Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh
Ni Kadek Diah Mahayani (2014901140)
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN 2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN KONSTIPASI
PADA IBU HAMIL
3. Penyebab Konstipasi
4. Komplikasi Konstipasi
5. Penatalaksaan Konstipasi
A. Latar belakang
Kehamilan merupakan kejadian fisiologis dan selama masa
kehamilan, tubuh seorang wanita akan mengalami banyak perubahan
seperti membesarnya perut, berat badan menjadi naik. Hal ini dapat
menyebabkan timbulnya bermacam-macam keluhan dan masalah pada
kehamilan trimester kedua salah satunya adalah konstipasi (Pramono,
2012). Konstipasi pada kehamilan ditandai dengan perubahan konsistensi
feses menjadi keras, ukuran besar, penurunan frekuensi atau
kesulitan defekasi. Konstipasi sering ditandai dengan gejala cemas ketika
defekasi oleh karena rasa nyeri saat buang air besar. Konstipasi dapat
menimbulkan stres berat bagi penderita akibat ketidaknyamanan
konstipasi jika tidak segera diatasi dapat terjadi haemoroid (Herawati,
2012).
Konstipasi pada wanita hamil biasanya adalah konstipasi fungsional.
Ada beberapafaktor yang menyebabkanwanita hamil mengalami konstipasi,
diantaranya faktor hormonal, perubahan diet, pertumbuhan janin dan
aktifitas fisik. Pada wanita hamil terjadi perubahan hormonal yang
drastis yakni peningkatan progesteron selama kehamilan. Progesteron
akan menyebabkan otot-otot relaksasi untuk memberi tempat janin
berkembang. Relaksasi otot ini juga mengenai otot usus sehingga akan
menurunkan motilitas usus yang pada akhirnya menyebabkan konstipasi
(Sembiring, 2015 dalam Hartono, 2019)
Semakin besar kehamilan biasanya wanita hamil
cenderungmengurangi asupan cairan. Komposisi makanan yang
cenderung berupa susu dandaging atau ikan tanpa disertai cukup
makanan yang kaya serat akan memperbesar resiko terjadinya
konstipasi. Pemberian suplemen besi ataupun kalsium selama kehamilan
juga dapat menjadifaktor resiko terjadinya konstipasi (Ojieh, 2012 dalam
Hartono, 2019)
Kasus konstipasi yang diderita wanita hamil sekitar 10-40%, wanita
hamil mengeluh kesulitan buang air besar (Sulistiyowati, 2016 dalam
Hartono, 2019). Dengan tingginya kasus konstipasi yang dialami ibu hamil
maka dari itu saya memberikan penyuluhan mengenai konstipasi agar ibu
mengetahui cara mecegah dan mengatasi masalah konstipasi yang dialami
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan
sasaran dapat mengerti dan memahami mengenai konstipasi dan cara
mengatasi masalah konstipasi yang dialami
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan sasaran dapat :
a. Memahami dan mampu menyebutkan kembali definisi konstipasi
b. Memahami dan mampu menyebutkan kembali tanda-dan gejalan
konstipasi
c. Memahami dan mampu menyebutkan kembali penyebab konstipasi
d. Memahami dan mampu menyebutkan kembali komplikasi
konstipasi
e. Memahami dan mampu menyebutkan kembali penatalaksanaan
kontipasi
C. Media penyuluhan
1. Leafleat
D. Metode pelaksanaan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Materi
a. Definisi Konstipasi
b. Tanda dan Gejala Konstipasi
c. Penyebab Konstipasi
d. Komplikasi Konstipasi
e. Penatalaksaan Konstipasi
F. Pelaksanaan Kegiatan
URAIAN KEGIATAN WAKTU
1 Pembukaan 5 menit
a. Menyampaikan salam
b. Melakukan perkenalan diri
c. Menyampaikan maksud dan tujuan
d. Menyampaikan kontrak waktu
3 Penutup 5 menit
a. Melakukan evaluasi secara lisan
melalui pertanyaan
G. Seting tempat
P
A
Keterangan gambar :
1. P : Penyaji
2. A: Audience
H. Pengorganisasian :
1. Penyaji : Ni Kadek Diah Mahayani
I. Job description
1. Penyaji
Menyampaikan materi
J. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Kegiatan SAP
b. Kesiapan media dan tempat
2. Evaluasi proses
a. Kegiatan dilakukan sesuai dengan waktunya
b. Kegiatan berjalan sesuai SAP
c. Pengorganisasian berjalan dengan job description
d. Peserta antusias terhadap penyuluhan yang dilakukan
e. Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai
f. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan diskusi
3. Evaluasi hasil
a. Peserta mampu memahami maksud dan tujuan dari diadakannya
penyuluhan tentang konstipasi
b. Peserta mengetahui pokok masalah yang telah didiskusikan yaitu
tentang pengertian konstipasi, tanda dan gejala, penyebab,
komplikasi, dan penatalaksanaan konstipasi
c. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan
d. Peserta aktif dalam bertanya tentang konstipasi
e. peserta mendengarkan materi yang disampaikan oleh penyaji
MATERI PENYULUHAN KONSTIPASI PADA
IBU HAMIL TRIMESTER II
1. Definisi Konstipasi
Konstipasi adalah kondisi individu mengalami perubahan pola defekasi
normal ditandai menurunnya frekuensi buang air besar atau pengeluaran feses yang
keras dan kering (Green & Judith, 2012 dalam Hartono, 2019). Konstipasi adalah
penurunan frekuensi buang air besar disertai perubahan karakteristik feses yang
menjadi keras sehingga sulit dikeluarkan dan menyebabkan kesakitan pada
penderitanya (Irianti, 2014 dalam Hartono, 2019)
Konstipasi atau sembelit adalah keadaan dimana sekresi dari sisa
metabolisme nutrisi tubuh dalam bentuk feces menjadi keras dan menimbulkan
kesulitan saat defekasi (Irianti, 2014 dalam Hartono, 2019).
Konstipasi pada kehamilan ditandai dengan perubahan konsistensi feses
menjadi keras, ukuran besar, penurunan frekuensi atau kesulitan defekasi.
Konstipasi sering ditandai dengan gejala cemas ketika defekasi oleh karena rasa
nyeri saat buang air besar. Konstipasi dapat menimbulkan stres berat bagi
penderita akibat ketidaknyamanan konstipasi jika tidak segera diatasi dapat
terjadi haemoroid (Herawati, 2012 dalam Hartono, 2019).
5. Petanalaksanaan Konstipasi
Pada ibu hamil yang mengalami masalah konstipasi akan
menimbulkan rasa ketidaknyamanan pada tubuhnya, sehingga ibu hamil dapat
melakukan beberapa cara, antara lain :
a. Mengonsumsi makanan yang mengandung serat
Serat dapat meningkatkan berat dan ukuran dari feses karena
seratmenyerap air, membuatnya lebih lunak sehingga lebih mudah untuk
dikeluarkan melalui anus. Feses yang keras bisa menjadi tanda bahwa
Anda kurang mengonsumsi makanan berserat, jika dibiarkan terus-menerus
dapat menimbulkan sembelit (Arinda, 2017 dan Tyastuti, 2016)
Menurut Arinda (2017) Kecukupan serat pada pada umumnya
berkisar 10-25gram perharinya. Serat terbagi dalam dua bentuk, yaitu serat yang
larut air dan serat yang tidak larut air.
1) Serat yang larut air.
Jenis serat ini larut dalam air sehingga membentuk massa seperti
gel. Serat larut air terkandung dalam oat, kacang polong, kacang-kacangan,
dan buah-buahan, seperti apel, jeruk, pisang, wortel, dan lainnya.
2) Serat yang tidak larut air.
Jenis serat ini mendukung pergerakan sistem pencernaan dan
meningkatkan massa feses, sehingga serat tidak larut air bermanfaat untuk
mengatasi konstipasi. Serat tidak larut air dapat ditemukan dalam
gandum, kacang-kacangan, seperti kacang hijau, serta sayuran, seperti
bayam, kangkung, kembang kol, dan masih banyak lagi.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
mengkonsumsi makanan tinggi serat salah satunya pepaya terutama ketika
lambung dalam keadaan penuh. Mengkonsumsi pepaya ketika lambung
terasa penuh dapat merangsang gerak peristatik usus, jika ibu sudah
mengalami dorongan maka segeralah untuk buang air besar agar tidak terjadi
konstipasi (Walyani, 2015).
d. Posisi defekasi
Posisi defekasi juga mempengaruhi untuk terjadinya konstipasi. Pada
posisi jongkok, sudut antara anus dan rektum akan menjadi lurus akibat fleksi
maksimal dari paha. Iniyangakan memudahkanterjadinya proses defekasi sehingga
tidak memerlukan tenaga mengedan yang kuat. Padaposisi duduk, sudut antara anus
dan rectum menjaditidak cukup lurus sehingga membutuhkan tenaga
mengedan yang lebih kuat. Proses mengedan kuat yang berkelanjutan akan dapat
menimbulkan konstipasi danhemoroid. Ibu hamil cenderung lebihnyaman
defekasi dengan posisi duduk tetapi dapat berakibat timbulnya konstipasi
(Sembiring, 2015). Jika menggunakan toilet duduk, angkat kaki sedikit atau pijakkan
kaki di atas bangku kecil. Cara duduk seperti ini membuat posisi rektum lebih lurus,
sehingga tinja dapat lebih mudah dikeluarkan
e. Tidak Menahan BAB
Menahan BAB dapat menyebabkan feses menjadi keras yang diakibatkan
oleh kandungan air yang terserap seiring dengan proses menahan BAB. Fese yang
keras ini akan dapat menyebabkan luka pada dinding anus dan bisa menyebabkan
hemoroid
Jika sudah mengalami hemoroid hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi
hemoroid yaitu sebagai berikut:
1) Hindari mengejan saat defekasi
Pantangan penyakit ambeien saat BAB adalah mengejan. Mengejan dapat memicu
hemoroid dan memperparah hemoroid yang sudah ada. Hal ini karena tekanan
pembuluh darah di sekitar anus akan meningkat saat mengejan.
2) Jangan duduk terlalu lama di toilet
Semakin lama duduk ditoilet menyebabkan semakin besar tekanan pada pembuluh
darah di sekitar anus, apalagi jika menggunakan toilet duduk.
3) Duduk dalam bak yang diisi air hangat selama 15-20 menit
Berendam di air hangat dapat mengurangi bengkak dan iritasi pada hemorid. Selain
itu berendam dengan air hangat juga dapat berfungsi untuk menjaga kebersihan anus
dan area genital, mengurangi peradangan dan nyeri karena hemoroid hal ini karena
berendam dalam air hangat (suam-suam kuku, bukan air panas) dapat membantu
mempercepat proses penyembuhan dengan meningkatkan aliran darah
f. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi pada wanita hamil diberikan jika penatalaksanaan
non-farmakologi tidak berhasil. Pemberiannya hanya bila benar-benar diperlukan
dan tidak untuk jangka panjang. Obat pencahar tidak selalu efektif karena
penderita diharuskan banyak minum selama pemberian obat dan bisa dijumpai
efek samping kembung dan kram perut (Trottier, 2012 ).
DAFTAR PUSTAKA