kasa steril lebih cepat mengering dan lepas. Pada perawatan dengan
menggunakan antiseptik povidon iodine 10% dapat menghilangkan flora disekitar
umbilikus dan menurunkan jumlah leukosit yang akan melepaskan tali pusat sehingga
dapat menunda atau memperlama pelepasantalipusat pada bayi baru lahir.Pemberian
bethadine sebaiknya dikeringkan sehingga tidak menyebabkan tali pusat lembab dan
basah.

Dari hasil peninjauan tersebut maka perawatan bayi baru lahir sangatlah penting
dilakukan karena dengan perawatan yang baik akanmengurangi angka kematian bayi.
Maka penulis tertarik mengambil judul “asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir
By.Ny”A” Usia 8 jam di BPM Hj.Fauziah Hatta”.

6
1.1 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang diatas, makalah kami merumuskan masalah yaitu
bagaimana asuhan kebidanan bayi baru lahir fisiologisyang dilakukan pada By.Ny”A”
Usia 8 jam di BPM Hj.Fauziah Hatta?

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari 2 yaitu :

1.2.1 Tujuan Umum


Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan bayi baru lahir pada
By.Ny”A” Usia 8 jam dengan asuhan normal di BPM Hj.Fauziah Hatta sesuai
standar pelayanan kebidanan bayi baru lahir dengan menggunakan metode SOAP.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mampu melaksanakan pengumpulan data subjektifpada By.Ny”A” Usia 8 jam
di BPM Hj.Fauziah Hatta”
b. Mampu melaksanakan pengumpulan data objektifpada By.Ny”A” Usia 8 jam
di BPM Hj.Fauziah Hatta”
c. Mampu menganalisis dan menentukan diagnosa pada By.Ny”A” Usia 8 jam di
BPM Hj.Fauziah Hatta”
d. Mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan secara kontinyu dan
berkesinambungan (continuity of care) pada By.Ny”A” Usia 8 jam di BPM
Hj.Fauziah Hatta”
e. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan kebidananpada By.Ny”A” Usia
8 jam di BPM Hj.Fauziah Hatta”
1.4 Manfaat
1. Bagi Lahan Praktik
Pemeriksaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dapat digunakan sebagai
masukan bagi BPM setempat dalam rangka pemberian penyuluhan oleh tenaga
kesehatan khususnya untuk bidan untuk menghimbau kepada masyarakat betapa
pentingnya melakukan asuhan pada bayi baru lahir dan sebagau bahan perbandingan
tentang pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan keadaan normal.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat memberikan pengetahuan yang didapat di tempat praktik secara nyata yang

7
mungkin berbeda dari pengetahuan dan proses belajar pada pendidikan yang dapat
digunakan sebagai maksud dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
mahasiswa yang berguna dimasa mendatang dan sebagai reperensi tentang
pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal.
3. Bagi mahasiswa
Sebagai salah satu persyaratan untuk mengumpulkan tugas selama dinas di BPM
Hj.Fauziah Hatta dan juga sebagai sarana evaluasi danpengetahuan serta pengalaman
untuk mendiagnosa dan memberikan asuhan kebidanan yang tepat dengan
menggunakan manejemen kebidanan.
.
C. Progam KB dan kesehatan reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak
reproduksi sehingga keluarga dapat mengatur waktu jumlah anak, jarak kelahiran anak
secara ideal sesuai dengan keinginan atau tanpa paksaan dari pihak manapun. Dengan
pemenuhan hak-hak reproduksi diharapkan keluarga dapat memiliki anak yang ideal,
kondisi kesehatan seksual dan reproduksi prima dan dapat menikmati nilai tambah
dalam kehidupan social dan aktifitas perekonomian nya. Dampak pemenuhan hak-hak
reproduksi tersebut secara langsung adalah terwujudnya keluarga kecil sehat dan
sejahtera sehingga pada akhirnya dapat terwujud keluarga yang bahagia.
Kontrasepsi nonhormonal yang digunakan oleh pemakai lebih efektif menekan
tingkat kegagalan dibandingkan alat kontrasepsi hormonal seperti  pil, suntik, susuk.
Alat kontrasepsi nonhormonal memiliki efek samping yang lebih rendah dan harga
lebih terjangkau. Problem KB hormonal biasanya berkaitan dengan fisik seperti
kegemukan, bercak hitam pada kulit, menstruasi yang tidak teratur. Sementara itu
kontrasepsi nonhormonal dapat meminimalkan efek samping tersebut dan hanya
bersifat menghambat pembuahan.
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi yang paling banyak digunakan
wanita di negara-negara maju. Para wanita menggunakannya untuk mencegah
kehamilan. Setiap tahun pasangan menikah pada usia subur semakin meningkat,
diketahui dari data website resmi pemerintah Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010
jumlah pasangan menikah usia subur sebanyak 218.125 pasangan. Kecenderungan
peningkatan pasangan menikah usia subur akan berdampak pada peningkatan angka
kelahiran dan kepadatan penduduk yang nantinya bila tidak diatur akan mempengaruhi
tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup suatu keluarga, sehingga akan bertolak
belakang dengan program pemerintah yaitu mewujudkan keluarga kecil yang bahagia

8
dan sejahtera. Tata laksana untuk mengatasi permasalahan tersebut sangat diperlukan,
termasuk dalam penggunaan kontrasepsi hormonal baik berupa estrogen saja maupun
kombinasi estrogen dan progesterone (Hartanto, 2004).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi alat kontrasepsi non hormonal ?
2. Bagaimana pemakaian alat kontrasepsi non hormonal ?
3. Bagaimana kontraindikasi alat kontrasepsi non hormonal ?
4. Apa saja indikasi alat kontrasepsi non hormonal ?
5. Bagaimana cara kerja alat kontrasepsi non hormonal ?
6. Apa saja yang termasuk alat kontrasepsi non hormonal ?
7. Apa definisi alat kontrasepsi hormonal ?
8. Bagaimana efektivitas (daya guna) kontrasepsi ?
9. apa saja macam macam alat kontrasepsi hormonal ?

9
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir


Definisi Bayi Baru Lahir
Bayi Baru Lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala
melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai
dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Appearance
menangis kuat. Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 38°C) atau Color,
Pulse, Gremace, Activity,Respiration (APGAR) > 7 dan tanpa cacat bawaan
(Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin. Beralih
dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologi (Rukiyah dan
Yulianti, 2010).

2.1.1 Tanda-tanda bayi baru lahir normal


Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa antara lain
Appearance color (warna kulit), seluruh tubuh ke merah-merahan, Pulse (heart
rate) atau frekuensi jantung > 100x/menit, Gremace (reaksi terhadap rangsangan),
menangis atau batur/bersin, Activity(tonus otot), gerak aktif, Respiration (usaha
napas), bayi terlalu ingin (kurang dari 36°C). Segera setelah lahir, letakan bayi
diatas kain yang bersih dan kering yang sudah disiapkan diatas perut ibu.Apabila
tali pusat pendek, maka letakan bayi diantara kedua kaki ibu, pastikan bahwa
tempat tersebut dalam keadaan bersih dan kering.Segara lakukan penilaian awal
pada bayi baru lahir antara lain :
a. Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan ?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
c. Bagiamana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah ada sianosis ?
Bayi yang dikatakan lahir normal adalah bayi yang menangis kuat,
bergerak aktif, dan warna kulit kemerahan. Apabila salah satupenilaian tidak
ada pada bayi, bayi tidak dikatakan lahirnormal/fisiologis (Rukiyah dan

10
Yulianti, 2010).Pada saat diberi makanan hisapan kuat, tidak
mengantukberlebihan, tidak muntah. Tidak terlihat tanda-tanda infeksi pada
talipusat seperti, tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau
busuk,berdarah, dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek, hijau tua,tidak
ada lendir atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil, tangisankuat, tidak
terdapat tanda : lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang-kejanghalus tidak
bisa tenang, menangis terus-menerus (Rukiyahdan Yulianti, 2010).

Tabel 2.1 Tanda APGAR

Nilai 0 1 2
Appearance Seluruh badan Warna kulit tubuh Warna kulit tubuh,
color (warna biru atau pucat normal merah muda, tangan dan kaki
kulit) tetapi tangan dan normal merah muda,
kaki kebiruan tidak ada sianosis

Pulse (heart Tidak ada < 100 x/menit >100 x/menit


rate)
Atau frekuensi
Jantung
Grimace Tidak ada respon Meringis atau Meringis atau bersin
(reaksi terhadap terhadap menangis lemah atau batuk saat
rangsangan) stimulasi ketika distimulasi stimukasi saluran
nafas
Activity Lemah atau tidak Sedikit gerakan Bergerak aktif
(tonus otot) ada

Respiration Tidak ada Lemah atau tidak Menangis kuat,


(usaha nafas) teratur pernafasan baik dan
teratur
Sumber : (Rukiyah & Yulianti, 2010)

2.1.2 Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal


a. Lahir aterm antara 37-42 minggu.
b. Berat badan 2.500-4000 gram.

11
c. Panjang badan 48-52 cm.
d. Lingkar dada 30-38 cm.
e. Lingkar kepala 33-35 cm.
f. Lingkar lengan 11-12 cm.
g. Frekuensi denyut jantung 120-16 x/menit.
h. Pernafasan 40-60 x/menit.
i. Kulit kemerah-kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yangcukup
j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telahsempurna.
k. Kuku agak panjang dan lemas.
l. Menangis kuat, gerakan aktif, kulit kemerahan
m. Gerak aktif.
n. Bayi lahir langsung menangis kuat.
o. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil padapipi dan
daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik
p. Refleks sucking dan swallowing (isap dan menelan) sudah terbentukdengan
baik.
q. Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentukdengan
baik.
r. Refleks grapsing (menggenggam) sudah baik.
s. Genetalia
Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum
dan penis yang berlubang.Pada perempuan kematangan ditandaidengan vagina
dan uretrayang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.Eliminasi baik
yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24jam pertama dan berwarna
hitam kecoklatan (Maryanti, 2011).

2.1.3 Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir


Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir harus diwaspadai, dideteksi lebih
dini untuk segera dilakukan penganan agar tidakmengancam nyawa bayi.
Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahirtersebut, antara lain pernafasan sulit
atau lebih dari 60 kali per menit,retraksi dinding dada saat inspirasi. Suhu terlalu
panas atau lebih dari38°C atau terlalu dingin suhu kurang dari 36°C.

12
Warna abnormal, yaitu kulit atau bibir biru atau pucat, memar atausangat
kuning (terutama pada 24 jam pertama) juga merupakan tandabahaya bagi bayi
baru lahir. Tanda bahaya pada bayi baru lahir yang lainyaitu pemberian ASI sulit
(hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyakmuntah), tali pusat merah, bengkak
keluar cairan, bau busuk, berdarah, serta adanya infeksi yang ditandai dengan
suhu tubuh meningkat,merah, bengkak, keluar cairan (pus), bau busuk, pernafasan
sulit.

Gangguan pada gastrointestinal bayi juga merupakan tandabahaya, antara lain


mekoneum tidak keluar setelah 3 hari pertamakelahiran, urine tidak keluar dalam
24 jam pertama, muntah, terusmenerus,distensi abdomen, faeses
hijau/berlendir/darah. Bayi menggigilatau menangis tidak seperti biasa, lemas,
mengantuk, lunglai, kejang-kejanghalus, tidak bias tenang, menangis terus
menerus, mata bengkakdan mengeluarkan cairan juga termasuk tanda-tanda
bahaya pada bayibaru lahir (Muslihatun, 2010).

2.1.4 Rencana Asuhan Bayi Baru lahir


Menurut Muslihatun (2010), rencana asuhan pada bayi baru lahiradalah
sebagai berikut :

a. Minum Bayi
Pastikan bayi diberi minum sesegera mungkin setelah lahir(dalam waktu 30
menit) atau dalam 3 jam setelah masuk rumah sakit,kecuali apabila pemberian
minum harus ditunda karena masalahtertentu. Bila bayi dirawat di rumah sakit,
upayakan ibu mendampingi dan tetap memberikan ASI.
b. ASI Eksklusif
Anjurkan ibu untuk memberikan ASI dini (dalam 30 menit 1jam setelah lahir)
dan eksklusif.ASI eksklusif mengandung zat giziyang diperlukan untuk
tumbuh kembang bayi, mudah dicerna danefesien, mencegah berbagai
penyakit infeksi. Berikan ASI sedini mungkin. Jika ASI belum keluar, bayi
tidak usah diberi apa-apa,biarkan bayi mengisap payudara ibu sebagai
stimulasi keluarnyaASI.Cadangan nutrisi dalam tubuh bayi cukup bulan dapat
sampai selama 4 hari pasca persalinan.
Prosedur pemberian ASI adalah sebagai berikut :

13
1) Menganjurkan ibu untuk menyusui tanpa dijadwal siang malam(minimal 8
kali dalam 24 jam) setiap bayi menginginkan.Bila bayi melepaskan isapan
dari satu payudara, berikanpayudara lain.
2) Tidak memaksakan bayi menyusu bila belum mau, tidak melepaskan
isapan sebelum bayi selesai menyusu, tidak memberikan minuman lain
selain ASI, tidak menggunakan dot atau empeng.
3) Menganjurkan ibu hanya memberikan ASI saja pada 4-6 bulanpertama.
4) Memperhatikan posisi dan perlekatan mulut bayi dan payudaraibu dengan
benar.
5) Menyusui dimulai apabila bayi sudah siap, yaitu : mulut bayimembuka
lebar, tampak rooting reflex, bayi melihat sekeliling danbergerak.
6) Cara memegang bayi : topang seluruh tubuh, kepala dan tubuh lurus
menghadap payudara, hidung dekat puting susu.
7) Cara melekatkan : menyentuhkan putting pada bibir, tunggumulut bayi
terbuka lebar, gerakan mulut kearah puting sehinggabibir bawah jauh
dibelakang areola.
8) Nilai perlekatan dan refleks menghisap : dagu menyentuhpayudara, mulut
terbuka lebar, bibir bawah melipat keluar, areoladi atas mulut bayi lebih
luas dari pada di bawah mulut bayi, bayimenghisap pelan kadang berhenti.
9) Menganjurkan ibu melanjutkan menyusui eksklusif, apabilaminum baik.
d. Buang Air Besar (BAB)
Kotoran yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada hari-haripertama
kehidupannya adalah berupa mekoneum. Mekoneum
adalahekskresigastrointestinal bayi baru lahir yang diakumulasi dalam
usussejak masa janin, yaitu pada usia kehamilan 16 minggu. Warnamekoneum
adalah hijau kehitam-hitaman, lembut, terdiri atas mucus sel epitel, cairan
amnion yang tertelan, asam lemak danpigmen empedu. Mekoneum ini keluar
pertama kali dalam waktu 24jam setelah lahir. Mekoneum dikeluarkan
seluruhnya 2-3 hari setelahlahir. Mekoneum yang telah keluar 24 jam
menandakan anus bayibaru lahir telah berfungsi. Jika mekoneum tidak keluar,
bidan atau petugas harus mengkaji kemungkinan adanya atresia ani
danmegakolon. Warna feses bayi berubah menjadi kuning pada saat berumur4-
5 hari, bayi yang diberi ASI, feses menjadi lebih lembut, berwarnakuning
terang dan tidak berbau. Bayi yang diberi susu formula, fesescenderung

14
berwarna pucat dan agak berbau. Warna feses akanmenjadi kuning kecoklatan
setelah bayi mendapatkan makanan.Frekuensi BAB bayi sedikitnya satu kali
dalam sehari. PemberianASI cenderung membuat frekuensi BAB bayi menjadi
lebih sering.Pada hari ke 4-5 produksi ASI sudah banyak, apabila bayi diberi
ASIcukup maka bayi akan BAB 5 kali atau lebih dalam sehari.

c. Buang Air Kecil (BAK)


Bayi baru lahir harus sudah BAK dalam waktu 24 jam setelahlahir. Hari
selanjutnya bayi akan BAK sebanyak 6-8 kali/hari. Padaawalnya volume urine
bayi sebanyak 20-30 ml/hari, meningkatmenjadi 100-200 ml/hari pada akhir
minggu pertama.Warna urinekeruh/merah muda dan berangsur-angsur jernih
karena intake cairanmeningkat. Jika dalam 24 jam bayi tidak BAK, bidan atau
petugaskesehatan harus mengkaji jumlah intake cairan dan kondisi uretra.
d. Tidur
Memasuki bulan pertama kehidupan, bayi baru lahirmenghabiskan waktunya
untuk tidur. Macam tidur bayi adalah tidur aktif atau tidur ringan dan tidur
lelap. Pada siang hari hanya 15%waktu digunakan bayi dalam keadaan terjaga,
yaitu untuk menangis,gerakan motorik, sadar dan mengantuk. Sisa waktu yang
85%lainnya digunakan bayi untuk tidur.
e. Kebersihan Kulit
Kulit bayi masih sangat sensitif terhadap kemungkinan terjadinya infeksi.
Untuk mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi,keutuhan kullit harus
senantiasa dijaga. Verniks kaseosa bermanfaat untuk melindungi kulit bayi,
sehingga jangan dibersihkan pada saat memandikan bayi. Untuk menjaga
kebersihan kulit bayi, bidan atau petugas kesehatan harus memastikan semua
pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi selalu bersih dan
kering.Memandikan bayi terlalu awal (dalam waktu 24 jam pertama)cenderung
meningkatkan kejadian hipotermi. Untuk menghindariterjadinya hipotermi,
sebaiknya memandikan bayi setelah suhu tubuhbayi stabil (setelah 24 jam).
f. Perawatan Tali Pusat
Tali pusat harus selalu kering dan bersih. Tali pusat merupakantempat
koloni bakteri, pintu masuk kuman dan biasa terjadi infeksi lokal. Perlu
perawatan tali pusat sejak manajemen aktif kala III padasaat menolong
kelahiran bayi. Sisa tali pusat harus dipertahankandalam keadaan terbuka dan

15
ditutupi kain bersih secara longgar.Pemakaian popok sebaiknya popok dilipat
di bawah tali pusat. Jikatali pusat terkena kotoran/feses, maka tali pusat harus
dicuci dengansabun dan air mengalir, kemudian keringkan.
g. Keamanan Bayi
Bayi merupakan sosok yang masih lemah dan rentan mengalami kecelakaan.
Untuk menghindari terjadinya kecelakaanatau hal-hal yang tidak diinginkan
pada bayi, sebaiknya tidakmembiarkan bayi sendiri tanpa ada yang
menunggu.Tidakmembiarkan bayi sendirian dalam air atau tempat tidur, kursi
ataumeja. Tidak memberikan apapun lewat mulut selain ASI karena bayibiasa
tersedak. Membaringkan bayi pada alas yang cukup keras padapunggung/sisi
badannya. Hati-hati menggunakan bantal dibelakangkepala dan ditempat
tidurnya karena dapat menutupi muka.
h. Pemijatan Bayi
Tujuan dan manfaat pemijatan bayi diantaranya menguatkanotot bayi,
membuat bayi lebih sehat, membantu pertumbuhan bayi,meningkatkan
kesanggupan belajar, dan membuat bayi tenang.
Adapun cara pemijatan bayi yaitu :

1) Peregangan
Sementara bayi telentang, pegang kedua kaki dan lututnyabersama-sama
dan tempelkan lutut sampai perutnya(Peringatan : Gerakan ini bisa
membuat membuang gas). Selainitu, pegang kedua kaki dan lututnya dan
putar dengan gerakanmelingkar, kekiri dan ke kanan, untuk melemaskan
pinggulnya.Ini juga membuat menyembuhkan sakit perut.

2) Cara Pijat Kaki Bayi


Pegang kedua kaki bayi dengan satu tangan dan tepuktepuksepanjang
tungkainya dengan tangan yang lain. Usapturun naik dari jari-jari kakinya
sampai ke pinggul kemudiankembali. Kemudian, pijat telapak kakinya dan
tarik setiap jarijemarinya.Gunakan jempol Anda untuk mengusap bagian
bawahkakinya mulai dari tumit sampai ke kaki dan pijat di
sekelilingpergelangan kakinya dengan pijatan-pijatan kecil melingkar.

3) Cara Pijat Perut Bayi

16
Gunakan ujung jari tangan Anda, buat pijatan-pijatan kecilmelingkar.
Gunakan pijatan I Love U. Gunakan 2 atau 3 jari yang membentuk huruf I-
L-U dari arah bayi. Bila dari posisi kitamembentuk huruf I – L – U terbalik.
Berikut tahapan memijat:

 Urut kiri bayi dari bawah iga ke bawah (huruf I)


 Urut melintang dari kanan bayi ke kiri bayi, kemudian turun
ke bawah (huruf L)

 Urut dari kanan bawah bayi, naik ke kanan atas bayi,melengkung


membentuk U dan turun lagi ke kiri bayi. Semuagerakan berakhir di
perut kiri bayi.
4) Cara Pijat Lengan Bayi
Pegang pergelangan tangan bayi dengan satu tangan dantepuk-tepuk
sepanjang lengannya dengan tangan yang lain. Pijatturun naik mulai dari
ujung sampai ke pangkal lengan, kemudianpijat telapak tangannya dan
tekan, lalu tarik setiap jari. Ulangipada lengan yang lain.

5) Cara Pijat Punggung Bayi


Telungkupkan bayi di atas lantai atai di atas kedua kakiAnda dan gerak-
gerakan kedua tangan Anda naik turun mulaidari atas punggungnya sampai
ke pantatnya. Lakukan pijatandengan membentuk lingkaran kecil di
sepanjang tulangpunggungnya. Lengkungkan jari-jemari anda seperti
sebuahgarfu dan garuk punggungnya ke arah bawah.

6) Cara Pijat di Kepala dan Wajah Bayi


Angkat bagian belakang kepalanya dengan kedua tangan anda dan usap-
usap kulit kepalanya dengan ujung jari Anda.Kemudian, gosok-gosok daun
telingannya dan usap-usap alismatanya, kedua kelopak matanya yang
tertutup, dan mulai daripuncak tulang hidungnnya menyebrang ke kedua
pipinya. Pijatdagunya dengan membuat lingkaran-lingkaran kecil.
i. Menjemur Bayi
Kita tahu bahwa sinar matahari pagi sangatlah baik bagikesehatan. Hal
tersebut juga berlaku bagi bayi-bayi. Setelahdilahirkan, fungsi hatinya belum
sempurna dalam proses pengolahanbilirubin. Dimana kadar bilirubin dalam
darah si bayi sangat tinggi danhal inilah yang menyebabkan bayi mengalami

17
suatu proses fisiologisyang menyebabkannya bayi kuning. Untuk
mengatasinya, ada caraalami untuk mengatasi hal tersebut, yaitu dengan
menjemurnya dibawah matahari pagi. Sinar matahari pagi telah dipercaya
mampumemberikan efek kesehatan alami bagi tubuh. Salah satunya
adalahuntuk menurunkan kadar bilirubin yang terlalu tinggi
yangmenjadipenyebab bayi kuning pasca dilahirkan ke dunia. Jadimelakukan
penjemuran pada bayi yang baru lahir di pagi hari adalahhal yang sangat
penting.

Manfaat menjemur bayi adalah sebagiberikut :

 Dapat menurunkan kadar bilirubin dalam darah


 Membuat tulang bayi menjadi lebih kuat
 Untuk memberi efek kehangatan pada bayi
 Menghindarkan bayi dari stress.
j. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien
Hal penting dalam menciptakan hubungan saling percayaantara bidan dan
pasien antara lain :

1. Hak pasien untuk mengetahui informasi

2. Kewajiban moral

3. Menghilangkan cemas dan penderitaan pasien

4. Meningkatkan kerjasama pasien maupun keluarga

5. Memenuhi kebutuhan bidan

2.1.5 Jadwal Kunjungan Bayi Baru Lahir


a. 24 jam setelah pulang awal
1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan berat badan denganberat badan
lahir dan berat badan pada saat pulang.
2) Jaga selalu kehangatan bayi
3) Komunikasikan kepada orangtua bayi bagaimana caranya merawat tali
pusat.

18
b. 1 minggu setelah pulang

1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan dengan berat badan saatini dengan
berat badan saat bayi lahir. Catat penurunan danpenambahan ulang BB
bayinya.
2) Perhatikan intake dan output bayi baru lahir.
3) Lihat keadaan suhu tubuh bayi
4) Kaji keadekuaatan suplai ASI 4 minggu setelah kelahiran
5) Ukur tinggi dan berat badan bayi dan bandingkan denganpengukuran pada
kelahiran dan pada usia 6 minggu.
6) Perhatikan intake dan output bayi baru lahir.
7) Perhatikan nutrisi bayi
8) Perhatikan keadaan penyakit pada bayi (Anggung, 2012).

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir


Asuhan bayi baru lahir memberikan asuhan aman, dan bersih segera setelah bayi baru
lahir merupakan bagian essensial dari asuhan pada bayi baru lahir.

1. Penilaian
Segera setelah lahir, letakan bayi diatas kain yang bersih dan kering yang sudah
disiapkan diatas perut ibu.Apabila tali pusat pendek, maka letakan bayi diantara kedua
kaki ibu, pastikan bahwa tempat tersebut dalam keadaan bersih dan kering.Segara
lakukan penilaian awal padabayi baru lahir.

a. Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan ?


b. Apakah bayi bergerak aktif ?
c. Bagiamana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah adasianosis ?
Bayi yang dikatakan lahir normal adalah bayi yang menangis kuat, bergerak aktif, dan
warna kulit kemerahan.Apabila salah satu penilaiantidak ada pada bayi, bayi tidak
dikatakan lahir normal/fisiologis.(Rukiyahdan Yulianti, 2010).

2. Penanganan
Penanganan utama untuk bayi baru lahir normal adalah melakukanpenilaian, menjaga
bayi agar tetap hangat, membersihkan saluran nafas(jika perlu), mengeringkan tubuh
bayi (kecuali telapak tangan),memantau tanda bahaya, memotong tali pusat,

19
melakukan InisiasiMenyusu Dini (IMD), memberikan suntik vitamin K1 secara IM
(Intramuskular), dengan dosis tunggal 1 mg pada setiap bayi baru lahir,
memberikansalep mata antibiotic tetrasiklin 1% pada kedua mata, melakukan
pemeriksaan fisikmemberikan imunisasi Hepatitis B0 0,5 ml secara IM
(intramuskular) di paha kanan anteroleteral, diberi kira-kira 1-2 jam setelah pemberian
vitamin K1 (Sujianti, 2011).

3. Mekanisme kehilangan panas


Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui :

a. Evaporasi, yaitu penguapan cairan ketuban pada tubuh bayi sendirikarena setelah
lahir tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
b. Konduksi, yaitu melalui kontak langsung antara tubuh bayi danpermukaan yang
dingin.
c. Konveksi, yaitu pada saat bayi terpapar udara yang lebih dingin(misalnya melalui
kipas angina, hembusan udara, atau pendinginruangan).
d. Radiasi, yaitu ketika bayi ditempatkan di dekat benda-benda yangmempunyai
suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi (walaupun tidakbersentuhan secara
langsung) (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
4. Pencegahan kehilangan panas
Mekanisme pengaturan temperature bayi baru lahir belumsempurna. Oleh karena
itu, jika tidak dilakukan pencegahan kehilanganpanas makabayi akan mengalami
hipotermia. Bayi dengan hipotermisangat beresiko mengalami kesakitan berat atau
bahkan kematian.Hipotermi sangat mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya
dalamkeadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupundalam
keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimutiwalaupun berasa dalam
rungan yang sangat hangat.

5. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harusdilakukan pada
bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentanterhadap infeksi. Pada saat bayi
baru lahir, pastikan penolong untukmelakukan tindakan pencegahan infeksi. Tindakan
pencegahan infeksipada bayi baru lahir adalah sebagai berikut :

a. Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukankontak dengan


bayi.

20
b. Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yangbelum dimandikan.
c. Memastikan satung tangan peralatan, termasuk klem gunting, danbenang tali pusat
telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jikamenggunakan bola karet
penghisap, pakai yang bersih dan baru.Jangan pernah menggunakan bola kakret
penghisap untuk lebih darisatu bayi.
d. Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yangdigunakan
untuk bayi, telah dalam keadaan bersih.
e. Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, thermometer,stetoskop dan benda-
benda lainnya yang akan bersentuhan denganbayi dalam keadaan bersih
(dekontaminasi dan cuci setiap kalidigunakan).
f. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaradengan mandi
setiap hari (puttingsusu tidak boleh disabun).
g. Membersihkan muka, pantat, dan tali pusat bayi baru lahir denganair bersih,
hangat dan sabun setiap hari.
h. Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi danmemastikan orang-
orang yang memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya (Muslihatun, 2010).

2.3. Landasan Hukum

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor1464/MENKES/PERS/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktikbidan,
yaitu:

Pasal 9

Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untukmemberikan pelayanan yang meliputi


:

1. Pelayanan Kesehatan Ibu

2. Pelayanan Kesehatan Anak

3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga Berencana

21
Pasal 11

1. Pelayanan kesehatan anak. Sebagaimana dimaksud pasal 9 huruf bdiberikan pada bayi
baru lahir, bayi, anak balita dan anak pra sekolah.

2. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimanadimaksud pada ayat


(1) berwenang untuk :

a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan


hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1,perawatan bayi baru lahir pada
masa neonatal (0-28 hari), danperawatan tali pusat.
b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera rujuk.
c. Penanganan kegawat daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
d. Pemberian Imunisasi rutin sesuai program pemerintah.
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak prasekolah.
f. Pemberian konseling dan penyuluhan.
g. Pemberian surat keterangan kelahiran dan
h. Pemberian surat keterangan kematian.

Pengertian Instalasi Gawat Darurat

Menurut Azrul (1997) yang dimaksud gawat darurat (emergency care) adalah
bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera
untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving).

Instalasi gawat darurat adalah salah satu sumber utama pelayanan kesehatan di


rumah sakit. Ada beberapa hal yang membuat situasi di IGD menjadi khas, diantaranya
adalah pasien yang perlu penanganan cepat walaupun riwayat kesehatannya belum jelas.

Maksud dari pelayanan rawat darurat adalah bagian dari pelayanan kedokteran
yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya.

22
Unit kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat darurat disebut dengan
nama Instalasi Gawat Darurat (IGD). Tergantung dari kemampuan yang dimiliki,
keberadaan IGD dapat beraneka macam. Namun yang lazim ditemukan adalah yang
tergabung dalam rumah sakit.

Meskipun telah majunya sistem rumah sakit yang dianut oleh suatu negara bukan
berarti tiap rumah sakit memiliki kemampuan mengelola IGD sendiri. Penyebab utama
kesulitan untuk mengelola IGD adalah karena IGD merupakan salah satu dari unit
kesehatan yang paling padat modal, padat karya, serta padat teknologi.

IRD yaitu suatu tempat / unit pelayanan dirumah sakit yang memiliki tim kerja
dengan kemampuan khusus dan peralatan yang memebrikan pelayanan pasien gawat
darurat yang terorganisir.

Instalasi pelayanan pertama bagi pasien yang datang ke rumah sakit terutama
dalam hal kedaruratan berdasrkan kriteria standart baku.

B.     Kegiatan IGD

Instalasi Gawat Darurat yang merupakan suatu bentuk penanganan


kegawatdaruratan memiliki berbagai macam kegiatan. Menurut Flynn (1962) dalam
Azrul (1997) kegiatan IGD secara umum dapat dibedakan sebagai berikut:

A.     Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat.

Kegiatan utama yang menjadi tanggung jawab IGD adalah menyelenggarakan


pelayanan gawat darurat. Sayangnya jenis pelayanan kedokteran yang bersifat khas seing

23
disalah gunakan. Pelayanan gawat darurat yang sebenarnya bertujuan untuk
menyelamatkan kehidupan penderita (live saving), sering dimanfaatkan hanya untuk
memperoleh pelayanan pertolongan pertama (first aid) dan bahkan pelayanan rawat jalan
(ambulatory care)

B.   Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang


membutuhkan pelayanan rawat inap intensif.

Kegiatan kedua yang menjadi tanggung jawab UGD adalah menyelenggarakan


pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan pelayanan intensif. Pada
dasarnya pelayanan ini merupakan lanjutan dari pelayanan gawat darurat, yakni dengan
merujuk kasus-kasus gawat darurat yang dinilai berat untuk memperoleh pelayanan rawat
inap intensif.

c.     Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat.

Kegiatan ketiga yang menjadi tanggung jawab UGD adalah menyelenggarakan


informasi medis darurat dalam bentuk menampung serta menjawab semua pertanyaan
anggota masyarakat yang ada hubungannya dengan keadaan medis darurat (emergency
medical questions).

C.    Disiplin Pelayanan

      Disiplin pelayanan adalah suatu aturan yang berkaitan dengan cara memilih anggota
antrian yang akan dilayani lebih dahulu. Disiplin yang biasa digunakan adalah (Subagyo,
1993) :

1. FCFS              : First Come-First Served (pertama masuk, pertama dilayani)

2. LCFS             : Last Come-First Served (terakhir masuk, pertama dilayani)

24
3. SIRO              : Service In Random Order (pelayanan dengan urutan acak)

4. Emergency First : Kondisi berbahaya yang didahulukan.

Dalam hal kegawatdaruratan pasien yang datang ke IRD akan dilayani sesuai
urutan prioritas yang ditunjukan dengan labelisasi warna ,yaitu :

1. Biru     : Gawat darurat,resusitasi segera yaitu Untuk penderita sangat gawat/


ancaman nyawa.

2. Merah  : Gawat darurat,harus MRS yaitu untuk penderita gawat darurat (kondisi
stabil / tidak membahayakan nyawa )
3. Kuning : Gawat darurat ,bisa MRS /Rawat jalan yaitu Untuk penderita darurat, tetapi
tidak gawat

4. Hijau   : Gawat tidak darurat,dengan penanganan bisa rawat jalan yaitu Untuk bukan
penderita gawat.

5. Hitam : Meninggal dunia

Prioritas dari warna

1. Biru

a)    Henti jantung yang kritis

b)   Henti nafas yang kritis

c)    Trauma kepala yang kritis

d)   Perdarahan yang kritis

2.    Merah

a)    Sumbatan jalan nafas atau distress nafas

25
b)   Luka tusuk

c)   Penurunan tekanan darah

d)   Perdarahan pembuluh nadi

e)    Problem kejiwaan

f)     Luka bakar derajat II >25 %   tidak mengenai dada dan muka

g)   Diare dengan dehidrasi

h)   Patah tulang

3.    Kuning

a)    Lecet luas

b)   Diare non dehidrasi

c)    Luka bakar derajat I  dan  derajat  II   > 20 %

4.    Hijau

a)    Gegar otak ringan

b)   Luka bakar derajat I

Gawat      : Suatu keadaan yang mengancam nyawa pasien

Darurat     : Suatu keadaan yang segera memerlukan pertolongan

Saat tiba di IRD pasien biasanya menjalani pemilahan terlebih dahulu anamnesis
untuk membantu menentukan sifat dan keparahan penyakitnya. Penderita yang kena
penyakit serius biasanya lebih sering mendapat visite lebih sering oleh dokter daripada
mereka yang penyakitnya tidak begitu parah . Setelah penaksiran dan penanganan awal
pasien bisa dirujuk ke Rumah sakit distabilkan dan dipindahkan ke rumah sakit lain
karena berbagai alasan atau dikeluarkan

26
Kebanyakan IRD buka 24 jam ,meski pada malam hari jumlah staf yang ada akan
lebih sedikit

D.    Tujuan IRD

1.    Mencegah kematian dan kecacatan pada penderita gawat darurat

2.    Menerima rujukan pasien atau mengirim pasien

3.   Melakukan penanggulangan korban musibah masal dan bencana yang


terjadi dalam maupun diluar rumah sakit

4.    Suatu IRD harus mampu memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi pada
masyarakat dengan problem medis akut

E.     Kriteria IRD

1.    IRD harus buka 24 jam

2.    IRD juga harus memiliki penderita – penderita false emergency (korban yang
memerlukan tindakan medis tetapi tidak segera),tetapi tidak boleh memggangu /
mengurangi mutu pelayanan penderita- penderita gawat darurat.

3.    IRD sebaiknya hanya melakukan primary care sedangkan definitive care dilakukan
ditempat lain dengan cara kerjasama yang baik

4.   IRD harus meningkatkan mutu personalia maupun masyarakat sekitarnya dalam


penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD)

27
5.   IRD harus melakukan riset guna meningkatkan mutu / kualitas pelayanan kesehatan
masyarakat sekitarnya.

F.     Kemampuan minimal petugas IRD

Menurut Depkes 1990

1.    Membuka dan membebaskan jalan nafas (Airway)

2.    Memberikan ventilasi pulmoner dan oksigenasi (Breathing)

3.  Memberikan sirkulasi artificial dengan jalan massage jantung luar (Circulation)

4. Menghentikan perdarahan,balut bidai,transportasi,pengenalan dan penanggulangan


obat resusitas,membuat dan membaca rekaman EKG

G.     Kemampuan tenaga perawat ird

28
Sesuai dengan pedoman kerja perawat,Depkes 1999

1.    Mampu mengenal klasifikasi dan labelisasi pasien

2.Mampu mengatasi pasien : syok, gawat nafas,gagal


jantung,kejang,koma,perdarahan,kolik, status asthmatikus,nyeri hebat daerah
panggul dan kasus ortopedi.

3.    Mampu melaksanakan pencatatan dan pelaporan Askep

4.    Mampu berkomunikasi :intern dan ekstern

H.    Sarana dan prasarana fisik ruangan yang diperlukan di ird

    

Ketentuan umum fisik bangunan :

1.    Harus mudah dijangkau oleh masyarakat

2.   Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda (Alur masuk kendaraan
/pasien tidak sama dengan alur keluar)

3.  Harus memiliki ruang dekontaminasi (dengan fasilitas shawer) yang terletak antara
ruang “triage “(ruang penerimaan pasien) dengan ruang tindakan

4.  Ambulans / kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di depan pintu

29
5.    Ruang triage harus dapat memuat minimal 2 brankar

I.       Prinsip penanggulangan penderita gawat darurat

Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dan salah satu
sistem / organ seperti :

1.    Susunan saraf pusat

2.    Pernafasan

3.    Kardiovaskuler

4.    Hati

5.    Ginjal

6.    Pancreas

Kegagalan (kerusakan) sistem/ organ tersebut dapat disebabkan oleh :

1.    Trauma / cedera

2.    Infeksi

3.    Keracunan (polsoning)

4.    Degenerasi (kailure)

5.    Asfiksi

6.    Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of water and
electrolie)

30
Kegagalan sistem saraf pusat,kardiovaskuler,pernafasan dan kehilangan
hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6 menit). Sedangkan
kegagalan sistem / organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lebih
lama. Drngan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :

1.    Kecacatan menemukan penderita gawat darurat

2.    Kecepatan meminta pertolongan

3.    Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :

a)    Ditempat kejadian

b)   Dalam perjalanan kerumah sakit

c)    Pertolongan selanjutnya secara mantap di Puskesmas / Rumah Sakit

II.     TRIAGE

Mempunyai arti menyortir atau memilih. Dirancang untuk menempatkan pasien


yang tepat diwaktu yang tepat dengan pemberi pelayanan  yang tepat. Triage merupakan
suatu proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit dan
menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi. Dan merupakan proses yang
berkesinambungan sepanjang pengelolaan.

Dalam Triage tidak ada standard nasional baku, namun ada 2 sistem yang dikenal, yaitu:

1. METTAG (Triage tagging system).

31
Sistim METTAG merupakan suatu pendekatan untuk memprioritisasikan tindakan.

 Prioritas Nol (Hitam) :

1.    Mati atau jelas cedera fatal.

2.    Tidak mungkin diresusitasi.

 Prioritas Pertama (Merah) :

          Cedera berat yang perlukan tindakan dan transport segera.

1. gagal nafas,

2. cedera torako-abdominal,

3. cedera kepala / maksilo-fasial berat,

4. shok atau perdarahan berat,

5. luka bakar berat.

 Prioritas Kedua (Kuning) :

       Cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat :

1. cedera abdomen tanpa shok,

2. cedera dada tanpa gangguan respirasi,

3. fraktura mayor tanpa shok,

4. cedera kepala / tulang belakang leher,

5. luka bakar ringan.

32
 Prioritas Ketiga (Hijau) :

          Cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera :

1. cedera jaringan lunak,

2. fraktura dan dislokasi ekstremitas,

3. cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas,

4. gawat darurat psikologis.

Sistim METTAG atau pengkodean dengan warna system tagging yang sejenis,


bisa digunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan START.

2. Sistim triase Penuntun Lapangan  START (Simple Triage And Rapid Transportation).

3.

Penuntun Lapangan START memungkinkan penolong secara cepat


mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar akan kematian segera atau apakah
tidak memerlukan transport segera.

Penuntun Lapangan START dimulai dengan penilaian pasien 60 detik, meliputi


pengamatan terhadap ventilasi, perfusi, dan status mental. Hal ini untuk memastikan
kelompok korban :

     a. perlu transport segera / tidak,      

     b. tidak mungkin diselamatkan,

     c. mati.

A.    Sistem triase

33
Non Bencana : Memberikan pelayanan terbaik pada pasien secara individu.

Bencana / Korban Berganda : Memberikan pelayanan paling efektif untuk sebanyak


mungkin pasien

B.     Objektif primer di IRD

 1. Pengenalan tepat yang butuh pelayanan segera

 2. Menentukan area yang layak untuk tindakan

 3. Menjamin kelancaran pelayanan dan mencegah hambatan yang tidak perlu

 4. Menilai dan menilai ulang pasien baru / pasien yang menunggu

 5. Beri informasi /rujukan pada pasien / keluarga

 6. Redam kecemasan pasien / keluarga; humas.

C.    Aturan primer petugas

 1.  Skrining pasien secara cepat.

 2.  Penilaian terfokus.

D.    Sasaran primer dan sekunder triase

 1.  Primer :  Mengenal kondisi yang mengancam jiwa.

 2.  Sekunder : Memberi prioritas pasien sesuai kegawatannya.

34
E.     Prinsip umum triase

  1. Perkenalkan diri anda dan jelaskan apa yang akan anda lakukan.

  2. Pertahankan rasa percaya diri pasien.

  3. Coba untuk mengamati semua pasien yang datang, bahkan saat


mewawancara pasien.

  4. Pertahankan arus informasi petugas triase dengan area tunggu & area
tindakan. Komunikasi lancar sangat perlu. Bila ada waktu adakan
penyuluhan.

5. Pahami sistem IRD dan keterbatasan anda. Ingat objektif primer aturan
triase. Gunakan sumber daya untuk mempertahankan standar
pelayanan memadai.

F.      Fahami juga :

 1.  Struktur pembagian ruangan dengan perangkat  yang sesuai.

 2.  Pemeriksaan fisik singkat dan terfokus.

3. WASPADA atas pasien dengan ancaman jiwa atau serius potensial terancam hidup
atau anggota badannya harus didahulukan dalam penilaian hingga dapat segera ditindak.

4.

Prinsip dari triage :

35
a.         Triase harus cepat dan tepat

        Kemampuan untuk merespon secara cepat, terhadap keadaan yang menganca


nyawa merupakan suatu yang sangan penting pada bagian kegawatdaruratan

b.         Pemeriksaan harus adekuat dan akurat

        Akurasi keyakinan dan ketangkasan merupakan suatu element penting pada


proses pengkajian

c.          Keputusan yang diambil berdasarkan pemeriksaan

        Keamanan dan keefektifan perawatan pasien hanya dapat direncanakan jika ada
informasi yang adekuat dan data yang akurat

d.         Memberikan intervensi berdasarkan keakutan kondisi

        Tanggungjawab utama dari perawat triase adalah untuk mengkaji dan memeriksa
secara akurat pasien, dan memberikan perawatan yang sesuai pada pasien,
termasuk intervensi terapiutik, prosedur diagnostic, dan pemeriksaan pada tempat
yang tepat untuk perawatan

e.          Kepuasan pasien tercapai

– Perawat triase harus melaksanakan prinsip diatas untuk mencapai kepuasan


pasien

– Perawat triase menghindari penundaan perawatan yang mungkin akan


membahayakan kesehatan pasien atau pasien yang sedang kritis

– Perawat triase menyampaikan support kepada pasien, keluarga pasien, atau


teman

36
(Department Emergency Hospital Singapore, 2009)

Prinsip umum lain dalam asuhan keperawatan yang di berikan oleh perawat di
ruang gawat darurat antara lain :

a)      Penjaminan keamanan diri perawatan dan klien terjaga, perawat harus


menerapkan prinsip universal precaution, mencegah penyebaran infeksi dan
memberikan asuhan yang nyaman untuk klien

b)      Cepat dan tepat dalam melakukan triage, menetapkan diagnose keperawatan,


tindakan keperawatan dan evaluasi yang berkelanjutan

c)      Tindakan keperawatan meliputi resusitasi dan stabilisasi diberikan untuk


mengatasi masalah biologi dan psikologi klien

d)     Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klin dan keluarga diberikan untuk
menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama perawat dan klien

e)      System monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan

f)       Sisten dokumentasi yang dipai dapat digunakan secara mudah, cepat dan tepat

g)      Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan perlu


dijaga.

·  

           G. Tipe Triage :

Ada beberapa Tipe triage, yaitu :

a.      Daily triage

37
Daily triage adalah triage yang selalu dilakukan sebagai dasar pada system
kegawat daruratan. Triage yang terdapat pada setiap rumah bsakit berbeda-beda,
tapi secara umum ditujukan untuk mengenal, mengelompokan pasien menurut
yang memiliki tingkat keakutan dengan tujuan untuk memberikan evaluasi dini
dan perawatan yang tepat. Perawatan yang paling intensif dberikan pada pasien
dengan sakit yang serius meskipun bila pasien itu berprognosis buruk.

b.      Mass Casualty incident


Merupakan triage yang terdapat ketika sestem kegawatdaruratan di suatu tempat
bencana menangani banyak pasien tapi belum mencapai tingat ke kelebihan
kapasitas. Perawatan yang lebih intensif diberikan pada korban bencana yang
kritis. Kasus minimal bisa di tunda terlebih dahulu.

c.       Disaster Triage
Ada ketika system emergensi local tidak dapat memberikan perawatan intensif
sesegera mungkin ketika korban bencana sangat membutuhkan. Filosofi
perawatan berubah dari memberikan perawatan intensif pada korban yang sakit
menjadi memberikan perawatan terbaik untuk jumlah yang terbesar. Fokusnya
pada identifikasi korban yang terluka yang memiliki kesempatan untuk bertahan
hidup lebih besar dengan intervensi medis yang cepat. Pada disaster triage
dilakukan identifikasi korban yang mengalami luka ringan dan ditunda terlebih
dahulun tanpa muncul resko dan yang mengalami luka berat dan tidak dapat
bertahan. Prioritasnya ditekankan pada transportasi korban dan perawatan
berdasarkan level luka.

d.      Military Triage
Sama dengan  tiage lainnya tapi berorientasi pada tujuan misi disbanding dengan
aturan medis biasanya. Prinsip triage ini tetap mengutamakan pendekatan yang
paling baik karena jika gagal untuk mencapai tujuan misi akan mengakibatkan
efek buruk pada kesehatan dan kesejahteraan populasi yang lebih besar.

e.       Special Condition triage


Digunakan ketika terdapat faktor lain pada populasi atau korban. Contohnya
kejadian yang berhubungan dengan senjara pemusnah masal  dengan radiasi,

38
kontaminasi biologis dan kimia. Dekontaminasi dan perlengkapan pelindung
sangat dibutuhkan oleh tenaga medis. (Oman, Kathleen S., 2008;2)

F. KLASIFIKASI TRIAGE

Ada banyak klasifikasi triage yang digunakan, adapun beberapa klasifikasi umum
yang  dipakai :

a)  Three Categories Triage System

Ini merupakan bentuk asli dari system triase, pasien dikelompokkan menjadi :

– Prioritas utama

– Prioritas kedua

– Prioritas rendah

Tipe klasifikasi ini sangat umum dan biasanya terjadi kurangnya spesifitas dan
subjektifitas dalam pengelompokan dalam setiap grup

b) Four Categories Triage System

        Terdiri dari :

– Prioritas paling utama (sesegera mungkin, kelas 1, parah dan harus sesegera
mungkin)

– Prioritas tinggi (yang kedua, kelas 2, sedang dan segera)

– Prioritas rendah (dapat ditunda, kelas 3, ringan dan tidak harus segera
dilakukan)

– Prioritas menurun (kemungkinan mati dan kelas 4 atau kelas 0)

39
c)   Start Method (Simple Triage And Rapid Treatment)

Pada triase ini tidak dibutuhkan dokter dan perawat, tapi hanya dibutuhkan
seseorang dengan pelatihan medis yang minimal. Pengkajian dilakukan kdengan
sangat cepat selama 60 detik pada bagian berikut :

1)      Ventilasi / pernapasan

2)      Perfusi dan nadi (untuk memeriksa adanya denyut nadi)

3)      Status neurology

Tujuannya hanya untuk memperbaiki masalah-masalah yang mengancam nyawa


seperti obstruksi jalan napas, perdarahan yang massif yang harus diselesaikan
secepatnya. Pasien diklasifikasikan sebagai berikut :

Ä  The Walking Wounded

      Penolong ditempat kejadian memberikan instruksi verbal pada korban, untuk


berpindah. Kemudian penolong yang lain melakukan pengkajian dan
mengirim korban ke rumahsakit untuk mendapat penanganan lebih lanjut

Ä  Critical/ Immediate

      Dideskripsikan sebagai pasien dengan luka yang serius, dengan keadaan kritis
yang membutuhkan transportasi ke rumahsakit secepatnya, dengan criteria
pengkajian :

– respirasi >30x/menit

– tidak ada denyut nadi

40
– tidak sadar/kesadaran menurun

Ä  Delayed

      Digunakan untuk mendeskripsikan pasien yang tidak bisa yang tidak


mempunyai keadaan yang mengancam jiwa dan yang bisa menunggu untuk
beberapa saat untuk mendapatkan perawatan dan transportasi, dengan criteria

– Respirasi <30x/menit

– Ada denyut nadi

– Sadar/ respon kesadaran normal

Ä  Dead

Digunakan ketika pasien benar-benar sudah mati atau mengalami luka dan
mematikan seperti luka tembak di kepala (Departement Emergency Hospital
Singapore, 2009).Sistem klasifikasi pasien yang digunakan, diantaranya :

1)   Traffic director

Dalam sistem ini, perawat hanya mengidentifikasi keluhan utama dan memilih
antara status “mendesak” atau “tidak mendesak”. Berdasarkan klasifikasi ini

41
pasien dikirim ke ruang tunggu atau area perawatan akut. Tidak ada tes diagnostik
permulaan yang dilakukan sampai tiba waktu pemeriksaan.

2)   Spot check
Pada model ini, perawat mendapatkan keluhan utama bersama dengan data
subjektif dan objektif yang terbatas, dan pasien dikategorikan ke dalam salah satu
dari tiga prioritas pengobatan berikut ini : “gawat darurat,” “mendesak,” atau
“ditunda”. Dapat dilakukan beberapa tes diagnostic pendahuluan, dan pasien
ditempatkan di area perawatan tertentu atau di ruang tunggu. Tidak ada evaluasi
ulang yang direncanakan sampai dilakukan pengobatan.

3)   Comprehensive
Sistem comprehensive adalah sistem yang paling maju dengan melibatkan dokter
dan perawat dalam menjalankan peran triase. Data dasar yang diperoleh meliputi
pendidikan dan kebutuhan pelayanan kesehatan primer, keluhan utama, serta
informasi subjektif dan ojektif. Tes diagnostic pendahuluan dilakukan dan pasien
ditempatkan di ruang perawatan akut atau ruang tunggu. Jika pasien ditempatkan
di ruang tunggu, pasien harus dikaji ulang setiap 15 sampai 60 menit (Rea, 1987).

Ada beberapa istilah yang digunakan dalam unit gawat darurat berdasarkan
Prioritas Perawatannya, antara lain :

a.      Gawat Darurat (P1)

Keadaaan yang mengancam nyawa/adanya gangguan ABC dan perlu tindakan


segera, misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran , trauma mayor dengan
perdarahan hebat

b.      Gawat Tidak Darurat (P2)

Keadaan mengangancam nyawa tetepi tidak memerlukan tindakan darurat.


Setelah dilakukan resusitasi maka ditindak lanjuti oleh dokter specialis.
Misalnya : pasien kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan lainya.

42
c.       Darurat Tidak Gawat (P3)

Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan darurat.


Pasien sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung diberikan terapi
definitif. Untuk tindak lanjut dapat ke poliklinik, misalnya: laserasi, fraktur
minor/tertutup,sistitis, otitis media dan lainya.

d.      Tidak Gawat Tidak Darurat

Keaadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan


gawat. Gejala dan tanda klinis ringan/asimptomatis. Misalnya penyakit kulit,
batuk, flu, dan sebagainya (ENA, 2001;Iyer, 2004)

2.1 Definisi

Kontrasepsi berasal dari kata ”kontra” berarti mencegah atau melawan, sedangkan
kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma
(sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari
atau mencegah terjadinya kehamilan, sebagai akibat adanya peertemuan antara sel telur
dan sel sperma tersebut Sedangkan kontrasepsi non hormonal adalah suatu cara atau
metode yang bertujuan untuk mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi kehamilan
yang tidak mengandung hormon (estrogen dan progesteron). (Maryani, 2008).
Kelurga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan
suami istri untuk mendapatkan obyektif-obyektif tertentu, menghindari kehamilan yang
tidak diinginkan, mendapatkan kehamilan yang diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungannya dengan umur suami
istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (WHO 2006).

43
KB non hormonal adalah metode KB sederhana yang digunakan tanpa bantuan
orang lain. Diantara KB sederhana adalah kondom metode ini akan lebih efektif jika
penggunaannya diperhitungkan dengan masa subur (Ida Ayu Chanranika.2010).

Jenis metode KB pasca persalinan terbagi menjadi dua yaitu non hormonal dan
hormonal. jenis kontrasepsi non hormonal yaitu MAL, kondom, AKDR dan kontrasepsi
mantap (tubektomi dan vasektomi) sedangkan jenis kontrasepsi hormonal terbagi dua
yaitu progestin (pil, injeksi dan implan) dan kombinasi (pil dan injeksi). Menurut
BKKBN dan Kemenkes R.I. (2012).

2.2 MANFAAT KONTRASEPSI


a. Kontrasepsi
 Efektifit bila digunakan dengan benar
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Tidak manggangu kesehatan klien
 Tidak mempunyai pengaruh sistemik
 Murah dan dapat dibeli secara umum
 Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
 Metode resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
 Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrsepsi lainnya harus ditunda

b. Non kontrasepsi

 Memberi dorongan kepada suami untuk ituk ber-KB


 Dapat mencegah penularan IMS
 Mencegah ejakulasi dini
 Membantu mencegah terjadinya kanker srviks (mengurangi iritasi bahan
karsinogonik eksogen pada servik)
 Saling berinteraksi sesama pasien

2.3. MACAM-MACAM KONTRASEPSI NON HORMONAL

2.3.1 Kontrasepsi tanpa menggunakan alat (alamiah)

Kontrasepsi Alamiah adalah suatu upaya mencegah / mengahalangi pembuahan


atau pertemuan antara sel telur dengan sperma dengan menggunakan metode-metode
yang tidak membutuhkan alat ataupun bahan kimia (yang menjadi cirri khas metode

44
perintang ) juga tidak memerlukan obat-obatan. Adapun jenis-jenis dari kontrasepsi
alamiah adalah sbb:

1. Metode Amenorea Laktasi

a. Definisi

metode amenorea laktasi adalah kontrasepsi yang mengendalikan pemberian


air susu. kontrasepsi MAL mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
ekslusif untuk menekan ovulasi.

metode ini memiliki 3 syarat yang harus di penuhi :

 ibu belum mengalami haid.


 bayi disusui secara eklusif dan sering, sepanjang siang dan malam.
 bayi berusia kurang dari 6 bulan

b. Efektifitas

Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 % apabila digunakan secara benar


dan memenuhi persyaratan sebagai berikut : digunakan selama enam bulan
pertama setelah melahirkan sebelum mendapat haid pasca melahirkan dan
menyusui secara eklusif (tanpa memberikan makanan atau minuman
tambahan).

c. Cara kerja

Cara kerja dari MAL adalah menunda atau menekan terjadinya ovulasi. Pada
saat laktasi bbatau menyusui, hormon yang berperan adalah prolaktin dan
oksitoksin. semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin meningkat dan
hormon gonadotrophin melepaskan hormon penghambat (inhibitor). Hormon
penghambat akan mengurangi kadar mengurangi kadar estrogen sehingga tidak
terjadi ovulasi.

d. Indikasi

Metode amenorea laktasi  (MAL) dapat digunakan oleh  wanita yang ingin


menghindari kehamilan dan memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) wanita yang menyusui secara eksklusif.


b) Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6 bulan.
45
c) wanita yang belum mendapatkan haid pasca melahirkan.
e. Kontraindikasi yang tidak dapat menggunakan MAL

a) Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.


b) Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.
c) Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.
2. Senggama Terputus (koitus interuptus)
a. Definisi

Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya


ejakulasi.Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pria menyadari sebelumnya akan
ada terjadi ejakulasi, dan dalam waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi
digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina. Cara Kerja Alat kelamin
(Penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam
vagina sehingga kehamilan dapat dicegah. Keuntungan dari cara ini adalah tidak
membutuhkan biaya, alat maupun persiapan. kekurangannya adalah dibutuhkan
pengendalian diri yang besar dari pria dan penggunaan cara ini dapat
menimbulkan neurasteni. Manfaat Kontrasepsi yaitu Efektif bila digunakan
dengan benar,  Tidak mengganggu produksi ASI, Dapat digunakan sebagai
pendukung metode KB lainnya, Tidak Ada efek samping,  Dapat digunakan
setiap waktu,Tidak membutuhkan biaya Non Kontrasepsi, Meningkatkan
keterlibatan pria dalam keluarga berencana, Untuk pasangan memungkinkan
hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam, efektif : Bagi wanita
yang suami atau pasangannya mampu mengontrol waktu ejakulasi.

b. Indikasi
a) Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana
b) Pasangan yang tidak ingin memakai metode KB lainnya
c) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera
d) Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode
yang lainnya
e) Pasangan yang memerlukan metode pendukung serta Pasangan yang
melakukan hubungan seksual tidak teratur.
c. Kontraindikasi
a) Pria dengan pengalaman ejakulasi dini

46
b) Pria yang sulit melakukan sanggama terputus
c) Pria yang memiliki kelainan fisik atau psikologis ·
d) Perempuan yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama
e) Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi dan pasangan yang tidak
bersedia melakukan sanggama terputus.
3.  Suhu basal
a. Definisi Dan Tujuan Suhu Basal
Suhu basal adalah suhu yang diukur waktu pagi segera setelah bangun tidur
dan sebelum melakukan aktivitas apa-apa. Tujuan pencatatan suhu basal untuk
mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan
alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara
oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang
sama selama 5 menit. Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada
waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat
kemudian tidak akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah
terjadi masa subur/ovulasi.
Metode suhu tubuh dilakukan dengan wanita mengukur suhu tubuhnya
setiap hari untuk mengetahui suhu tubuh basalnya. Setelah ovulasi suhu basal
( BBt / basal body temperature ) akan sedikit turun dan akan naik sebesar ( 0,2 –
0,4 ° C ) dan menetap sampai masa ovulasi berikutnya. Hal ini terjadi karena
setelah ovulasi hormone progesterone disekresi oleh korpus luteum yang
menyebabkan suhu tubuh basal wanita naik. Adapun kelemahan dari metode ini
adalah membutuhkan motivasi, Perlu diajarkan oleh spesialis keluarga berencana
alami, Suhu tubuh basal dipengaruhi oleh penyakit, Apabila suhu tubuh tidak
diukur pada sekitar waktu yang sama setiap hari akan menyebabkan
ketidakakuratan suhu tubuh basal, Tidak mendeteksi permulaan masa subur
sehinggamempersulit untuk mencapai kehamilan, Membutuhkan masa pantang
yang lama, karena ini hanyalah mendeteksi pasca ovulasi. Sedangkan Keuntungan
dari metode ini adalah Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasangan
terhadap masa subur, Membantu wanita yang mengalami siklus tidak teratur
dengan cara mendeteksi ovulasi, Dapat membantu menunjukan perubahan tubuh
lain seperti lender serviks, Berada dalam kendali wanita, Dapat digunakan
mencegah atau meningkatkan kehamilan. Efek SampingPantang yang terlampau
lama dapat menimbulkan stress atau frustasi. Hal ini dapat diatasi dengan

47
pemakaian kondom atau tablet wanita sewaktu senggama. Daya guna teoritis
adalah 15 kehamilan per 100 wanita pertahun. Daya guna pemakaian adalah 20 –
30 kehamilan per 100 wanita/tahun.
b. Indikasi
a) Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan.
b) Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur.
c) Pasangan dengan tidak dapat menggunakan metode lain.
d) Tidak keberatan jika terjadi kehamilan.
c. Kontraindikasi
a) Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan
b) Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur
c) Pasangan dengan tidak dapat menggunakan metode lain
d) Tidak keberatan jika terjadi kehamilan.
4. Metode lendir serviks
a. Definisi
Metode lendir serviks adalah metode mengamati kualitas dan kuantitas lendir serviks
setiap hari. Periode subur ditandai dengan lendir yang jernih, encer, dan licin.
Metode lendir serviks yakni pengamatan dilakukan pada lendir serviks.
Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan merasakan perubahan rasa
pada vulva sepanjang hari dan melihat langsung lendir pada waktu
tertentu. Menjelang ovulasi lendir ini akan mengandung banyak air (encer)
sehingga mudah dilalui sperma. Setelah ovulasi lendir kembali menjadi lebih
padat. Jika lendir mulai keluar atau bagi wanita yang mengalami keputihan (sering
mengeluarkan lendir) lendir mengencer, bergumpal-gumpal dan lengket, hal ini
menunjukan akan terjadi ovulasi. Sehingga senggama harus dihindari dengan
menggunakan alat kontrasepsi. Pada puncak masa subur, yaitu menjelang dan
pada saat ovulasi lendir akan keluar dalam jumlah lebih banyak menjadi
transparan, encer dan bening seperti putih telur dan dapat ditarik diantara dua jari
seperti benang. Tiga hari setelah puncak masa subur dapat dilakukan senggama
tanpa alat kontrasepsi. Kelebihandari metode ini adalah mudah digunakan, tidak
memerlukan biaya,  metode mukosa serviks merupakan metode keluarga
berencana alami lain yang mengamati tanda-tanda
kesuburan. Sedangkan kekurangannya yaitu Tidak efektif bila digunakan sendiri,
sebaiknya dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain, Tidak cocok

48
untuk wanitayang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya, Wanita yang
memiliki infeksi saluran reproduksi  dapat mengaburkan tanda-tanda
kesuburan, Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.  Efek sampingnya
yaitu Persoalan timbul bila terjadi kegagalan/kehamilan.
b. Indikasi
a) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak
teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun pramenopause.
b) Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara.
c) Perempuan kurus atau gemuk.
d) Perempuan yang merokok.
e) Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu seperti hipertensi sedang, varises,
dismenorea, sakit kepala sedang atau hebat, mioma uteri, endometritis, kista
ovarii, anemia defisiensi besi,
f) hepatitis virus, malaria, trombosis vena dalam, atau emboli paru.
c. Kontraindikasi
a) Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya membuat
kehamilan menjadi suatu kondisi risiko tinggi.
b) Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah abortus),
kecuali MOB.
c) Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur, kecuali MOB
d) Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerjasama (berpantang) selama
waktu tertentu dalam siklus haid.
5. Sistem kelender
a. Definisi
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara / metode  kontrasepsi sederhana yang
dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau
hubungan seksual pada masa subur/ovulasi. Prinsip metode pantang berkala ini
adalah tidak melakukan senggama pada masa subur yaitu pertengahan siklus haid
atau ditandai dengan keluarnya lendir encer dari liang vagina. Untuk menghitung
masa subur digunakan rumus siklus terpanjang dikurangi 11 hari dan siklus
terpendek dikurangi 18 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan range masa
subur. Dalam jangka waktu subur tersebut harus pantang sanggama, dan diluarnya
merupakan masa aman. Keuntungan dari metode ini adalah Metode
kalender atau pantang berkala lebih sederhana, Dapat digunakan oleh

49
setiap wanita yang sehat, Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan
khusus, Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual, Tidak memerlukan
biaya dan tempat pelayanan kontrasepsi, Tidak ada efek
samping. Keterbatasan / kekurangan antara lain memerlukan kerjasama yang baik
antara suami istri, Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam
menjalankannya, Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan
seksual setiap saat, Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak
subur,Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus, Siklus
menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat), Lebih efektif bila
dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
b. Indikasi
a) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak
teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun pramenopause.
b) Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara.
c) Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu antara lain hipertensi sedang,
varises, disminorea sakit kepala sedang atau hebat.
c. Kontraindikasi
a) Perempuan dengan umur, paritas atau masalah kesehatan yang membuat
kehamilan menjadi suatu kondisi resiko tinggi.
b) Perempuan sebelum mendapat haid(menyusui, segera setelah abortus).
c) Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur.
2.3.2  Alat Kontrasepsi Menggunakan Alat.

1. Kondom

a. Kondom pria

Kondom untuk pria merupakan bahan karet atau lateks, poliuretan (plastik)
atau bahan sejenis yang kuat, tipis, dan elastis.Benda tersebut ditarik menutupi
penis yang sedang ereksi untuk menangkap semen selama ejakulasi untuk
mencegah sperma masuk kedalam sperma. Kondom lateks dan poli uretan
merupakan kondom yang efektif untuk mencegah penularan HIV dan mengerangi
resiko penyakit menular seksual. Satu-satunya alasan kegagalan kontrasepsi adalah
defek pada kondom itu sendiri. Defek yang dimaksud antara lain kelemahan bahan,
yang dapat menyebabkan kondom robek akibat dorongan ejakulasi atau ada lubang

50
yang sangat kecil, yang membuat kondom tidak efektif. Walaupun penggunaan
kondom telah di gunakan secara luas, beberapa pasangan masih memiliki perasan
negative terhadap kondom. Beberapa pasangan merasa kondom membuat sensasi
terasa tumpul, beberapa yang lain merasa bahwa kondom menciptakan penghalang
diantara mereka saat mereka menginginkan persaan utuh yang diperoleh selama
hubungan seksualnya.

b. Kondom  wanita

Kondom terbuat dari lapisan  polyiretane tipis dengan cincin dalam yang
fleksibel dan dapat  digerakkan pada ujung yang tertutup,  yang dimasukkan ke
dalam vaginadan cincin kaku yang lebih besar pada ujung terbuka di bagian depan
yang tetap berada diluar vagina dan melindungi introitus. Kondom wanita hanya
memiliki 1 ukuran dan tidak perlu dipasang oleh pemberi pelayan kesehatan
professional. Kondom tersebut harus di lumasi terlebih dahulu dan tersedia
sekaligus dengan pelumas tambahan atau sediaan spermisida dapat digunakan
bersama dengan kondom tersebut. Kondom untuk wanita tidak hanya mencegah
kehamilan tetepi juga merupakan alat yang efektif melawan HIV, gonorea,
klamidia dan trikomoniasis bila digunakan dengan benar. Apabila di bandingkan
dengan kondom untuk pria,  kondom ini memungkinkan resiko yang lebih kecil
terhadap PMS yang ditularkan lewat kulit, seperti  human papiloma virus ( HPV /
kutil genetalia), virus herves simpleks (HSV) , sifilis dan kangkroid, karena alat
kontrasepsi tersebut menutupi  sebagian besar area, yang sepadan dan menjadi
penghalang antara indroitus, vulva, dan pangkal penis.

a) Definisi

Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan


diantaranya lateks (karet), vilin (plastik) atau bahan alami (produksi hewan) yang
dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintesis
yang tipis, berbentuk silindris, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila
digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti putting susu. Beberapa
bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektifitasnya
(misalnya menambahkan spermisida) maupun sebagai aksesoris aktifitas seksual.
Kondom menghalangi masuknya spermatozoa kedalam taktus genetalia interna
vagina. Modifikasi tersebut dilakukan dalam hal : bentuk, warna, pelumas, bahan.

51
Kondom adalah suatu karet tipis, berwarna atau tidak berwarna, dipakai untuk
menutupi zakar yang tegang sebelum dimasukan ke dalam vagina sehingga mani
tertampung didalamnya dan tidak masuk vagina, dengan demikian mencegah
terjadinya pembuahan. Kondom yang menutupi zakar yang berguna untuk
mencegah penularan penyakit menular (BKKBN.2008).

b) Cara Pemakaian Kondom

Kondom ada yang ujungnya biasa, ada pula yang ujungnya berputing
mengeluarkan udara yaang ada, agar tersedia tempat bagi mani yang akan
dikeluarkan gulungan kondom, sebelum persetubuhan lalu dipasang pada waktu
zakar sedang tegang. Sesudah mani keluar, mani tertampung diujung kondom dan
sewaktu zakar ditarik keluar, jagalah jangan sampai ada cairan yang tumpah.
Peganglah kondom pada waktu menarik zakar keluar. Buanglah kondom setelah
sekali pakai. (Prawirohardjo, Sarwono.2008)

c) Cara Kerja
 Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma dijung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga
sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran reproduksi perempuan.
 Mencegah penularan mikroorganisme Q (MS termasuk HIV / AIDS ) dari
satu pasangan ke pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari
lateks dan vilin)
d) Indikasi Pemakaian Kondom
 6 minggu sesudah vasektomi C samapai mani tidak mengandung
spermatozoa lagi, yang seperti dketahui dengan pemeriksaan laboratorium.
 Sementara menunggu pemeriksaan AKDR.
 Sementara sedang menunggu haid untuk pemakaian pil yang diminum.
 Apabila kelupaan minum pil dalam jangka waktu lebih dari 36 jam.
 Apabila diduga ada penyakit kelamin sementaramenunggu diagnosis yang
pasti.
 Bersamaan dengan pemakaian spermiside.
 Dalam keadaan darurat, bila tidak ada kontrasepsi yang tersedia atau yang
dipakai.
 Sebagai cara yang dipilih oleh pasangan-pasangan tertentu.

52
e) Kontraindikasi
1. Absolut
 Pria dengan ereksi yang tidak baik.
 Riwayat syok septik.
 Tidak bertannggung jawab secara seksual.
 Interupsi seksual foreplay menghalangi minat seksual.
 Alergi terhadap karet atau lurikan pada patner seks.
2. Relatif
 Interupsi seksual foreplay yang mengganggu ekspresi seksual.
f) Efektivitas

Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali
berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif
karena tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit
angka kegagalan kondom yaitu 2 -12 kehamilan per 100 perempuan pertahun.

g) Keterbatasan
 Efektifitas tidak terlalu tinggi
 Cara pemakaian sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
 Agak mengganggu hungan seksual (mngurangi sentuhan langsung)
 Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi
 Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
 Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum
 Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah
h) Keuntungan
 Mencegah kehamilan
 Memberi pelindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seksual
(PMS)
 Dapat diandalkan, Relatif murah
 Sederhana, ringan dan disposible
 Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau pollow-up
 Reversible
 Pria ikut serta aktif dalam program KB

53
i) Efek Samping Dan Cara Penanggulangannya
1) Adanya rasa nyeri dan panas akibat : alergi terhadap karet kondom (jarang
didapati) dan lecet-lecet pada kemaluan pria akibat pemakaian tergesa-gesa /
kurangnya pelicin.
 Pengobatan :
a. Bila sebab alergi, hentikan pemakaian kondom, ganti dengan cara lain
b. Bila akibat kurang licinnya kondom, dianjurkan untuk memakai kondom
yang mempunyai zat pelicin. Pemakainan kondom jangan terburu-buru
2) Kondom tidak terlihat terpasang pada kemaluan pria dan wanita merasa
terdapat sesuatu dalam liang senggama. Bila terlalu lama dibiarkan kadang-
kadang laing sengama wanita berbau busuk. Akibat air mani yang membahu
karena adanya benda asing didalamnya dan terjadi infeksi
 Penganggulangan dan pengobatan :
a. Keluarkan kondom dari liang senggama wanita dan bersihkan liang
sengama wanita dengan antiseptik. Bila terdapat infeksi beri antibiotik
3) Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum digunakan)
 Penanganan:
a. Buang dan pakai kondom baru atau pakai spermasida digabung kondom
b. Kondom bocor atau dicurigai ada curahan divaagina saat berhubungan
 Penanganan :
a. Jika dicurigai ada kebocoran pertimbangkan pemberian Morning After
pill (kontasepsi darurat : postinol atau mikroginon)

4) Mengurangi kenikmatan hubungan seksual


 Penanganan :
a. Jika penurunan kepekatan tidaak bisa ditolelir biarpun dengan kondom yang
lebih tipis anjurkan pemakaian metode lain (Prawirohardjo, Sarwono.2008)
2. Diafragma
a) Definisi

Diafragma merupakan penghalang mekanis antara sperma dan sel telur. Alat
ini berbentuk kubah, terbuat dari jenis karet lateks yang lebih tebal dari pada

54
kondom dan memiliki pegas logam fleksibel pada bingkai diagfragma pegas
tersebut memungkinkan penekanan ketika diagfragma dimasukan sehingga
diafragma dapat kembali kebentuk seperti semula dan mengikuti bentuk dalam
jaringan vagina ketika ditempatkan didalam. Ketika berada dalam posisi yang
benar ,dengan sisi kubah berada dibawah dan bingkai diagfragma menempel ketat
pada dinding vagina anterior dan lateral, diagfragma secara keseluruhan dapat
menutupi  serviks. Penghalang tersebut bila dikombinasikan dengan jelly atau
dengan krim spermisida yang dioles mengelilingi bingkai diagfragma dan didalam
kuba, dapat menolak sperma masuk kelubang serviks sehingga sperma tidak
bertemu sel telur. Diafragma juga memberi perlindungan terhadap PMS, seperti
klamidia dan ghonorea yang menyebabkan dysplasia serviks dan penyakit radang
panggul. Diafragma tidak dapat melindungi wanita dari HIV . Saat ini ada 4 jenis
Diafragma yang berbeda konstruksi pegas logam pada bingkainya serta lebar
bingkai diafragma:

 Pegas datar; pegas pada diafragma ini terbuat dari lapisan tipis baja stainless
yang sangat ringan.
 Pegas kumparan; pegas pada diafragma ini merupakan kumparan melingkar
yang fleksibel dengan kekuatan sedang.
 Pegas lengkung; pegas pada diafragma ini merupakan kombinasi pegas datar
dan pegas kumparan .
 Bingkai tutup lebar; tersedia pada bentuk pegas kumparan ataupun pegas
lengkung.

b) Penggunaan diafragma dikontra indikasikan pada beberapa keadaan berikut :


 Prolaps uterus yang parah (penurunan) (derajat kedua atau ketiga)
 Sistokel (derajat dua atau tiga)
 Antervensi atau retroversi uterus yang berat
 Fistula vesikovagina atau rektro vagina
 Alergi terhadap karet diagfragma atau terhadap sediaan spermisida yang
terdapat didalam diagfragma.
3. Cervical Cap

Penutup serviks yang terbuat dari karet lateks dan berbentuk bundar kerucut, dengan

55
cincin tebal yang sesuai dengan bentuk serviks , sehingga dapat melekat erat
pada serviks, tetapi tidak menekan kedalam forniks serviko vaginal. Pada
prinsipnya,  cervical cap tidak seperti diafragma yang menciptakan penghalang
terhadap sperma dengan cara menutupi serviks dan juga menampung
spermisida untuk mencegah kehamilan. Cara tersebut dapat mengurangi risiko
penyakit menular seksual , tetapi tidak dapat melindungi terhadap HIV.
Sejumlah kontraindikasi yang berkaitan dengan penggunaan cervical cap adalah
sebagai berikut :

a)      Hasil Pap smear baru-baru ini tidak normal

b)      Adanya keganasan uterus atau serviks

c)      Riwayat sindrom syok toksis

d)     Infeksi serviks atau vagina yang terjadi baru-baru ini

e)      Alergi terhadap lateks dan spermisida.

4. Pelindung Lea

a) Definisi

Pelindung Lea merupakan alat yang menggunakan karet silikon dengan


diameter 55 mm, dan hanya memiliki satu ukuran. Apabila wanita ingin
menggunakannya , tidak diperlukan pengepasan. Apabila digunakan bersama
spermisida, angka keberhasilannya jauh melebihi metode kontrapsesi lain.

5.  FemCap
Alat ini sejenis  cervical cap yang terbuat dari karet silikon non-alergi . Alat
ini dapat masuk kedalam serviks dan memiliki tepi yang luas (seperti topi pelaut)
yang  menciptakan alur diantara kubah dan topi tersebut. Topi  penutup 
melekatkan FemCap jauh lebih kecil,  tetapi kesulitan untuk melepasnya  jauh lebih
besar  kendati alat ini  memiliki tali  pengikat untuk melepasnya. Memasukan dan
mencabut FemCap selama hubungan seksual juga menjadi sebuah permasalah dan
risiko kehamilan pun lebih besar.
56
6. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau IUD
a). Definisi
IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan
ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode
tertentu. IUD merupakan   panjang. dimasukkan  ke  dalam  rahim  yang 
bentuknya  bermacam-macam  terbuat  dari  plastik, plastik  yang  dililit  tembaga.
Cara  kerja Yaitu  menghambat  kemampuan  sperma  untuk  masuk  ke  tubba 
fallopi  dan  mempengaruhi  fertilitasi  sebelum  ovum  mencapai  kavum  uteri.
b). Indikasi

 Usia  reproduksi  (25 – 49 tahun).


 Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka  panjang.
 Menyusui yang menginginkan menggunakan  kontrasepsi.
 Setelah  Abortus  dan  tidak  terlihat  adanya  infeksi
 Resiko  rendah  dan  IMS (infeksi  menular  seksual)
 Tidak  menghendaki  metode  hormonal.
c). Kontraindikasi

 Sedang  hamil  atau  kemungkinan  hamil


 Perdarahan  pervaginam  yang  tidak  diketahui  (sampai  dapat  di  evaluasi).
 Sedang  menderita  infeksi  alat  genital  (Vaginitis  servisitif).
 Ukuran  rongga  rahim  kurang  dari  5  cm dan tumor  jinak  rahim.
d). Efek samping

 Terjadi  perdarahan  yang  lebih  banyak  dan  lebih  lama  pada masa 
menstruasi.
 Keluar  bercak-bercak  darah  (Spotting)  setelah  lama  2  hari  pemasangan.
 Kram  atau  nyeri  selama  menstruasi.
 Keputihan.
2.4 KONTRASEPSI HORMONAL

Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling


efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi (Baziad 2008).

57
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron
memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga
terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi (Manuaba, 2010).

2.4.1 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal


Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik, terhadap
kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap
perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis,
estrogen dapat menghambat pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH)
sehingga perkembanagan dan kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Disamping
itu progesteron dapat menghambat pengeluaran Hormone Luteinizing (LH). Estrogen
mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus endometrium
yang belum siap untuk menerima implantasi (Manuaba, 2010). Selama siklus tanpa
kehamilan, kadar estrogen dan progesterone bervariasi dari hari ke hari. Bila salah
satu hormon mencapai puncaknya, suatu mekanisme umpan balik (feedback)
menyebabkan mula-mula hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan
isyarat-isyarat kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari hormon tersebut dan
menambah sekresi dari hormon lainnya. Bila terjadi kehamilan, maka estrogen dan
progesteron akan tetap dibuat bahkan dalam jumlah lebih banyak tetapi tanpa adanya
puncak-puncak siklus, sehingga akan mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen
bekerja secara primer untuk membantu pengaturan hormon realising factors of
hipotalamus, membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam ovarium
dan merangsang perkembangan endometrium. Progesteron bekerja secara primer
menekan atau depresi dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus dan mencegah
pelepasan ovum yang terlalu dini atau prematur dari ovarium, serta juga merangsang
perkembangan dari endometrium (Hartanto, 2002). Adapun efek samping akibat
kelebihan hormon estrogen, efek samping yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi
cairan, sakit kepala, nyeri pada payudara, dan fluor albus atau keputihan. Rasa mual
kadang-kadang disertai muntah, diare, dan rasa perut kembung. Retensi cairan
disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air dan natrium, dan dapat meningkatkan
berat badan. Sakit kepala disebabkan oleh retensi cairan. Kepada penderita
pemberian garam perlu dikurangi dan dapat diberikan diuretik. kadang efek samping
demikian mengganggu akseptor, sehingga hendak menghentikan kontrasepsi
hormonal tersebut. Dalam kondisi tersebut, akseptor dianjurkan untuk melanjutkan

58
kontrasepsi hormonal dengan kandungan hormon estrogen yang lebih rendah. Selain
efek samping kelebihan hormon estrogen, hormon progesteron juga memiliki efek
samping jika dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak
teratur, bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya berat badan, acne
(jerawat), alopsia, kadang-kadang payudara mengecil, fluor albus (keputihan),
hipomenorea. Fluor albus yang kadang-kadang ditemukan pada kontrasepsi
hormonal dengan progesteron dalam dosis tinggi, disebabkan oleh meningkatnya
infeksi dengan candida albicans (Wiknjosastro, 2007). Komponen estrogen
menyebabkan mudah tersinggung, tegang, retensi air, dan garam, berat badan
bertambah, menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi,
meningkatkan pengeluaran leukorhea, dan menimbulkan perlunakan serviks.
Komponen progesteron menyebabkan payudara tegang, acne (jerawat), kulit dan
rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram (Manuaba, 2010).
2.4.2. Macam –Macam Alat Kontrasepsi Hormonal
1. Kontrasepsi Pil
a. Definisi
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron
oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium selama siklus haid
yang normal, sehingga juga menekan releasingfactors di otak dan akhirnya
mencegah ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah ovulasi,
tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo pregnancy (kehamilan palsu)
seperti mual, muntah, payudara membesar, dan terasa nyeri (Hartanto, 2002).

b. Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5- 99,9% dan
97% (Handayani, 2010).

c. Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:


 Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengamdung
hormon aktif estrogen atau progestin, dalam dosisi yang sama, dengan 7
tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap
hari.

59
 Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet tanpa
hormon aktif, dosis hormon bervariasi.
 Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang berbeda 7 tablet
tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari.
d. Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu:
 Menekan ovulasi
 Mencegah implantasi
 Mengentalkan lendir serviks
 Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu.
 Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu:
a) Tidak mengganggu hubungan seksual
b) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
c) Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
d) Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause
e) Mudah dihentikan setiap saat
f) Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan
g) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea.
e. Keterbatasan KB Pil menurut Sinclair (2010) yaitu:
 Amenorhea
 Perdarahan haid yang berat
 Perdarahan diantara siklus haid
 Depresi
 Kenaikan berat badan
 Mual dan muntah
 Perubahan libido
 Hipertensi
 Jerawat
 Nyeri tekan payudara
 Pusing

60
 Sakit kepala
 Kesemutan dan baal bilateral ringan
 Mencetuskan moniliasis
 Pelumasan yang tidak mencukupi
 Perubahan lemak
 Disminorea
 Kerusakan toleransi glukosa
 Hipertrofi atau ekropi serviks
 Perubahan visual
 Infeksi pernafasan
 Peningkatan episode sistitis
 Perubahan fibroid uterus.
2. Kontrasepsi Suntik

a. Efektivitas kontrasepsi Suntik.

Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik mempunyai


efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun, jika
penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.
DMPA maupun NET EN sangat efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari
1 per 100 wanita akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA
dan 2 per 100 wanita per tahun pemakain NET EN (Hartanto, 2002).

b. Jenis kontrasepsi Suntik


Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang
hanya mengandung progestin, yaitu :

a). Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang


diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah
pantat).
b). Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg
Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik
intramuscular (di daerah pantat atau bokong).
c. Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a). Mencegah ovulasi

61
b). Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma
c). Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
d). Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.
d. Keuntungan kontrasepsi Suntik
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah kehamilan
jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak mengandung
estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan
gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek samping sangat
kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan
usia lebih 35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker
endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak payudara,
dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul (Sulistyawati, 2013).
e. Keterbatasan
Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013)
yaitu:
a). Gangguan haid
b). Leukorhea atau Keputihan
c). Galaktorea
d). Jerawat
f). Rambut Rontok
g). Perubahan Berat Badan
3. Kontrasepsi Implant
a) Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
1. Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena, Indoplant,
atau Implan.

 Nyaman
 Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
 Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
 Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
 Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak, dan
amenorea
 Aman dipakai pada masa laktasi.

62
b). Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
 Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg levonorgestrel dan
lama kerjanya 5 tahun.
 Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40
mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- Keto-desogestrel dan
lama kerjanya 3 tahun.
 Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg.
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
c). Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
 Lendir serviks menjadi kental
 Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
 Mengurangi transportasi sperma
 Menekan ovulasi.
d). Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
 Daya guna tinggi
 Perlindungan jangka panjang
 Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
 Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
 Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
 Tidak mengganggu ASI
 Klien hanya kembali jika ada keluhan
 Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
 Mengurangi nyeri haid
 Mengurangi jumlah darah haid
 Mengurangi dan memperbaiki anemia
 Melindungi terjadinya kanker endometrium
 Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara
 Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
 Menurunkan kejadian endometriosis.

63
e). Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu: Pada
kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan
bercak (spooting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid, serta
amenorhea.

BAB III

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir By.Ny”A” usia
8 jam di BPM Hj.Fauziah Hatta dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Telah dilakukan pengkajian data subjektif secara komprehensif pada By.Ny”A” usia 8
jam di BPM Hj.Fauziah Hatta
2. Telah dilakukan pengkajian data objektif pada By.Ny”A”usia 8 jam di BPM
Hj.Fauziah Hatta
3. Telah dilakukan analisa data dan menegakkan diagnosa pada By.Ny”A” usia 8 jam di
BPM Hj.Fauziah Hatta

64
4. Telah dilakukan penatalaksanaan sesuai dengan data yang didapat pada By.Ny”A”
usia 8 jam di BPM Hj.Fauziah Hatta
5. Telah dilakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada By.Ny”A” usia 8 jam di
BPM Hj.Fauziah Hatta

5.2 Saran
Berdasarkankesimpulan diatas maka perlu adanya upaya meningkatkan pelayanan yang
lebih baik,oleh karena itu penulis menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Bagi ibu
Tingkatkan pemberian nutrisi ASI pada ibu,susui bayi setiap saat bayi ingin menyusu
atau 2 jam sekali

2. Bagi Tenaga Kesehatan


a. Sebaiknya dalam melakukan penanganan untuk kasus bayi gawat darurat bidan
menggunakan penilaian segera pada bayi seperti yang tertera dalam buku Acuan
Persalinan Normal (APN), karena jika bidan menggunakan penilaian APGARdi
khawatirkan bayi tidak akan mendapatkan pertolongan sesuai kebutuhan segera.
b. Berikan konseling pada ibu tentang perawatan bayi prematur di rumah dan
jadwal imunisasi bagi bayi.
3. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan Lahan Praktikdapat menigkatkan pelayanan asuhan kebidanan pada bayi
baru klahir normal.

4. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan institusi pendidikan masih melakukan kerjasama dengan BPM Hj.Fauziah
Hatta karena banyak kasus yang ditemukan termasuk kasus mengenai bayi baru lahir
dan dalam pemberian asuhan kebidanan memerlukan berbagai sumber kepustakaan
untuk menambah pengetahuan dan materi tentang asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir prematur.

5. Bagi Masyarakat
Ibu hamil dan keluarga sebaiknya membaca dan mengerti isi buku KIA, karena dalama
buku KIA terdapat informasi penting dalam kehamilan,persalinan,nifas dan

65
perawatanbayi baru lahir. Sehingga diharapkan dapat mencegah hal-hal yang tidak di
inginkan.

Pengertian dari KB yaitu tindakan yang membantu individu atau pasngan untuk menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval kelahiran, mengontrol kartu keturunan
dalam hubungan dengan umur pasanngan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam
keluarga(Hartanto, 2003). Dalam pelaksanaan program KB biasanya digunakan alat
kontrasepsi yang digunakan untuk mengatur /mengendalikan pertumbuhan penduduk
khususnya di Indonesia. Pengertian dari kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya
konsepsi yaitu bertemunya sel sperme dan ovum. Dalam pelayanan KB ada berbagaimacam
cara untuk mencegah konsepsi salah satunya dengan menggunakan AKDR. Dalam
penggunaan AKDR juga terdapat manfaat, keuntungan serta kerugian dari penggunaan
AKDR tersebut. Masalah yang timbul dari penggunaan AKDR tersebut juga diharapkan bisa
teratasi dengan beberapa cara antara lain dengan memperhatikan cara pemakaian yang benar,
efek samping serta konseling bagi pengguna oleh tenaga kesehatan.

1.      Bagi pengguna alat kontrasepsi AKDR Pengguna hendaknya mengetahui terlebih


dahulu alat kontrasepsi yang akan di pakai dengan cara bertanya hal yang ingin
diketahui ke tenaga kesehatan.

2.      Bagi tenaga kesehatan

a.    Sebagai tenaga kesehatan hendakna meningkatkan keterampilannya memasang


AKDR yang baik dan sesuai prosedur.

b.   Sebelum memasang AKDR pada klien jangan lupa untuk melakukan


infomconsent pada klien.

66
\

DAFTAR PUSTAKA

1. Kepmenkes RI (2010). KeputusanMenteriKesehatanRepublik Indonesia


tentangStandarProfesiBidan. Jakarta. Kurnia, (2013).
2. Kementerian kesehatan RI (2016). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
tentang Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. Kementerian Kesehatan dan JICA.
3. Kurnia, (2013).HubunganPemberian ASI Eksklusifdengan Status GiziBayi.
4. Maryanti, dwi, dkk. (2011) Buku Ajaran Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: TIM.
5. Muslihatun, W. F (2010) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitrayama
6. Prawirohardjo, Sarwono. (2010) PelayananKesehatan Maternal
danNeonatal.Jakrarta:BinaPustakaSarwonoPrawirohardjo.
7. Soepardin, Suryani, Hajjah. (2008) KonsepKebidanan. Jakarta: EG.

67
8. Vivian Nanny Lia, Dewi. (2013) Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.
9. Wijaya, M.A, (2010). KondisiAngkaKematianBalita Neonatal (AKN)
AngkaKematianBayi (AKB), AngkaKematianBalita (AKBAL),
AngkaKematianIbudiIndonesia.
10. Iyer, P. 2004. Dokumentasi Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan,Jakarta : EGC
11. Oman, K 2008. Panduan Belajar Keperawatan Gawat Darurat  : Jakarta : EGC
12. Aninomous,1999. Triage officers course.
13. Singapore : departement of emergency medicine singapore general hospital
14. Wikipedia, the free encyclopedia, 2009, triage, (Online),
(http://en.wikipediaorg/wiki/triage, Diakses pada tgl 21 Maret 2010
15. Hanafi Hartanto.2007.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta : YBPSP
16. Ida Ayu Chandranika.2010.Pedoman Penaganan Efek Samping / komplikasi
Kontraepsi. Jakarta : YBPSP

17. Sarwono Prawiro hardjo. 2008. Buku panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta:
YBPSP

18. Sarwono Prawirohardjo.2008.Informasi Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: BBKBN

19. Prawihardjo, Sarwono. 2006. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta
:yayasan bina pustaka

20. Prawihardjo, Sarwono. 1999. Ilmu kandungan, edisi kedua cetakan ketiga.
Jakarta :  yayasan bina pustaka

21. Prawihardjo, Sarwono. 2002. Ilmu kebidanan, edisi ketiga cetakan keenam.
Jakarta : yayasan bina pustaka

68

Anda mungkin juga menyukai