Anda di halaman 1dari 3

Tatalaksana Heatsroke

 Prinsip ABCD
 Pindahkan pasien ke tempat yang sejuk
 Baringkan pasien pada permukaan yang datar
 Lepaskan pakaian pasien
 Bila tidak terdapat komplikasi yang mengancam nyawa maka lakukan
pendinginan segera (cool first, transport second)  bila pasien tidak sadar,
golden hour nya adalah 30 menit. Pendinginan dilakukan sesuai dengan
mekanisme kehilangan panas, yaitu :
o Konduksi : menempelkan ice pack atau handuk basah pada daerah
lipatan, seperti leher, ketiak, lipatan paha. Selain itu, dapat pula
dilakukan dengan merendam tubuh pasien pada air dingin yang dapat
menurunkan suhu tubuh 0,15-0,35 C/menit, namun berisiko terjadi
vasokonstriksi dan menggigil sehingga ocok untuk usia muda dan
sehat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemijatan selama pendinginan
untuk mencegah vasokonstriksi.
o Evaporasi : menyemprot kulit dengan air bersuhu 25-30 C.
o Konveksi : mengipas tubuh pasien. Teknik konveksi dan evaporasi
yang dilakukan bersamaan cocok untuk usia tua dan dengan komorbid.
Teknik ini dapat menurunkan suhu tubuh 0.05-0.09 C/menit.

Target : suhu rektal 39.4 C (38-39 C) atau 39 C dalam 10 menit atau <
38.5 C dalam 2 jam pertama. Selama pendinginan sebaiknya suhu tubuh
dipertahankan pada kisaran 30-34 C untuk mencegah vasokonstriksi
perifer dan menggigil.

 Saat mentranspor pasien, berikan suplementasi oksigen 3-5 L/menit dan


pertahankan saturasi oksigen diatas 90%, nyalakan AC dan buka jendela
ambulans, atur suhu ruangan menjadi 20-24 C.
 Hindari penggunaan aspirin atau asetaminofen karena dapat menyebabkan
gangguan hati, ginjal, dan memperburuk koagulopati. Salisilat juga dapat
memperburuk hipertermia melalui pelepasan oksidasi fosforilasi.Dantrolene
adalah obat yang bekerja dengan menghambat pelepasan ion kalsium dari
retikulum endoplasma, sehingga mengurangi kekakuan otot dan hipertonisitas.
Obat ini memang berguna untuk kasus hipertermia maligna dan sindrom
neuroleptik maligna tetapi tidak ada bukti pendukung untuk digunakan dalam
kasus heatstroke.
 Bila terjadi hipotensi, terapi awal adalah 250-500 ml infus bolus kristaloid.
Jika tidak berespon, dilanjutkan dengan pemberian dopamin pada dosis awal
3-10 ug / kg / menit, yang dapat ditingkatkan menjadi 20 ug / kg / menit
tergantung pada tanda-tanda vital dan pengukuran tekanan vena sentral.
 Komplikasi rhabdomyolysis dapat diatasi dengan memberikan cairan
intravena berdasarkan kondisi hemodinamik, alkalinisasi urin, dan infus
manitol. Berikan cairan kristaloid dengan target urin 3 cc / kg BB / jam atau
200-300 ml / jam, jumlahnya cairan bisa mencapai 6-10 L / hari. Jika jumlah
volume urin tidak mencapai sasaran, furosemide dapat ditambahkan 10-20
mg. Suplementasi natrium bikarbonat dapat diberikan untuk mencapai pH
urin> 6,5 yang menghambat presipitasi mioglobin dalam tubulus ginjal.
 Antibiotik profilaksis seperti sefalosporin generasi kedua dapat diberikan
untuk mencegah infeksi.
 Dalam kondisi kecemasan, kedinginan, dan kejang, obat penenang kuat yang
bertindak cepat, efektif, dan efek samping minimal seperti propofol dan
benzodiazepin dapat diberikan kepada pasien. Pengobatan awal pasien dengan
kejang karena heatstroke adalah midazolam 0,1-0,2 mg / kg IV, maksimum 4
mg, onset 1-5 menit, durasi 1-6 jam atau lorazepam 0,1 mg / kg IV, maksimal
4 mg, durasi 12 -24 jam.
 Kortikosteroid hanya diindikasikan dalam kondisi demam persisten> 39ºC
disertai dengan beberapa konsolidasi atau bayangan pada rontgen dada yang
memburuk dengan cepat dan memenuhi kriteria diagnostik untuk ARDS.
Jenis dan dosis steroid yang dapat diberikan adalah deksametason 7,5 mg /
hari, hidrokortison 200 mg / hari atau metilprednisolon 80-120 mg / hari.

Asmara, I. G. Y. Diagnosis and Management of Heatstroke. Indonesian Journal of


Internal Medicine. 2020. Vol. 52 (1), pp. 90-97.

Anda mungkin juga menyukai