Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ANGELA GHIRIANI SERAN

NIM : 33117001

KELAS / SEMESTER : A/VII

TUGAS KE-8 : PENGAUDITAN SEKTOR PUBLIK

RINGKASAN MATERI PERTEMUAN KE-10 TENTANG: AUDIT SAMPLING

 AUDIT SAMPLING
Audit Sampling adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100%
item-item yang berkaitan dengan saldo akun atau kelas transaksi sedemikian rupa
sehingga semua item tersebut (unit sampling) memiliki kesempatan untuk dipilih.
Dengan menggunakan audit sampling,auditor dapat mengumpulkan dan mengevaluasi
bukti audit tentang karakteristik dari populasi di mana sampel tersebut diambil. Audit
sampling dapat menggunakan pendekatan statistik dan penedekatan nonstatistik.
Teknik audit sampling memiliki risiko yang disebut risiko sampling (sampling
risk). Risiko sampling adalah risiko karena kesimpulan yang diambil berdasarkan
sampel, berbeda dengan kesimpulan yang diambil berdasarkan keseluruhan populasi
bila atas sampel dan populasi tersebut diterapkan prosedur audit yang sama. Dengan
kata lain, risiko sampling adalah risiko di mana auditor mengambil kesimpulan yang
salah tentang populasi karena sampel yang diperiksa tidak mewakili populasi tersebut.

Ada 2 (dua) jenis risiko sampling dan setiap jenis memiliki dampak yang
berlawanan terhadap pemeriksaan. Kedua risiko ini yaitu:
a) Risiko dimana auditor menyimpulkan dalam pengujian pengendalian
bahwa rsiko pengendalian lebih rendah dari yang sebenarnya, atau
dalam pengujian substantif di mana auditor menyimpulkan bahwa
tidak ada kesalahan yang material sementara yang sebenarnnya adalah
terdapat kesalahan yang material. Risiko jenis ini mempengaruhi
efektivitas audit dan cenderung untuk membawa auditor pada opini
yang keliru.
b) Risiko dimana auditor menyimpulkan dalam pengujian pengendalian
bahwa risiko pengendalian lebih tinggi dari yang sebenarnya, atau
dalam pengujian substantif di mana auditor menyimpulkan bahwa
terdapat kesalahan yang material sementara yang sebenarnya adalah
tidak ada kesalahan yang material. Risiko jenis ini mempengaruhi
efisiensi audit biasanya menyebabkan auditor untuk melakukan
pekerjaan tambahan untuk menguji kembali kesimpulan awal.
Risiko sampling tidak dapat dihindari jika menggunakan prosedur sampling. Risiko
sampling dapat dikurangi dengan menambah jumlah sampel dan memilih unit sampel
secara acak (random). Sebagai tambahan, risiko sampling dapat dikuantifikasi dan
dikendalikan melalui penggunaan teknik sampling statistik.
 ISTILAH DASAR YANG BERKAITAN DENGAN SAMPLING
Untuk memahami prinsip-prinsip dasar dari audit sampling kita perlu memiliki
pengertian yang memadai atas istilah-istilah yang biasa digunakan dalam audit.
Istilah-istilah tersebut adalah:
a) Populasi: Istilah ini mengacu pada semua item dalam suatu saldo akun atau
kelas transaksi yang memiliki karakteristik khusus yang mana hendak
disimpulkan oleh auditor.
b) Kerangka (frame): Ini adalah wakil populasi secara fisik. Contohnya jika
auditor tertarik atas tanda tangan dari otorisator dalam surat perintah
pembayaran adalah kerangkanya (frame).
c) Unit sampel: Sebuah unit sampel adalah satu item yang dipilih dari populasi,
dimana unit sampel ini termasuk dalam sampel yang akan diperiksa.
d) Characteristic of interest: Istilah ini mengacu pada karakteristik yang ingin
diuji dan disimpulkan oleh auditor. Terdapat 2 (dua) basic characteristic of
interest yaitu atribute dan variable.
 Atribute adalah karakteristik dari populasi yang menunjukkan apakah
karakteristik tersebut ada maupun tidak ada dalam setiap item populasi.
Atribute sampling mengukur seberapa sering karakteristik itu ada atau
tidak ada.
 Variable adalah sebuah pengukuran yang dimiliki oleh setiap item dari
populasi yang dapat berupa sebuah nilai dalam suatu rentang nilai.
Sebagai contoh, sebuah variabel adalah jumlah moneter dari suatu
transaksi atau saldo akun. Dalam variable sampling, auditor
berkepentingan dengan jumlah moneter yang diperkirakan. Sebagai
contoh, auditor menetapkan perkiraan jumlah barang persediaan yang
layak atau auditor menetampkan perkiraan jumlah persediaan barang
yang tidak layak.
e) Stratification: Istilah ini mengacu pada pembagian suatu populasi menjadi
sub-populasi sebagai yang memiliki karakteristik yang sama. Pembagian ini
dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi audit.
f) Precision limits: Istilah ini mengacu pada seberapa dekat hasil yang diperoleh
dari pemeriksaan atas item-item yang disampel dengan hasil yang akan
didapatka apabila keseluruhan populasi itu diuji.
g) Tingkat keyakinan (confidence level/level of sampling risk): Istilah ini
mengacu pada seberapa yakin auditor atas unit sampel yang diperiksa akan
memiliki tingkat precision yang diharapkan.

 TEKNIK SAMPLING STATISTIK DAN NONSTATISTIK


Dalam membahas audit sampling adalah penting untuk membedakan antara
judgmental (non statistic) sampling dan statistical sampling.

Judgmental sampling (Non Statistical Sampling)


Judgmental sampling mengacu pada penggunaan teknik samping dalam
keadaan di mana auditor mengandalkan pada penilaiannya sendiri dalam menentukan:
a) berapa besar sampel yang harus diambil;
b) item-item yang mana dari populasi yang harus dipilih;
c) apakah diterima atau tidak keandalan populasi berdasarkan hasil yang
diperoleh dari pemeriksaan unit sampel.
Metode sampling ini memiliki keuntungan yang lebih dibandingkan statistical
sampling yaitu lebih cepat dan lebih murah dalam aplikasinya. Dan juga metode ini
memungkinkan auditor untuk memasukkan ke dalam prosedur sampling
penyisihan/cadangan untuk faktor-faktor dari hasil tahapan audit sebelumnya,
contohnya hasil dari pemahaman atas pengendalian intern auditan. Akan tetapi tidak
seperti statistical sampling, metode ini tidak menyediakan perhitungan risiko
sampling, penilaian auditor harus dapat dipertanggungjawabkan, dan kesimpulan yang
diambil berkaitan dengan sampel dapat sulit dipertahankan. Selanjutnya ketika
menggunakan judgmental sampling adalah hal yang sulit untuk tidak menghasilkan
bias berkaitan dengan ukuran sampel, item yang dipilih dan kesimpulan yang diambil
atas populasi.
Statistical sampling
Statistical sampling mengacu pada penggunaan teknik sampling yang menggunakan
teori probabilitas untuk membantu dalam menentukan:
a) berapa besar sampel yang seharusnya;
b) apakah menerima atau tidak keandalan populasi berdasarkan dari hasil yang
diperoleh dari pemeriksaan unit sampel.
Harus dicatat bahwa ketika menggunakan statistical sampling, unit sampel harus
dipilih secara acak.
Metode sampling ini memiliki 3 (tiga) keuntungan penting daripada judgmental
sampling yaitu:
a) tidak bias;
b) unsur-unsur dari sampling dapat dipertanggungjawabkan dan
c) dapat dipertahankan apabila dipermasalahkan.
Metode ini dapat menghasilkan risiko sampling dalam angka. Sebagai contoh,
apabila sebuah sampel dipilih dalam tingkat keyakinan 95%, maka terdapat risiko
sampling sebesar 5% yaitu risiko bahwa sampel tersebut tidak mewakili populasinya
dan hasilnya adalah kesimpulan yang diambil tentang populasinya adalah tidak tepat.
Akan tetapi statistical sampling memiliki kekurangan-kekurangan yaitu lebih sulit dan
lebih mahal dalam pengaplikasiannya bila dibandingkan judgmental sampling.
Selanjutnya, secara umum hanya entitas besar yang memiliki populasi yang cukup
besar secara merata untuk pengaplikasian secara penuh dari metode statistical
sampling. Karena adanya kekurangan tersebut, auditor sering menerapkan metode
statistical sampling yang dimodifikasi.
Walaupun antara statistical sampling dan judgmental sampling berbeda, perlu
dicatat bahwa elemen penilaian auditor juga berperan dalam penggunaan teknik
statistical sampling. Hal ini akan terlihat jelas dalam pembahasan attribute dan PPS
sampling procedures yang nanti akan dijelaskan di bagian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai