Abdullah Listyaningsih 2018 PDF
Abdullah Listyaningsih 2018 PDF
Abdullah Listyaningsih 2018 PDF
LISTYANINGSIH ABDULLAH
DEPARTEMEN AGRIBSINIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Listyaningsih Abdullah
NIM H34164014
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
iv
ABSTRAK
ABSTRACT
LISTYANINGSIH ABDULLAH. The influence of Entrepreneurial Motivation of
Women Entrepreneurs on Firm Performance: The Case of Bogor. Supervised by
ETRIYA.
Keywords: firm performance, the need for achievement, the need for affiliation,
the need for power, PLS
vi
PENGARUH MOTIVASI PEREMPUAN WIRAUSAHA
TERHADAP KINERJA USAHA DI KOTA BOGOR
LISTYANINGSIH ABDULLAH
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBSINIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
x
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang
diangkat dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Mei 2018 sampai
dengan Juni 2018 ini merupakan perilaku wirausaha, yang berjudul Pengaruh
Motivasi Perempuan Wirausaha Terhadap Kinerja Usaha di Kota Bogor. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa kebutuhan berprestasi berpengaruh terhadap
kinerja usaha, sehingga disarankan agar perempuan wirausaha lebih
memperhatikan prestasinya seperti peningkatan kualitas yang akan meningkatkan
kinerja usahanya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Etriya, SP, MM selaku
pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu dan pelajaran berharga. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr Dra Yusalina, MS dan Bapak
Rahmat Yanuar, SP, MSi selaku dosen penguji utama dan penguji komdik saat
sidang akhir penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Badan
Pengurus Harian HIPMI Kota Bogor yang telah membantu selama pengumpulan
data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh
keluarga atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat.
Listyaningsih Abdullah
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA 37
LAMPIRAN 40
RIWAYAT HIDUP 46
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner Penelitian 41
2 Hasil Cross Loading 44
3 Model awal pengujian sebelum proses dropping 44
4 Model akhir pengujian setelah proses dropping 45
5 Model akhir pengujian setelah proses bootstrapping 45
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jumlah/Total 260 932 293 195 554 127 202 376 217 624 420 000 58 556 75 571
Selain itu angka perempuan wirausaha dinilai tinggi diurutan kedua. Hal ini
berdasarkan status pekerjaan utama berusaha sendiri, yakni 1 061 693 orang
setelah angka bekerja sebagai karyawan yakni 2 681 697 orang untuk Provinsi
Jawa Barat (BPS Provinsi Jawa Barat 2016).
Kegiatan yang dilakukan dengan lebih giat, salah satunya dipengaruhi oleh
motivasi. Motivasi diartikan sebagai sebuah keinginan untuk berbuat sesuatu
berdasarkan motifnya, akan menentukan perilaku seseorang dan berpengaruh
terhadap produktivitasnya. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh (Alma 2017)
bahwa motivasi dinilai berpengaruh terhadap produktivitas wirausaha.
Motivasi merupakan kemauan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif
merupakan kebutuhan, keinginan maupun dorongan atau impuls. Motivasi
seseorang akan tergantung dengan kekuatan motifnya. Motif kekuatan yang
sangat besar dapat menentukan perilaku seseorang. Motif yang kuat tersebut
seringkali akan berkurang jika telah mencapai kepuasan ataupun saat menemui
kegagalan dalam berwirausaha (Alma 2017).
Perumusan Masalah
kebutuhan lainnya seperti yang dikemukakan oleh (Alma 2017). Motif inilah yang
dimaksud dengan motivasi yang mempengaruhi kepuasan dalam bekerja.
Sehingga dengan berlatarbelakang masalah tersebut penting untuk
melakukan penelitian terkait motivasi kebutuhan berprestasi, kebutuhan
berafiliasi, dan kebutuhan kekuasaan terhadap kinerja usaha dari perempuan
wirausaha sebagai pemilik usaha.
Berdasarkan yang dibahas sebelumnya, melakukan penelitian tentang
pengaruh motivasi terhadap kinerja usaha yang masih beragam. Penelitian
tersebut mengkonfirmasi teori motivasi McClelland dengan melakukan pada para
pegawai, bukan pada para pemilik usaha. Penelitian tersebut tidak
mengkonfirmasi berdasarkan objek wirausaha yang bekerja untuk dirinya sendiri,
mengusahakan usahanya sendiri atau pekerja mandiri (self employed) maupun
memperkerjakan orang lain. Berdasarkan hal yang telah disebutkan, penelitian ini
merupakan penelitian lebih lanjut terkait dengan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Sehingga penelitian ini menguji pengaruh motivasi pada perempuan
wirausaha terhadap kinerja usaha yang dikelolanya.
Berdasarkan pemaparan masalah, maka perumusan yang diteliti:
1. Apakah motivasi perempuan wirausaha berpengaruh terhadap kinerja usahanya?
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Motivasi Berwirausaha
indikator keuntungan dan volume penjualan juga, tetapi terdapat indikator yang
berbeda dengan Nasution yaitu pada indikator pendapatan.
(Alma 2017) juga menjelaskan bahwa wirausaha laki-laki dengan wirausaha
perempuan memiliki perbedaan, diantaranya perempuan lebih termotivasi ingin
membuka bisnis karena merasa terbatas dalam menampilkan bakatnya yakni dapat
dikategorikan sebagai kebutuhan berprestasi yang ingin mendapatkan
pengahargaan oleh lingkungan sekitarnya. Sedangkan laki-laki karena dianggap
sudah dihargai dilingkungan sekitarnya, sehingga mereka cenderung merasa
bahwa sudah dihargai dan prestasinya selama ini sudah diterima oleh masyarakat.
Disisi lainnya, perempuan memperoleh permodalan bisnis dari tabungan, harta
pribadi, dan pinjaman pribadi, sedangkan laki-laki lebih mudah memperoleh
permodalan bisnis karena banyak pihak yang percaya bahwa laki-laki bisa
bertanggung jawab dengan penuh.
Persepsi yang telah disebutkan dinilai tidak seluruhnya sesuai, dan hal
tersebut juga yang diduga membuat wanita ingin memperoleh posisi yang sama
agar mendapatkan hak yang sama. Hal tersebut membuat wirausaha perempuan
berkeinginan memiliki banyak teman, relasi, sehingga tercipta motivasi kebutuhan
berafiliasi. Hal yang telah disebutkan menunjukan bahwa motivasi yang
dinyatakan McClelland tidak berlaku pada semua wirausaha, melainkan terdapat
faktor yang membedakan motivasi.
Laki-laki yang berwirausaha memiliki kebutuhan berprestasi, tetapi
kebutuhan berprestasinya memiliki variabel yang berbeda dengan kebutuhan
berprestasi perempuan wirausaha. (Mada et al. 2012) menyatakan bahwa motivasi
kebutuhan kekuasaan lebih tinggi pada gender laki-laki dibandingkan dengan
gender perempuan. Sehingga perlu melakukan penelitian terkait motivasi
kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi, dan kebutuhan kekuasaan terhadap
kinerja usaha wirausaha namun pada gender perempuan untuk mengetahui tingkat
pengaruh motivasi pada gender tersebut, sebab berdasarkan penelitian
sebelumnya, terdapat perbedaan antara gender laki-laki dengan perempuan dalam
berwirausaha.
KERANGKA PEMIKIRAN
manusia yang mendorong untuk menjadi seorang wirausaha antara lain kebutuhan
fisiologis (physiological needs), keamanan (safety security), sosial (affilition),
penghargaan (esteem atau recognition), dan perwujudan diri (self actualization),
(Alma 2017).
(Hendro 2011) kewirausahaan merupakan suatu pengkombinasian antara
organisasi perusahaan yakni sesuatu yang baru seperti produk, layanan, sumber-
sumber, bahan baku, metode produksi, pasar, bentuk-bentuk baru organisasi.
Banyak orang yang berpendapat berbeda mengenai kewirausahaan, diantara
berpendapat berdasarkan sudut pandangnya masing-masing, antara lain sebagai
berikut:
1. Ilmu Pengetahuan
Kewirausahaan sebagai suatu ilmu yang merupakan hasil uji coba di
lapangan, dikumpulkan, diteliti kembali dan dirangkai sebagai sumber informasi
yang berguna bagi banyak pihak yang membutuhkannya sehingga kewirausahaan
bisa dikelompokan dalam disiplin ilmu, baik yang bersifat teori ataupun bersifat
empiris seperti hasil uji di lapangan.
2. Kepribadian atau Sikap
Kewirausahaan sebagai sikap kepribadian atau sikap yang terkandung dalam
karakteristik kewirausahaan adalah kepribadian atau sikap positif. Kepribadian
yang ulet, pantang menyerah, merupakan contoh bagi orang lain agar tidak mudah
merasa puas diri.
3. Filosofi
Kewirausahaan sebagai filosofi hidup merupakan pilihan dan sukses
merupakan akumulasi dari pilihan-pilihan yang tepat menuju ke satu tujuan, yakni
mimpi untuk menjadi lebih baik. Dasar kesuksesan dalam menjadi wirausaha
yang cerdas yaitu filosofi hidup serta bekerja. Oleh sebab itu, kewirausahaan bisa
digolongkan menjadi sebuah filosofi hidup atau landasan hidup dalam menjalani
karir untuk meraih kesuksesan.
4. Keterampilan atau Skill
Kewirausahaan sebagai keterampilan atau skill merupakan kombinasi dua
konsep penting dari pengetahuan serta pengalaman yang dirasakan serta melalui
proses terjatuh dan bangkit kembali untuk menjadi terampil dan akhirnya menjadi
sebuah keahlian dalam menjalankan roda bisnis.
5. Seni
Kewirausahaan sebagai suatu seni, merupakan suatu hal dalam menemukan
ide, menggali inspirasi, peluang bisnis yang membutuhkan imajinasi, visualisasi
dan pemikiran yang tidak jarang harus tidak sejalan dengan logika. Berpikir
berbeda untuk menentukan ide-ide cemerlang. Semuanya itu membutuhkan
kreativitas sebuah seni, inovasi sehingga unsur dan kekuatan seni untuk
menemukan ide dalam cara mengatasi kesulitan, mengendalikan sumber daya
manusia berperan cukup besar.
6. Profesi
Kewirausahaan sebagai sebuah profesi, merupakan sebuah pilihan hidup
yang harus dilakukan dengan professional, artinya harus jujur, terbuka,
berkomitmen, konsisten, tepat janji, tanggung jawab, mengerti batasan hak-
haknya, mengerti etika profesi dan disiplin dalam segala hal.
8
7. Naluri
Kewirausahaan membutuhkan naluri dalam menemukan sebuah peluang dan
ide bisnis yang akhirnya menjadi sebuah bisnis sukses yang bertahan.
8. Mimpi Seseorang
Seorang wirausaha dinilai merupakan perwujudan mimpi bahkan cita-cita
yang terpendam sejak individu tersebut belum dewasa.
9. Pilihan Hidup Seseorang
Kewirausahaan sebagai tujuan hidup seseorang yang mampu menghidupi
keluarganya dengan menjadi karyawan (pekerja) maupun menjadi pengusaha
(wirausahawan), sehingga bukanlah suatu kesalahan jika seseorang memilih
menjadi wirausaha sebagai pilihan hidup.
(Kasmir 2006) menyatakan bahwa terdapat empat keuntungan yang
diperoleh jika seseorang berwirausaha antara lain:
1. Meningkatkan harga diri (memiliki wibawa tertentu seperti disegani dan
dihormati);
2. Memperoleh penghasilan sendiri (hal ini lebih baik dibandingkan menjadi
seorang karyawan);
3. Ide dan motivasi untuk maju lebih besar (menangkap peluang dan
mewujudkannya);
4. Masa depan lebih cerah dan tidak tergantung dengan orang lain (tidak ada
pensiun dan generasi selanjutnya dapat meneruskan usaha).
3. Motivasi kekuasaan
Indikator yang akan dinilai dalam motivasi kekuasaan antara lain sebagai
berikut.
a. Perilaku yang diinginkan dalam pekerjaannya
b. Usaha untuk mengendalikan orang lain dalam pekerjaannya
c. Usaha untuk menjadi karakter yang cocok sebagai seorang pemimpin
d. Usaha untuk memiliki ide-ide untuk memenangkan kompetisi dalam
berbisnis dan mengembangkan usahanya
Gender
Gender merupakan pembagian peran serta fungsi, antara laki-laki dengan
perempuan. Gender melibatkan batasan identifikasi individu secara fisik. Gender
melibatkan karakteristik dan ciri-ciri sosial dari seorang individu. (Alma 2012)
gender yang terlahir sebagai seorang perempuan, akan berbeda dengan dalam
melakukan kegiatan usaha dibandingkan dengan laki-laki. Seorang perempuan
ada masanya dimana ia akan menjadi seorang ibu rumah tangga, ada masa
kehamilan, melahirkan dan menyusui. Hal tersebut berbeda kondisi dengan laki-
laki yang tidak melalui tahapan tersebut seumur hidupnya.
Namun hal ini dapat ditangani dengan solusi menyerahkan sebagian tugas
maupun wewenang secara sementara. Penyerahan tugas dan wewenang ini
tentunya kepada orang yang dipercaya dalam pekerjaannya. Kendati demikian,
tetap saja akan berbeda hasilnya jika ditangani langsung oleh seorang perempuan
yang berwirausaha dengan latar belakangnya adalah pemilik usaha tersebut,
dibandingkan orang lain yang diberi amanah dalam menjalankan tugasnya dan
bukan merupakan pemiliknya langsung.
Kinerja Usaha
Kinerja usaha dari sebuah usaha atau seorang wirausaha dapat diukur
dengan beberapa cara, salah satunya kinerja finansial. Kinerja finansial adalah
kinerja yang diukur berdasarkan keuangan pada suatu usaha. Kinerja usaha dapat
dinilai berdasarkan macam-macam kriteria. (Nurhayati 2011) menyatakan kinerja
dari sebuah usaha dapat diukur dengan menggunakan indikator keuntungan, akses
pemasaran, akses pengetahuan, dan pengakuan pihak lainnya.
(Fadholi 2014) melakukan penelitian terhadap kinerja usaha menggunakan
indikator pertumbuhan usaha dan penerimaan usaha. Lalu (Wahyuningsih 2015;
Nasution 2016; Zulhastami 2016) melakukan penelitian dengan indikator yang
sama, yakni indikator wilayah pemasaran. Tetapi (Wahyuningsih 2015)
menambahkan satu indikator lainnya yaitu peningkatan keuntungan, sehingga
mengukur dengan menggunakan indikator perluasan wilayah pemasaran dan
peningkatan keuntungan. (Zulhastami 2016) menyertakan indikator yang berbeda
yaitu penjualan, dan keuntungan. Sedangkan (Nasution 2016) juga
mengkonfirmasi penelitian (Fadholi 2014) yakni dengan mengukur kinerja usaha
berdasarkan indikator wilayah pemasaran, namun dengan indikator lainnya yang
berbeda yakni keuntungan dan volume penjualan. Ternyata (Sari 2016)
melakukan penelitian yang sejalan dengan (Nasution 2016) yaitu mengukur
kinerja usaha dengan menggunakan indikator keuntungan dan volume penjualan
juga, tetapi terdapat indikator yang berbeda dengan Nasution yaitu pada indikator
pendapatan.
Penelitian ini melakukan pengukuran kinerja usaha yang dipengaruhi oleh
motivasi perempuan berwirausaha dengan menggunakan indikator penerimaan
atau yang sering disebut omset dalam ilmu ekonomi, sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Fadholi 2014; Sari 2016; Zulhastami 2016). Omset adalah
13
semua jumlah uang yang dihasilkan dari penjualan dalam jangka waktu tertentu.
Ilmu ekonomi menyebutnya sebagai penerimaan, karena merupakan nilai yang
dihasilkan berdasarkan nilai harga jual dari masing-masing unit yang terjual, dan
belum menghitung biaya yang dikeluarkan untuk produksi maupun
pemasarannya. Jumlah nilai omset tersebut merupakan jumlah yang belum
dikurangi dengan biaya HPP dan expense.
Hipotesis Penelitian
H3 Omset
Kebutuhan Kekuasaan
METODE PENELITIAN
Pengukuran Variabel
Variabel Independen
1. Kebutuhan Berprestasi terhadap Kinerja Usaha
Motivasi kebutuhan berprestasi perempuan berwirausaha diduga disebabkan
karena perempuan ingin memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki.
Perempuan ingin dihargai dan diakui bahwa mereka memiliki hak yang sama dan
mampu memiliki kemampuan yang sama dengan laki-laki. (Alma 2017) yang
menyatakan bahwa perempuan wirausaha dimotivasi membuka bisnis disebabkan
keinginan berprestasi. Sehingga hal ini diduga akan berpengaruh meningkatkan
kinerja usahanya yaitu omsetnya.
Berdasarkan Teori Motivasi McClelland dengan pendekatan yang telah
dinyatakan oleh (Kristanto 2009) dan (Mada et al. 2012) yang diadaptasi pada
wirausaha yang memiliki usaha sendiri, untuk motivasi kebutuhan berprestasi
indikator yang diukur:
a. P1 = Keinginan untuk unggul (Mada et al. 2012)
b. P2 = Keinginan mendapatkan prestasi (Kristanto 2009)
c. P3 = Keinginan mendapatkan pengakuan dari keluarga (Kristanto 2009)
d. P4 = Keinginan mendapatkan pengakuan dari masyarakat (Kristanto 2009)
e. P5 = Memenuhi standar yang ditetapkan dalam pekerjaan (Mada et al. 2012)
f. P6 = Berusaha meraih sukses (Mada et al. 2012)
g. P7, P8 = Mengambil risiko (Mada et al. 2012)
h. P9 = Keinginan mendapatkan respon orang lain (Mada et al. 2012)
i. P10, P11, P12 = Bertanggung jawab (Mada et al. 2012)
17
Variabel Dependen
Kinerja Usaha
Kinerja usaha dari sebuah usaha atau seorang wirausaha dapat diukur
dengan beberapa cara, salah satunya kinerja finansial. Kinerja finansial adalah
kinerja yang diukur berdasarkan keuangan pada suatu usaha. Kinerja usaha dapat
dinilai berdasarkan macam-macam kriteria. Penelitian ini melakukan pengukuran
kinerja usaha yang dipengaruhi oleh motivasi perempuan berwirausaha dengan
menggunakan indikator penerimaan atau yang sering disebut omset dalam ilmu
ekonomi, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fadholi 2014; Sari 2016;
Zulhastami 2016).
Omset adalah semua jumlah uang yang dihasilkan dari penjualan dalam
jangka waktu tertentu. Ilmu ekonomi menyebutnya sebagai penerimaan, karena
merupakan nilai yang dihasilkan berdasarkan nilai harga jual dari masing-masing
unit yang terjual, dan belum menghitung biaya yang dikeluarkan untuk produksi
maupun pemasarannya. Jumlah nilai omset tersebut merupakan jumlah yang
belum dikurangi dengan biaya HPP dan expense.
Berdasarkan pendekatan yang telah dinyatakan oleh (Fadholi 2014; Sari 2016;
Zulhastami 2016) sehingga untuk kinerja usaha indikator yang diukur:
a. Y1 = Omset atau Penerimaan (Penerimaan = Penjualan x Unit Terjual)
Skala Pengukuran
Pretest Kuesioner
5. Cronbach’s Alpha
Pengukuran suatu konstruk agar reliabel selain menggunakan parameter
Composite Reliability, dapat juga menggunakan Cronbach’s Alpha.
Pengukuran dapat dinyatakan reliabel apabila nilai Cronbach’s Alpha lebih
besar dari 0.7. Rule of thumbs nilai Alpha atau Composite Reliability sebaiknya
lebih besar dari 0.7 meskipun 0.6 masih dapat diterima (Hair et al. 2008 dalam
Abdillah, 2018).
Pengujian Hipotesis
Uji terakhir adalah pengujian terhadap hipotesis yang telah dirancang dalam
penelitian. Pengujian ini dilakukan setelah pengujian validitas dan reliabilitas. Uji
hipotesis tersebut dilakukan melalui bootstrapping pada aplikasi perangkat lunak
SmartPLS dan mengukur melalui path coefficient, pengujian dilakukan
menggunakan parameter uji nilai t-statistik dan nilai p-value. Hipotesis dapat
diterima apabila nilai t-statistik > t-tabel dengan nilai t-tabel 1.96 atau nilai p-
value < 0.05 untuk alpha sama dengan 5%. Nilai t-tabel 1.96 karena penelitian ini
merupakan penelitian dua arah (two-tailed). Sedangkan untuk penelitian satu arah
(one-tailed) menggunakan nilai t-tabel 1.64 (Abdillah 2018).
23
Usia
Perbedaan usia responden dapat menyebabkan perbedaan pola motivas
dalam aktivitas berwirausaha yang dinilai akan turut memberikan kinerja usaha
yang berbeda. Berdasarkan sebaran umur responden perempuan wirausaha, dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu usia 17 tahun sampai dengan 25 tahun termasuk
dalam kategori masa remaja akhir, usia 26 tahun sampai dengan 35 tahun
termasuk dalam kategori masa dewasa awal, dan usia 36 tahun sampai dengan 45
tahun termasuk dalam kategori masa dewasa akhir (Depkes RI 2009).
Berdasarkan sebaran usia responden perempuan wirausaha yang terbanyak dengan
nilai 90 persen yang merupakan kategori masa remaja akhir. Selebihnya kategori
masa dewasa awal sebanyak 2 persen, dan kategori masa dewasa akhir sebanyak 8
persen.
26 sampai 35
(Masa Dewasa
Awal)
2%
17 sampai 25
(Masa Remaja
Akhir)
90%
Gambar 2. Sebaran responden berdasarkan usia
Status Pernikahan
Motivasi setiap responden dinilai akan berbeda antara responden yang
belum menikah, menikah, dan pernah menikah. Hal ini karena pada ketiga status
pernikahan tersebut akan memberikan pengambilan keputusan yang berbeda
dalam aktivitasnya sehari-hari maupun dalam mengambil tindakan berwirausaha.
Motivasi dalam berwirausaha akan berbeda karena adanya anggota keluarga
maupun pasangannya yang turut dipertimbangkan.
Berdasarkan hasil penelitian, status pernikahan responden didominasi oleh
responden yang belum menikah. Status pernikahan ini terkait dengan sebaran usia
responden yang merupakan kategori masa remaja akhir yang merupakan masa
dalam menempuh pendidikan. Sebaran status responden tersaji pada gambar
dibawah ini.
25
Status Pernikahan
Menikah
7%
Belum Menikah
93%
Pendidikan Terakhir
Tingkat pendidikan merupakan karakteristik yang juga dinilai memberikan
hasil yang berbeda berdasarkan motivasi masing-masing wirausaha. Tingkat
pendidikan yang berbeda akan memberikan pola pikir yang berbeda juga dalam
mengambil keputusan berwirausaha maupun dalam mengembangkan usahanya.
Berdasarkan sebaran pendidikan terakhir responden dalam penelitian ini,
didominasi oleh responden dengan pendidikan terakhir lulusan SMA, pada urutan
terbanyak kedua adalah responden dengan pendidikan terakhir lulusan Diploma
III. Hal ini berkaitan dengan sebaran umur responden pada penelitian ini, yaitu
termasuk kategori masa remaja akhir yang saat ini merupakan masa menempuh
pendidikan Diploma III maupun Strata I.
S2
3%
Pendidikan Terakhir
S1
12% SMA
45%
D3
40%
pemasaran produk atau jasa yang dikelolanya untuk diusahakan atau menjadi
bisnisnya. Sebab lingkungan sehari-hari seorang wirausaha akan turut berkaitan
dengan bisnisnya.
Berdasarkan hasil penelitian pada pekerjaan selain berwirausaha berkaitan
dengan usia responden dan tingkat pendidikan terakhir. Hal ini menunjukan
bahwa sebaran usia dengan kategori masa remaja akhir, saat ini sedang menjalani
masa studi pada perguruan tinggi maupun akademi, sehingga mereka memiliki
pekerjaan selain berwirausahanya sebagai mahasiswi.
Karyawan
Swasta
12%
Mahasiswi
55%
Organisasi
Organisasi yang diminati oleh seseorang juga dinilai memberikan pola
perilaku berbeda dalam berwirausaha. Misalnya seseorang yang mengikuti
organisasi terkait wirausaha, akan berbeda dengan seseorang yang tidak mengikuti
organisasi terkait wirausaha. Hal ini disebabkan organisasi yang terkait dengan
wirausaha akan lebih banyak membahas mengenai bisnis dibandingkan dengan
organisasi yang tidak terkait dengan wirausaha. Terlebih lagi jika seseorang
tersebut tidak mengikuti organisasi sama sekali, hal ini akan berbeda pola
perilakunya dalam mengelola usaha yang dirintisnya.
Berdasarkan sebaran responden dapat dilihat bahwa responden yang
mengikuti organisasi HIPMI lebih banyak dibandingkan dengan responden yang
mengikuti organisasi lainnya. Hal ini terkait dengan perencanaan penelitian.
Awalnya direncanakan akan melakukan penelitian pada responden yang
merupakan organisasi berwirausaha di Kota Bogor, yaitu IWAPI, WPMI, dan
HIPMI. Namun hal tersebut terkendala pada perizinan yang sangat lama,
sedangkan waktu penelitian yang terbatas. Perizinan yang memberikan konfirmasi
secara resmi hanya HIPMI cabang Kota Bogor. Sehingga lebih banyak responden
penelitian ini yang merupakan pengurus HIPMI, selebihnya merupakan
perempuan wirausaha yang pengambilan sampelnya dengan metode Convenience
Sampling.
27
Tidak
Organisasi
Berorganisasi WPMI
10% 2%
Organisasi Non
Wirausaha
29%
HIPMI
51%
Organisasi
Wirausaha
Umum
8%
Jenis Usaha
Usaha yang dikelola oleh setiap wirausaha dengan jenis usaha yang berbeda,
akan berbeda pula hasilnya. Hal tersebut akan memberikan hasil yang berbeda
pada nilai omset yang diterima dari hasil kerja keras setiap orang. Jenis usaha
yang dikelola oleh responden dalam penelitian ini sangat bervariasi, mulai dari
aksesoris, craft, event organizer, fashion, makanan, MUA (Make Up Artist),
otomotif, pendidikan atau sarana edukasi, produk perawatan kulit, travel and tour.
Berdasarkan sebaran responden paling banyak mengusahakan bisnis dibidang
makanan. Bisnis dibidang makanan ini terkait dengan makanan berat, makanan
cepat saji, makanan siap saji, dan makanan ringan.
28
Jenis Usaha
Craft Event organizer
Aksesoris 3%
16% 3%
Fashion
Pendidikan 16%
5%
Produk Otomotif
Perawatan Kulit 4%
11%
Travel
2% Makanan
MUA 35%
5%
Gambar 7. Sebaran responden berdasarkan jenis usaha
Pengalaman Usaha
Pengalaman usaha setiap orang akan membuatnya memiliki kompetensi
yang berbeda dalam menjalani usahanya. Selain itu pengalaman berwirausaha
juga akan membuatnya memiliki motivasi yang berbeda dalam peningkatan
usahanya. Berdasarkan sebaran responden yang terbanyak merupakan wirausaha
dengan pengalaman berwirausaha selama rentang 1 sampai 3 tahun. Hal ini terkait
dengan hal terbanyak sebaran usia responden dan juga pekerjaan responden selain
berwirausaha adalah sebagai mahasiswi. Sehingga dapat dinyatakan responden
lebih banyak adalah responden yang masih pemula dalam berwirausaha.
Pengalaman Usaha
Lebih dari 6
tahun
6% Kurang dari 1
tahun
18%
4 sampai 6
tahun
18% 1 sampai 3
tahun
58%
Variabel Utama
Kebutuhan Berprestasi H1
H3 Omset
Kebutuhan Kekuasaan
Keterangan
: Berpengaruh nyata
Kebutuhan Berprestasi, tujuh indikator yang tidak memenuhi syarat pada variabel
Kebutuhan Berafiliasi, dua indikator tidak memenuhi syarat pada variabel
Kebutuhan Kekuasaan. Indikator tersebut antara lain adalah P1 (keinginan untuk
unggul), P2 (keinginan mendapatkan prestasi), P3 (keinginan mendapatkan
pengakuan dari keluarga), P4 (keinginan mendapatkan pengakuan dari
masyarakat), P5 (memenuhi standar yang ditetapkan dalam pekerjaan), P7
(mengambil risiko), P8 (mengambil risiko), P9 (keinginan mendapatkan respon
orang lain), A1 (berusaha menjalin hubungan baik dengan teman), A2 (berusaha
menjalin hubungan baik dengan pemasok), A3 (berusaha menjalin hubungan baik
dengan teman), A4 (berusaha menjalin hubungan baik dengan konsumen), A5
(berusaha menjalin hubungan baik dengan pihak sumber pembiayaan), A6
(bersikap mampu bekerjasama), A7 (keinginan berinteraksi dengan pihak luar),
K1 (mengendalikan orang lain), K2 (berusaha bersikap sebagai pemimpin).
Indikator pada konstruk Kinerja Usaha hanya satu, sehingga tidak terdapat nilai
loading yang tidak memenuhi syarat. Indikator yang tidak memenuhi syarat
tersebut harus di keluarkan dari model (dropping) dan akan diperoleh model
penelitian setelah dilakukan dropping seperti pada Lampiran 4.
Kebutuhan Berprestasi
Variabel Kebutuhan Berprestasi diindikasikan oleh empat indikator yaitu P6
(berusaha meraih sukses) dengan nilai loading sebesar 0.820, P10 (bertanggung
jawab) dengan nilai loading sebesar 0.607, P11 (bertanggung jawab) dengan nilai
loading sebesar 0.763, P12 (bertanggung jawab) dengan nilai loading sebesar
0.751. Hal ini menunjukan bahwa indikator P6, P10, P11 dan P12 telah memenuhi
syarat konstruk yang valid untuk pengukuran Kebutuhan Berprestasi.
Kebutuhan Berafiliasi
Variabel Kebutuhan Berafiliasi diindikasikan oleh tiga indikator yaitu A8
(membangun jejaring) dengan nilai loading sebesar 0.709, A9 (membangun
jejaring) dengan nilai loading sebesar 0.910, dan A10 (sesama wirausaha adalah
pendukung usaha) dengan nilai loading sebesar 0.901. Hal ini menunjukan bahwa
indikator A8, A9 dan A10 telah memenuhi syarat konstruk yang valid untuk
pengukuran Kebutuhan Berafiliasi.
Kebutuhan Kekuasaan
Variabel Kebutuhan Kekuasaan diindikasikan oleh dua indikator yaitu K3
(berusaha memenangkan suatu kompetisi) dengan nilai loading sebesar 0.775, K4
(berusaha menguasai pasar (market leader)) dengan nilai loading sebesar 0.889.
Hal ini menunjukan bahwa indikator K3 dan K4 telah memenuhi syarat konstruk
yang valid untuk pengukuran Kebutuhan Kekuasaan.
Kinerja Usaha
Variabel Kinerja Usaha diindikasikan oleh satu indikator yaitu Y2 (omset)
dengan nilai loading sebesar 1.000 yang menunjukan bahwa indikator Y2 telah
memenuhi syarat konstruk yang valid untuk pengukuran Kinerja Usaha.
bernilai lebih dari 0.5 (Abdillah 2018). Sehingga berdasarkan syarat tersebut,
dapat dinyatakan bahwa semua konstruk telah valid dengan melalui uji validitas
konvergen.
Tabel 3. Hasil pengukuran model
Konstruk dan indikator FL CA CR AVE t-stat p-value
1. Kebutuhan Berprestasi 0.726 0.827 0.547 2.031 0.043
Berusaha meraih sukses (P6) 0.820
Bertanggung jawab (P10) 0.607
Bertanggung jawab (P11) 0.763
Bertanggung jawab (P12) 0.751
2. Kebutuhan Berafiliasi 0.801 0.881 0.714 0.351 0.726
Membangun jejaring (A8) 0.709
Membangun jejaring (A9) 0.910
Sesama wirausaha adalah 0.901
pendukung usaha (A10)
3. Kebutuhan Kekuasaan 0.571 0.820 0.695 1.523 0.128
Berusaha memenangkan suatu 0.775
kompetisi di bisnis (K3)
Berusaha menguasai pasar (K4) 0.889
4. Kinerja Usaha
Penerimaan atau omset (Y2) 1.000
Data signifikan pada alpha 5%
Ket: FL (Factor Loadings), CA (Cronbach’s Alpha), CR (Composite Reliability), AVE (Average
Variance Extracted)
Uji Reliabilitas
terendah reliabilitas suatu variabel. Sehingga nilai Cronbach’s Alpha akan lebih
rendah dibandingkan dengan nilai Composite Reliability (Abdillah 2018).
Berdasarkan Tabel 7, dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel laten reliabel
karena memiliki nilai Composite Reliability lebih besar dari 0.7.
Inner model atau model struktural dalam metode PLS dievaluasi dengan
menggunakan beberapa parameter. Parameter yang digunakan antara lain R 2
untuk mengevaluasi konstruk dependen, nilai koefisien path atau t-values masing-
masing path (jalur) untuk pengujian signifikansi antar konstruk dalam model
struktural. Parameter yang digunakan dalam mengukur tingkat variasi perubahan
variabel independen terhadap variabel dependen adalah nilai R2. Nilai R2 yang
semakin besar atau tinggi menunjukan bahwa model prediksi dari model
penelitian yang diajukan semakin baik (Abdillah 2018).
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian, R2 bernilai 0.103 yang
artinya variasi perubahan variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel
independen adalah sebesar 10,3%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain
di luar model yang diajukan. (Abdillah 2018) juga menambahkan bahwa R2
bukanlah sebuah parameter yang mutlak atau absolut dalam mengukur ketepatan
model prediksi sebab dasar hubungan teoretisnya adalah parameter yang paling
utama untuk menjelaskan hubungan kausalitas tersebut. (Abdillah 2018) juga
menegaskan bahwa R2 bukanlah sebuah ukuran satu-satunya model estimasian
yang baik.
Selain parameter R2, terdapat juga parameter Q2 atau yang sering dikenal
dengan uji Stone-Geisser. Uji tersebut bertujuan untuk relevansi prediksi.
Pengukurannya menggunakan nilai R2 dengan cara Q2 = 1 – (1-R12) (1-R22)...(1-
Rn2). Berdasarkan nilai R2 yang diperoleh dari pengolahan data, maka diperoleh
nilai Q2 yaitu 0.897. Syarat nilai Q2 dinyatakan sebagai model struktural yang fit
dengan data yaitu nilai Q2 berada diantara 0 dan 1 atau persamaannya adalah
33
0<Q2<1. Berdasarkan nilai Q2 yang diperoleh dari perhitungan adalah 0.897 maka
0<0.897<1, sehingga dapat dinyatakan bahwa model struktural fit dengan data.
Pengujian Hipotesis
Uji terakhir adalah pengujian terhadap hipotesis yang telah dirancang dalam
penelitian. Pengujian ini dilakukan setelah pengujian validitas dan reliabilitas. Uji
hipotesis tersebut dilakukan melalui bootstrapping dengan menggunakan
parameter uji nilai t-statistik dan nilai p-value pada path coefficients. Hipotesis
dapat diterima apabila nilai t-statistik > t-tabel dengan nilai t-tabel 1.96 atau nilai
p-value < 0.05 untuk alpha sama dengan 5%. Berdasarkan hasil t-statistik dan p-
value, dapat dinyatakan bahwa tidak seluruh hipotesis awal yang telah dirancang
dapat diterima (signifikan).
Kebutuhan
berprestasi 0.222*
Kinerja
Kebutuhan
berafiliasi
Usaha
0.036
R2 = 0.103
Kebutuhan 0.165
kekuasaan
*p < 0.05
Berpengaruh nyata
itu (Alma 2017) juga menyatakan perempuan dimotivasi oleh keinginannya untuk
berprestasi ketika mereka memutuskan untuk membuka bisnis. Disisi lain,
perempuan merasa keterampilannya kurang ditunjukan yang membuat mereka
memutuskan ingin berprestasi dengan cara berwirausaha. Motivasi perempuan
wirausaha yang hidup di negara maju adalah untuk berprestasi (Mavrudah 2013).
bisnisnya kurang berjalan. Hal ini didukung oleh (Ulfah 2013) yang menyatakan
bahwa seseorang yang memiliki motivasi berafiliasi yang tinggi menghabiskan
lebih banyak waktunya untuk mempertahankan hubungan sosialnya.
kekuasaan tidak berpengaruh nyata pada kondisi ini diduga berkaitan dengan
lamanya usaha yang dijalankan oleh responden, yakni masih pada tahapan awal
berbisnis. Sehingga orientasi berbisnisnya juga lebih cenderung pada target
omsetnya dan meningkatkan prestasinya, dan belum memiliki dorongan yang
besar untuk berafiliasi lebih jauh maupun memiliki kekuasaan dalam berbisnis.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, model akhir penelitian ini seperti berikut
ini yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Variabel Utama
Kebutuhan Berprestasi H1
H3 Omset
Kebutuhan Kekuasaan
Keterangan
: Berpengaruh nyata
: Berpengaruh tidak nyata
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
41
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH MOTIVASI PEREMPUAN WIRAUSAHA TERHADAP
KINERJA USAHA DI KOTA BOGOR
Oleh
Listyaningsih Abdullah
1 2 3 4 5
No. Pernyataan
STS TS CS S SS
Anda berupaya produk/jasa usaha anda memberi manfaat lebih
1 baik untuk konsumen, dibandingkan produk/jasa pesaing.
Anda tertarik mengikuti kompetisi kewirausahaan dan berupaya
2 memenangkan kompetisi tersebut.
Anda senang berwirausaha karena keluarga anda menyebut dan
3 memberikan pujian atau mengapresiasi bahwa anda mandiri.
Anda senang berwirausaha karena orang lain menganggap anda
4 hebat.
Anda menetapkan target tujuan yang ingin dicapai dalam
5 berwirausaha setiap tahunnya.
Anda sering melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkala
6 dalam usaha.
Anda berani berutang dalam jumlah besar untuk usaha Anda.
7
8 Anda berani menjual aset untuk modal usaha.
Anda menanyakan pendapat konsumen mengenai produk/jasa
9 terhadap usaha anda.
Anda memberikan asuransi kepada pekerja Anda.
10
Anda memberikan pelatihan kepada pekerja Anda untuk
11 meningkatkan kapasitas kerjanya.
Anda memberikan kesempatan pada pekerja Anda untuk
12 menempuh pendidikan lagi.
Anda meluangkan banyak waktu membangun hubungan baik
dengan teman.
a. Bertemu / tatap muka
b. Telepon
c. WA, Line
13 d. Email
Anda selalu berusaha dan berhubungan baik dengan pemasok
14 Anda.
Anda selalu berusaha dan berhubungan baik dengan rekan
15 pengusaha.
Anda selalu berusaha dan berhubungan baik dengan reseller
16 maupun konsumen anda.
43
No. Pernyataan
1 2 3 4 5
STS TS CS S SS
Anda selalu berusaha dan berhubungan baik dengan pihak
17 pemberi sumber pembiayaan (investor, bankir, dsb).
Anda lebih sering bekerja membagi tugas dan mendelegasikan
tugas kepada teman maupun karyawan anda.
18
Anda selalu meluangkan waktu untuk membangun hubungan
dengan pemerintahan (Dinas, kementerian, kecamatan,
19 kelurahan).
Anda selalu meluangkan waktu untuk hadir pada pertemuan
20 organisasi.
21 Anda terlibat dalam membangun organisasi/asosiasi wirausaha.
22 Anda berminat menjadi pengurus di organisasi wirausaha.
23 Anda berminat menjadi ketua suatu organisasi.
24 Anda menciptakan sistem pembagian pekerjaan diusaha anda.
Anda berupaya mendapatkan dukungan terbanyak dari anggota
25 organisasi.
26 Anda terus berupaya memperbesar pangsa pasar.
A B C D E
No. Jenis Terjual (unit) Biaya Biaya
Produk perbulan Harga/unit Produksi Pemasaran
1
2
3
4
5
44
RIWAYAT HIDUP