Anda di halaman 1dari 21

Asuhan Keperawatan Pada Anak Kekurangan

Kalori Dan Protein

Disusun Oleh:

1. Ayunda khairuni (13404319006)


2. Hidayatul Hakimil (13404319008)
3. Elfina Febriani (13404319014)
4. Juliana (13404319027)
5. M. Afdhal Zikri (13404319031)
6. Mita Atria (13404319033)
7. Sri Maulidia (13404319057)
8. Taijan Arruba (13404319059)
9. Darmawanti (13404319060)
10. Widian (13404319100)
Dosen Pembimbing: Ns. Nenty Septiana, M.kep, Sp. Kep. An

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IM BANDA ACEH

Banda Aceh 2020/2021

1
Kata Pengantar

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatnya sehingga makalah tentang “Asuhan Keperawatan
Pada Anak Kekurangan Kalori Dan Protein (KKP)” untuk mata kulian
Keperawatan Anak dapat terselesaikan. Adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini ialah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen
yang bersangkutan kepada kami kelompok 2 sebagai mahasiswa
keperawatan Akper Kesdam IM Banda Aceh.

Makalah ini berisi materi tentang asuhan keperawatan anak


kekurangan kalori dan protein(KKP). Makalah ini dibuat untuk menegetahui
materi tentang kekurangan kalori dan protein khususnya pada anak. Dengan
makalah ini diharapkan dapat memudahkan kita dalam mempelajari Asuahan
keperawatan anak kekurangan kalori dan protein. Kami menyadari bahwa
masih terdapat banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun isi dari
makalah ini, oleh karenanya kami siap menerima kritik maupun saran dari
pembimbing dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam
pembuatan berikutnya.

Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan


makalah ini, kami ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan yang Maha Esa
melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada kita semua.

Banda Aceh, 17 September 2020

Kelompok II

2
Daftar Isi

Kata Pengantar........................................................................... i

Daftar Isi.......................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang............................................................... 4


1.2. Rumusan Masalah..........................................................5
1.3. Tujuan..............................................................................5

BAB II Pembahasan

1. Definisi Kekurangan Kalori Dan Protein................. 6


2. Etiologi....................................................................... 8
3. Manifestasi Klinik...................................................... 9
4. Patofisiologi.............................................................. 10
5. Penatalaksanaan...................................................... 11

BAB III Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian ..................................................................12
2. Diagnosa Keperawatan............................................ 15
3. Intervensi Keperawatan........................................... 16

BAB IV Penutup

1. Kesimpulan............................................................... 19
2. Saran ......................................................................... 19

Daftar Pusataka......................................................................... 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi ini, semua hal dituntut sempurna. Mulai dari bidang
teknologi, pendidikan, kesehatan dan yang lainnya. Salah satu faktor yang
yang dapat memenuhi kriteria sempurna untuk hal diatas adalah sumber
daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas tak lepas dari unsur
yang mempengaruhinya yaitu status gizi. Gizi sangat berpengaruh terhadap
kecerdasan suatu bangsa. Gizi yang cukup adalah salah satu pilar dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas (Almatsier, 2010).
Sebaliknya, kekurangan gizi pada anak dapat mengakibatkan beberapa
penyakit antara lain kurang kalori dan protein (KKP), anemia, penyakit
gondok endemic, xerophtalmia (Notoatmojo, 2011).

Gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam


pembangunan yang dapat memberikan konstribusi dalam mewujudkan
sumberdaya manusia yang berkualitas sehingga mampu berperan secara
optimal dalam pembangunan (Farida dan Baliwati, 2004). Di Indonesia
terdapat empat masalah gizi yang utama yaitu Kurang Kalori Protein (KKP),
Kurang Vitamin A (KVA), gondok endemik dan kretin serta anemia gizi
(Bapelkes Salaman, 2000).

Penyakit KKP merupakan bentuk malnutrisi yang terdapat terutama


pada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kebanyakan di negara-negara
yang sedang berkembang. Berdasarkan hasil penyelidikan di 254 desa di
seluruh Indonesia, Tarwotjo, dkk (1999) memperkirakan  bahwa 30 % atau 9
juta diantara anak-anak balita menderita gizi kurang, sedangkan 3% atau 9
juta diantara anak-anak balita menderita gizi buruk. Berdasarkan

4
“Rekapitulasi Data Dasar Desa Baru UPGK 1982/1983” menunjukkan bahwa
prevalensi penderita KKP di Indonesia belum menurun. Hasil pengukuran
secara antropometri pada anak-anak balita dari 642 desa menunjukkan
angka sebagai berikut: diantara 119.463 anak balita yang diukur, terdapat
status gizi baik 57,1%, gizi kurang 35,9%, dan gizi buruk 5,9%. Tingginya
prevalensi penyakit KKP disebabkan pula oleh faktor tingginya angka
kelahiran.

1.2 Rumusan Rumusan

1. Bagaimana konsep dari Kekurangan Kalori Protein ?


2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada Kekurangan Kalori
Protein ?

1.3 Tujuan

1. Mampu memahami konsep dari Kekurangan Kalori Protein.


2. Mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada Kekurangan
Kalori Protein.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang
kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori
dan protein kurang dalam waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997). Kurang
kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang dikarenakan
adanya defisiensi protein dengan tekanan yang bervariasi pada pada
defisiensi protein maupun energi (Sediatoema, 1999).

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.


Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup
zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, sehingga
kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang
terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial.

Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak.


Secara umum kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit KKP, yaitu
penyakit yag diakibatkan kekurangan kalori dan protein. KKP dapat juga
diartikan sebagai keadaan kurang gizi yang disebabkan energi dan protein.
rendahnya konsumsi kalori dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga
tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Bergantung pada derajat
kekurangan kalori dan protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya
pun berbeda-beda.

Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara-


negara berkembang. Gejala kurang gizi ringan relative tidak jelas, hanya
terlihat bahwa berat badan anak tersebut lebih rendah dibanding anak

6
seusianya. Kira-kira berat badannya hanya sekitar 60% sampai 80% dari
berat badan ideal. Berdasarkan berat dan tidaknya, KKP dibagi menjadi:

1. KKP ringan/sedang disebut juga gizi kurang (undernutrition)ditandai


adanya hambatan pertumbuhan.
2. KKP berat meliputi:
a) Kwashiorkor (bentuk kekurangan protein yang berat, yang amat
sering terjadi pada anak kecil umur 1-3 tahun) adalah suatu
sindroma klinik yang timbul sebagai suatu akibat adanya
kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang
kurang dari yang dibutuhkan (Behrman dan Vaughan, 1994).
Kwashiorkor adalah penyakit gangguan metabolik dan
perubahan sel yang menyebabkan perlemahan hati yang
disebabkan karena kekurangan asupan kalori dan protein
dalam waktu yang lama (Ngastiyah, 1997).
b) Marasmus adalah penyakit yang timbul karena kekurangan energi
(kalori) sedangkan kebutuhan protein relatif cukup (Ngastiyah, 1997).
Marasmus merupakan gambaran KKP dengan defisiensi energi yang
ekstrem (Sediaoetama, 1999).
c) Marasmik-kwashiorkor merupakan kelainan gizi yang menunjukkan
gejala klinis campuran antara marasmus dan kwashiorkor (Markum,
1996). Marasmik-kwashiorkor merupakan malnutrisi pada pasien yang
telah mengalami kehilangan berat badan lebih dari 10%, penurunan
cadangan lemak dan protein serta kemunduran fungsi fisiologi
(Graham L. Hill, 2000). Marasmik-kwashiorkor merupakan satu kondisi
terjadinya defisiensi, baik kalori, maupun protein. Ciri-cirinya adalah
dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan
dan dehidrasi.

7
2.2 Etiologi

Kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak cukup
serta kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan
orangtua-anak terganggu, karena kelainan metabolik, atau malformasi
congenital. Pada bayi dapat terjadi karena tidak mendapat cukup ASI dan
tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Secara umum,
masalah KKP disebabkan oleh beberapa faktor, yang paling dominan adalah
tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena bagaimana pun KKP
tidak akan terjadi bila kesejahteraan rakyat terpenuhi. Berikut beberapa faktor
penyebabnya :

1. Faktor sosial.
Faktor sosial adalah rendahnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya makanan bergizi bagi pertumbuhan anak, sehingga banyak
balita tidak mendapatkan makanan yang bergizi seimbang hanya
diberi makan seadanya atau asal kenyang.
2. Kemiskinan.
Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi munculnya penyakit
ini dinegara-negara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat
menyababkan kebutuhan paling mendasar, yaitu pangan pun sering
kali tidak bisa terpenuhi apalagi tidak dapat mencukupi kebutuhan
proteinnya.
3. Pola makan.
Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk
tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung
kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein atau
asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya
mendapatkan protein dari Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan ibunya.
Namun, bayi yang tidak memperoleh ASI protein dari suber-sumber

8
lain (susu, telur, keju, tahu, dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan.
Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak
berperan penting terhadap terjadinya kwashiorkor terutama pada
masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
4. Tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola
pengasuhan balita. Para ibu kurang mengerti makanan apa saja yang
seharusnya menjadi asupan untuk anak-anak mereka.
5. Kurangnya pelayanan kesehatan, terutama imunisasi. Imunisasi yang
merupakan bagian dari system imun mempengaruhi tingkat kesehatan
bayi dan anak-anak.

2.3 Manifestasi klinis

Gejala dari KKP :


a) Badan kurus kering tampak seperti orangtua
b) Abdomen dapat kembung dan datar. BB menurun
c) Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni.
d) Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat,
e) Kulit keriput (turgor kulit jelek)
f) Ubun-ubun cekung pada bayi

9
2.4 Patofisiologi

Pathway

Ekonomi rendah, Kegagalan menyusui ASI, terapi puasa


pendidikan kurang, karena penyakit, tidak memulai makanan
hygene kurang. tambahan

kep

Energi menurun
Penurunan jmlh protein
tubuh
marasmus
Terjadi perubahan
biokimia dalam tubuh.
Cadangan protein di otot
terpakai trs menurus untk
kwashiorkor memperoleh asam amino.

Perbandingan asam amino yang


Gangguan absorbsi Produksi albumin berbeda dgn protein jaringan
dan transfer zat gizi o/hepar(hipo albuminea)

Salah satu asam amino rendah


Pengambilan energi konsentrasinya.
selain dari Tekanan osmotic Gangguan
protein(otot) plasma menurun pembentukan
lipoprptein Asam amino tidak berguna bagi
(lemak)di hati sel.
Penyusutan otot
Cairan dari
intaravaskuler ke Tubuh kehilangan enrgi secara
intersisial
Resti infeksi terus menerus

Penurunan BB
Odema Otot melemah dan menciut.

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh.
Gangguan Resiko gangguan tulang
keseimbangan
cairan.

Gangguan integritas
kulit

10
2.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanan KKP berat dirawat inap dengan pengobatan rutin (Arief


Mansjoer, 2000)

1. Atasi atau cegah hipoglikemi

Periksa kadar gula darah bila ada hipotermi (suhu skala < 35 derajat
celciul suhu rektal 35,5 derajat celcius). Pemberian makanan yang
lebih sering penting untuk mencegah kedua kondisi tersebut. Bila
kadar gula darah di bawah 50 mg/dl, berikan 50 mlbolus glukosa 10 %
atau larutan sukrosa 10% (1 sdt gula dalam 5 adm air) secara oral
atau sonde / pipa nasogastrik . Selanjutnya berikan lanjutan tersebut
setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali berikan ¼ bagian dari jatah
untuk 2 jam) , Berikan antibiotik , Secepatnya berikan makanan setiap
2 jam, siang dan malam.
2. Atasi atau cegah hipotermi
Bila suhu rektal < 35.5 derajat celcius : a. Segera berikan makanan
cair / formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu) b. Hangatkan
anak dengan pakaian atau seelimut sampai menutup kepala, letakkan
dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau
peluk anak di dasa ibu, selimuti. c. Berikan antibiotik d. Suhu diperiksa
sampai mencapai > 36,5 derajat celcius
3. Atasi atau cegah dehidrasi
Jangan mengunakan jalur intravena untuk rehidrasi kecuali keadaan
syok/rentan. Lakukan pemberian infus dengan hati–hati, tetesan
pelan– pelan untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung. Gunakan
larutan garam khusus yaitu resomal (rehydration Solution for
malnutrition atau pengantinya).

11
Bab III

Asuhan Keperawatan

Contoh kasus

Seorang anak laki-laki NR berumur 18 bulan dengan BB 6,2kg, PB 67cm.


menurut ibu korban BB NR 8kg sebelum ia mengalami penurunan nafsu
makan selain itu ibu juga mengeluh adanya perbedaan karakteristik pada
kulit bayinya yang tampak seperti kulit lansia. Pada saat pemeriksaan NR
tampak lateragis dan pucat serta turgor kulit jelek, dengan dengan
pernapasan 50x/menit, nadi 160x/menit , suhu 38c, cupping hidung kembang
kempis, iga kelihatan menonjol, terdapat tarikan dinding dada, dan ada
edema di kedua punggung kaki. Setelah dikaji lebih lanjut ternyata NR
mendapat ASI sampai 4bulan dan sejak lahir sudah diberikan pisang, dari
anamnesis diet rata rata adanya perbedaan karakteristik pada bayinya yang
tampak seperti kulit lansia makan 3x sehari hanya 4-5 sendok(lauk,kuah
sayur,tahu) dan jarang makan buah tidak suka ikan dan daging. Makan ayam
dan telurnya hanya sebulan sekali. Dan sering diberikan jajanan
permen,es,kerupuk .

3.1 Pengkajian

Identitas klien dan penanggung jawab Meliputi pengkajian nama,


alamat, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan klien dan penanggung
jawab klien.

B. Riwayat kesehatan

Keluhan Utama Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan


keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun),

12
bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan
terjadinya gangguan kekurangan gizi.

C. Riwayat kesehatan sekarang

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi


dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan,
tumbuh8kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk),
psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji
dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat
kekurangan protein dankalori dalam waktu relatif lama).

D. Riwayat kesehatan keluarga

Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah


dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan
hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat
mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakitklien dan
lain-lain.

E. Pemeriksaan fisik

Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang


meliputi keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala
dan waajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria. Fokus
pengkajian pada anak dengan Marasmik-kwashiorkor adalah pengukuran
antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal
lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:

1. Penurunan ukuran antropometri


2. Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan
mudah dicabut)

13
3. gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema
palpebra
4. tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi,
retraksi otot intercostal)
5. Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat
meningkat bila terjadi diare.
6. Edema tungkai
7. kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement
dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong,
fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)

f. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium: albumin, creatinine dan nitrogen.


2. Elektrolit
3. Hb
4. Ht

14
Analisis Data

N0 Data Etiologi Masalah


1 Ds :
- Keluarga pasien
mengatakan anak Ketidak seimbangaan
tidak mau makan dan Asupan yang tidak nutrisi kurang dari
adekuat, anoreksia
minum serta semua dan diare. kebutuhan
makanan yangg
diberikan tidak mau
Do:
-Lemah
-Nadi lambat

2 Ds :
-
Do : Gangguan integritas
- Tugor kulit Tidak adanya kulit
kandungan makanan
- Kulit kering yang cukup
- keriput

3 Ds:
Asupan kalori dan
- Keterlambatan
protein yang tidak
Do : adekuat dan proses pertumbuhan dan
penyakit kwashiokor dan
- Atrofi pengecilan otot perkembangan.
marasmus.
- Tulang pipi dan dagu

15
menonjol
4 Ds :
Tidak tahu memberikan
-Keliarga pasien Kurangnya
intake nutrisi yang
mengatakan anka terus adekuat pada anak. pengetahuan.
terpasang infus dan tidak mau
makan.
Do :
-

3.2 Diagnosa keperawatan

1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan asupan yang tidak


adekuat, anoreksia dan diare.
2. Gangguan integritas kulit b/d tidak adanya kandungan makanan yang
cukup
3. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan
protein yang tidak adekuat dan proses penyakit kwashiokor dan
marasmus.
4. Kurangnya pengetahuan b/d tidak tahu memberikan intake nutrisi yang
adekuat pada anak.

3.3 Intervensi Keperwatan

No DX NOC NIC

1 Ketidak seimbangan Setelah dilakukan 1. Kaji adanya alergi


nutrisi kurang dari keperawatan selama 1 x 24 makanan.
kebutuhan b/d asupan jam diharapkan masalah 2. Kolaborasi dengan

16
yang tidak adekuat, dapat teratasi dengan ahli gizi untuk
anoreksia dan diare keriteria hasil : menentukan jumlah
1. Adanya peningkatan kalori dan nutrisi yang
BB sesuai dengan dibutuhkan pasien.
tujuan. 3. Berikan substansi
2. BB ideal sesuai gula.
dengan tinggi badan. 4. Ajarkan pasien
3. Mampu membuat catatan
mengidentifikasi makanan harian.
kebutuhan nutrisi. 5. Monitor jumlah nutrisi
4. Tidak ada tanda-tanda dan kandungan
malnutrisi. kalori.
5. Menunjukan 6. Berikan informasi
peningkatan fungsi tentang kebutuhan
pengecapan dari nutrisi.
menelan.

2 Gangguan integritas Setalah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien


kulit b/d adanya keperawatan selama 1x 24 menggunakan
kandungan makanan jam diharapakn masalah pakaian yang
yang cukup dapat teratasi dengan longgar
kriteria hasil : 2. Hindari kerutan
1. Integritas kulit yang baik pada tempat tidur .
bisa dipertahankan 3. Jaga kesehatan kulit
(sensasi ,elestisitas, agar tetap bersih
temperature, hidrasi, dan kering.
pigmentasi.) 4. Mobilisasi pasien.
2. Tidak ada luka,lesi pada 5. Oleskan lotion atau
kulit. baby oil pada
3. Perfusi jaringan bail. daerah yang
4. Menunjukan tertekan.

17
pemahaman dalam 6. Mandikan pasien
proses perbaikan kulit dengan sabun dan
dan mencegah terjdi air hangat.
cedera berulang.
3 Keterlambatan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji faktor penybab
pertumbuhan dan 1 x 24 jam diharapkan gangguan
perkembangan b/d masalah dapat teratasi perkembangan anak.
asupan kalori dan dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi dan
protein yang tidak 1. Anak berfungsi optimal gunakan sumber
adekuat dan proses sesuai tingkatnya. pendidikan untuk
penyakit kwashioner 2. Keluarga dan anak memfasilitasi
dan marasmus dapat mengguankan perkembangan anak
copping terhadap yang optimal.
tantangan karena 3. Tingkatkan
adanya ketidak komunikasi verbal .
mampuan 4. Dorong anak untuk
3. Keluarga mampu sosialisai dengan
mendapatkan sumber kelompok.
sumber sarana 5. Kaji keadekuatan
komunitas. asupan nutrisi.
4. Kematangan fisik 6. Tentukan makanan
perempua/laki-laki, yang disukai anak.
perubahan fisik normal 7. Pantau
pada wanita yang kecenderungan
terjadi dengan transisi kenaikan BB anak.
dari masa anak anak
kedewasa.
5. Ststus nutrisi
seimbang.

18
BAB IV

Penutup

4.1 Kesimpulan

Kekurangan kalori dan protein merupakan keadaan tidak cukupnya


masukan protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh atau dikenal dengan
nama marasmus dan kwashiorkor. Kekurangan energi dan protein akan
terjadi manakala kebutuhan tubuh terhadap kalori, protein, atau keduanya
tidak tercukupi. Adapun pembagian/benuk dari penyakit kekurangan energi
protein ini adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmik-kwashiorkor.
Identifikasi pemberian nutirisi secara taratur merupakan awal yang baik
dalam mencgah terjadinya penyakit ini.

19
4.2 Saran

Mengingat penyakit kekurangan kalori dan protein (KKP) merupakan


penyakit yang membahayakan bagi keberlangsungan hidup bayi/anak maka
penanganan penyakit ini diupayakan secara maksimal dengan peningkatan
mutu pelayanan kesehatan baik melalui tenaga kesehatan, prasaran dan
saran kesehatan serta peningkatan mutu makanan bayi yang di konsumsi.

Daftar pustaka

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosa Keperawatan & Klasifikasi.


Jakarta:EGC

Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem


Gastrointestinal dan Hepatobiler. Jakarta : Salemba Medika

Pembagian Tugas :

Bab 1:

1. Taijan Arruba
2. Mita Atria

20
Bab 2:

1. Widian
2. Hidayatul Hakimil
3. Sri maulida

Bab 3:

1. Darmawanti
2. M. Afdhal Zikri
3. Elfina Febriani
4. Juliana

Bab 4 & PPT

1. Ayunda Khairuni

21

Anda mungkin juga menyukai