Askep Gerontik (Widia Astuti)
Askep Gerontik (Widia Astuti)
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Pada Pogram Profesi Ners Institut Medika Drg. Suherman
Disusun oleh :
WIDIA ASTUTI
030520436
CIKARANG-BEKASI
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun ke atas. Pada
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut
pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua
system musculoskeletal dan jaringan lain yang dapat mengalami gangguan salah
Penyakit reumatik merupakan salah satu penyakit yang sering ditemui dalam
masyarakat, salah satunya pada kelompok lanjut usia ( lansia ) yang ditandai dengan
nyeri yang terjadi secara berulang-ulang pada persendian. Penatalaksanaan rasa nyeri
nyeri pada lansia dilakukan secara konservatif dan bertahap untuk mengurangi
terjadinya efek samping. Prinsip utama pada penatalaksanaan rasa nyeri adalah
menghilangkan serangan rasa nyeri. Manajemen nyeri yang efektif bagi lansia dapat
dilakukan dengan pendekatan secara farmakologis dan non farmakologis (Kasran &
Rina, 2006).
Secara global populasi lanjut usia terus mengalami peningkatan, saat ini
Asia Tenggara yang berusia di atas 60 tahun ke atas berjumlah 142 juta. Dewasa ini di
diprediksi meningkat lebih tinggi dari pada populasi lanjut usia di wilayah Asia dan
global l setelah tahun 2050. Hasil sensus penduduk tahun 2010, menyatakan bahwa
Indonesia saat ini termasuk ke dalam 5 besar negara dengan jumlah penduduk lanjut
yang cukup berarti selama 30 tahun terakhir dengan populasi 5,30 juta jiwa (sekitar
4,48%) pada tahun 1970, dan meningkat menjadi 18,10 juta jiwa pada tahun 2010,
pada tahun 2014 penduduk lanjut usia berjumlah 20,7 juta jiwa (sekitar 8,2%) dan
diprediksikan jumlah lanjut usia meningkat menjadi 27 juta (9,9%) pada tahun 2020.
Indonesia akan menjadi negara dengan percepatan pertumbuhan lanjut usia yang
sangat tinggi dalam kurun waktu 1990-2020, serta peningkatan usia harapan hidup
dari 66,7 tahun menjadi 70,5 tahun. Dengan demikian Indonesia akan memasuki
ageing population ditandai antar lain oleh persentase lanjut usia mencapai 10% pada
tahun 2020 (Kemenkes, 2014). Sejalan dengan hal ini, peningkatan program-program
kesehatan lansia adalah meningkatkan derajat kesehatan lansia untuk mencapai lansia
sehat, mandiri, aktif, produktif dan berdaya guna bagi keluarga dan masyarakat.
Sementara tujuan khususnya adalah meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan
sektor, organisasi profesi dan pihak terkait lainnya, meningkatnya ketersediaan data
kesehatan lansia, meningkatnya peran serta lansia dalam upaya peningkatan kesehatan
kesehatan lansia sebagai berikut: bentuk pelayanan kesehatan santun lanjut usia yang
memberikan prioritas pelayanan kepada lanjut usia dan penyediaan sarana yang aman
dan mudah diakses, memberikan dukungan atau bimbingan pada lanjut usia dan
menjangkau sebanyak mungkin sasaran lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas,
melakukan koordinasi dengan lintas program dengan pendekatan siklus hidup dan
bersumber daya masyarakat (UKBM) untuk melayani penduduk lansia, yang proses
organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada
Usia juga memberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, keterampilan, olah raga,
seni budaya, dan pelayanan lain yang dibutuhkan para lansia dengan tujuan untuk
mengembangkan potensi diri. Sampai dengan tahun 2015, jumlah kelompok lansia
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui proses penuaan yang terjadi pada lansia serta mampu memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan pada klien usia lanjut dengan reumathoid
2. Tujuan Khusus
hangat
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Lansia
Usia lanjut (lansia) adalah menurut WHO lanjut usia meliputi usia
pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 tahun sampai 59 tahun, lanjut usia
(elderly) yaitu usia 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu antara 75 tahun
sampai 90 tahun dan usia sangat tua (very old) yaitu diatas 90 tahun (Nugroho,
2008).
a. Teori Biologi
Menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik
didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika
jam ini sudah habis putarannya maka akan menyebabkan berhentinya proses
mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick (1980), dari teori
itu dinyatakan adanya hubungan antara membelah sel dalam kultur dengan
2) Teori Error
tubuh, maka terjadi beberapa perubahan alami pada sel pada DNA dan RNA
menjadi lebih besar tetapi tidak diikuti dengan peningkatan jumlah substansi
DNA.
3) Teori Autoimun
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang
menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan
Goldstein(1989) dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin
dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh
Nuryati, 1994).
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam
Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin
6) Teori kolagen
b. Teori Psikososial
secara langsung.
4) Teori Stratifikasi usia, karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan
5) Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai aktualisasi
yang sempurna.
perkembangan kehidupan.
c. Teori Lingkungan
1) Teori Radiasi
Setiap hari manusia terpapar dengan adanya radiasi baik karena sinar UV
2) Teori Stres
3) Teori Polusi
4) Teori Pemaparan
sinar ultra yang lain mampu mempengaruhi susunan DNA sehingga proses
tahun
2) Usia lanjut dini / prasemu yaitu kelompok yang mulai memasuki lanjut
4) Usia lanjut dengan risiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70
tahun
4. Perubahan-perubahan Fisik
1) Sel
2) Sistem Persarafan
3) Sistem Pendengaran
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-
nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%
stres.
4) Sistem Penglihatan
5) Sistem Kardiovaskuler
darah perifer untuk oksigenisasi. Perubahan cara dari tidur ke duduk atau
7) Respirasi Sistem
usia.
8) Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi akibat penyakit periodontal, kesehatan gigi yang buruk dan
Melebar Eosephagus.
9) Sistem Reproduksi
Atrofi payudara.
kesehatan baik.
Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.
Kifosis
Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada periode tertentu dalam
kehidupan suatu individu (Havighurst dalam Stanley, 2007). Ada beberapa tahapan
6. Tipe-Tipe Lansia
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 200 dalam
- Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengikuti kegiatan agama dan melakukan
- Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik,, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan
- Tipe bingung
Kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak
acuh.
B. Fisiologi Penuaan
(berkurangnya) cadangan homeostasis yang terjadi seiring waktu pada setiap sistem
organ. Saat usianya bertambah, maka jumlah cadangan fisiologis untuk menghadapi
tantangan yang terjadi maka semakin besar cadangan fisiologis yang diperlukan untuk
maka seorang lansia lebih mudah untuk mencapai suatu ambang (tebing), yang dapat
selama proses menua dan efek yang ditimbulkannya. Walaupun suatu proses suatu
fisiologis, perubahan dan efek penuaan terjadi sangat bervariasi dan variabilitas ini
semakin meningkat seiring peningkatan usia. Variasi ini terjadi antara satu individu
dengan individu lain pada umur yang sama, antara satu sistem organ dengan organ lain,
bahkan dari satu sel terhadap sel lain pada individu yang sama. Dengan semakin
(Andres dan Tobin), yang menyatakan bahwa fungsi organ akan menurun sebanyak 1%
setiap tahun setelah berusia 30 tahun. Namun, pada penelitian cros sectional
(Svanborg) didapatkan bahwa perubahan yang terjadi pada organ yang diikuti secara
longitudinal ternyata tidak selalu dramitis dan baru dimulai setelah berusia 70 tahun.
Sebenarnya lebih tepat bila dikatakan bahwa penurunan anatomik dan fungsi organ
tersebut tidak berhubungan dengan umur kronologik akan tetapi dengan umur
tahun, tetapi sudah menunjukkan berbagai penurunan anatomik dan fungsional yang
nyata akibat umur biologiknya yang sudah lanjut sebagai akibat tidak biaknya faktor
dan fungsional ini akan menyebabkan mudahnya timbulnya penyakit pada organ
(predileksi), hal ini sangat bergantung pada derajat kecepatan pelaksanaan perburukan
atau deteriorisasi (laju penurunan fungsi) dan tingkat tampilan organ yang dibutuhkan
(tingkat kinerja yang dibutuhkan). Jadi petanda penuaan adalah bukan pada tampilan
organ atau organisme saat istirahat namun pada saat bagaimana organisme atau
organisme tersebut dapat beradaptasi terhadap stres dari luar. Contohnya pada orang
tua mungkin memiliki denyut nadi yang normal pada saat istirahat, tetapi tidak mampu
perubahan akibat proses menua berkeja sama dan saling mempengaruhi sehingga
menghasilkan nilai-nilai normal pada keadaan isitirahat. Pada contoh filtrasi glomerulus
dan aliran darah ginjal yang berjalan sejalan dengan usia, namun kadar kreatinin tetap
tidak meningkat. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya massa otot (lean body mass)
1. Definisi
melibatkan organ tubuh lainnya. Reumatik lebih banyak terjadi pada wanita (3 : 1
dengan kasus pria) pada usia 25 – 35 tahun. Faktor resiko reumatik terjadi pada
orang-orang yang berusia diatas 60 tahun. Gejala reumatik antara lain nyeri dan
bengkak pada sendi yang berlangsung terus menerus, kaku pada pagi hari
berlangsung selama lebih dari 30 menit, persendian mengalami bengkak dan hangat
2. Penyebab
pasti belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menyebabkan terrjadinya
a. Faktor Genetik
b. Faktor Hormonal
faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berefektifitas pada
c. Faktor Infeksi
Infeksi ini telah menyebabkan arthritis reumatoid. dugaan dari faktor infeksi
secara mendadak dan timbul sebagai gambaran inflasi yang menolak. hingga
dan virus.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium, yaitu stadium
3. Manifestasi Klinis
RA dapat ditemukan pada semua sendi dan sarung tendo, tetapi paling sering
di tangan. RA juga dapat menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut.
Sinovial sendi, sarung tendo, dan bursa menebal akibat radang yang diikuti oleh erosi
pada sendi
Ditinjau dari stadium penyakitnya, ada tiga stadium pada RA yaitu (Nasution,
2011):
a. Stadium sinovitis
Artritis yang terjadi pada RA disebabkan oleh sinovitis, yaitu inflamasi pada
simetris, meski pada awal bisa jadi tidak simetris. Sinovitis ini menyebabkan
b. Stadium destruksi
Ditandai adanya kontraksi tendon saat terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
(Nasution, 2011).
c. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi yang terjadi secara menetap (Nasution, 2011).
4. Patofisiologi
dan teorinya masih berkembang terus. Dikatakan terjadinya berbagai peran yang
saling terkait, antara lain peran genetic, infeksi, autoantibody serta peran imunitas
selular, humoral, peran sitokin, dan berbagai mediator keradangan. Semua peran satu
sama yang lainnya terkait dan menyebabkan keradangan pada sinovium dan
kerusakan sendi atau oragan lainnya. Berbagai sitokin berperan dalam proses
keradangan yaitu TNF , IL- 1, yang terutama dihasilkan oleh monosit atau makrofag
menyebabkan stimulasi dari sel mesenzim seperti sel fibroblast sinovium, osteoklas,
kondrosit serta merangsang pengeluaran enzim penghancuran jaringan ( Putra dkk,
2013).
dalam darah. RF adalah antibody terhadap komponen Fc dari IgC. Sel B, sel T dan
sitoin pro inflamasi berperan penting dalam patofisiologi reumatik. Hal ini terjadi
karena hasil diferensiasi dari sel T merangsang pembentukan IL-17, yaitu sitokin
sinoial, jaringan yang melapisi dan melindungi sendi. Kerusakan sendi diawali
dengan reaksi inflamasi dan pembentukan pembuluh darah baru pada membrane
granulasi yang terdiri dari sel fibrolus yang berproliferansi, mirovaskular dan
berbagai jenis sel radang. Pannus tersebut dapat mendestrusi tulang, melalui enzim
dibawah sinovium, poliferansi ringan dan synovial, infiltrasi PMN, dan penyumbatan
pembuluh darah oleh sel-sel radang dan thrombus. Pada reumatik yang secara klinis
sudah jelas, secara makros akan terlihat sinovium sangat edema dan menonjol ke
ruang sendi dengan pembentukan vili. Secara micros terlihat hyperplasia dan
hipertropi sel sinovia dan terlihat kumpulan residual bodies. Terlihat perubahan
pembuluh darah fokal atau segmental berupa distensi vena, penyumbatan kapiler,
kerusakan menyeluruh dari tulang rawan, ligament, tendon dan tulang. Kerusakan ini
akibat dua efek yaitu kehancuran oleh cairan sendi yang mengandung zat penghancur
dan akibat jaringan granulasi serta dipercepat karena adanya pannus ( Putra dkk,
2013).
5. Penatalaksanaan
a. Tindakan Farmakologis
- Analgesik opioid
1. Diet
Untuk menurunkan berat badan pasien Rematik yang gemuk harus menjadi
Mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik.
Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian
tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu
(pronatio).
3. Dukungan psikososial
4. Fisioterapi dengan pemakaian panas dingin, serta program latihan yang tepat.
5. Kompres air hangat
Menurut Tri Sulistyarini, Dkk. (2017), dikutip dalam Potter & Perry (2005),
- Meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi rasa nyeri akibat spasme atau
kekakuan
Pemberian kompres air hangat adalah intervensi keperawatan yang sudah lama
di aplikasikan oleh perawat, kompres air hangat dianjurkan untuk menurunkan nyeri
counteriritan (Koizier & Erb, 2009). Pada tahap fisiologis kompres hangat
menurunkan nyeri lewat transmisi dimana sensasi hangat pada pemberian kompres
sebagai berikut:
b. Tahap kerja
- Cuci tangan
- Bila menggunakan WWZ (Warm Water Zak) isin WWZ dengan air hangat
- Bila menggunakan kain, masukkan kain pada air hangat, lalu diperas
- Tempatkan botol berisi air hangat atau kain yang sudah diperas pada daerah
- Angkat botol atau kain setelah 15-20 menit, dan lakukan kompres ulang jika
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I. Karakteristik Demografi
1. Identitas Klien
Nama : Ny. D
Jenis kelamin :P
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan terakhir : SD
3. Riwayat keluarga
Genogram :
= laki-laki
= perempuan
5. Aktivitas rekreasi
Hobi : Memasak
Bepergian/wisata :
kadang-kadang
Keanggotaan
Lain-lain :-
1. Persepsi lansia terhadap sehat sakit : Klien mengatakan ketika merasa sakit bahwa
2. Nutrisi
3. Eliminasi
: 5-6x sehari
Konsistensi : Lembek
4. Personal Hyigene
Waktu : 15 menit
Pemakaian sabun : Ya
Oral Higiene
Cuci rambut
Penggunaan shampo : Ya
Tidur siang : Ya
Olahraga : Jarang
Nonton TV : Ya
Berkebun/memasak : Memasak
Lain-lain :-
Tidak
Berapa banyak :-
Lain-lain :-
lututnya, nyeri hilang timbul, skala nyeri 6, klien tampak menyeringai ketika
sekitar 15 menit
minum obat
a. Penyakit yang pernah diderita : Klien mengatakan dulu mengalami cacar air
gratheos 50mg
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Nadi : 80x/m
RR : 19x/m
Suhu : 37 oC
Kesadaran : Composmentis
Berat badan : 60 kg
b. Kepala
Telinga : Simetris
c. Dada/Thoraks
Nyeri pada kaki kiri bagian lutut, susah untuk digerakan, kaki tidak bisa
V. Riwayat Psikologis
akan sakitnya
Status Kognitif/Afektif/Sosial
sedang)
b. Mini-Mental State Exam (MMSE) : 27 (fungsi kognitif
sekitar rumahnya
- Dexamethasone 0,75mg
- Piroxicam 10mg
- Gratheos 50mg
X. Analisa Data
lututnya
Nekrosis Ruang Sendi
P : reumathoid arthritis
Q : tampak menyeringai
Nyeri Akut
ketika terasa sakit
R : kaki
S : skala nyeri 6
DO :
- Asam urat : 6,4
- Tanda-tanda vital :
120/80 mmHg
- Nadi : 80x/m
- RR : 19x/m
- Suhu : 37 oC
DO :
Nekrosis Ruang Sendi
- Nyeri pada kaki kiri
bagian lutut
- Susah untuk digerakan
Erosi tulang dan kerusakan pada
- Kaki tidak bisa melipat
tulang rawan
ketika shalat
Nyeri
DO :
- Klien tampak Reumathoid arthtritis
menyebabkan dirinya
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
3. Defisit pengetahuan
C. Perencanaan
No Diagnosa Tujuan Tujuan Khusus Rencana Rasional
Umum
1. Nyeri Akut Nyeri akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri
(D.007) dapat teratasi Setelah dilakukan (1.08238) Observasi
Definisi : setelah intervensi keperwatan Observasi - Membantu
Pengalaman dilakukan selama 1x24 jam maka - Identifikasi lokasi, dalam
sensorik atau tindakan nyeri akut membaik karakteristik,durasi, mengidentifikas
emosional yang keperawatan dengan kriteria hasil : kualitas,intensitas i derajat nyeri
berkaitan selama 3 kali - Keluhan nyeri nyeri - Mengetahui
dengan kunjungan - Identifikasi skala skala nyeri
membaik (5)
kerusakan rumah. nyeri - Untuk
jaringan aktual - Meringis membaik - Monitor mengevaluasi
atau fungsional, (5) keberhasilan terapi terapi
dengan onset - Sikap protektif komplementer yang komplementer
mendadak atau membaik (5) sudah diberikan yang sudah
lambat dan Terapeutik diberikan
berintensitas - Berikan teknik - Untuk
ringan atau nonfarmakologis mengurangi
berat yang untuk mengurangi nyeri akibat
berlangsung rasa nyeri rhematoid
kurang dari 3 (mis.kompres air arthritis
bulan. hangat) Terapeutik
Gejala dan Edukasi - Untuk
tanda mayor : - Jelaskan strategi mengurangi
Subjektif : meredakan nyeri intensitas nyeri
- Mengeluh (mis.kompres air Edukasi
nyeri hangat) - Agar strategi
Objektif : - Anjurkan teknik non yang digunakan
- Tampak farmakologis untuk benar
meringis mengurangi nyeri - Untuk
- Bersikap Kolaborasi mengurangi
protektif - Kolaborasi nyeri
pemberian analgetik, Kolaborasi
jika perlu - Untuk
mengurangi
rasa nyeri
secara
farmakologi
2 Gangguan Gangguan Mobilitas fisik Dukungan mobilisasi Observasi
Mobilitas mobilitas (L.05042) (I.05173) - Untuk
Fisik fisik dapat Setelah dilakukan Observasi mengetahui
(D.0054) teratasi intervensi keperwatan - Identifikasi adanya bagian tubuh
Definisi : setelah selama 1x24 jam maka nyeri atau keluhan yang terasa
Keterbatasan dilakukan nyeri akut membaik fisik lainnya nyeri
dalam tindakan dengan kriteria hasil : - Identifikasi - Untuk
gerakan fisik keperawatan - Pergerakan ekstremitas toleransi fisik mengetahui
dari satu atau selama 3 kali meningkat (5) melakukan adanya
lebih kunjungan - Kaku Sendi Menurun pergerakan hambatan
ekstremitas rumah. (5) - Monitor kondisi pergerakan
secara - Gerakan terbatas umum selama - Untuk
mandiri menurun (5) melakukan mengetahui
Gejala dan mobilisasi status
tanda major Terapeutik kesehatan
Subjektif : - Libatkan keluarga Terapeutik
- Mengeluh untuk membantu - Agar
sulit pasien dalam mengetahui
menggerakan meningkatkan perkembangan
ekstremitas pergerakan status
Gejala dan Edukasi kesehatan
tanda minor - Jelaskan tujuan dan Edukasi
Subjektif : prosedur mobilisasi - Agar informasi
- Nyeri saat - Anjurkan yang akan
bergerak mobilisasi diberikan
Objektif : sederhana yang mudah
- Sendi kaku harus dilakukan dipahami
- Gerakan (mis.pindah dari - Agar sendi
terbatas tempat tidur ke tidak kaku
kursi)
3 Defisit Defisit Tingkat pengetahuan Edukasi proses Observasi
Pengetahuan pengetahuan penyakit (L.12444) - Agar informasi
(L.12111)
(D.0111) dapat teratasi Observasi yang akan
Setelah dilakukan
Definisi : setelah - Identifikasi kesiapan diberikan
Ketiadaan dilakukan intervensi selama 1 x dan kemampuan dipahami
atau tindakan menerima informasi dengan baik
kunjungan klien mampu :
kurangnya keperawatan Terapeutik Terapeutik
- Perilaku sesuai anjuran
informasi selama 3 kali - Sediakan materi dan - Untuk
kognitif yang kunjungan meningkat (5) media penkes memudahkan
berkaitan rumah - Jadwalkan penkes penyampaian
- Kemampuan
dengan topik sesuai kesepakatan informasi
tertentu. menjelaskan - Berikan kesempatan - Agar
Gejala dan untuk bertanya penyampaian
pengetahuan tentang
tanda major Edukasi penkes sesuai
suatu topik meningkat
Subjektif : - Jelaskan penyebab dengan rencana
- Menanyakan (5) dan faktor resiko - Agar klien benar
masalah yang penyakit paham dengan
- Perilaku sesuai dengan
dihadapi - Jelaskan tanda dan informasi yang
pengetahuan meningkat
Objektif : gejala yang diberikan
- Menunjukan (5) ditimbukan oleh
perilaku tidak penyakit
sesuai - Jelaskan
anjuran kemungkinan
Gejala dan terjadinya
tanda minor komplikasi
Subjektif :
Objektif :
DAFTAR PUSTAKA
Aru.w.dkk. 2006 Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Suratum SKM, 2008 Seri Asuhan
Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC Tamsuri,
Anas. 2007 Konsep dan Penatalaksaan Nyeri, Jakarta : EGC
Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC PPNI. 2019 Persatuan Perawat
Nasional Indonesia, Jakarta
Fera Bawarodi. 2017 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan penyakit
rematik di wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud.
http://www.stikesicsada.ac.id/cgisys/suspendedpage.cgi di akses pada tanggal 2 juni
pukul 10.30 wib.
Hapsari Putri Hanum, 2014 Pengaruh Pemberian Jahe Merah Terhadap Kadar Kolesterol
LDL Wanita Dislipidemia. Diponegoro: Universitas Kedokteran Diponegoro
Havard. 2009 Pengaruh Senam Rematik Untuk Mengurangi Intensitas Nyeri.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Maryam, Siti. R.dkk. 2008 Mengenal usia lanjut dan perawatannya . Jakarta : Salemba
Medika.
Noer, Sarwono. 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 (Edisi Ketiga).
Sulistyarini, T. Sari, H. P. Ika Dewi, dan Kurnia, E. 2017. Kompres Hangat dan Senam
Lansia. Dalam Menurunkan Nyeri Sendi Lansia. Editor Adji Media Nusantara.
Cetakan 2. Nganjuk: Penerbit Adji Media Nusantara.