Anda di halaman 1dari 7

ULCERATIVE KERATITIS

 Definsi
Ulkus kornea dapat didefinisikan sebagai discontinuation pada permukaan epitel
normal kornea yang terkait dengan nekrosis jaringan kornea di sekitarnya. Secara
patologis, ditandai dengan edema dan infiltrasi seluler.

 Epidemiologi
 Keratitis ulseratif secara signifikan lebih tinggi di antara pemakai lensa
kontak.
 pria paruh baya lebih mungkin mengalami ulkus kornea dibandingkan wanita.
 Petani berisiko tinggi karena pekerjaan mereka.
 Ulkus kornea jamur sangat umum terjadi di negara berkembang. Namun, HSV
merupakan perhatian utama di negara maju.
 Gangguan autoimun yang terkait dengan keratitis menyebabkan perkiraan
kejadian 3 per juta per tahun.1

 Etiologi
Tiga patogen berikut dapat menyerang epitel kornea utuh dan menghasilkan
ulserasi: Neisseria gonorrhoeae, Corynebacterium diphtheriae dan Neisseria
meningitidis.
1. Corneal epithelial damage
2. Sumber infeksi (Exogenous dan ocular tissue)
3. Causative organisms. Bakteri yang dilaporkan terkait dengan keratitis dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
- Gram positive cocci: Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis and
Streptococcus pneumoniae.
- Gram negative cocci: Neisseria gonorrhoeae, Neisseria meningitidis.
- Gram positive bacilli:Corynebacterium diptheriae, C. xerosis, Bacillus cereus,
Propionibacterium acne, listeria and clostridium.
- Gram negative bacilli: Pseudomonas aeruginosa, Enterobacteriaceae
(Klebsiella, Proteus, E. coli, Serratia), Moraxella lacunata (diplobacillus),
Haemophilus influenzae (cocobacillus).
- Gram positive filamentous bacteria: Actinomyces, Nocardia.
- Mycobacteria: Non-tuberculousmycobacteria and M. tuberculosis.

 Pathogenesis corneal ulcer


Perkembangan ulkus kornea dapat dijelaskan dalam empat tahap:
1. Stage of progressive infiltration
Ditandai dengan infiltrasi PMN ke dalam epitel dari sirkulasi perifer dan adanya
nekrosis jaringan.
2. Stage of active ulceration
Akibat nekrosis dan peluruhan epitel, membran Bowman, dan stroma yang
terkena. Dinding nya membengkak , di bagian samping dan dasarnya dari ulcer
terlihat infiltrasi abu dan mendangkal, terdapat hiperaemi, dan kongesti vascular.
3. Stage of regression
Regresi diinduksi oleh defense mekanisme dari host dengan adanya respon imun
humoral dan selular. Prosesnya dimulai dari leukosit yang menetralkan kemudian
terjadi fagositosis organisme dan terbentuklan puing nekrosis kemudian terjadi
digesti material nekrosis tersebut sehingga ulcer nya melebar. Kemudian dengan
adanya vaskularisasi seluler dan terjadi peningkatan respon imun ulcer mulai
sembuh dan epitel mulai tumbuh di tepi.
4. Stage of cicatrization
Pada stage ini penyembuhan berlanjut dan epoitelisasi semakin progresif.
Jaringan fibrous dibawah epitel mulai dibentuk sebagian oleh fibroblast kornea
dan sebagian endotel. Stroma mulai menebal dan mengisi dibagian bawah epitel,
sehingga mendorong epitel permukaan anterior.

 Patofisiologi dan patognesis

 Clinical features
Pada infeksi bakteri, hasil tergantung pada virulensi organisme, toksin dan enzimnya,
dan respons jaringan inang.
Ulkus kornea akibat bakteri dapat bermanifestasi sebagai:
• Ulkus kornea purulen tanpa hipopion; atau
• Ulkus kornea hipopion.
Secara umum, gejala dan tanda berikut mungkin ada:
1. Nyeri dan sensasi benda asing terjadi karena efek mekanis kelopak mata dan efek
kimiawi toksin pada ujung saraf yang terbuka.
2. Watering dari mata terjadi karena refleks hiperlakrimasi.
3. Photophobia
4. Hasil penglihatan kabur dari kabut kornea.
5. Redness of eyes
Signs:
1. Swelling of lids
2. Blepharospasm
3. Konjungtiva mengalami kemosis dan menunjukkan hiperemia konjungtiva dan
kongesti siliaris.
4. Corneal ulcer sebagai defek epitel yang berhubungan dengan infiltrat berbatas
putih keabu-abuan (terlihat pada stadium awal). Segera defek epitel dan infiltrasi
membesar dan edema stroma berkembang.

• Area ulkus putih kekuningan yang mungkin berbentuk oval atau bentuknya
tidak beraturan.
• Tepi dari ulkus yang membengkak dan menggantung.
• Lantai ulkus ditutupi oleh bahan nekrotik.
• Ada edema stroma di sekitar ulkus

Ciri khas yang dihasilkan oleh beberapa bakteri penyebab umum adalah sebagai
berikut:
 Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae biasanya
menghasilkan ulkus padat buram berwarna putih kekuningan yang dikelilingi
oleh kornea yang relatif jernih (Gambar 6.5A).
 Spesies Pseudomonas biasanya menghasilkan ulkus tajam yang tidak teratur
dengan eksudat mukopurulen kehijauan yang kental, nekrosis likuifaktif difus
dan semiopak (kaca tanah) di sekitar kornea.
 Enterobacteriae (E.coli, Proteussp., Dan Klebsiella sp.) Biasanya menghasilkan
ulkus dangkal dengan supurasi pleomorfik putih keabu-abuan dan kekeruhan
stroma difus. (6.5B)
5. Anterior chamber mungkin tidak menunjukkan nanah (hipopion).
6. Warna iris mungkin agak keruh.
7. Pupil mungkin kecil karena toksin yang diinduksi iritis.
8. Tekanan intraokular terkadang meningkat (glaukoma inflamasi).

 Diagnosis
1. history taking ntuk mendapatkan mode onset.
2. Pemeriksaan fisik umum, terutama untuk pembentukan tubuh, gizi, anemia dan
immunocompromising disease.
3. Ocular examination, mencakup :
- Pemeriksaan cahaya difus untuk mencari lesi kasar pada kelopak mata,
konjungtiva, dan kornea, termasuk pengujian sensasi.
- Tes regurgitasi, uji jarum suntik, infeksi kantung outlakrimal.
- Pemeriksaan biomikroskopis
 Differential diagnosis
 Atopic keratoconjunctivitis
 Bacterial endophthalmitis
 Band keratopathy
 Blepharitis
 Corneal ulcer
 Entropion
 Epidemic keratoconjunctivitis
 Fungal keratitis
 Herpes simplex virus keratitis
 Herpes Zoster
 Interstitial keratitis
 Neurotrophic keratitis
 Nasolacrimal duct obstruction
 Ocular rosacea
 Pseudophakic bullous keratopathy
 Scleritis
 Viral conjunctivitis

 Management
 Uncomplicated corneal ulcer
Specific treatment  Topical antibiotic ( Fortified Cefazoline, 5% i.e., 50
mg/ml atau Fortified tobramycin, 1.3%, i.e., 13.6 mg/ml).
Frekuensi pemberian obat :
- Setiap 5 menit selama 30 menit,
- Setiap 15 menit selama 2 jam,
- 1 jam selama 48 jam pertama,
- 2 jam pada siang hari dan 4 jam pada malam hari sampai penyembuhan
dipastikan, dan kemudian
- 4–6 jam sampai penyembuhan terjadi.
Sistemik antiotic (sefalosporin dan aminoglikosida atau siprofloksasin oral
(750 mg dua kali sehari) dapat diberikan pada kasus fulminan dengan
perforasi atau bila sklera juga terlibat)
Non specific  Cycloplegic drug untuk mengurangi nyeri dan mengurangi
hiperemi dan permeabilitas vaskular, Sistemik analgesic dan antinflamasi
serta Vitamin A, B kompleks, dan C
Non-healing corneal ulcer
Hilangkan penyebab ulkus lain, Debridement mekanik ulkus, Mecegah
perforasi dengan tidak mengejan, menurunkan tekanan intra okuler, tissue
addesive glue dan conjunctival flap. Management perforasi dilakukan
keratoplasty
 Komplikasi
- Toxic iridocyclitis
- Secondary glaucoma
- Descemetocele
- Perforation of corneal ulcer
- Corneal scarring

HYPOPYON CORNEAL ULCER


Hypopyon corneal ulcer ulkus khas yang disebabkan oleh Pneumococcus dan istilah ‘corneal
ulcer with hypopyon’ untuk ulkus yang terkait dengan hipopion karena organisme lain
seperti Staphylococci, Streptococci, Gonococci, Moraxella dan Pseudomonas pyocyanea .
Ulkus kornea hipopion yang khas yang disebabkan oleh Pneumococcus disebut ulcus
serpens.
Dua faktor utama yang mempengaruhi perkembangan hipopion pada pasien dengan ulkus
kornea adalah virulensi dari organisme yang menginfeksi dan resistensi jaringan.

 Clinical features
Selama tahap awal ulcus serpens hanya terdapat sedikit rasa sakit.
Ciri ciri ulcus serpens adalah:
- Ulkus berbentuk cakram berwarna putih keabu-abuan atau kekuningan yang
terjadi di dekat bagian tengah kornea (Gambar 6.6).

- Ulkus memiliki kecenderungan untuk menjalar di atas kornea secara


berkelok-kelok.
- Hypopyon bertambah besar dengan sangat cepat dan sering menyebabkan
glaukoma sekunder.

 Management
Manajemen ulkus kornea hipopion sama dengan ulkus kornea bakteri lainnya.
Poin khusus yang perlu diperhatikan adalah:
- Glaukoma sekunder harus diantisipasi dan diobati dengan 0,5% timolol
maleate, B.I.D. obat tetes mata dan acetazolamide oral.
- Sumber infeksi, yaitu dakriosistitis kronis jika terdeteksi, harus diobati dengan
dakriosistektomi.

 Patomekanisme
Comprehensive Ophthalmology ( PDFDrive ).pdf
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559014/

Anda mungkin juga menyukai