Abdullah Listyaningsih 2018 PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 60

PENGARUH MOTIVASI PEREMPUAN WIRAUSAHA

TERHADAP KINERJA USAHA DI KOTA BOGOR

LISTYANINGSIH ABDULLAH

DEPARTEMEN AGRIBSINIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Motivasi


Perempuan Wirausaha terhadap Kinerja Usaha di Kota Bogor adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2018

Listyaningsih Abdullah
NIM H34164014

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
iv
ABSTRAK

LISTYANINGSIH ABDULLAH. Pengaruh Motivasi Perempuan Wirausaha


terhadap Kinerja Usaha di Kota Bogor. Dibimbing oleh ETRIYA.

Kinerja usaha perempuan wirausaha dapat disebabkan oleh motivasinya


dalam menjalankan usaha. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
karakteristik perempuan wirausaha dan menganalisis pengaruh motivasi
perempuan wirausaha terhadap kinerja usaha di Kota Bogor. Berdasarkan teori
McClelland, motivasi terdiri atas: kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi,
dan kebutuhan kekuasaan. Data dikumpulkan melalui survei 40 perempuan yang
memiliki dan mengelola bisnis mereka di Bogor. Data dianalisis menggunakan
statistik deskriptif dan metode Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian
menyatakan bahwa karakteristik responden yang diteliti pada masa remaja akhir
yaitu berusia 17 sampai dengan 25 tahun dan sebagian besar dari mereka adalah
mahasiswi. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa di antara tiga motivasi,
hanya kebutuhan berprestasi yang positif mempengaruhi kinerja usaha. Penelitian
ini menyarankan agar perempuan wirausaha lebih memperhatikan untuk
meningkatkan kebutuhan mereka dalam berprestasi, seperti meningkatkan
pendapatan atau peningkatan kualitas, yang dapat membantu mereka untuk
mendapatkan kinerja usaha yang lebih optimal.

Kata kunci: kebutuhan berafiliasi, kebutuhan berprestasi, kebutuhan kekuasaan,


kinerja usaha, PLS

ABSTRACT
LISTYANINGSIH ABDULLAH. The influence of Entrepreneurial Motivation of
Women Entrepreneurs on Firm Performance: The Case of Bogor. Supervised by
ETRIYA.

The business performance of women entrepreneurs might be caused by their


motivation to run the business. This paper aims to describe the characteristics of
women entrepreneur and investigate the influence of motivation of women
entrepreneurs on firm performance in Bogor. Bulding on McClelland's theory,
motivation consists of: the need for achievement, the need for affiliation, and the
need for power. The data were gathered with a survey of 40 women who own and
manage their business in Bogor. Data were analyzed using descriptive statistics
and Partial Least Square (PLS). The results show that respondent’s age range
between 17 and 25 years old and most of them are students. Further analysis show
that among the three motivations, only the need for achievement positively
influences firm performance. We suggest that women entrepreneurs pay more
attention to pursue their need for achievement, such as increased revenues or
improved quality, which may help them to gain higher firm performance.

Keywords: firm performance, the need for achievement, the need for affiliation,
the need for power, PLS
vi
PENGARUH MOTIVASI PEREMPUAN WIRAUSAHA
TERHADAP KINERJA USAHA DI KOTA BOGOR

LISTYANINGSIH ABDULLAH

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBSINIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
x
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang
diangkat dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Mei 2018 sampai
dengan Juni 2018 ini merupakan perilaku wirausaha, yang berjudul Pengaruh
Motivasi Perempuan Wirausaha Terhadap Kinerja Usaha di Kota Bogor. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa kebutuhan berprestasi berpengaruh terhadap
kinerja usaha, sehingga disarankan agar perempuan wirausaha lebih
memperhatikan prestasinya seperti peningkatan kualitas yang akan meningkatkan
kinerja usahanya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Etriya, SP, MM selaku
pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu dan pelajaran berharga. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr Dra Yusalina, MS dan Bapak
Rahmat Yanuar, SP, MSi selaku dosen penguji utama dan penguji komdik saat
sidang akhir penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Badan
Pengurus Harian HIPMI Kota Bogor yang telah membantu selama pengumpulan
data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh
keluarga atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2018

Listyaningsih Abdullah
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI iii


DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 5
Motivasi Berwirausaha 5
KERANGKA PEMIKIRAN 6
Kerangka Pemikiran Teoritis 6
Wirausaha dan Kewirausahaan 6
Motivasi dan Wirausaha Perempuan 8
Gender 11
Perbedaan Wirausaha Laki-Laki dengan Wirausaha Perempuan 11
Kinerja Usaha 12
Kerangka Pemikiran Operasional 13
Hipotesis Penelitian 13
METODE PENELITIAN 15
Lokasi dan Waktu Penelitian 15
Jenis dan Sumber Data 15
Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data 15
Pengukuran Variabel 16
Skala Pengukuran 18
Prestest Kuesioner 18
Metode Pengolahan dan Analisis Data 20
Analisis PLS (SEM Basis Varian) 20
Analisis Outer Model 21
Analisis Inner Model 22
Pengujian Hipotesis 22
HASIL DAN PEMBAHASAN 23
Gambaran Umum Penelitian 23
Karakteristik Perempuan Wirausaha 23
Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Usaha 29
Uji Validitas Konstruk 29
Uji Validitas Diskriminan 31
Uji Reliabilitas 31
Analisis Model Struktural 32
Pengujian Hipotesis 33
SIMPULAN DAN SARAN 36
Simpulan 36
Saran 37
14

DAFTAR PUSTAKA 37
LAMPIRAN 40
RIWAYAT HIDUP 46

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan Kerangka Pemikiran Operasional (Hipotesis) 23


2 Sebaran responden berdasarkan usia 24
3 Sebaran responden berdasarkan status pernikahan 25
4 Sebaran responden berdasarkan pendidikan terakhir 25
5 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan selain berwirausaha 26
6 Sebaran responden berdasarkan organisasi 27
7 Sebaran responden berdasarkan jenis usaha 28
8 Sebaran responden berdasarkan pengalaman usaha 28
9 Bagan Kerangka Pengukuran Pengaruh 29
10 Model Hasil Penelitian 33
11 Model Penelitian Hasil Hipotesis 36

DAFTAR TABEL

1 Jumlah pencari pekerjaan menurut lulusan di Jawa Barat 2015 2


2 Penduduk menurut status pekerjaan utama dan jenis kelamin 2
3 Hasil pengukuran model 31

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner Penelitian 41
2 Hasil Cross Loading 44
3 Model awal pengujian sebelum proses dropping 44
4 Model akhir pengujian setelah proses dropping 45
5 Model akhir pengujian setelah proses bootstrapping 45
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Wirausaha berperan penting untuk negara seperti Indonesia. Indonesia yang


sedang berkembang, membutuhkan sektor yang berperan penting dalam
pembangunan negara. Peran penting wirausaha yaitu menciptakan lapangan
pekerjaan. Wirausaha bisa mengusahakan apa saja, baik memproduksinya sendiri,
maupun menciptakan sesuatu sehingga menjadi memiliki nilai tambah. Baik
bernilai tambah dari sisi produknya, maupun sentuhan jasa.
Kunci keberhasilan pembangunan yang dicapai oleh negara Jepang adalah
keberhasilan wirausaha. Jepang mampu mencapai keberhasilannya ternyata
disponsori oleh wirausahawan yang telah berjumlah 2 persen tingkat sedang,
berwirausaha kecil berjumlah 20 persen dari jumlah penduduknya. Hal serupa
merupakan alasan mengapa di negara-negara maju juga semakin tumbuh para
pengusaha yang telah membuat banyak variasi pada pasar dengan produk yang
inovatif (Alma 2017).
Wirausahawan merupakan seorang inovator, individu yang memiliki
kecenderungan untuk menangkap peluang, memiliki semangat, kemampuan
dalam berpikir untuk menaklukan cara berpikir yang yang lamban dan juga malas.
Wirausahan akan mengkombinasikan berbagai gabungan hal untuk menjadi satu
padu. Kelima hal tersebut adalah pengenalan barang maupun jasa baru, metode
produksi baru, sumber bahan mentah baru, pasar baru, serta organisasi baru.
Kelima hal itulah yang akan dikombinasikan sehingga akan membentuk seorang
wirausahawan yang sukses (Alma 2017).
Semua orang berpeluang berwirausaha, baik laki-laki maupun perempuan.
Tanpa adanya syarat khusus batasan usia, pendidikan, latar belakang dan lainnya,
semua orang bisa menjadi wirausaha. Baik laki-laki maupun perempuan bisa
menjadi wirausaha dengan kemampuan apa saja yang mereka miliki, yang
terpenting mereka mau dan bersiap untuk menjadi wirausaha.
Tahun 2017 banyak perempuan wirausaha yang bermunculan sehingga
jumlahnya semakin bertambah. Hal ini berdasarkan pernyataan pada berita pada
situs resmi Kota Bogor yang menyatakan bahwa wirausaha perempuan di Kota
Bogor yang tercatat pada IWAPI bertambah menjadi 330 orang, sedangkan hal
tersebut hanya yang tercatat tergabung dalam IWAPI, belum termasuk dengan
yang tidak mendaftar IWAPI. Peningkatan ini diduga, karena semakin banyak
perempuan yang berwirausaha. Selain itu hal tersebut diduga karena tidak semua
orang yang mendaftar pekerjaan akan terserap oleh lapangan pekerjaan, yang pada
akhirnya berpeluang besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan untuk dirinya
sendiri, sehingga banyak perempuan berwirausaha. Hal ini terlihat pada Tabel 1
mengenai tidak terserapnya lulusan pada lapangan pekerjaan, yaitu terdapat
sebanyak 22.44 persen laki-laki dan 25.77 persen perempuan. Persentase tidak
terserapnya pencari kerja perempuan lebih banyak daripada pencari kerja laki-laki
diduga berpeluang dalam mendorong menciptakan lapangan pekerjaan sendiri,
yakni dengan berwirausaha.
2

Tabel 1. Jumlah Pencari Pekerjaan Menurut Lulusan di Jawa Barat, 2015


Tingkat Terdaftar Ditempatkan Tidak ditempatkan
Pendi-dikan
yang Dita-
matkan Laki- Perem- Laki- Perem- Laki- Perem-
Jumlah Jumlah
laki puan laki puan laki puan
SD ke
46 392 64 851 111 243 34 177 41 380 75 557 12 215 23 471
bawah
SLTP 59 637 60 124 119 761 32 654 35 478 68 132 26 983 24 646
SLTA ke
65 282 76 970 142 252 65 421 68 751 134 172 -139 8 219
atas
D1 s/d S2 89 621 91 250 180 871 70 124 72 015 142 139 19 497 19 235

Jumlah/Total 260 932 293 195 554 127 202 376 217 624 420 000 58 556 75 571

Persentase (%) 22.44 25.77


Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat
2016, diolah

Selain itu angka perempuan wirausaha dinilai tinggi diurutan kedua. Hal ini
berdasarkan status pekerjaan utama berusaha sendiri, yakni 1 061 693 orang
setelah angka bekerja sebagai karyawan yakni 2 681 697 orang untuk Provinsi
Jawa Barat (BPS Provinsi Jawa Barat 2016).

Tabel 2. Penduduk Menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin
Status Pekerjaan Utama
Laki-laki Perempuan Jumlah

Berusaha sendiri 2 349 381 1 061 693 3 411 074


Berusaha dibantu buruh
tidak tetap/buruh tak 1 478 638 492 742 1 971 380
dibayar
Berusaha dibantu buruh
512 392 120 645 633 037
tetap/buruh dibayar

Buruh/Karyawan/Pegawai 6 007 475 2 681 697 8 689 172


Pekerja Bebas 719 552 282 876 1 002 428
Pekerja Keluarga/tak
1 533 963 214 521 1 748 484
dibayar
Jumlah 12 601 401 4 854 174 17 455 575
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat 2016

Besarnya motivasi dalam diri seorang wirausaha dapat memengaruhi dalam


kegiatan berwirausaha. Tingkat produktivitas dari suatu kegiatan wirausaha yang
dilakukan akan tergantung dengan keinginan dari dalam diri mereka untuk
melakukan dengan lebih giat. Berbagai cara mampu mendorong banyak orang
melakukan hal secara sadar dan lebih giat untuk mencapai tujuan tertentu.
3

Kegiatan yang dilakukan dengan lebih giat, salah satunya dipengaruhi oleh
motivasi. Motivasi diartikan sebagai sebuah keinginan untuk berbuat sesuatu
berdasarkan motifnya, akan menentukan perilaku seseorang dan berpengaruh
terhadap produktivitasnya. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh (Alma 2017)
bahwa motivasi dinilai berpengaruh terhadap produktivitas wirausaha.
Motivasi merupakan kemauan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif
merupakan kebutuhan, keinginan maupun dorongan atau impuls. Motivasi
seseorang akan tergantung dengan kekuatan motifnya. Motif kekuatan yang
sangat besar dapat menentukan perilaku seseorang. Motif yang kuat tersebut
seringkali akan berkurang jika telah mencapai kepuasan ataupun saat menemui
kegagalan dalam berwirausaha (Alma 2017).

Perumusan Masalah

Berdasarkan Tabel 2 yang menyatakan status pekerjaan utamanya yang


berusaha sendiri pada jenis kelamin perempuan pada urutan kedua setelah angka
bekerja sebagai karyawan untuk Provinsi Jawa Barat yakni 1 061 693 orang (BPS
Provinsi Jawa Barat 2016). Hal tersebut dapat menjadi dorongan yang besar
dalam diri perempuan untuk menjadi seorang wirausaha dan mampu
meningkatkan usahanya menjadi lebih baik. Sehingga memiliki prestasi yang
tidak kalah dengan prestasi laki-laki yang berwirausaha.
Persentase perempuan yang tidak memperoleh penempatan pada lapangan
pekerjaan sesuai Tabel 1, diduga akan menjadi peluang dalam menciptakan
lapangan kerja dengan cara berwirausaha. Disisi lainnya, seorang perempuan
memiliki tanggung jawab lain yang juga tidak dapat ditinggalkan baik yang belum
berkeluarga maupun yang sudah berkeluarga, yakni pekerjaan mengurus rumah
dan yang berkaitan dengan kegiatan rumah. Tanggung jawab yang dimiliki para
perempuan akan membuat curahan waktu para perempuan wirausaha menjadi
berbeda dengan laki-laki yang berwirausaha. Sehingga diduga motivasi yang
memengaruhi mereka juga berbeda dengan laki-laki yang berwirausaha.
Motivasi dinilai berpengaruh terhadap kinerja usaha dari perempuan
wirausaha. Teori prestasi yang dikemukakan oleh McClelland, menyatakan bahwa
motivasi berwirausaha antara lain, yaitu kebutuhan berprestasi (need for
achievement), kebutuhan berafiliasi (need for affiliation), dan kebutuhan
kekuasaan (need for power) (Alma 2017). Namun penelitian yang dilakukan oleh
(Murti 2013) tidak mengkonfirmasi teori motivasi yang dikemukakan
McClelland.
Penelitian yang dilakukan (Murti 2013) dan (Brahmasari 2008) menyatakan
bahwa motivasi tidak mempengaruhi kinerja usaha. (Murti 2013) menyatakan
bahwa dalam penelitiannya, motivasi mempengaruhi kepuasan kerja tetapi tidak
mempengaruhi kinerja usaha. Sedangkan hasil penelitian lainnya yang diperoleh
menyatakan bahwa motivasi kerja tidak berhubungan dengan kepuasan pekerja
(Brahmasari 2008).
Hal tersebut dapat terjadi misalnya pada kondisi sebuah perusahaan yang
memperkerjakan banyak karyawannya. Jika pada kondisi tertentu kebutuhan
karyawan telah terpuaskan maka motif akan berkurang, dan beralih pada
4

kebutuhan lainnya seperti yang dikemukakan oleh (Alma 2017). Motif inilah yang
dimaksud dengan motivasi yang mempengaruhi kepuasan dalam bekerja.
Sehingga dengan berlatarbelakang masalah tersebut penting untuk
melakukan penelitian terkait motivasi kebutuhan berprestasi, kebutuhan
berafiliasi, dan kebutuhan kekuasaan terhadap kinerja usaha dari perempuan
wirausaha sebagai pemilik usaha.
Berdasarkan yang dibahas sebelumnya, melakukan penelitian tentang
pengaruh motivasi terhadap kinerja usaha yang masih beragam. Penelitian
tersebut mengkonfirmasi teori motivasi McClelland dengan melakukan pada para
pegawai, bukan pada para pemilik usaha. Penelitian tersebut tidak
mengkonfirmasi berdasarkan objek wirausaha yang bekerja untuk dirinya sendiri,
mengusahakan usahanya sendiri atau pekerja mandiri (self employed) maupun
memperkerjakan orang lain. Berdasarkan hal yang telah disebutkan, penelitian ini
merupakan penelitian lebih lanjut terkait dengan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Sehingga penelitian ini menguji pengaruh motivasi pada perempuan
wirausaha terhadap kinerja usaha yang dikelolanya.
Berdasarkan pemaparan masalah, maka perumusan yang diteliti:
1. Apakah motivasi perempuan wirausaha berpengaruh terhadap kinerja usahanya?

Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan karakteristik perempuan wirausaha di Kota Bogor.


2. Mengukur pengaruh motivasi perempuan wirausaha, khususnya kebutuhan
berprestasi, kebutuhan berafiliasi, dan kebutuhan kekuasaan terhadap kinerja
usaha di Kota Bogor.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang akan dilakukan antara lain:


1. Penerapan teori motivasi wirausaha yang tepat untuk meningkatkan kinerja usaha
perempuan wirausaha di Kota Bogor.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor karena tingkat wirausaha perempuan


di Kota Bogor dinilai berkembang dengan baik. Penelitian ini dibatasi untuk
meneliti pengaruh motivasi kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi, dan
kebutuhan kekuasaan terhadap kinerja usaha dari wirausaha perempuan. Kriteria
responden pada penelitian ini antara lain adalah perempuan yang sedang
berwirausaha baik sebagai pemilik tunggal maupun mengelola usaha bersama
dengan rekan. Responden merupakan anggota dari sebuah organisasi maupun
5

tidak mengikuti organisasi sama sekali. Responden tidak dibatasi bidang


usahanya, sehingga perbedaan bidang usaha masih memenuhi untuk menjadi
responden.

TINJAUAN PUSTAKA

Motivasi Berwirausaha

Motivasi dinilai memiliki pengaruh terhadap kinerja usaha. Teori prestasi


yang dikemukakan oleh McClelland, berfokus kepada tiga kebutuhan, yaitu
kebutuhan keberhasilan (need for achievement), kebutuhan berafiliasi (need for
affiliation), dan kebutuhan kekuasaan (need for power), (Alma 2017). Namun,
pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Murti 2013), menyatakan bahwa
terdapat temuan, motivasi mempengaruhi kepuasan kerja tetapi tidak
mempengaruhi kinerja usaha. Adapun pada penelitian lainnya yang meneliti
mengenai pengaruh motivasi, menunjukan bahwa motivasi kerja tidak
berhubungan dengan kepuasan pekerja, (Brahmasari 2008).
Penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat perbedaan yang
menyatakan tidak mengkonfirmasi dengan teori yang dikemukakan oleh
McCleland, meskipun terdapat penelitian yang menyatakan mengkonfirmasi.
Penelitian sebelumnya melakukan penelitian pada objek penelitian yaitu pada para
pegawai, dan bukan pada para pemilik usahanya secara langsung, terdapat pula
penelitian yang mengukur tingkat kepuasan kerja wirausaha perempuan, tetapi
tidak berdasarkan kinerja usaha.
Penelitian yang telah ada juga meneliti terkait dengan kinerja usaha dari
sebuah usaha atau seorang wirausaha dapat diukur dengan beberapa cara, salah
satunya kinerja finansial. (Nurhayati 2011) menyatakan kinerja dari sebuah usaha
dapat diukur dengan menggunakan indikator keuntungan, akses pemasaran, akses
pengetahuan, dan pengakuan pihak lainnya. (Fadholi 2014) melakukan penelitian
terhadap kinerja usaha menggunakan indikator pertumbuhan usaha dan
penerimaan usaha.
Pada penelitian lainnya, (Wahyuningsih 2015; Nasution 2016; Zulhastami
2016) juga melakukan penelitian dengan indikator yang sama, yakni indikator
wilayah pemasaran. Tetapi (Wahyuningsih 2015) menambahkan satu indikator
lainnya yaitu peningkatan keuntungan, sehingga (Wahyuningsih 2015) mengukur
dengan menggunakan indikator perluasan wilayah pemasaran dan peningkatan
keuntungan. (Zulhastami 2016) menyertakan indikator yang berbeda yaitu
penjualan dan keuntungan.
(Nasution 2016) juga mengkonfirmasi penelitian (Fadholi 2014) yakni
dengan mengukur kinerja usaha berdasarkan indikator wilayah pemasaran, namun
dengan indikator lainnya yang berbeda yakni keuntungan dan volume penjualan.
Ternyata (Sari 2016) melakukan penelitian yang sejalan dengan (Nasution 2016).
Penelitian (Sari 2016) yaitu mengukur kinerja usaha dengan menggunakan
6

indikator keuntungan dan volume penjualan juga, tetapi terdapat indikator yang
berbeda dengan Nasution yaitu pada indikator pendapatan.
(Alma 2017) juga menjelaskan bahwa wirausaha laki-laki dengan wirausaha
perempuan memiliki perbedaan, diantaranya perempuan lebih termotivasi ingin
membuka bisnis karena merasa terbatas dalam menampilkan bakatnya yakni dapat
dikategorikan sebagai kebutuhan berprestasi yang ingin mendapatkan
pengahargaan oleh lingkungan sekitarnya. Sedangkan laki-laki karena dianggap
sudah dihargai dilingkungan sekitarnya, sehingga mereka cenderung merasa
bahwa sudah dihargai dan prestasinya selama ini sudah diterima oleh masyarakat.
Disisi lainnya, perempuan memperoleh permodalan bisnis dari tabungan, harta
pribadi, dan pinjaman pribadi, sedangkan laki-laki lebih mudah memperoleh
permodalan bisnis karena banyak pihak yang percaya bahwa laki-laki bisa
bertanggung jawab dengan penuh.
Persepsi yang telah disebutkan dinilai tidak seluruhnya sesuai, dan hal
tersebut juga yang diduga membuat wanita ingin memperoleh posisi yang sama
agar mendapatkan hak yang sama. Hal tersebut membuat wirausaha perempuan
berkeinginan memiliki banyak teman, relasi, sehingga tercipta motivasi kebutuhan
berafiliasi. Hal yang telah disebutkan menunjukan bahwa motivasi yang
dinyatakan McClelland tidak berlaku pada semua wirausaha, melainkan terdapat
faktor yang membedakan motivasi.
Laki-laki yang berwirausaha memiliki kebutuhan berprestasi, tetapi
kebutuhan berprestasinya memiliki variabel yang berbeda dengan kebutuhan
berprestasi perempuan wirausaha. (Mada et al. 2012) menyatakan bahwa motivasi
kebutuhan kekuasaan lebih tinggi pada gender laki-laki dibandingkan dengan
gender perempuan. Sehingga perlu melakukan penelitian terkait motivasi
kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi, dan kebutuhan kekuasaan terhadap
kinerja usaha wirausaha namun pada gender perempuan untuk mengetahui tingkat
pengaruh motivasi pada gender tersebut, sebab berdasarkan penelitian
sebelumnya, terdapat perbedaan antara gender laki-laki dengan perempuan dalam
berwirausaha.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Wirausaha dan Kewirausahaan


Wirausaha merupakan orang yang mampu dan bersedia menangung resiko
untung rugi dalam sebuah pekerjaan (Alma 2017). (Hendro 2011) juga
menyatakan ada beberapa faktor-faktor yang memengaruhi keinginan seseorang
untuk menjadi seorang wirausaha. Diantaranya adalah individual/personal;
suasana kerja; tingkat pendidikan, kepribadian (personality); prestasi pendidikan;
dorongan keluarga; lingkungan dan pergaulan; ingin lebih dihargai (self-esteem);
keterpaksaan dan keadaan. Sedangkan berdasarkan teori Maslow, kebutuhan
7

manusia yang mendorong untuk menjadi seorang wirausaha antara lain kebutuhan
fisiologis (physiological needs), keamanan (safety security), sosial (affilition),
penghargaan (esteem atau recognition), dan perwujudan diri (self actualization),
(Alma 2017).
(Hendro 2011) kewirausahaan merupakan suatu pengkombinasian antara
organisasi perusahaan yakni sesuatu yang baru seperti produk, layanan, sumber-
sumber, bahan baku, metode produksi, pasar, bentuk-bentuk baru organisasi.
Banyak orang yang berpendapat berbeda mengenai kewirausahaan, diantara
berpendapat berdasarkan sudut pandangnya masing-masing, antara lain sebagai
berikut:
1. Ilmu Pengetahuan
Kewirausahaan sebagai suatu ilmu yang merupakan hasil uji coba di
lapangan, dikumpulkan, diteliti kembali dan dirangkai sebagai sumber informasi
yang berguna bagi banyak pihak yang membutuhkannya sehingga kewirausahaan
bisa dikelompokan dalam disiplin ilmu, baik yang bersifat teori ataupun bersifat
empiris seperti hasil uji di lapangan.
2. Kepribadian atau Sikap
Kewirausahaan sebagai sikap kepribadian atau sikap yang terkandung dalam
karakteristik kewirausahaan adalah kepribadian atau sikap positif. Kepribadian
yang ulet, pantang menyerah, merupakan contoh bagi orang lain agar tidak mudah
merasa puas diri.
3. Filosofi
Kewirausahaan sebagai filosofi hidup merupakan pilihan dan sukses
merupakan akumulasi dari pilihan-pilihan yang tepat menuju ke satu tujuan, yakni
mimpi untuk menjadi lebih baik. Dasar kesuksesan dalam menjadi wirausaha
yang cerdas yaitu filosofi hidup serta bekerja. Oleh sebab itu, kewirausahaan bisa
digolongkan menjadi sebuah filosofi hidup atau landasan hidup dalam menjalani
karir untuk meraih kesuksesan.
4. Keterampilan atau Skill
Kewirausahaan sebagai keterampilan atau skill merupakan kombinasi dua
konsep penting dari pengetahuan serta pengalaman yang dirasakan serta melalui
proses terjatuh dan bangkit kembali untuk menjadi terampil dan akhirnya menjadi
sebuah keahlian dalam menjalankan roda bisnis.
5. Seni
Kewirausahaan sebagai suatu seni, merupakan suatu hal dalam menemukan
ide, menggali inspirasi, peluang bisnis yang membutuhkan imajinasi, visualisasi
dan pemikiran yang tidak jarang harus tidak sejalan dengan logika. Berpikir
berbeda untuk menentukan ide-ide cemerlang. Semuanya itu membutuhkan
kreativitas sebuah seni, inovasi sehingga unsur dan kekuatan seni untuk
menemukan ide dalam cara mengatasi kesulitan, mengendalikan sumber daya
manusia berperan cukup besar.
6. Profesi
Kewirausahaan sebagai sebuah profesi, merupakan sebuah pilihan hidup
yang harus dilakukan dengan professional, artinya harus jujur, terbuka,
berkomitmen, konsisten, tepat janji, tanggung jawab, mengerti batasan hak-
haknya, mengerti etika profesi dan disiplin dalam segala hal.
8

7. Naluri
Kewirausahaan membutuhkan naluri dalam menemukan sebuah peluang dan
ide bisnis yang akhirnya menjadi sebuah bisnis sukses yang bertahan.
8. Mimpi Seseorang
Seorang wirausaha dinilai merupakan perwujudan mimpi bahkan cita-cita
yang terpendam sejak individu tersebut belum dewasa.
9. Pilihan Hidup Seseorang
Kewirausahaan sebagai tujuan hidup seseorang yang mampu menghidupi
keluarganya dengan menjadi karyawan (pekerja) maupun menjadi pengusaha
(wirausahawan), sehingga bukanlah suatu kesalahan jika seseorang memilih
menjadi wirausaha sebagai pilihan hidup.
(Kasmir 2006) menyatakan bahwa terdapat empat keuntungan yang
diperoleh jika seseorang berwirausaha antara lain:
1. Meningkatkan harga diri (memiliki wibawa tertentu seperti disegani dan
dihormati);
2. Memperoleh penghasilan sendiri (hal ini lebih baik dibandingkan menjadi
seorang karyawan);
3. Ide dan motivasi untuk maju lebih besar (menangkap peluang dan
mewujudkannya);
4. Masa depan lebih cerah dan tidak tergantung dengan orang lain (tidak ada
pensiun dan generasi selanjutnya dapat meneruskan usaha).

Motivasi dan Wirausaha Perempuan


Motivasi merupakan sesuatu keterampilan yang dipadukan dengan
keinginan untuk mencapai tujuan (Mada et al. 2012). Motivasi juga menjadi
faktor yang dapat mempengaruhi kinerja usaha bagi perempuan dalam
berwirausaha (Krismastuti 2016). Terdapat enam faktor motivasi yaitu personal
growth (pengembangan diri), family (keluarga), need for achievement (kebutuhan
berprestasi), income job (pendapatan), physiological drive (dorongan fisiologi),
dan faktor higiene (faktor ekstrinsik).
1. Personal growth (pengembangan diri) berkaitan dengan faktor yang berasal
dari dalam diri, yang merupakan motivasi wanita dalam menjadi wirausaha
diantaranya adalah keinginan membuktikan kemampuan berwirausaha, ingin
menerapkan keahlian yang didapatkan baik dari pengalaman maupun pelatihan,
keinginan atas rasa puas dan mengembangkan diri, menghindari PHK
(Pemutusan Hubungan Kerja), mengembangkan hobi yang dimiliki serta
meneruskan bisnis keluarga.
2. Family (keluarga) juga merupakan faktor yang memotivasi wanita untuk
berwirausaha yakni agar lebih dekat dengan keluarga, menyediakan lapangan
usaha bagi anggota keluarga dan juga orang lain, meningkatkan pendapatan
yang dapat membantu keuangan keluarga.
3. Need for achievement (kebutuhan berprestasi) faktor tersebut meliputi dengan
keinginan atas pengakuan dari publik, merintis bisnis keluarga, kebutuhan
waktu yang relatif fleksibel dan kebutuhan tantangan pada dunia usaha.
9

4. Income job (pendapatan) juga menjadi faktor penentu wanita berwirausaha,


dalam hal ini meliputi keinginan menjadi bos untuk diri sendiri, pengaruh
keluarga, teman atau tokoh wirausahawan, kehilangan pekerjaan seperti
terjadinya PHK, dan berwirausaha dapat memberikan penghasilan yang lebih
tinggi.
5. Physiological drive (dorongan fisiologi) merupakan faktor lain yang
memotivasi wanita berwirausaha. Hal ini terkait dengan kebebasan diri sendiri
dan kondisi kesulitan mencari pekerjaan.
6. Higiene (ekstrinsik) merupakan faktor terakhir yang mampu memotivasi
wanita berwirausaha, yang merupakan faktor yang timbul disebabkan rasa
ketidakpuasan penghasilan bila bekerja pada orang lain.
(Alma 2017) seorang perempuan memiliki beberapa faktor penunjang dalam
menjalani sebagai perempuan wirausaha. Diantaranya adalah:
1. Perempuan memiliki naluri kewanitaan yang lebih cermat dibandingkan
dengan laki-laki. Pandai mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi,
mampu menjaga keselarasan, kerjasama dalam berumah tangga mampu
diterapkan pula dalam kehidupan usahanya.
2. Perempuan mampu mendidik serta mengatur anggota keluarganya seperti
anaknya. Kemampuan mengatur ini akan membuatnya terbiasa untuk mengatur
perusahaan dengan penerapannya terhadap para pekerjanya.
3. Beberapa wilayah di Indonesia, seperti Sumatera Barat dan juga Bali memiliki
suatu adat yang cukup unik, yakni perempuan memegang peranan dalam
mengatur ekonomi rumah tangga.
4. Perempuan yang lingkungan sehari-harinya adalah kebutuhan bagi mereka
juga, seperti menjahit, menyulam, memasak, membuat kue, kemampuan
bertata rias, mendorong terbentuknya seorang perempuan wirausaha yang pada
umumya mengembangkan usaha pada bidang-bidang yang ditemuinya sehari-
hari.
5. Dunia pendidikan yang sangat mendorong perkembangan perempuan untuk
menjadi karyawan, pemimpin perusahaan, membuat perempuan juga berpikir
bahwa dirinya juga mampu untuk membuka usaha sendiri diberbagai bidang
usaha.
Namun perempuan wirausaha ada yang dipengaruhi oleh faktor motivasinya
yaitu meningkatkan kesejahteraan keluarga dan khususnya peningkatan
perekonomiannya. Motivasi internal seorang wanita berwirausaha adalah
pemenuhan diri sebagai motivator penting dalam memulai suatu bisnis.
Perempuan wirausaha di negara maju termotivasi oleh adanya kebutuhan untuk
berprestasi. Sementara itu, motivasi perempuan dalam berwirausaha di negara
berkembang karena adanya faktor kombinasi antara faktor pendorong dan daya
tarik (Mavrudah 2013).
Teori McClelland 1996 yang mengemukakan banyak pengaruh motivasi
yang membentuk seseorang ketika sedang berwirausaha. Beberapa hal dapat
menjadikan karakteristik dari masing-masing motivasi yang dikemukakan
(Kristanto 2009).
1. Motif berprestasi (need for achievement disebut n-ach)
Seseorang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan
mendapatkan prestasi maupun pengakuan dari keluarga maupun masyarakat.
10

2. Motif berafiliasi (need for affiliation disebut n-aff)


Seseorang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan untuk
berhubungan dengan orang lain secara sosial dan kemasyarakatan.
3. Motif kekuasaan (need for power disebut n-power)
Seseorang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan
mendapatkan kekuasaan atas sumberdaya yang ada. Peningkatan kekayaan,
penguasaan pasar yang sering akhirnya sebagai dorongan dalam melakukan
kegiatan usaha.
Teori McClelland menyatakan bahwa tingkah laku yang mendefinisikan
orientasi seseorang pada prestasi (achievement-oriented behaviour) merupakan
tingkah laku yang diarahkan terhadap pencapaian standard of excellent. Menurut
teori tersebut, seseorang yang memiliki need for achievement yang tinggi selalu
mempunyai pola pikir tertentu, disaat ia merencanakan untuk melaksanakan
sesuatu, ia akan lebih sering atau bahkan selalu mempertimbangkan terkait
keputusan yang akan dilakukan tersebut menantang atau tidak. Ia juga akan
memperhatikan kemungkinan kendala yang akan terjadi dan dihadapi dalam
mencapai tujuan yang akan dilakukan, strategi yang harus digunakan untuk
mengatasi kendala serta cara mengantisipasi konsekuensinya (Alma 2017).
Ciri lainnya juga berdasarkan kesediaannya dalam mengemban tanggung
jawab sebagai sebuah konsekuensi yang harus diambil dalam menjalankan
usahanya, berani mengambil risiko yang telah diperhitungkan, bersedia dalam
mencari informasi dalam mengukur peningkatan prestasi yang terjadi pada
dirinya, serta keinginan untuk puas terhadap yang telah dilakukannya (Alma
2017).
(Mada et al. 2012) juga mengkonfirmasi bahwa berdasarkan Teori Motivasi
McClelland yang terdiri atas motivasi berprestasi, motivasi berafiliasi dan
motivasi kekuasaan dapat didefinisikan indikator, diadaptasi dan disesuaikan
untuk wirausaha yang bekerja sendiri atau membuka usaha sendiri adalah sebagai
berikut.
1. Motivasi Berprestasi
Indikator yang akan dinilai dalam motivasi berprestasi antara lain sebagai
berikut.
a. Dorongan untuk unggul
b. Standar yang telah ditetapkan dalam pekerjaan
c. Usaha meraih sukses dalam pekerjaan
d. Ketersediaan wirausaha mengambil risiko yang relatif tinggi dalam
pekerjaan (diadaptasi dan disesuaikan untuk wirausaha yang bekerja sendiri)
e. Usaha untuk memperoleh umpan balik terhadap pekerjaan
f. Usaha memperoleh tanggung jawab untuk pemecahan masalah ditempat
kerja.
2. Motivasi Berafiliasi
Indikator yang akan dinilai dalam motivasi berafiliasi antara lain sebagai
berikut.
a. Usaha untuk mempunyai hubungan yang baik dengan teman, maupun
pekerjanya
b. Usaha untuk memiliki sikap kooperatif dalam pekerjaan.
11

3. Motivasi kekuasaan
Indikator yang akan dinilai dalam motivasi kekuasaan antara lain sebagai
berikut.
a. Perilaku yang diinginkan dalam pekerjaannya
b. Usaha untuk mengendalikan orang lain dalam pekerjaannya
c. Usaha untuk menjadi karakter yang cocok sebagai seorang pemimpin
d. Usaha untuk memiliki ide-ide untuk memenangkan kompetisi dalam
berbisnis dan mengembangkan usahanya

Gender
Gender merupakan pembagian peran serta fungsi, antara laki-laki dengan
perempuan. Gender melibatkan batasan identifikasi individu secara fisik. Gender
melibatkan karakteristik dan ciri-ciri sosial dari seorang individu. (Alma 2012)
gender yang terlahir sebagai seorang perempuan, akan berbeda dengan dalam
melakukan kegiatan usaha dibandingkan dengan laki-laki. Seorang perempuan
ada masanya dimana ia akan menjadi seorang ibu rumah tangga, ada masa
kehamilan, melahirkan dan menyusui. Hal tersebut berbeda kondisi dengan laki-
laki yang tidak melalui tahapan tersebut seumur hidupnya.
Namun hal ini dapat ditangani dengan solusi menyerahkan sebagian tugas
maupun wewenang secara sementara. Penyerahan tugas dan wewenang ini
tentunya kepada orang yang dipercaya dalam pekerjaannya. Kendati demikian,
tetap saja akan berbeda hasilnya jika ditangani langsung oleh seorang perempuan
yang berwirausaha dengan latar belakangnya adalah pemilik usaha tersebut,
dibandingkan orang lain yang diberi amanah dalam menjalankan tugasnya dan
bukan merupakan pemiliknya langsung.

Perbedaan Wirausaha Laki-Laki dengan Wirausaha Perempuan


(Alma 2017) juga menjelaskan bahwa wirausaha laki-laki dengan wirausaha
perempuan memiliki perbedaan, diantaranya:
1. Wirausaha laki-laki merasa bahwa selama ini tidak ada hambatan untuk
menampilkan prestasinya. Sedangkan wirausaha perempuan dimotivasi
membuka bisnis disebabkan keinginan berprestasi dan pengaruh frustasi pada
pekerjaan sebelumnya, merasa kurang menampilkan keterampilan dalam
dirinya.
2. Wirausaha laki-laki lebih leluasa memperoleh sumber modal, sedangkan
wirausaha perempuan memperoleh sumber modal harus dari tabungan, harta
pribadi dan pinjaman pribadi.
3. Wirausaha laki-laki memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi sedangkan
wirausaha perempuan berkepribadian yang toleransi, fleksibel, realistik,
kreatif, antusias, enerjik, dan mampu berhubungan dengan lingkungan
masyarakat.
4. Wirausaha laki-laki lebih didukung oleh sumber modal yang dicarinya,
sedangkan wirausaha perempuan lebih didukung oleh kelompok-kelompok
sepergaulannya.
5. Wirausaha laki-laki memiliki bisnis lebih beragam dibandingkan perempuan
pada suatu kondisi.
(Alma 2017) juga menyatakan bahwa wirausaha laki-laki dengan wirausaha
perempuan memiliki perbedaan, yakni perempuan lebih termotivasi ingin
12

membuka bisnis karena merasa terbatas dalam menampilkan kemampuannya.


Kondisi ini dapat dikelompokkan sebagai kebutuhan berprestasi yang ingin
mendapatkan penghargaan oleh lingkungan sekitarnya. Sedangkan laki-laki
karena menganggap sudah dihargai di lingkungan sekitarnya, sehingga mereka
cenderung merasa bahwa prestasinya selama ini sudah diterima oleh masyarakat.
Berdasarkan sisi perempuan, mereka lebih banyak memperoleh permodalan
bisnis dari tabungan pribadi, harta pribadi, dan pinjaman pribadi. Sedangkan laki-
laki lebih mudah memperoleh permodalan bisnis. Banyak pihak yang percaya
bahwa laki-laki bisa bertanggung jawab dengan penuh untuk mengembalikan
pinjaman permodalan bisnis.
Namun hal tersebut seharusnya tidak demikian, sehingga hal itu membuat
wanita ingin memperoleh posisi yang sama agar mendapatkan hak yang sama. Hal
tersebut membuat perempuan wirausaha berkeinginan memiliki banyak teman,
dan relasi. Sehingga tercipta motivasi kebutuhan berafiliasi dalam diri wirausaha
perempuan.
Hal yang telah disebutkan menunjukan bahwa diduga motivasi yang
dinyatakan McClelland tidak berlaku pada semua wirausaha, melainkan terdapat
faktor yang membedakan motivasi. Laki-laki yang berwirausaha memiliki
kebutuhan berprestasi, tetapi kebutuhan berprestasinya memiliki variabel yang
berbeda dengan kebutuhan berprestasi pada perempuan yang berwirausaha.

Kinerja Usaha
Kinerja usaha dari sebuah usaha atau seorang wirausaha dapat diukur
dengan beberapa cara, salah satunya kinerja finansial. Kinerja finansial adalah
kinerja yang diukur berdasarkan keuangan pada suatu usaha. Kinerja usaha dapat
dinilai berdasarkan macam-macam kriteria. (Nurhayati 2011) menyatakan kinerja
dari sebuah usaha dapat diukur dengan menggunakan indikator keuntungan, akses
pemasaran, akses pengetahuan, dan pengakuan pihak lainnya.
(Fadholi 2014) melakukan penelitian terhadap kinerja usaha menggunakan
indikator pertumbuhan usaha dan penerimaan usaha. Lalu (Wahyuningsih 2015;
Nasution 2016; Zulhastami 2016) melakukan penelitian dengan indikator yang
sama, yakni indikator wilayah pemasaran. Tetapi (Wahyuningsih 2015)
menambahkan satu indikator lainnya yaitu peningkatan keuntungan, sehingga
mengukur dengan menggunakan indikator perluasan wilayah pemasaran dan
peningkatan keuntungan. (Zulhastami 2016) menyertakan indikator yang berbeda
yaitu penjualan, dan keuntungan. Sedangkan (Nasution 2016) juga
mengkonfirmasi penelitian (Fadholi 2014) yakni dengan mengukur kinerja usaha
berdasarkan indikator wilayah pemasaran, namun dengan indikator lainnya yang
berbeda yakni keuntungan dan volume penjualan. Ternyata (Sari 2016)
melakukan penelitian yang sejalan dengan (Nasution 2016) yaitu mengukur
kinerja usaha dengan menggunakan indikator keuntungan dan volume penjualan
juga, tetapi terdapat indikator yang berbeda dengan Nasution yaitu pada indikator
pendapatan.
Penelitian ini melakukan pengukuran kinerja usaha yang dipengaruhi oleh
motivasi perempuan berwirausaha dengan menggunakan indikator penerimaan
atau yang sering disebut omset dalam ilmu ekonomi, sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Fadholi 2014; Sari 2016; Zulhastami 2016). Omset adalah
13

semua jumlah uang yang dihasilkan dari penjualan dalam jangka waktu tertentu.
Ilmu ekonomi menyebutnya sebagai penerimaan, karena merupakan nilai yang
dihasilkan berdasarkan nilai harga jual dari masing-masing unit yang terjual, dan
belum menghitung biaya yang dikeluarkan untuk produksi maupun
pemasarannya. Jumlah nilai omset tersebut merupakan jumlah yang belum
dikurangi dengan biaya HPP dan expense.

Kerangka Pemikiran Operasional

Kerangka pemikiran operasional merupakan dasar penelitian yang


digunakan dalam menentukan langkah penelitian. Profil yang dikaji dalam
penelitian ini adalah para pelaku wirausaha bergender wanita atau perempuan.
Penelitian ini membahas mengenai variabel motivasi yang mempengaruhi seorang
perempuan wirausaha terhadap kinerja usaha yang dilakukannya. Penelitian ini
akan membahas mengenai variabel motivasi apa saja yang akan mempengaruhi
kemajuan kinerja usahanya sehingga mereka mengalami peningkatan kinerja.
Penelitian ini mengukur pengaruh dari setiap bagian yang mewakili variabel
motivasi yang dapat menjelaskan kinerja usaha.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan penelitian sebelumnya, peneliti juga merancang hipotesis yang


dalam penelitian.
Kebutuhan Berprestasi terhadap Kinerja Usaha
Motivasi kebutuhan berprestasi perempuan berwirausaha diduga disebabkan
karena perempuan ingin memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki.
Perempuan ingin dihargai dan diakui bahwa mereka memiliki hak yang sama dan
mampu memiliki kemampuan yang sama dengan laki-laki. Pernyataan tersebut
didukung oleh (Alma 2017) yang menyatakan bahwa perempuan wirausaha
dimotivasi membuka bisnis disebabkan keinginan berprestasi. Sehingga hal ini
akan membuat perempuan selalu belajar, berupaya membuat perbaikan
berkelanjutan dalam usahanya, menampilkan kemampuan terbaiknya dalam
berwirausaha. Sehingga hal ini diduga akan berpengaruh meningkatkan kinerja
usahanya yaitu omsetnya. Maka hipotesis yang dirancang pada motivasi ini yaitu:
Hipotesis 1: Motivasi kebutuhan berprestasi perempuan wirausaha berpengaruh
nyata terhadap kinerja usaha.

Kebutuhan Berafiliasi terhadap Kinerja Usaha


Motivasi kebutuhan berafiliasi perempuan berwirausaha diduga disebabkan
karena perempuan ingin memiliki banyak teman dan kenalan. Mereka ingin saling
mengenal satu sama lain dalam menjalin hubungan sosialnya terhadap sesama
perempuan. Mereka ingin saling berbagi ilmu dan pengalaman berwirausaha
dengan sesamanya. Mereka juga saling merekomendasikan hal-hal baru dan yang
terbaik untuk rekannya dalam berwirausaha. Sehingga dapat menjadi
14

pembelajaran dalam berwirausaha dan mampu meningkatkan kinerja usahanya


yaitu omsetnya. (Dariyo 2015) berafiliasi merupakan salah satu bentuk dukungan
sosial yang nyata dalam memberi pengaruh baik terhadap orang yang berafiliasi,
yaitu dapat mencapai tujuan hidupnya bersama karena memiliki tujuan hidup yang
sama, saling mendukung, mengembangkan keterampilan dan saling
berkomunikasi bertukar informasi bermanfaat yang dibutuhkan satu sama lain.
Maka hipotesis yang dirancang pada motivasi ini yaitu:
Hipotesis 2: Motivasi kebutuhan berafiliasi perempuan wirausaha berpengaruh
nyata terhadap kinerja usaha.

Kebutuhan Kekuasaan terhadap Kinerja Usaha


Motivasi kebutuhan kekuasaan perempuan berwirausaha diduga disebabkan
karena perempuan ingin memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki seperti
motivasi mereka dalam berprestasi. Perempuan ingin dihargai, diakui, ingin
dipercayai, dan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mereka juga
menginginkan bahwa semua orang sependapat dengannya sehingga mampu
mengendalikan orang lain. Selain itu mereka ingin dipercayai dalam mengemban
amanah tanggung jawab untuk memimpin. Perempuan wirausaha juga diduga
memiliki keinginan yang besar dalam memenangkan sebuah kompetisi maupun
saling berlomba bahwa kualitas usahanya lebih baik. Sehingga hal tersebut
menjadi motivasi yang berpengaruh meningkatkan kinerja usahanya yaitu
omsetnya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Basalamah 2011)
yang menyatakan bahwa ketika seseorang telah mengenali dirinya sendiri, maka ia
akan dapat memimpin dirinya sendiri, lalu dapat memimpin orang lain dan
mampu memberdayakan orang lain sehingga kinerjanya semakin baik. Maka
hipotesis yang dirancang pada motivasi ini yaitu:
Hipotesis 3: Motivasi kebutuhan kekuasaan perempuan wirausaha berpengaruh
nyata terhadap kinerja usaha.
Variabel Utama
Kebutuhan Berprestasi H1

Kebutuhan Berafiliasi H2 Kinerja Usaha

H3 Omset
Kebutuhan Kekuasaan

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional (Hipotesis)


15

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini diawali dengan pengajuan proposal penelitian, kolokium,


pretest, lalu pengambilan data. Penelitian dilakukan di Kota Bogor, Jawa Barat,
dilakukan pada bulan Mei 2018 sampai dengan bulan Juni 2018.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui pengisian


kuesioner (daftar pertanyaan) dan wawancara yang disesuaikan dengan tujuan
penelitian kepada responden terkait variabel yang diteliti dengan indikator yang
disesuaikan. Data primer tersebut selanjutnya diolah dan interpretasikan.

Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data

Penelitian ini diawali dengan melakukan perizinan untuk memperoleh


kerangka sampling pada organisasi wirausaha yang anggotanya perempuan saja
seperti IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) dan WPMI (Wanita
Pengusaha Muslimah Indonesia). Tidak hanya organisasi tersebut, perizinan untuk
memperoleh kerangka sampling pada organisasi wirausaha yang anggotanya tidak
hanya perempuan juga dilakukan, seperti HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia). Namun hanya mengambil responden wirausaha yang perempuan saja,
bukan keseluruhan khusus organisasi HIPMI. Selain itu juga melakukan perizinan
kepada Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor untuk memperoleh data
mengenai wirausaha.
Namun pada perizinan penelitian, kerangka sampling sangat terbatas untuk
diakses dan terkendala dengan tidak adanya konfirmasi oleh beberapa pihak.
Kesulitan mendapatkan akses nama anggota membuat pengambilan sampling
secara acak sederhana (Simple Random Sampling) sulit dilakukan. Oleh sebab itu,
peneliti mengambil sampel dengan cara Convenience Sampling, sebanyak 40
orang responden.
Metode pengambilan sampel dengan menggunakan Convenience Sampling
adalah pengambilan sampel dengan berdasarkan kesediaan responden dalam
penelitian dengan syarat memenuhi kriteria sebagai responden. Kriteria responden
pada penelitian ini antara lain adalah perempuan yang sedang berwirausaha di
Kota Bogor, berusia diatas 17 tahun, pemilik tunggal maupun mengelola usaha
bersama dengan rekan, mengikuti organisasi wirausaha atau organisasi non
wirausaha atau tidak berorganisasi sama sekali. Memiliki usaha atau bisnis
16

dibidang apapun, baik kuliner, kosmetik, busana, pendidikan, pelatihan,


perencanaan acara (event planner atau event organizer), dan sebagainya.
Alat bantu atau instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah
kuesioner yang diberikan kepada responden yang bersedia menjadi responden
dalam penelitian ini. Pertanyaan pada kuesioner yang diberikan terdiri atas dua
jenis, yaitu pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan terbuka merupakan
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti yang sifatnya memberikan kebebasan
kepada responden dalam menjawab sesuai dengan diri responden pribadi.
Pertanyaan tertutup merupakan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti yang
sifatnya memberikan arahan kepada responden dalam menjawab berdasarkan
pilihan jawaban yang disediakan dalam kuesioner (Abdillah 2018). Namun
jawabannya juga disesuaikan dengan kondisi atau karakter responden.
Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari empat bagian. Bagian pertama
adalah identitas diri atau data pribadi responden. Bagian kedua adalah data usaha
yang dikelola oleh responden. Bagian ketiga adalah pengukuran dimensi motivasi
dengan menggunakan skala Likert untuk mengukur kebutuhan berprestasi,
kebutuhan berafiliasi, dan kebutuhan kekuasaan. Bagian keempat adalah
pengukuran kinerja usaha berdasarkan banyaknya penerimaan usaha (omset).

Pengukuran Variabel

Variabel Independen
1. Kebutuhan Berprestasi terhadap Kinerja Usaha
Motivasi kebutuhan berprestasi perempuan berwirausaha diduga disebabkan
karena perempuan ingin memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki.
Perempuan ingin dihargai dan diakui bahwa mereka memiliki hak yang sama dan
mampu memiliki kemampuan yang sama dengan laki-laki. (Alma 2017) yang
menyatakan bahwa perempuan wirausaha dimotivasi membuka bisnis disebabkan
keinginan berprestasi. Sehingga hal ini diduga akan berpengaruh meningkatkan
kinerja usahanya yaitu omsetnya.
Berdasarkan Teori Motivasi McClelland dengan pendekatan yang telah
dinyatakan oleh (Kristanto 2009) dan (Mada et al. 2012) yang diadaptasi pada
wirausaha yang memiliki usaha sendiri, untuk motivasi kebutuhan berprestasi
indikator yang diukur:
a. P1 = Keinginan untuk unggul (Mada et al. 2012)
b. P2 = Keinginan mendapatkan prestasi (Kristanto 2009)
c. P3 = Keinginan mendapatkan pengakuan dari keluarga (Kristanto 2009)
d. P4 = Keinginan mendapatkan pengakuan dari masyarakat (Kristanto 2009)
e. P5 = Memenuhi standar yang ditetapkan dalam pekerjaan (Mada et al. 2012)
f. P6 = Berusaha meraih sukses (Mada et al. 2012)
g. P7, P8 = Mengambil risiko (Mada et al. 2012)
h. P9 = Keinginan mendapatkan respon orang lain (Mada et al. 2012)
i. P10, P11, P12 = Bertanggung jawab (Mada et al. 2012)
17

2. Kebutuhan Berafiliasi terhadap Kinerja Usaha


Motivasi kebutuhan berafiliasi perempuan berwirausaha diduga disebabkan
karena perempuan ingin memiliki banyak teman dan kenalan. Mereka ingin saling
mengenal satu sama lain dalam menjalin hubungan sosialnya terhadap sesama
perempuan. Mereka ingin saling berbagi ilmu dan pengalaman berwirausaha
dengan sesamanya. Mereka juga saling merekomendasikan hal-hal baru dan yang
terbaik untuk rekannya dalam berwirausaha. Sehingga dapat menjadi
pembelajaran dalam berwirausaha dan mampu meningkatkan kinerja usahanya
yaitu omsetnya. (Dariyo 2015) berafiliasi merupakan salah satu bentuk dukungan
sosial yang nyata dalam memberi pengaruh baik terhadap orang yang berafiliasi,
yaitu dapat mencapai tujuan hidupnya bersama karena memiliki tujuan hidup yang
sama, saling mendukung, mengembangkan keterampilan dan saling
berkomunikasi bertukar informasi bermanfaat yang dibutuhkan satu sama lain.
Berdasarkan Teori Motivasi McClelland dengan pendekatan yang telah
dinyatakan oleh (Kristanto 2009) dan (Mada et al. 2012) yang diadaptasi pada
wirausaha yang memiliki usaha sendiri, untuk motivasi kebutuhan berafiliasi
indikator yang diukur:
a. A1, A2, A3, A4, A5 = Berusaha menjalin hubungan baik dengan teman (Mada
et al. 2012)
b. A6 = Bersikap mampu bekerjasama (Mada et al.2012)
c. A7 = Keinginan berinteraksi dengan pihak luar (Kristanto 2009)
d. A8, A9 = Membangun jejaring
e. A10 = Sesama wirausaha saling mendukung usaha, berbagi pengalaman dan
pengetahuan

3. Kebutuhan Kekuasaan terhadap Kinerja Usaha


Motivasi kebutuhan kekuasaan perempuan berwirausaha diduga disebabkan
karena perempuan ingin memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki seperti
motivasi mereka dalam berprestasi. Perempuan ingin dihargai, diakui, ingin
dipercayai, dan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mereka juga
menginginkan bahwa semua orang sependapat dengannya sehingga mampu
mengendalikan orang lain. Selain itu mereka ingin dipercayai dalam mengemban
amanah tanggung jawab untuk memimpin. Perempuan wirausaha juga diduga
memiliki keinginan yang besar dalam memenangkan sebuah kompetisi maupun
saling berlomba bahwa kualitas usahanya lebih baik. Sehingga hal tersebut
menjadi motivasi yang berpengaruh meningkatkan kinerja usahanya yaitu
omsetnya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Basalamah 2011)
yang menyatakan bahwa ketika seseorang telah mengenali dirinya sendiri, maka ia
akan dapat memimpin dirinya sendiri, lalu dapat memimpin orang lain dan
mampu memberdayakan orang lain sehingga kinerjanya semakin baik.
Berdasarkan Teori Motivasi McClelland dengan pendekatan yang telah
dinyatakan oleh (Kristanto 2009) dan (Mada et al. 2012) yang diadaptasi pada
wirausaha yang memiliki usaha sendiri, untuk motivasi kebutuhan kekuasaan
indikator yang diukur:
a. K1 = Mengendalikan orang lain (Mada et al. 2012)
b. K2 = Berusaha bersikap sebagai pemimpin (Mada et al. 2012)
c. K3 = Berusaha memenangkan suatu kompetisi di bisnis (Mada et al. 2012)
d. K4 = Berusaha menguasai pasar (market leader) (Kristanto 2009)
18

Variabel Dependen
Kinerja Usaha
Kinerja usaha dari sebuah usaha atau seorang wirausaha dapat diukur
dengan beberapa cara, salah satunya kinerja finansial. Kinerja finansial adalah
kinerja yang diukur berdasarkan keuangan pada suatu usaha. Kinerja usaha dapat
dinilai berdasarkan macam-macam kriteria. Penelitian ini melakukan pengukuran
kinerja usaha yang dipengaruhi oleh motivasi perempuan berwirausaha dengan
menggunakan indikator penerimaan atau yang sering disebut omset dalam ilmu
ekonomi, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fadholi 2014; Sari 2016;
Zulhastami 2016).
Omset adalah semua jumlah uang yang dihasilkan dari penjualan dalam
jangka waktu tertentu. Ilmu ekonomi menyebutnya sebagai penerimaan, karena
merupakan nilai yang dihasilkan berdasarkan nilai harga jual dari masing-masing
unit yang terjual, dan belum menghitung biaya yang dikeluarkan untuk produksi
maupun pemasarannya. Jumlah nilai omset tersebut merupakan jumlah yang
belum dikurangi dengan biaya HPP dan expense.
Berdasarkan pendekatan yang telah dinyatakan oleh (Fadholi 2014; Sari 2016;
Zulhastami 2016) sehingga untuk kinerja usaha indikator yang diukur:
a. Y1 = Omset atau Penerimaan (Penerimaan = Penjualan x Unit Terjual)

Skala Pengukuran

Penelitian yang dilakukan menggunakan Skala Likert untuk mengukur


pengaruh motivasi perempuan wirausaha terhadap kinerja usaha di Kota Bogor.
Skala Likert yang digunakan dan tertera pada kuesioner yang dapat dilihat pada
Lampiran 1. Skala Likert yang pada penelitian ini berjumlah sebanyak lima yang
terdiri atas sangat tidak sesuai, tidak sesuai, cukup sesuai, sesuai, dan sangat
sesuai, berdasarkan pembobotannya sebagai berikut:
1 = sangat tidak sesuai
2 = tidak sesuai
3 = cukup sesuai
4 = sesuai
5 = sangat sesuai

Pretest Kuesioner

Kuesioner yang telah dirancang, sebelum digunakan untuk mengukur


penelitian ini, harus diuji terlebih dahulu, disebut juga dengan pretest kuesioner.
Pretest kuesioner dilakukan agar meminimalisasi terjadinya kesalahan dalam
pertanyaan; pertanyaan yang kurang dipahami oleh calon responden; pertanyaan
yang jawabannya tidak sesuai dengan tujuan indikator yang diukur; kesalahan
responden dalam mengisi kuesioner; pertanyaan yang kurang spesifik; pernyataan
yang ambigu; dan penulisan yang tidak benar. Pernyataan yang disajikan
19

merupakan pernyataan yang mencerminkan indikator yang dapat membangun


variabel laten yang akan diuji.
Pernyataan yang disajikan merupakan hasil indikator dari studi literatur
pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dengan melakukan pendekatan
dan adaptasi. Pengujian kuesioner yang dilakukan pada penelitian ini dapat
disebut berbeda dengan penelitian pada umumnya yang dapat diolah
menggunakan metode PLS. Pengujian kuesioner yang dilakukan pada penelitian
ini lebih bersifat diskusi dengan para ahli yang merupakan responden
berwirausaha yang tergabung dalam organisasi wirausaha. Selain itu mengemban
amanah sebagai pengurus dalam organisasi, seperti ketua divisi maupun sekretaris
umum. Pengujian yang dilakukan bersifat menguji tingkat pernyataan yang
diberikan apakah valid dan reliabel untuk diajukan kepada responden pada
penelitian yang sebenarnya.
Berdasarkan pretest yang dilakukan diperoleh beberapa hal yang harus
diperbaiki, diantaranya adalah pertanyaan mengenai daerah asal, lama usaha yang
telah berjalan, pendapatan perbulan, keterangan karakter responden yang
terpotong dan dilanjutkan pada halaman berikutnya, pertanyaan terkait media
yang digunakan dalam berhubungan dengan teman, tabel yang tidak sesuai urutan,
mereka juga menyarankan untuk membuat kuesionernya dalam bentuk kecil agar
hemat kertas atau menggunakan kuesioner multimedia tanpa menggunakan kertas.
Berdasarkan kekurangan tersebut, dilakukan perbaikan dengan lebih menjelaskan
maupun pemilihan kata-kata yang lebih sederhana, untuk beberapa pertanyaan
juga dilengkapi dengan contoh agar lebih memudahkan. Terkait karakter
responden yang terpotong juga telah diperbaiki agar dapat ditampilkan dalam satu
halaman, sehingga tidak terpotong dan responden tidak membolak-balik halaman
ketika mengisi kuesioner.
Mengenai media yang digunakan dalam berhubungan dengan teman,
pertanyaan ini sering terlewat, sehingga peneliti membuat satu pertanyaan khusus
dengan nomor tersendiri, namun bukan termasuk dalam indikator, melainkan
hanya untuk menjelaskan sebaran respondennya menggunakan media seperti apa
dalam berkomunikasi dengan temannya. Terkait tabel yang tidak sesuai, hal ini
diperbaiki bagian urutannya saja karena memang kesalahan yang terjadi
merupakan kesalahan teknis. Berdasarkan kekurangan terakhir yang merupakan
saran dari responden bahwa kuesioner lebih baik menggunakan kertas kecil
maupun kuesioner multimedia, akhirnya menggunakan alternatif saran kuesioner
multimedia yaitu googleform. Penelitian ini membuat googleform dengan link:
Bit.ly/BantuListyLulus yang dapat diakses melalui internet.
Kuesioner dalam bentuk multimedia tersebut merupakan alat bantu yang
dinilai sesuai dengan kondisi penelitian ini. Sebab, responden pada penelitian ini
dapat disebut wirausaha yang sibuk, mereka sangat sulit ditemui, dan aktivitasnya
sangat padat. Sehingga waktu yang sangat singkat untuk bertemu responden
digunakan untuk meminta izin terkait dengan kesediaan dalam menjadi responden
dan jika ada kelebihan waktu akan melakukan wawancara beberapa hal yang tidak
tercantum pada kuesioner.
20

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis PLS (SEM Basis Varian)


Partial Least Square (PLS) merupakan teknik statistika multivariat yang
melakukan perbandingan antara variabel dependen berganda dan variabel
independen jamak. PLS merupakan salah satu metode statistika SEM berbasis
varian yang didesain untuk menyelesaikan regresi berganda saat terjadi masalah
khusus pada data, misalnya ukuran sampel yang kecil, terdapat data yang hilang
(missing values) maupun multikolinearitas. PLS sebagai teknik linear, dapat
digunakan sebagai teknik prediksi bukan sebagai teknik interpretatif, dengan
pengecualian untuk eksploratori analisis sebelum menggunakan teknik
interpretatif seperti regresi berganda maupun SEM (Abdillah 2018).
PLS mampu menangani banyak variabel independen yang akan membuat
kondisi sebab akibat terhadap variabel dependennya (Garson 2016). Disisi lain,
PLS dapat digunakan untuk mengolah data yang menjadi indikator untuk
mengidentifikasi suatu pengukuran yang bersifat laten (Azis et al. 2016).
Pengukuran bersifat laten yang dimaksud adalah variabel yang sulit dijelaskan dan
pada umumnya tidak dapat langsung diukur tanpa indikator.
PLS ditujukan untuk memprediksi model untuk pengembangan teori,
sehingga PLS adalah alat prediksi kausalitas yang digunakan dalam
pengembangan teori. PLS tidak mendasarkan pada berbagai asumsi. Sehingga
PLS dapat digunakan untuk memprediksi model dengan landasan teori yang
lemah. PLS juga dapat digunakan pada data yang tidak berdistribusi normal, serta
masalah autokorelasi (Abdillah 2018).
PLS adalah gabungan dari analisis regresi jalur dengan faktor (konfirmatori)
serta analisis komponen utama. PLS merupakan model yang cukup dekat untuk
diterapkan pada data dengan jenis skala apapun. Kelebihan lain dari PLS yakni
membutuhkan lebih sedikit data dibandingkan dengan metode lainnya yang harus
menggunakan banyak asumsi (Ghozali et al. 2015) hal serupa juga dikonfirmasi
oleh (Abdillah 2018) bahwa PLS tidak mendasarkan pada berbagai asumsi. PLS
juga mampu diterapkan pada permodelan struktural melalui indikator yang
bersifat reflektif maupun formatif (Ghozali et al. 2015; Abdillah 2018).
Keunggulan lainnya ialah PLS mampu mengukur data dengan skala berbeda
secara bersamaan.
PLS menggunakan iterasi algoritma yang terdiri dari seri OLS untuk
menghindari masalah identifikasi model bersifat nonrecursive (model yang
bersifat reciprocal antara variabel independen dan dependen) yang hal ini tidak
dapat diselesaikan dengan SEM yang berbasis kovarian. PLS juga
mengasumsikan bahwa semua ukuran varian merupakan varian yang dijelaskan.
Sehingga melalui pendekatan estimasi variabel laten dapat dianggap sebagai
kombinasi linear dari indikator (Abdillah 2018).
Konstruk reflektif dapat diukur melalui sebagian besar alat statistika, tetapi
konstruk formatif menghendaki perlakuan yang berbeda dengan kontruk reflektif.
Konstruk formatif dapat diukur dengan regresi linear dan SEM, namun hanya
berbasis varian, hal ini disebabkan SEM berbasis kovarian tidak mengenali
konstruk mengenali konstruk formatif yang unik. Pada konstruk reflektif, arah
kausalitas dari kontruk ke indikator pengukuran. Sehingga konstruk menjelaskan
21

varian pengukurannya. Sedangkan pada konstruk formatif, makna konstruk


ditentukan oleh indikator pengukuran, sehingga makna seluruh laten diturunkan
dari indikator pengukurannya (Abdillah 2018). Intinya, konstruk reflektif akan
menghasilkan indikator reflektif sebagai hasil dalam hubungan kausalitas,
sedangkan konstruk formatif akan menghasilkan indikator formatif sebagai sebab
dalam hubungan kausalitas.

Analisis Outer Model


Outer model adalah model pengukuran yang bertujuan menilai validitas dan
reliabilitas suatu model. Pengukuran berdasarkan proses iterasi algoritma yang
dilakukan, menggunakan parameter pengukuran yaitu validitas konvergen
(Convergent Validity), validitas diskriminan (Discriminant Validity), reliabilitas
dengan parameter pengukuran Composite Reability dan Cronbach’s Alpha, R2 dan
Q2.
1. Validitas Konvergen (Convergent Validity),
Pengujian validitas konvergen (Convergent Validity) dengan indikator
reflektif dinilai berdasarkan loading factor (korelasi antara skor item atau skor
komponen dengan skor konstruk). (Hair et al. 2006 dalam Abdillah 2018)
menyatakan bahwa rule of thumbs yang pada umumnya digunakan dalam
pengujian awal dari matrik faktor adalah 0.3 dapat dipertimbangkan telah
memenuhi level minimal, untuk loading 0.4 dianggap lebih baik, serta untuk
loading lebih besar dari 0.5 dianggap signifikan secara praktis. Dengan
demikian, semakin tinggi nilai factor loading, maka semakin penting peranan
loading dalam menginterpretasi matrik faktor. Namun rule of thumbs yang
digunakan untuk validitas konvergen adalah outer loading lebih besar dari 0.7
(Abdillah 2018).
2. Validitas Diskriminan (Discriminant Validity)
Uji validitas diskriminan diukur berdasarkan nilai cross loading
pengukuran dengan konstruknya. Cara lainnya yaitu dengan membandingkan
akar AVE untuk masing-masing konstruknya dengan korelasi antara konstruk
dengan konstruk lainnya dalam model. Uji validitas diskriminan dinyatakan
memenuhi syarat jika akar AVE untuk masing-masing konstruk lebih besar
daripada korelasi antara satu kontruk dengan konstruk lainnya dalam model
(Chin et al. 1997 dalam Abdillah 2018).
3. Composite reliability
Suatu konstruk harus reliabel, sehingga perlu dilakukan uji reliabilitas.
Uji reliabilitas dapat menggunakan parameter nilai Composite Reliability.
Syarat pengukuran menggunakan parameter ini adalah nilai Composite
Reliability harus lebih besar dari 0.7. Teknik tersebut mirip dengan Cronbach’s
Alpha namun memiliki perbedaan. Composite Reliability mengukur nilai
reliabilitas yang sebenarnya dari suatu variabel, sedangkan Cronbach’s Alpha
mengukur nilai terendah reliabilitas suatu variabel. Sehingga nilai Cronbach’s
Alpha akan lebih rendah dibandingkan dengan nilai Composite Reliability
(Abdillah 2018).
4. Average Variance Extracted (AVE)
Selain menggunakan parameter outer loading, uji validitas konvergen
dapat menggunakan AVE (Average Variance Extracted) yang harus bernilai
lebih dari 0.5 (Abdillah 2018).
22

5. Cronbach’s Alpha
Pengukuran suatu konstruk agar reliabel selain menggunakan parameter
Composite Reliability, dapat juga menggunakan Cronbach’s Alpha.
Pengukuran dapat dinyatakan reliabel apabila nilai Cronbach’s Alpha lebih
besar dari 0.7. Rule of thumbs nilai Alpha atau Composite Reliability sebaiknya
lebih besar dari 0.7 meskipun 0.6 masih dapat diterima (Hair et al. 2008 dalam
Abdillah, 2018).

Analisis Inner Model


Inner model atau model struktural dalam metode PLS dievaluasi dengan
menggunakan beberapa parameter. Parameter yang digunakan antara lain R2 dan
Q2.
1. Koefisien determinasi (R2)
Nilai R2 untuk mengevaluasi konstruk dependen, nilai koefisien path atau
t-statistik masing-masing path untuk pengujian signifikansi antarkonstruk
dalam model struktural. Parameter yang digunakan dalam mengukur tingkat
variasi perubahan variabel independen terhadap variabel dependen adalah nilai
R2. Nilai R2 yang semakin besar atau tinggi menunjukan bahwa model prediksi
dari model penelitian yang diajukan semakin baik (Abdillah 2018).
2. Predictive Relevance (Q2) atau Uji Stone-Geisser
Selain parameter R2, terdapat juga parameter Q2 atau yang sering dikenal
dengan uji Stone-Geisser. Uji tersebut bertujuan untuk relevansi prediksi.
Pengukurannya menggunakan nilai R2 dengan cara Q2 = 1 – (1-R12) (1-
R22)...(1-Rn2). Syarat nilai Q2 dinyatakan sebagai model struktural yang fit
dengan data yaitu nilai Q2 berada diantara 0 dan 1 atau persamaannya adalah
0<Q2<1 (Abdillah 2018).

Pengujian Hipotesis
Uji terakhir adalah pengujian terhadap hipotesis yang telah dirancang dalam
penelitian. Pengujian ini dilakukan setelah pengujian validitas dan reliabilitas. Uji
hipotesis tersebut dilakukan melalui bootstrapping pada aplikasi perangkat lunak
SmartPLS dan mengukur melalui path coefficient, pengujian dilakukan
menggunakan parameter uji nilai t-statistik dan nilai p-value. Hipotesis dapat
diterima apabila nilai t-statistik > t-tabel dengan nilai t-tabel 1.96 atau nilai p-
value < 0.05 untuk alpha sama dengan 5%. Nilai t-tabel 1.96 karena penelitian ini
merupakan penelitian dua arah (two-tailed). Sedangkan untuk penelitian satu arah
(one-tailed) menggunakan nilai t-tabel 1.64 (Abdillah 2018).
23

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel Convenience


Sampling dan jumlah sampel 40 responden. Metode pengambilan sampel dengan
menggunakan Convenience Sampling adalah pengambilan sampel dengan
berdasarkan kesediaan responden dalam penelitian dengan syarat memenuhi
kriteria sebagai responden. Kriteria responden pada penelitian ini antara lain
adalah perempuan yang sedang berwirausaha di Kota Bogor, berusia diatas 17
tahun, pemilik tunggal maupun mengelola usaha bersama dengan rekan,
mengikuti organisasi wirausaha atau organisasi non wirausaha atau tidak
berorganisasi sama sekali. Memiliki usaha atau bisnis dibidang apapun, baik
kuliner, kosmetik, busana, pendidikan, pelatihan, perencanaan acara (event
planner atau event organizer), dan sebagainya.
Alat bantu atau instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah
kuesioner yang diberikan kepada responden yang bersedia menjadi responden
dalam penelitian ini. Pertanyaan pada kuesioner yang diberikan terdiri atas dua
jenis, yaitu pertanyaan terbuka dan tertutup. Kuesioner pada penelitian ini terdiri
dari empat bagian. Bagian pertama adalah identitas diri atau data pribadi
responden. Bagian kedua adalah data usaha yang dikelola oleh responden. Bagian
ketiga adalah pengukuran dimensi motivasi dengan menggunakan skala Likert
untuk mengukur kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi, dan kebutuhan
kekuasaan. Bagian keempat adalah pengukuran kinerja usaha berdasarkan
banyaknya penerimaan atas usaha yang dikelola (omset). Pengumpulan data
responden dilaksanakan setiap hari disesuaikan dengan kesediaan responden
untuk bertemu dan dapat mengisi kuesioner.
Data responden yang telah diperoleh selanjutnya diolah menggunakan
metode PLS dengan bantuan aplikasi perangkat lunak Smart PLS versi 2.0 untuk
menganalisis data. Analisis data dilakukan adalah analisis outer model (uji
validitas dan uji reliabilitas), analisis inner model (koefisien determinasi dan uji
Stone-Geisser) dan pengujian hipotesis untuk mengetahui hipotesis yang
dirancang dapat diterima atau tidak berdasarkan pengujian yang dilakukan untuk
mengkonfirmasi pengaruh motivasi perempuan wirausaha terhadap kinerja
usahanya di Kota Bogor.

Karakteristik Perempuan Wirausaha

Penelitian ini dilakukan pada 40 orang responden dengan kriteria responden


pada penelitian ini antara lain adalah perempuan yang sedang berwirausaha di
Kota Bogor, berusia diatas 17 tahun, pemilik tunggal maupun mengelola usaha
bersama dengan rekan, mengikuti organisasi wirausaha atau organisasi non
wirausaha atau tidak berorganisasi sama sekali. Memiliki usaha atau bisnis
24

dibidang apapun, baik kuliner, kosmetik, busana, pendidikan, pelatihan,


perencanaan acara (event planner atau event organizer), dan sebagainya.
Adapun karakteristik responden dalam penelitian ini dideskripsikan
melalui, usia, status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan selain wirausaha,
organisasi yang diikuti, jenis usaha, dan pengalaman dalam berwirausaha.

Usia
Perbedaan usia responden dapat menyebabkan perbedaan pola motivas
dalam aktivitas berwirausaha yang dinilai akan turut memberikan kinerja usaha
yang berbeda. Berdasarkan sebaran umur responden perempuan wirausaha, dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu usia 17 tahun sampai dengan 25 tahun termasuk
dalam kategori masa remaja akhir, usia 26 tahun sampai dengan 35 tahun
termasuk dalam kategori masa dewasa awal, dan usia 36 tahun sampai dengan 45
tahun termasuk dalam kategori masa dewasa akhir (Depkes RI 2009).
Berdasarkan sebaran usia responden perempuan wirausaha yang terbanyak dengan
nilai 90 persen yang merupakan kategori masa remaja akhir. Selebihnya kategori
masa dewasa awal sebanyak 2 persen, dan kategori masa dewasa akhir sebanyak 8
persen.

36 sampai 45 Usia Responden (tahun)


(Masa Dewasa
Akhir)
8%

26 sampai 35
(Masa Dewasa
Awal)
2%

17 sampai 25
(Masa Remaja
Akhir)
90%
Gambar 2. Sebaran responden berdasarkan usia

Status Pernikahan
Motivasi setiap responden dinilai akan berbeda antara responden yang
belum menikah, menikah, dan pernah menikah. Hal ini karena pada ketiga status
pernikahan tersebut akan memberikan pengambilan keputusan yang berbeda
dalam aktivitasnya sehari-hari maupun dalam mengambil tindakan berwirausaha.
Motivasi dalam berwirausaha akan berbeda karena adanya anggota keluarga
maupun pasangannya yang turut dipertimbangkan.
Berdasarkan hasil penelitian, status pernikahan responden didominasi oleh
responden yang belum menikah. Status pernikahan ini terkait dengan sebaran usia
responden yang merupakan kategori masa remaja akhir yang merupakan masa
dalam menempuh pendidikan. Sebaran status responden tersaji pada gambar
dibawah ini.
25

Status Pernikahan
Menikah
7%

Belum Menikah
93%

Gambar 3. Sebaran responden berdasarkan status pernikahan

Pendidikan Terakhir
Tingkat pendidikan merupakan karakteristik yang juga dinilai memberikan
hasil yang berbeda berdasarkan motivasi masing-masing wirausaha. Tingkat
pendidikan yang berbeda akan memberikan pola pikir yang berbeda juga dalam
mengambil keputusan berwirausaha maupun dalam mengembangkan usahanya.
Berdasarkan sebaran pendidikan terakhir responden dalam penelitian ini,
didominasi oleh responden dengan pendidikan terakhir lulusan SMA, pada urutan
terbanyak kedua adalah responden dengan pendidikan terakhir lulusan Diploma
III. Hal ini berkaitan dengan sebaran umur responden pada penelitian ini, yaitu
termasuk kategori masa remaja akhir yang saat ini merupakan masa menempuh
pendidikan Diploma III maupun Strata I.

S2
3%
Pendidikan Terakhir
S1
12% SMA
45%

D3
40%

Gambar 4. Sebaran responden berdasarkan pendidikan terakhir

Pekerjaan Selain Berwirausaha


Kegiatan atau pekerjaan seseorang sehari-harinya diluar statusnya sebagai
wirausaha juga pada umumnya akan terjadi perbedaan motivasi dalam
berwirausaha. Sehingga seseorang yang hanya fokus dengan kegiatan mengelola
usahanya saja akan berbeda dengan seseorang yang memiliki pekerjaan selain
berwirausaha. Selain itu pekerjaan selain berwirausaha juga akan mempengaruhi
26

pemasaran produk atau jasa yang dikelolanya untuk diusahakan atau menjadi
bisnisnya. Sebab lingkungan sehari-hari seorang wirausaha akan turut berkaitan
dengan bisnisnya.
Berdasarkan hasil penelitian pada pekerjaan selain berwirausaha berkaitan
dengan usia responden dan tingkat pendidikan terakhir. Hal ini menunjukan
bahwa sebaran usia dengan kategori masa remaja akhir, saat ini sedang menjalani
masa studi pada perguruan tinggi maupun akademi, sehingga mereka memiliki
pekerjaan selain berwirausahanya sebagai mahasiswi.

Pekerjaan Selain Wirausaha


Pegawai Pajak Instruktur
3% Senam
Freelancer Penulis MC 2%
3% 3%
5% Tidak ada
Pengajar 12%
5%

Karyawan
Swasta
12%
Mahasiswi
55%

Gambar 5. Sebaran responden berdasarkan pekerjaan selain berwirausaha

Organisasi
Organisasi yang diminati oleh seseorang juga dinilai memberikan pola
perilaku berbeda dalam berwirausaha. Misalnya seseorang yang mengikuti
organisasi terkait wirausaha, akan berbeda dengan seseorang yang tidak mengikuti
organisasi terkait wirausaha. Hal ini disebabkan organisasi yang terkait dengan
wirausaha akan lebih banyak membahas mengenai bisnis dibandingkan dengan
organisasi yang tidak terkait dengan wirausaha. Terlebih lagi jika seseorang
tersebut tidak mengikuti organisasi sama sekali, hal ini akan berbeda pola
perilakunya dalam mengelola usaha yang dirintisnya.
Berdasarkan sebaran responden dapat dilihat bahwa responden yang
mengikuti organisasi HIPMI lebih banyak dibandingkan dengan responden yang
mengikuti organisasi lainnya. Hal ini terkait dengan perencanaan penelitian.
Awalnya direncanakan akan melakukan penelitian pada responden yang
merupakan organisasi berwirausaha di Kota Bogor, yaitu IWAPI, WPMI, dan
HIPMI. Namun hal tersebut terkendala pada perizinan yang sangat lama,
sedangkan waktu penelitian yang terbatas. Perizinan yang memberikan konfirmasi
secara resmi hanya HIPMI cabang Kota Bogor. Sehingga lebih banyak responden
penelitian ini yang merupakan pengurus HIPMI, selebihnya merupakan
perempuan wirausaha yang pengambilan sampelnya dengan metode Convenience
Sampling.
27

Tidak
Organisasi
Berorganisasi WPMI
10% 2%

Organisasi Non
Wirausaha
29%
HIPMI
51%
Organisasi
Wirausaha
Umum
8%

Gambar 6. Sebaran responden berdasarkan organisasi

Meskipun demikian, seluruh perempuan yang termasuk dalam organisasi


HIPMI tidak seluruhnya menjadi responden. Hal tersebut karena syarat untuk
masuk dalam organisasi HIPMI itu sendiri tidak harus memiliki usaha. Sedangkan
syarat sebagai responden dalam penelitian ini adalah perempuan yang sudah
memiliki usaha, baik dikelola sendiri, maupun bersama dengan rekannya. Selain
itu, jika usaha yang dimiliki telah dikelola namun belum berjalan sepenuhnya,
maka perempuan wirausaha tersebut tidak dapat menjadi responden, sebab belum
ada kinerja usaha (omset) yang dapat diukur.

Jenis Usaha
Usaha yang dikelola oleh setiap wirausaha dengan jenis usaha yang berbeda,
akan berbeda pula hasilnya. Hal tersebut akan memberikan hasil yang berbeda
pada nilai omset yang diterima dari hasil kerja keras setiap orang. Jenis usaha
yang dikelola oleh responden dalam penelitian ini sangat bervariasi, mulai dari
aksesoris, craft, event organizer, fashion, makanan, MUA (Make Up Artist),
otomotif, pendidikan atau sarana edukasi, produk perawatan kulit, travel and tour.
Berdasarkan sebaran responden paling banyak mengusahakan bisnis dibidang
makanan. Bisnis dibidang makanan ini terkait dengan makanan berat, makanan
cepat saji, makanan siap saji, dan makanan ringan.
28

Jenis Usaha
Craft Event organizer
Aksesoris 3%
16% 3%
Fashion
Pendidikan 16%
5%

Produk Otomotif
Perawatan Kulit 4%
11%
Travel
2% Makanan
MUA 35%
5%
Gambar 7. Sebaran responden berdasarkan jenis usaha

Pengalaman Usaha
Pengalaman usaha setiap orang akan membuatnya memiliki kompetensi
yang berbeda dalam menjalani usahanya. Selain itu pengalaman berwirausaha
juga akan membuatnya memiliki motivasi yang berbeda dalam peningkatan
usahanya. Berdasarkan sebaran responden yang terbanyak merupakan wirausaha
dengan pengalaman berwirausaha selama rentang 1 sampai 3 tahun. Hal ini terkait
dengan hal terbanyak sebaran usia responden dan juga pekerjaan responden selain
berwirausaha adalah sebagai mahasiswi. Sehingga dapat dinyatakan responden
lebih banyak adalah responden yang masih pemula dalam berwirausaha.

Pengalaman Usaha
Lebih dari 6
tahun
6% Kurang dari 1
tahun
18%

4 sampai 6
tahun
18% 1 sampai 3
tahun
58%

Gambar 8. Sebaran responden berdasarkan pengalaman usaha


29

Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Usaha

Pengukuran pengaruh dilakukan dengan menggunakan Partial Least Square


(PLS). Analisis Partial Least Square (PLS) yang dilakukan pada penelitian
pengaruh motivasi perempuan wirausaha terhadap kinerja usaha di Kota Bogor
menggunakan alat bantu aplikasi perangkat lunak SmartPLS versi 2.0.
Pengukuran yang dilakukan merupakan pengukuran model konstruk indikator
formatif dan reflektif. Pengukuran ini mengukur tiga variabel laten atau konstruk
dengan indikator reflektif yang terdiri atas kebutuhan berprestasi, kebutuhan
berafiliasi, kebutuhan kekuasaan, sedangkan kinerja usaha diukur dengan
konstruk formatif. Pengukuran dilakukan untuk mengukur pengaruh kebutuhan
berprestasi, kebutuhan berafiliasi, kebutuhan kekuasaan terhadap kinerja usaha
yaitu omset.

Variabel Utama
Kebutuhan Berprestasi H1

Kebutuhan Berafiliasi H2 Kinerja Usaha

H3 Omset
Kebutuhan Kekuasaan

Gambar 9. Bagan Kerangka Pengukuran Pengaruh

Keterangan
: Berpengaruh nyata

Uji Validitas Konstruk

1. Uji Validitas Konvergen


Uji validitas konvergen pada PLS menggunakan rule of thumbs yaitu outer
loading lebih besar dari 0.7 (Chin 1995 dalam Abdillah 2018). Jika nilai outer
loading lebih kecil dari 0.5, indikator tersebut harus dikeluarkan ataupun dihapus
dari konstruk sebab indikator tersebut tidak dapat mencerminkan pada konstruk
yang mewakilinya. Namun jika uter loading bernilai antara 0.5 sampai dengan 0.7
dengan syarat nilai AVE dan Communality indikator tersebut lebih besar dari 0.5,
maka sebaiknya tetap mempertahankan indikator dan tidak menghapusnya
(Abdillah 2018).
Jika persyaratan belum dapat dipenuhi, maka indikator harus dihapus atau
dikeluarkan dari konstruk. Setelah dilakukan pengujian konstruk awal yang terdiri
atas 12 indikator Kebutuhan Berprestasi, sepuluh indikator Kebutuhan Berafiliasi,
empat indikator Kebutuhan Kekuasaan, dan satu indikator Kinerja Usaha yaitu
omset, diperoleh delapan indikator yang tidak memenuhi syarat pada variabel
30

Kebutuhan Berprestasi, tujuh indikator yang tidak memenuhi syarat pada variabel
Kebutuhan Berafiliasi, dua indikator tidak memenuhi syarat pada variabel
Kebutuhan Kekuasaan. Indikator tersebut antara lain adalah P1 (keinginan untuk
unggul), P2 (keinginan mendapatkan prestasi), P3 (keinginan mendapatkan
pengakuan dari keluarga), P4 (keinginan mendapatkan pengakuan dari
masyarakat), P5 (memenuhi standar yang ditetapkan dalam pekerjaan), P7
(mengambil risiko), P8 (mengambil risiko), P9 (keinginan mendapatkan respon
orang lain), A1 (berusaha menjalin hubungan baik dengan teman), A2 (berusaha
menjalin hubungan baik dengan pemasok), A3 (berusaha menjalin hubungan baik
dengan teman), A4 (berusaha menjalin hubungan baik dengan konsumen), A5
(berusaha menjalin hubungan baik dengan pihak sumber pembiayaan), A6
(bersikap mampu bekerjasama), A7 (keinginan berinteraksi dengan pihak luar),
K1 (mengendalikan orang lain), K2 (berusaha bersikap sebagai pemimpin).
Indikator pada konstruk Kinerja Usaha hanya satu, sehingga tidak terdapat nilai
loading yang tidak memenuhi syarat. Indikator yang tidak memenuhi syarat
tersebut harus di keluarkan dari model (dropping) dan akan diperoleh model
penelitian setelah dilakukan dropping seperti pada Lampiran 4.

Kebutuhan Berprestasi
Variabel Kebutuhan Berprestasi diindikasikan oleh empat indikator yaitu P6
(berusaha meraih sukses) dengan nilai loading sebesar 0.820, P10 (bertanggung
jawab) dengan nilai loading sebesar 0.607, P11 (bertanggung jawab) dengan nilai
loading sebesar 0.763, P12 (bertanggung jawab) dengan nilai loading sebesar
0.751. Hal ini menunjukan bahwa indikator P6, P10, P11 dan P12 telah memenuhi
syarat konstruk yang valid untuk pengukuran Kebutuhan Berprestasi.

Kebutuhan Berafiliasi
Variabel Kebutuhan Berafiliasi diindikasikan oleh tiga indikator yaitu A8
(membangun jejaring) dengan nilai loading sebesar 0.709, A9 (membangun
jejaring) dengan nilai loading sebesar 0.910, dan A10 (sesama wirausaha adalah
pendukung usaha) dengan nilai loading sebesar 0.901. Hal ini menunjukan bahwa
indikator A8, A9 dan A10 telah memenuhi syarat konstruk yang valid untuk
pengukuran Kebutuhan Berafiliasi.

Kebutuhan Kekuasaan
Variabel Kebutuhan Kekuasaan diindikasikan oleh dua indikator yaitu K3
(berusaha memenangkan suatu kompetisi) dengan nilai loading sebesar 0.775, K4
(berusaha menguasai pasar (market leader)) dengan nilai loading sebesar 0.889.
Hal ini menunjukan bahwa indikator K3 dan K4 telah memenuhi syarat konstruk
yang valid untuk pengukuran Kebutuhan Kekuasaan.

Kinerja Usaha
Variabel Kinerja Usaha diindikasikan oleh satu indikator yaitu Y2 (omset)
dengan nilai loading sebesar 1.000 yang menunjukan bahwa indikator Y2 telah
memenuhi syarat konstruk yang valid untuk pengukuran Kinerja Usaha.

Selain menggunakan parameter outer loading, uji validitas konvergen dapat


menggunakan nilai AVE (Average Variance Extracted) dengan syarat harus
31

bernilai lebih dari 0.5 (Abdillah 2018). Sehingga berdasarkan syarat tersebut,
dapat dinyatakan bahwa semua konstruk telah valid dengan melalui uji validitas
konvergen.
Tabel 3. Hasil pengukuran model
Konstruk dan indikator FL CA CR AVE t-stat p-value
1. Kebutuhan Berprestasi 0.726 0.827 0.547 2.031 0.043
Berusaha meraih sukses (P6) 0.820
Bertanggung jawab (P10) 0.607
Bertanggung jawab (P11) 0.763
Bertanggung jawab (P12) 0.751
2. Kebutuhan Berafiliasi 0.801 0.881 0.714 0.351 0.726
Membangun jejaring (A8) 0.709
Membangun jejaring (A9) 0.910
Sesama wirausaha adalah 0.901
pendukung usaha (A10)
3. Kebutuhan Kekuasaan 0.571 0.820 0.695 1.523 0.128
Berusaha memenangkan suatu 0.775
kompetisi di bisnis (K3)
Berusaha menguasai pasar (K4) 0.889
4. Kinerja Usaha
Penerimaan atau omset (Y2) 1.000
Data signifikan pada alpha 5%
Ket: FL (Factor Loadings), CA (Cronbach’s Alpha), CR (Composite Reliability), AVE (Average
Variance Extracted)

2. Uji Validitas Diskriminan


Setelah melakukan uji validitas konvergen, dilakukan juga pengujian
validitas diskriminan dengan menggunakan parameter membandingkan akar dari
nilai AVE suatu konstruknya harus lebih tinggi dibandingkan dengan korelasi
antarvariabel laten tersebut. Selain menggunakan parameter akar dari nilai AVE,
dapat juga menggunakan parameter cross loading (Abdillah 2018). Nilai cross
loading yang terbesar pada masing-masing indikator menunjukan bahwa konstruk
tersebut adalah konstruk yang dituju.
Nilai konstruk yang dituju harus lebih besar daripada konstruk lainnya.
Pengujian validitas diskriminan ini dilakukan untuk menguji tingkatan indikator
dalam menggambarkan variabel latennya. Berdasarkan pengujian yang telah
dilakukan, diperoleh hasil cross loading yang memenuhi syarat uji validitas
diskriminan sebagai berikut. Sehingga dapat nyatakan bahwa indikator yang diuji
mampu menggambarkan variabel latennya.

Uji Reliabilitas

1. Uji Composite Reliability


Suatu konstruk harus reliabel, sehingga perlu dilakukan uji reliabilitas. Uji
reliabilitas dapat menggunakan parameter nilai Composite Reliability. Syarat
pengukuran menggunakan parameter ini adalah nilai Composite Reliability harus
lebih besar dari 0.7. Teknik tersebut mirip dengan Cronbach’s Alpha namun
memiliki perbedaan. Composite Reliability mengukur nilai reliabilitas yang
sebenarnya dari suatu variabel, sedangkan Cronbach’s Alpha mengukur nilai
32

terendah reliabilitas suatu variabel. Sehingga nilai Cronbach’s Alpha akan lebih
rendah dibandingkan dengan nilai Composite Reliability (Abdillah 2018).
Berdasarkan Tabel 7, dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel laten reliabel
karena memiliki nilai Composite Reliability lebih besar dari 0.7.

2. Uji Cronbach’s Alpha


Pengukuran suatu konstruk agar reliabel selain menggunakan parameter
Composite Reliability, dapat juga menggunakan Cronbach’s Alpha. Pengukuran
dapat dinyatakan reliabel apabila nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0.7.
(Hair et al. 2008 dalam Abdillah 2018) menyatakan bahwa rule of thumbs nilai
Alpha atau Composite Reliability sebaiknya lebih besar dari 0.7 meskipun 0.6
masih dapat diterima. Pada penelitian pengaruh motivasi ini, nilai hasil olahan
Cronbach’s Alpha tersaji pada Tabel 3 yang menyatakan bahwa nilai Cronbach’s
Alpha Kebutuhan Kekuasaan tidak memenuhi syarat lebih besar dari 0.7 maupun
0.6, namun perlu diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha hanya mengukur nilai
terendah reliabel dari suatu konstruk. Sehingga jika nilai Composite Reliability
masih memenuhi, maka pengukuran konstruk tersebut tetap dinyatakan reliabel.
Hal ini didukung oleh pernyataan (Abdillah 2018) yang menyatakan bahwa
Composite Reliability mengukur nilai reliabilitas yang sebenarnya dari suatu
variabel, sedangkan Cronbach’s Alpha mengukur nilai terendah reliabilitas suatu
variabel. Sehingga nilai Cronbach’s Alpha akan lebih rendah dibandingkan
dengan nilai Composite Reliability.

Analisis Model Struktural

Inner model atau model struktural dalam metode PLS dievaluasi dengan
menggunakan beberapa parameter. Parameter yang digunakan antara lain R 2
untuk mengevaluasi konstruk dependen, nilai koefisien path atau t-values masing-
masing path (jalur) untuk pengujian signifikansi antar konstruk dalam model
struktural. Parameter yang digunakan dalam mengukur tingkat variasi perubahan
variabel independen terhadap variabel dependen adalah nilai R2. Nilai R2 yang
semakin besar atau tinggi menunjukan bahwa model prediksi dari model
penelitian yang diajukan semakin baik (Abdillah 2018).
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian, R2 bernilai 0.103 yang
artinya variasi perubahan variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel
independen adalah sebesar 10,3%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain
di luar model yang diajukan. (Abdillah 2018) juga menambahkan bahwa R2
bukanlah sebuah parameter yang mutlak atau absolut dalam mengukur ketepatan
model prediksi sebab dasar hubungan teoretisnya adalah parameter yang paling
utama untuk menjelaskan hubungan kausalitas tersebut. (Abdillah 2018) juga
menegaskan bahwa R2 bukanlah sebuah ukuran satu-satunya model estimasian
yang baik.
Selain parameter R2, terdapat juga parameter Q2 atau yang sering dikenal
dengan uji Stone-Geisser. Uji tersebut bertujuan untuk relevansi prediksi.
Pengukurannya menggunakan nilai R2 dengan cara Q2 = 1 – (1-R12) (1-R22)...(1-
Rn2). Berdasarkan nilai R2 yang diperoleh dari pengolahan data, maka diperoleh
nilai Q2 yaitu 0.897. Syarat nilai Q2 dinyatakan sebagai model struktural yang fit
dengan data yaitu nilai Q2 berada diantara 0 dan 1 atau persamaannya adalah
33

0<Q2<1. Berdasarkan nilai Q2 yang diperoleh dari perhitungan adalah 0.897 maka
0<0.897<1, sehingga dapat dinyatakan bahwa model struktural fit dengan data.

Pengujian Hipotesis

Uji terakhir adalah pengujian terhadap hipotesis yang telah dirancang dalam
penelitian. Pengujian ini dilakukan setelah pengujian validitas dan reliabilitas. Uji
hipotesis tersebut dilakukan melalui bootstrapping dengan menggunakan
parameter uji nilai t-statistik dan nilai p-value pada path coefficients. Hipotesis
dapat diterima apabila nilai t-statistik > t-tabel dengan nilai t-tabel 1.96 atau nilai
p-value < 0.05 untuk alpha sama dengan 5%. Berdasarkan hasil t-statistik dan p-
value, dapat dinyatakan bahwa tidak seluruh hipotesis awal yang telah dirancang
dapat diterima (signifikan).

Kebutuhan
berprestasi 0.222*

Kinerja
Kebutuhan
berafiliasi
Usaha
0.036
R2 = 0.103

Kebutuhan 0.165
kekuasaan

*p < 0.05
Berpengaruh nyata

Tidak berpengaruh nyata

Konstruk atau variabel laten utama

Gambar 10. Model hasil penelitian

Kebutuhan Berprestasi terhadap Kinerja Usaha


Variabel motivasi kebutuhan berprestasi berpengaruh nyata terhadap kinerja
usaha perempuan wirausaha di Kota Bogor untuk meningkatkan kinerja usaha
yang dicerminkan oleh indikator berusaha meraih sukses dan bertanggung jawab.
Hal ini diduga karena perempuan wirausaha merasa bahwa mereka ingin
berkedudukan yang sama dengan laki-laki, sehingga mereka merasa harus
memiliki prestasi yang lebih baik untuk dapat diakui oleh sekitarnya. Selain itu
mereka akan bangga jika mereka mampu membantu orang lain untuk sukses
dengan cara bekerja sama. Hal ini mengkonfirmasi teori motivasi McClelland
(Alma 2017) yang menyatakan bahwa tingkah laku yang mendefinisikan orientasi
seseorang pada prestasi diarahkan terhadap pencapaian yang sangat baik. Selain
34

itu (Alma 2017) juga menyatakan perempuan dimotivasi oleh keinginannya untuk
berprestasi ketika mereka memutuskan untuk membuka bisnis. Disisi lain,
perempuan merasa keterampilannya kurang ditunjukan yang membuat mereka
memutuskan ingin berprestasi dengan cara berwirausaha. Motivasi perempuan
wirausaha yang hidup di negara maju adalah untuk berprestasi (Mavrudah 2013).

Kebutuhan Berafiliasi terhadap Kinerja Usaha


Variabel motivasi kebutuhan berafiliasi tidak berpengaruh nyata terhadap
kinerja usaha perempuan wirausaha di Kota Bogor untuk meningkatkan kinerja
usaha yang dicerminkan oleh indikator membangun jejaring dan merasa bahwa
sesama wirausaha adalah pendukung usaha. Hal ini diduga karena responden pada
penelitian ini sebagian besar merupakan responden yang mengikuti organisasi
namun bekerja sendiri (self employed) dalam berwirausaha. Sehingga mereka
merasa bahwa membangun jejaring sesama wirausaha bukanlah hal yang
membuat mereka memiliki omset yang tinggi. Sebab mereka merasa bahwa omset
mereka tinggi karena mereka mengusahakannya sendiri, atas prestasinya sendiri,
bukan dari jejaring yang mereka miliki. Dengan adanya jejaring maupun tidak,
mereka meyakini bahwa usahanya masih tetap lancar dan omsetnya meningkat.
Hal ini seperti yang dikemukakan pada teori motivasi Maslow (Alma 2017)
yang menyatakan bahwa teori motivasi hirarki kebutuhan terdapat lima kategori,
hirarki terendah adalah kebutuhan fisiologis, lalu diatasnya terdapat kebutuhan
keamanan, lalu diatasnya terdapat kebutuhan berafiliasi, lalu diatas kebutuhan
berafiliasi terdapat kebutuhan penghargaan, dan pada hirarki terakhir adalah
kebutuhan perwujudan diri. Jika satu tingkat kebutuhan telah terpenuhi, maka
akan muncul tingkat kebutuhan yang lebih tinggi. Namun bukan berarti tingkat
kebutuhan yang lebih rendah harus terpenuhi 100% untuk dapat berpindah pada
tingkat kebutuhan selanjutnya.
Tingkatan kebutuhan penghargaan dan kebutuhan perwujudan diri yang
dikemukakan oleh Maslow ini diterjemahkan dalam teori motivasi McClelland
adalah kebutuhan berprestasi. Sehingga pada penelitian ini, kebutuhan berafiliasi
dapat dinyatakan tidak mempengaruhi kinerja usaha diduga karena kebutuhan
berafiliasi telah terpenuhi meskipun tidak mencapai 100 persen, dan motivasi
perempuan wirausaha berada pada tahap kebutuhan berprestasi (McClelland) atau
setara dengan hierarki kebutuhan penghargaan dan perwujudan diri pada teori
motivasi yang dikemukakan oleh Maslow. (Alma 2017) juga menambahkan
bahwa perpindahan motivasi kebutuhan ini terjadi sangat cepat di negara
berkembang, sebab masyarakatnya ingin cepat sekali memenuhi tingkat
kebutuhan yang lebih tinggi dari sebelumnya, dan hal tersebut merupakan gejala
demonstrasi (demonstration effect).
Selain itu, seseorang yang memiliki motivasi berafiliasi yang besar namun
bisnisnya belum besar, diduga akan mengganggu bisnisnya sebab curahan waktu
dalam berbisnis menjadi berkurang. Curahan waktunya menjadi berkurang karena
ketika seseorang memiliki dorongan yang besar dalam berafiliasi, maka mereka
akan meluangkan banyak waktu untuk bertemu dengan teman-temannya. Hal ini
dinilai baik karena akan menjalin hubungan sosial dengan orang lain. Namun jika
lebih banyak waktu digunakan bertemu dengan teman, maka akan lebih sedikit
waktu untuk melakukan hal produktif lainnya. Sehingga akan mempengaruhi
35

bisnisnya kurang berjalan. Hal ini didukung oleh (Ulfah 2013) yang menyatakan
bahwa seseorang yang memiliki motivasi berafiliasi yang tinggi menghabiskan
lebih banyak waktunya untuk mempertahankan hubungan sosialnya.

Kebutuhan Kekuasaan terhadap Kinerja Usaha


Variabel motivasi kebutuhan kekuasaan tidak berpengaruh nyata terhadap
kinerja usaha perempuan wirausaha di Kota Bogor untuk meningkatkan kinerja
usaha. Hal ini yang dicerminkan oleh indikator berusaha memenangkan suatu
kompetisi dan berusaha menguasai pasar dalam mengukur kebutuhan kekuasaan,
yang menunjukan bahwa seorang wirausaha memiliki kebutuhan untuk berkuasa
sehingga mempengaruhi kinerja usahanya. Hal ini tidak berpengaruh diduga
karena responden pada penelitian ini merasa bahwa untuk memiliki omset yang
tinggi tidak harus memiliki kekuasaan.
Selain itu sebuah bisnis telah menetapkan segmentasi pasarnya, dan bisnis
akan terus berubah dan beradaptasi. Sehingga menguasai sebuah pasar bukanlah
sebuah hal yang dapat dipertahankan terus menerus melainkan harus terus
berinovasi, karena pasar yang telah dikuasai bisa saja berpindah pada bisnis
lainnya yang lebih inovatif. Hal ini mengkonfirmasi yang dinyatakan (Meredith et
al. 1989) kekuatan dalam sebuah bisnis merupakan cara mereka dengan fleksibel
dalam beradaptasi terhadap kondisi pasar yang baru.
Hal lainnya yang diduga terkait kebutuhan kekuasaan yang tidak pengaruh
nyata disebabkan oleh karakteristik responden pada penelitian ini yang masih
mahasiswi, belum memiliki pegawai dalam usaha yang dikelolanya. Sehingga
tidak terdapat pegawai yang dapat dipimpinnya kecuali dirinya sendiri. Seperti
yang dinyatakan oleh (Basalamah 2011) bahwa seseorang yang dapat mengenali
dirinya sendiri akan mampu untuk memimpin dirinya sendiri dan orang lain,
sehingga kinerjanya semakin baik. Hal ini terkait dengan kekuasaan seseorang
yang dapat mengatur pegawainya sehingga mampu untuk memberdayakan seluruh
pegawainya. Keterbatasan pegawai yang dimiliki responden, diduga terkait
dengan lama usaha yang dijalankan, yaitu berkisar 1 sampai 3 tahun yang pada
umumnya merupakan usaha baru dan belum memiliki pegawai karena masih
dirintis sendiri.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan pada penelitian ini,
hipotesis 1 terkonfirmasi, yaitu motivasi kebutuhan berprestasi perempuan
wirausaha berpengaruh nyata terhadap kinerja usaha. Sedangkan hipotesis 2 dan 3
belum terkonfirmasi pada penelitian ini. Sehingga dinyatakan motivasi kebutuhan
berafiliasi dan kekuasaan perempuan wirausaha tidak berpengaruh nyata terhadap
kinerja usaha. Motivasi wirausaha yang dinyatakan oleh McClelland tidak dapat
dinyatakan ketiganya mempengaruhi seluruh orang yang berwirausaha, sebab
motivasi kebutuhan setiap orang yang berwirausaha berbeda, dan pada penelitian
ini memperoleh hasil bahwa motivasi yang mendominasi oleh perempuan
wirausaha di Kota Bogor adalah kebutuhan berprestasi. Kebutuhan berprestasi ini
lebih besar karena diduga kebutuhan berafiliasi dan kebutuhan kekuasaan belum
menjadi dorongan pada diri responden dalam berwirausaha. Sebab berdasarkan
curahan waktu yang dimiliki oleh responden yang memiliki kegiatan lebih banyak
sebagai wirausaha, responden berpotensi lebih terdorong oleh motivasi
berprestasi. Hal lainnya yang membuat motivasi kebutuhan berafiliasi dan
36

kekuasaan tidak berpengaruh nyata pada kondisi ini diduga berkaitan dengan
lamanya usaha yang dijalankan oleh responden, yakni masih pada tahapan awal
berbisnis. Sehingga orientasi berbisnisnya juga lebih cenderung pada target
omsetnya dan meningkatkan prestasinya, dan belum memiliki dorongan yang
besar untuk berafiliasi lebih jauh maupun memiliki kekuasaan dalam berbisnis.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, model akhir penelitian ini seperti berikut
ini yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Variabel Utama
Kebutuhan Berprestasi H1

Kebutuhan Berafiliasi H2 Kinerja Usaha

H3 Omset
Kebutuhan Kekuasaan

Gambar 11. Model Penelitian Hasil Hipotesis

Keterangan
: Berpengaruh nyata
: Berpengaruh tidak nyata

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Karakteristik responden pada penelitian ini berdasarkan usia berada pada


kategori masa remaja akhir yaitu rentang usia 17 tahun sampai dengan 25 tahun
dengan pekerjaan diluar berwirausaha adalah mahasiswi. Disisi lain, terkait
dengan karakteristik usia dan pekerjaan diluar berwirausaha sebagai mahasiswi
merupakan masa untuk menempuh pendidikan dan pada umumnya belum
berstatus menikah pada tingkatan menempuh pendidikan Diploma maupun Strata
I. Hal ini juga berkaitan pendidikan terakhir responden yaitu SMA karena mereka
belum menyelesaikan pendidikan yang saat ini ditempuh.
Jenis usaha yang dikelola oleh responden bermacam-macam, mulai dari
aksesoris, craft, event organizer, fashion, makanan, MUA (Make Up Artist),
otomotif, pendidikan atau sarana edukasi, produk perawatan kulit, travel and tour.
Berdasarkan sebaran responden paling banyak mengusahakan bisnis dibidang
makanan. Berdasarkan pengujian hipotesis, motivasi kebutuhan berprestasi
berpengaruh positif dalam meningkatkan kinerja usaha, sedangkan kebutuhan
37

berafiliasi dan kebutuhan kekuasaan tidak berpengaruh nyata dalam


meningkatkan kinerja usaha perempuan wirausaha di Kota Bogor.

Saran

1. Peluang perempuan berwirausaha di Kota Bogor sangat besar, hal tersebut


berdasarkan persentase tidak terserapnya pencari kerja perempuan dan
berusaha sendiri. Penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan pada
responden laki-laki dan perempuan juga. Sebab penelitian motivasi yang
dilakukan ini hanya sebatas pada gender perempuan, sehingga tidak dapat
digeneralisasi untuk seluruh wirausaha. Selain itu, jika ingin melakukan pada
gender laki-laki saja juga sangat dianjurkan agar dapat menjadi bahan
perbandingan di masa yang akan datang dalam perbedaan motivasi
berwirausaha antara laki-laki dengan perempuan.
2. Perempuan yang berwirausaha disarankan untuk lebih banyak meluangkan
waktu dalam berprestasi dibandingkan dengan curahan waktu berafiliasi
maupun menginginkan kekuasaan. Meluangkan waktu yang dapat dilakukan
seperti contohnya terus berlatih untuk meningkatkan kemampuannya yang
mendukung usahanya, melakukan perbaikan kualitas usahanya,
mengembangkan jalur distribusinya, maupun pemasaran usaha. sehingga
dengan melakukan perbaikan berkesinambungan, dapat meningkatkan kinerja
usaha.
3. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel berdasarkan
kesediaan responden (Convenience Sampling) sehingga hasil penelitian ini
tidak dapat digeneralisasi pada populasi perempuan wirausaha di Kota Bogor.
Selanjutnya disarankan untuk menggunakan metode pengambilan sampel
secara acak sederhana (Simple Random Sampling) untuk mengurangi terjadinya
bias pada hasil penelitian. Sebelum dilakukan metode pengambilan sampel
secara acak sederhana, perlu diperoleh terlebih dahulu daftar keseluruhan
populasinya, baik dengan melakukan pencarian daftar nama, maupun
pendataan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah W. 2018. Metode Penelitian Terpadu Sistem Informasi. Permodelan


Teoretis, Pengukuran, dan Pengujian Statistis. Ed ke-1. Yogyakarta (ID):
ANDI.
Alma B. 2017. Kewirausahaan. Ed ke-22. Bandung (ID): Alfabeta.
Azis E dan Kamal RM. 2016. Adopsi Teknologi Belanja Online oleh Konsumen
UMKM dengan Model Unified Theory of Acceptance and Use of
Technology 2. Universitas Telkom. CR Journal. Vol. 2, No. 1.
38

Basalamah AS. 2011. Mengenali Motivasi untuk Meningkatkan Kinerja.


Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Provinsi Jawa Barat.
Brahmasari IA dan Suprayetno A. 2008. Pengaruh Motivasi Kerja,
Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan serta Dampaknya pada Kinerja Perusahaan (Studi Kasus pada
PT. Pei Hai International Wiratama Indonesia). Pasca Sarjana Universitas
17 Agustus, Surabaya. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 10, No.
2.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Indonesia.
Dariyo A. 2015. Keterampilan Organisasi, Kecerdasan Emosi, dan
Persahabatan. Seminar Psikologi dan Kemanusiaan. Fakultas Psikologi
Universitas Tarumanegara Jakarta. ISBN: 978-979-796-324-8.
Fadholi M. 2014. Analisa Hubungan Perilaku Wirausaha Terhadap Kinerja
Usaha Pengrajin Tempe Kabupaten Grobogan. [Skripsi]. Bogor (ID).
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Garson GD. 2016. Partial Least Squares: Regression and Structural Equation
Models. School of Public and International Affairs North Carolina State
University. Ed 2016. Statistical Associates Publishing. Ebook.
Ghozali I dan Latan H. 2015. Partial Least Square Konsep, Teknik dan Aplikasi
Menggunakan Program SmartPLS 3.0. Universitas Diponegoro. Semarang
(ID).
Hendro. 2011. Dasar-Dasar Kewirausahaan. Jakarta (ID): Erlangga.
Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada.
[Kota Bogor]. 2018. www.kotabogor.go.id
Krismastuti IA. 2016. Hubungan Faktor-Faktor Motivasi dengan Perilaku Wanita
Wirausaha [Skripsi]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Institut Pertanian Bogor. (ID).
Kristanto HCRH. 2009. Kewirausahaan Entrepreneurship : Pendekatan
Manajemen dan Praktik. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.
Mada IGNCW dan Mujiati NW. 2012. Motivasi Berprestasi, Berafiliasi, dan
Kekuasaan dalam Perspektif Gender. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana. E-Jurnal Manajemen UNUD, 2012: 1633-1652.
Mavrudah R. 2013. Analisis Perilaku Wanita Wirausaha pada Kelompok Wanita
Tani Tapak Dara, Kelurahan Sindang Barang, Bogor Barat [Skripsi].
Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut
Pertanian Bogor. (ID).
Meredith GG, Nelson RE, Neck PA. 1989. Kewirausahaan Teori dan Praktek:
Hakikat dan Ciri Wirausaha; Perencanaan dan Pengendalian Keuangan;
Penggunaan Sumberdaya. Ed ke-2. Jakarta (ID): PT Pertja.
Murti H dan Srimulyani VA. 2013. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja
Pegawai dengan Variabel Pemediasi Kepuasan Kerja pada PDAM Kota
Madiun. Program Studi Manajemen, Universitas Katolik Widya Mandala
Madiun. Jurnal Riset Manajemen dan Akuntansi Vol. 1, No. 1.
Nasution W. 2016. Hubungan Karakteristik Kewirausahaan dengan Kinerja
Usaha Petani Sayuran Organik di Kecamatann Pacet Kabupaten Cianjur.
[Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
39

Nurhayati P. 2011. Karakteristik dan Kinerja Wirausaha Wanita pada UMKM


Perikanan di Kabupaten Sukabumi. Bogor (ID). Prosiding Seminar Hasil
Penelitian Institut Pertanian Bogor.
Sari NMW. 2016. Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan Terhadap Kinerja
UMKM Gula Aren di Kabupaten Lombok Barat. [Tesis]. Bogor (ID).
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Ulfah TA. 2013. Gaya Hidup Hedonis pada Mahasiswa yang Mengunjungi
Tempat Hiburan Malam Ditinjau dari Motif Afiliasi. Fakultas Psikologi
Universitas Semarang. Jurnal Psikologi: 286-296.
Wahyuningsih DC. 2015. Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Kinerja
Usaha Industri Bawang Goreng di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah.
[Tesis]. Bogor (ID). Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Zulhastami N. 2016. Hubungan Perilaku Wirausaha dengan Kinerja Wirausaha
Petani Ikan Lele di Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor
(ID). Institut Pertanian Bogor.
40

LAMPIRAN
41

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH MOTIVASI PEREMPUAN WIRAUSAHA TERHADAP
KINERJA USAHA DI KOTA BOGOR
Oleh
Listyaningsih Abdullah

No. Responden: Tanggal:


BAGIAN I IDENTITAS RESPONDEN
Petunjuk pengisian:
- Isilah titik-titik dengan jawaban yang sesuai dengan diri anda.
- Berilah tanda centang (√) pada kotak jawaban yang tersedia sesuai dengan
identitas anda.
1. Nama Responden : ..................................................................................
2. Alamat tempat tinggal : ..................................................................................
3. Alamat tempat usaha : ..................................................................................
4. Tempat, tanggal lahir : ..................................................................................
5. Status pernikahan : [ ] menikah [ ] belum menikah [ ] pernah menikah
6. Pendidikan terakhir : [ ] Tidak Sekolah [ ] Diploma
[ ] SD [ ] Sarjana
[ ] SMP [ ] Lainnya...
[ ] SMA
7. Jenis Pekerjaan lainnya:
[ ] PNS [ ] Karyawan Swasta [ ] Lainnya...
8. Nomor telepon:...............................................................................................
9. Jenis usaha:.....................................................................................................
10. Waktu memulai usaha:...................................................................................

BAGIAN II DATA USAHA


1. Lama usaha yang sudah berjalan :...............................................
2. Latar belakang menjalankan usaha :...............................................
3. Pendapatan usaha per bulan : a. Omset : Rp. .......................................
b. Profit : Rp. .......................................
4. Kepemilikan tempat usaha :...............................................
5. Jumlah tenaga kerja :...............................................
6. Sumber modal :...............................................
7. Apakah melakukan pencatatan keuangan : [ ] Selalu [ ] Kadang-Kadang
[ ] Tidak Pernah
42

BAGIAN III MOTIVASI BERWIRAUSAHA


Isilah kolom berikut dengan tanda centang (√) pada setiap angka untuk setiap
pertanyaan sesuai dengan karakter anda.
Keterangan:
1 = Sangat tidak sesuai
2 = Tidak sesuai
3 = Cukup sesuai
4 = Sesuai
5 = Sangat sesuai

1 2 3 4 5
No. Pernyataan
STS TS CS S SS
Anda berupaya produk/jasa usaha anda memberi manfaat lebih
1 baik untuk konsumen, dibandingkan produk/jasa pesaing.
Anda tertarik mengikuti kompetisi kewirausahaan dan berupaya
2 memenangkan kompetisi tersebut.
Anda senang berwirausaha karena keluarga anda menyebut dan
3 memberikan pujian atau mengapresiasi bahwa anda mandiri.
Anda senang berwirausaha karena orang lain menganggap anda
4 hebat.
Anda menetapkan target tujuan yang ingin dicapai dalam
5 berwirausaha setiap tahunnya.
Anda sering melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkala
6 dalam usaha.
Anda berani berutang dalam jumlah besar untuk usaha Anda.
7
8 Anda berani menjual aset untuk modal usaha.
Anda menanyakan pendapat konsumen mengenai produk/jasa
9 terhadap usaha anda.
Anda memberikan asuransi kepada pekerja Anda.
10
Anda memberikan pelatihan kepada pekerja Anda untuk
11 meningkatkan kapasitas kerjanya.
Anda memberikan kesempatan pada pekerja Anda untuk
12 menempuh pendidikan lagi.
Anda meluangkan banyak waktu membangun hubungan baik
dengan teman.
a. Bertemu / tatap muka
b. Telepon
c. WA, Line
13 d. Email
Anda selalu berusaha dan berhubungan baik dengan pemasok
14 Anda.
Anda selalu berusaha dan berhubungan baik dengan rekan
15 pengusaha.
Anda selalu berusaha dan berhubungan baik dengan reseller
16 maupun konsumen anda.
43

No. Pernyataan
1 2 3 4 5

STS TS CS S SS
Anda selalu berusaha dan berhubungan baik dengan pihak
17 pemberi sumber pembiayaan (investor, bankir, dsb).
Anda lebih sering bekerja membagi tugas dan mendelegasikan
tugas kepada teman maupun karyawan anda.
18
Anda selalu meluangkan waktu untuk membangun hubungan
dengan pemerintahan (Dinas, kementerian, kecamatan,
19 kelurahan).
Anda selalu meluangkan waktu untuk hadir pada pertemuan
20 organisasi.
21 Anda terlibat dalam membangun organisasi/asosiasi wirausaha.
22 Anda berminat menjadi pengurus di organisasi wirausaha.
23 Anda berminat menjadi ketua suatu organisasi.
24 Anda menciptakan sistem pembagian pekerjaan diusaha anda.
Anda berupaya mendapatkan dukungan terbanyak dari anggota
25 organisasi.
26 Anda terus berupaya memperbesar pangsa pasar.

BAGIAN IV KINERJA USAHA

A B C D E
No. Jenis Terjual (unit) Biaya Biaya
Produk perbulan Harga/unit Produksi Pemasaran
1
2
3
4
5
44

Lampiran 2. Hasil Cross Loading


Indikator Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kinerja
Berprestasi Berafiliasi Kekuasaan Usaha
P6 0.820 0.181 0.219 0.213
P10 0.607 0.050 0.212 0.129
P11 0.763 0.094 0.085 0.172
A8 0.151 0.709 0.232 0.097
A9 0.216 0.910 0.664 0.175
A10 0.046 0.901 0.493 0.143
K3 0.193 0.759 0.775 0.159
K4 0.153 0.301 0.889 0.220
Y2 0.262 0.170 0.231 1.000
Sumber: data primer diolah (2018)

Lampiran 3. Model awal pengujian sebelum proses dropping


45

Lampiran 4. Model akhir pengujian setelah proses dropping

Lampiran 5. Model akhir pengujian setelah proses bootstrapping


46

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarejo, Kabupaten Pasaman


Barat pada tanggal 22 Oktober 1994 dari ayah Ahmad
Abdullah Sajad dan ibu Nanik Sugiartini. Penulis adalah putri
pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2012 penulis lulus dari
SMA Negeri 1 Luhak Nan Duo dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi masuk Program Diploma III Institut
Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk
IPB (USMI) dan diterima pada Program Keahlian Supervisor
Jaminan Mutu Pangan. Tahun 2015 penulis menyelesaikan
pendidikan Diploma III IPB.
Tahun 2016 penulis melanjutkan pendidikan Sarjana Alih Jenis Agribisnis
IPB melalui jalur Ujian Alih Jenis Agribisnis. Selama mengikuti perkuliahan
Sarjana Alih Jenis Agribisnis, penulis aktif sebagai Sekretaris Departemen
Hubungan Masyarakat Forum of Agribusiness Transfer Program Student
(FASTER) Kepengurusan 2016/2017. Penulis juga aktif menjadi kontingen
cabang olahraga aerobik dan catur Alih Jenis Agribisnis pada Sportakuler FEM
IPB. Penulis pernah menjadi pembicara pada kegiatan diluar kampus yaitu
Akademi Program Studi (AKPRO) tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Rumah
Kepemimpinan di Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai