Disusun Oleh:
1
Kata Pengantar
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatnya sehingga makalah tentang “Asuhan Keperawatan
Pada Anak Kekurangan Kalori Dan Protein (KKP)” untuk mata kulian
Keperawatan Anak dapat terselesaikan. Adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini ialah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen
yang bersangkutan kepada kami kelompok 2 sebagai mahasiswa
keperawatan Akper Kesdam IM Banda Aceh.
Kelompok II
2
Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................... i
Daftar Isi.......................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
1. Pengkajian ..................................................................12
2. Diagnosa Keperawatan............................................ 15
3. Intervensi Keperawatan........................................... 16
BAB IV Penutup
1. Kesimpulan............................................................... 19
2. Saran ......................................................................... 19
Daftar Pusataka......................................................................... 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
Di era globalisasi ini, semua hal dituntut sempurna. Mulai dari bidang
teknologi, pendidikan, kesehatan dan yang lainnya. Salah satu faktor yang
yang dapat memenuhi kriteria sempurna untuk hal diatas adalah sumber
daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas tak lepas dari unsur
yang mempengaruhinya yaitu status gizi. Gizi sangat berpengaruh terhadap
kecerdasan suatu bangsa. Gizi yang cukup adalah salah satu pilar dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas (Almatsier, 2010).
Sebaliknya, kekurangan gizi pada anak dapat mengakibatkan beberapa
penyakit antara lain kurang kalori dan protein (KKP), anemia, penyakit
gondok endemic, xerophtalmia (Notoatmojo, 2011).
4
“Rekapitulasi Data Dasar Desa Baru UPGK 1982/1983” menunjukkan bahwa
prevalensi penderita KKP di Indonesia belum menurun. Hasil pengukuran
secara antropometri pada anak-anak balita dari 642 desa menunjukkan
angka sebagai berikut: diantara 119.463 anak balita yang diukur, terdapat
status gizi baik 57,1%, gizi kurang 35,9%, dan gizi buruk 5,9%. Tingginya
prevalensi penyakit KKP disebabkan pula oleh faktor tingginya angka
kelahiran.
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang
kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori
dan protein kurang dalam waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997). Kurang
kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang dikarenakan
adanya defisiensi protein dengan tekanan yang bervariasi pada pada
defisiensi protein maupun energi (Sediatoema, 1999).
6
seusianya. Kira-kira berat badannya hanya sekitar 60% sampai 80% dari
berat badan ideal. Berdasarkan berat dan tidaknya, KKP dibagi menjadi:
7
2.2 Etiologi
Kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak cukup
serta kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan
orangtua-anak terganggu, karena kelainan metabolik, atau malformasi
congenital. Pada bayi dapat terjadi karena tidak mendapat cukup ASI dan
tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Secara umum,
masalah KKP disebabkan oleh beberapa faktor, yang paling dominan adalah
tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena bagaimana pun KKP
tidak akan terjadi bila kesejahteraan rakyat terpenuhi. Berikut beberapa faktor
penyebabnya :
1. Faktor sosial.
Faktor sosial adalah rendahnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya makanan bergizi bagi pertumbuhan anak, sehingga banyak
balita tidak mendapatkan makanan yang bergizi seimbang hanya
diberi makan seadanya atau asal kenyang.
2. Kemiskinan.
Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi munculnya penyakit
ini dinegara-negara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat
menyababkan kebutuhan paling mendasar, yaitu pangan pun sering
kali tidak bisa terpenuhi apalagi tidak dapat mencukupi kebutuhan
proteinnya.
3. Pola makan.
Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk
tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung
kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein atau
asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya
mendapatkan protein dari Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan ibunya.
Namun, bayi yang tidak memperoleh ASI protein dari suber-sumber
8
lain (susu, telur, keju, tahu, dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan.
Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak
berperan penting terhadap terjadinya kwashiorkor terutama pada
masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
4. Tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola
pengasuhan balita. Para ibu kurang mengerti makanan apa saja yang
seharusnya menjadi asupan untuk anak-anak mereka.
5. Kurangnya pelayanan kesehatan, terutama imunisasi. Imunisasi yang
merupakan bagian dari system imun mempengaruhi tingkat kesehatan
bayi dan anak-anak.
9
2.4 Patofisiologi
Pathway
kep
Energi menurun
Penurunan jmlh protein
tubuh
marasmus
Terjadi perubahan
biokimia dalam tubuh.
Cadangan protein di otot
terpakai trs menurus untk
kwashiorkor memperoleh asam amino.
Penurunan BB
Odema Otot melemah dan menciut.
Gangguan integritas
kulit
10
2.5 Penatalaksanaan
Periksa kadar gula darah bila ada hipotermi (suhu skala < 35 derajat
celciul suhu rektal 35,5 derajat celcius). Pemberian makanan yang
lebih sering penting untuk mencegah kedua kondisi tersebut. Bila
kadar gula darah di bawah 50 mg/dl, berikan 50 mlbolus glukosa 10 %
atau larutan sukrosa 10% (1 sdt gula dalam 5 adm air) secara oral
atau sonde / pipa nasogastrik . Selanjutnya berikan lanjutan tersebut
setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali berikan ¼ bagian dari jatah
untuk 2 jam) , Berikan antibiotik , Secepatnya berikan makanan setiap
2 jam, siang dan malam.
2. Atasi atau cegah hipotermi
Bila suhu rektal < 35.5 derajat celcius : a. Segera berikan makanan
cair / formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu) b. Hangatkan
anak dengan pakaian atau seelimut sampai menutup kepala, letakkan
dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau
peluk anak di dasa ibu, selimuti. c. Berikan antibiotik d. Suhu diperiksa
sampai mencapai > 36,5 derajat celcius
3. Atasi atau cegah dehidrasi
Jangan mengunakan jalur intravena untuk rehidrasi kecuali keadaan
syok/rentan. Lakukan pemberian infus dengan hati–hati, tetesan
pelan– pelan untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung. Gunakan
larutan garam khusus yaitu resomal (rehydration Solution for
malnutrition atau pengantinya).
11
Bab III
Asuhan Keperawatan
Contoh kasus
3.1 Pengkajian
B. Riwayat kesehatan
12
bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan
terjadinya gangguan kekurangan gizi.
E. Pemeriksaan fisik
13
3. gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema
palpebra
4. tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi,
retraksi otot intercostal)
5. Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat
meningkat bila terjadi diare.
6. Edema tungkai
7. kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement
dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong,
fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)
f. Pemeriksaan penunjang
14
Analisis Data
2 Ds :
-
Do : Gangguan integritas
- Tugor kulit Tidak adanya kulit
kandungan makanan
- Kulit kering yang cukup
- keriput
3 Ds:
Asupan kalori dan
- Keterlambatan
protein yang tidak
Do : adekuat dan proses pertumbuhan dan
penyakit kwashiokor dan
- Atrofi pengecilan otot perkembangan.
marasmus.
- Tulang pipi dan dagu
15
menonjol
4 Ds :
Tidak tahu memberikan
-Keliarga pasien Kurangnya
intake nutrisi yang
mengatakan anka terus adekuat pada anak. pengetahuan.
terpasang infus dan tidak mau
makan.
Do :
-
No DX NOC NIC
16
yang tidak adekuat, dapat teratasi dengan ahli gizi untuk
anoreksia dan diare keriteria hasil : menentukan jumlah
1. Adanya peningkatan kalori dan nutrisi yang
BB sesuai dengan dibutuhkan pasien.
tujuan. 3. Berikan substansi
2. BB ideal sesuai gula.
dengan tinggi badan. 4. Ajarkan pasien
3. Mampu membuat catatan
mengidentifikasi makanan harian.
kebutuhan nutrisi. 5. Monitor jumlah nutrisi
4. Tidak ada tanda-tanda dan kandungan
malnutrisi. kalori.
5. Menunjukan 6. Berikan informasi
peningkatan fungsi tentang kebutuhan
pengecapan dari nutrisi.
menelan.
17
pemahaman dalam 6. Mandikan pasien
proses perbaikan kulit dengan sabun dan
dan mencegah terjdi air hangat.
cedera berulang.
3 Keterlambatan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji faktor penybab
pertumbuhan dan 1 x 24 jam diharapkan gangguan
perkembangan b/d masalah dapat teratasi perkembangan anak.
asupan kalori dan dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi dan
protein yang tidak 1. Anak berfungsi optimal gunakan sumber
adekuat dan proses sesuai tingkatnya. pendidikan untuk
penyakit kwashioner 2. Keluarga dan anak memfasilitasi
dan marasmus dapat mengguankan perkembangan anak
copping terhadap yang optimal.
tantangan karena 3. Tingkatkan
adanya ketidak komunikasi verbal .
mampuan 4. Dorong anak untuk
3. Keluarga mampu sosialisai dengan
mendapatkan sumber kelompok.
sumber sarana 5. Kaji keadekuatan
komunitas. asupan nutrisi.
4. Kematangan fisik 6. Tentukan makanan
perempua/laki-laki, yang disukai anak.
perubahan fisik normal 7. Pantau
pada wanita yang kecenderungan
terjadi dengan transisi kenaikan BB anak.
dari masa anak anak
kedewasa.
5. Ststus nutrisi
seimbang.
18
BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
19
4.2 Saran
Daftar pustaka
Pembagian Tugas :
Bab 1:
1. Taijan Arruba
2. Mita Atria
20
Bab 2:
1. Widian
2. Hidayatul Hakimil
3. Sri maulida
Bab 3:
1. Darmawanti
2. M. Afdhal Zikri
3. Elfina Febriani
4. Juliana
1. Ayunda Khairuni
21