Anda di halaman 1dari 9

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN, BUAH DAN BIJI PARE

(Momordica charantina L)

Riana Septiningsih
Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

ABSTRACT
Antioxidants are compounds that can inhibit and prevent the growth of cancer. One plant that can treat
cancer is suspected bitter melon (Momordica charantina L). People have used bitter melon as a daily
food and also has long been trusted as a traditional medicine to treat various diseases. This study aims
to determine the antioxidant activity of ethanolic extract of fruits, leaves, and seeds of bitter melon.
Fruits, leaves, and seeds of bitter melon is extracted in ethanol at 70% and the extract obtained was
concentrated to a more viscous. Use of antioxidant activity in this study using the immersion method
against free radical 1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl (DPPH), and vitamin C as a controls. Results of
testing the antioxidant vitamin C obtained IC50 value amounted to 2,884 µg/mL. Results of testing the
antioxidant activity of ethanol extracts fruits, leaves, and seeds of bitter melon extract showed that the
three of it did not have antioxidant activity. A compound said to be active as an antioxidant if values
of IC50<100 ppm.

Key Word : Antioxydant. Bitter Melon (Momordica charantina L). DPPH

ABSTRAK
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat dan mencegah pertumbuhan kanker. Salah
satu tanaman yang diduga dapat mengobati kanker adalah pare (Momordica charantina L).
Masyarakat telah menggunakan pare sebagai makanan sehari-hari dan juga telah lama dipercaya
sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol buah, daun, dan biji pare. Buah, daun dan biji
pare diekstraksi dengan etanol 70% dan dipekatkan hingga didapatkan ekstrak kental. Pengujian
aktifitas antioksidan pada penelitian ini menggunakan metode peredaman terhadap radikal bebas 1,1-
difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH), dan vitamin C sebagai kontrolnya. Hasil pengujian antioksidan pada
vitamin C didapatkan nilai IC50 sebesar 2,844 µg/mL. Hasil pengujian aktifitas antioksidan dari
ekstrak etanol buah, daun, dan biji pare menunjukkan bahwa ketiga ekstrak tersebut tidak memiliki
aktifitas sebagai antioksidan. Suatu senyawa dikatakan aktif sebagai antioksidan apabila nilai IC 50 <
100 ppm.

Kata Kunci : Antioksidan, Pare (Momordica charantina L), DPPH.

PENDAHULUAN satu pemicu terjadinya kanker adalah radikal


Kanker merupakan suatu penyakit bebas yang menimbulkan reaksi berantai dan
dimana terjadi pertumbuhan sel-sel jaringan menyebabkan kerusakan hingga kematian sel.
tubuh yang tidak normal, cepat, dan tidak Antioksidan merupakan senyawa yang dapat
terkendali. Bila pertumbuhan ini tidak cepat menghambat dan mencegah pertumbuhan
dihentikan dan diobati maka sel kanker akan kanker. Antioksidan dapat diperoleh dari
berkembang terus (Dalimartha, 2002). Salah tumbuhan, antioksidan yang diperoleh dari
tumbuhan yaitu asam fenolat, flavonoid, ekstrak etanol, penetapan kadar air ekstrak,
kumarin, tokoferol, alkaloid, terpenoid, dan penetapan kadar abu ekstrak, uji fitokimia
tanin yang banyak tersebar pada bagian-bagian ekstrak, uji aktivitas antioksidan ekstrak
tanaman (Cahyadi, 2009). Adanya senyawa terhadap radikal bebas (DPPH) secara
antioksidan dalam tanaman membuat tanaman spektrofotometri UV-VIS dengan penentuan
memiliki potensi sebagai obat anti kanker. nilai IC50.
Salah satu tanaman yang diduga dapat
mengobati kanker adalah pare (Momordica Penyiapan simplisia: Daun, buah dan biji pare
charantina L). Buah pare mudah sekali di yang telah dideterminasi di Herbarium
temukan dan hampir berada di seluruh Bogoriense, bidang Botani Pusat Penelitian
Indonesia. Masyarakat telah menggunakan Biologi-LIPI Bogor, dibersihkan dari
buah pare sebagai makanan sehari–hari dan pengotor, dikeringkan, lalu digiling.
juga telah lama di percaya sebagai obat
tradisional untuk mengobati berbagai macam Uji Karakteristik Simplisia: Uji karakteristik
penyakit. Kandungan buah pare yang simplisia ini meliputi uji organoleptik yaitu,
berkhasiat dalam pengobatan adalah saponin, bentuk, warna, bau, dan rasa terhadap serbuk
flavonoid, polifenol, alkaloid, triterpenoid, simplisia buah, daun, serta biji pare.
momordisin, glikosida cucurbitacin, charantin,
asam butirat, asam palmitat, asam linoleat, dan Penetapan Kadar air Simplisia: Penetapan
asam stearat (Sundari, et al., 2007). kadar simplisia dilakukan dengan
Pengujian aktifitas antioksidan pada menggunakan alat Moisture Balance.
penelitian ini menggunakan metode
peredaman terhadap radikal bebas 1,1-difenil- Penetapan Kadar Abu Simplisia: Lebih kurang
2-pikrilhidrazil (DPPH), dan vitamin C 2 gram sampai 3 gram simplisia yang telah
sebagai kontrolnya. Penentuan aktifitas digerus, masuk ke dalam kurs silikat lalu
antioksidan ini digunakan dengan berbagai pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis.
konsentrasi ekstrak untuk mengetahui nilai
IC50. Nilai IC50 adalah konsentrasi senyawa Uji Fitokimia Simplisia: Merupakan uji
antioksidan yang diperlukan untuk pendahuluan senyawa apa saja yang terdapat
menghambat radikal bebas sebesar 50% pada suatu tanaman. Uji fitokimia ini
(Chow et.al., 2003). berdasarkan identifikasi warna dan endapan
yanng terbentuk, uji fitokimia yang dilakukan
METODELOGI PENELITIAN yaitu meliputi alkaloid, saponin, tanin, steroid,
Alat dan Bahan dan flavonoid.
Seperangkat alat gelas,  Senyawa Alkaloid : Sebanyak 100 mg
spektrofotometer UV-VIS, moisture balance, simplisia ditambahkan 1 ml HCl pekat
simplisia daun, buah, dan biji pare, etanol dan 9 ml H2O. Campuran dipanaskan
70%, metanol, aquabides, vitamin C, HCl di atas penangas air, didinginkan dan
10%, HCl 1%, HCl pekat, amonia encer, di saring kemudian campuran di bagi
kloroform, pereaksi Mayer, pereaksi dalam 3 tabung reaksi, masing-masing
Dragendroff, FeCl3, pereaksi Lieberman tabung ditambahkan pereaksi
Burchard, 1,1-difenil-2-pikhdrazil (DPPH). dragendroff, wagner, dan mayer. Uji
positif untuk alkaloid dengan
Cara Kerja terbentuknya endapan jingga
Penelitian meliputi penyiapan ( Dragendroff), endapan putih
simplisia, uji karakteristik simplisia, penetapan (Mayer), endapan coklat (Wagner).
kadar air simplisia, penetapan kadar abu  Senyawa Saponin : Sebanyak 100 mg
simplisia, uji fitokimia simplisia, pembuatan simplisia lalu diencerkan dengan air,
kemudian dikocok kuat selama 10 abu yang telah dikeringkan di udara.
menit. Terbentuknya busa yang stabil (penentuan dilakukan duplo).
dalam tabung reaksi menunjukkan
adanya senyawa golongan saponin. Uji Fitokimia Ekstrak: Uji ini merupakan uji
 Senyawa Tanin : 100 mg simplisia pendahuluan senyawa apa saja yang terdapat
diencerkan dengan air dan larutan pada suatu tanaman setelah dilakukan
tersebut ditambahkan pereaksi FeCl3. ekstraksi. Uji fitokimia ini berdasarkan
Terbentuknya warna biru tua atau identifikasi warna dan endapan yanng
hijau kehitaman menunjukkan adanya terbentuk, uji fitokimia yang dilakukan yaitu
golongan tanin. meliputi alkaloid, saponin, tanin, steroid, dan
 Senyawa Steroid: 100 mg simplisia flavonoid.
ditambahkan dietil eter kemudian  Senyawa Alkaloid : Sebanyak 100 mg
saring, filtrat ditambahkan pereaksi ekstrak ditambahkan 1 ml HCl pekat
Lieberman Burchard (3 tetes asam dan 9 ml H2O. Campuran dipanaskan
asetat anhidrat dan 1 tetes H 2SO4). di atas penangas air, didinginkan dan
Terbentuknya warna merah atau cincin di saring kemudian campuran di bagi
hijau menunjukkan adanya senyawa dalam 3 tabung reaksi, masing-masing
golongan steroid atau triterpenoid. tabung ditambahkan pereaksi
 Senyawa Flavonoid: 100 mg simplisia dragendroff, wagner, dan mayer. Uji
di tambah 100 ml air kemudian positif untuk alkaloid dengan
dididihkan dan disaring. Kedalam terbentuknya endapan jingga
filtrat ditambahkan serbuk magnesium ( Dragendroff), endapan putih
dan 1ml HCl pekat ditambahkan amil (Mayer), endapan coklat (Wagner).
alkohol dikocok dengan kuat dan  Senyawa Saponin : Sebanyak 100 mg
dibiarkan hingga memisah. ekstrak lalu diencerkan dengan air,
Terbentuknya warna merah, kuning kemudian dikocok kuat selama 10
atau jingga dalam larutan amilalkohol menit. Terbentuknya busa yang stabil
menunjukkan adanya senyawa dalam tabung reaksi menunjukkan
golongan flavonoid. adanya senyawa golongan saponin.
 Senyawa Tanin : 100 mg ekstrak
Pembuatan Ekstrak Etanol: Pembuatan diencerkan dengan air dan larutan
ekstrak dengan menggunakan metode maserasi tersebut ditambahkan pereaksi FeCl3.
yaitu dengan merendam masing-masing serbuk Terbentuknya warna biru tua atau
simplisia buah, daun, dan biji pare kedalam hijau kehitaman menunjukkan adanya
etanol 70% dengan perbandingan simplisia : golongan tanin.
etanol (1:10) sampai tersari atau terekstraksi  Senyawa Steroid: 100 mg ekstrak
sempurna yang ditandai dengan warna larutan ditambahkan dietil eter kemudian
tidak berubah lagi dan dipekatkan dengan saring, filtrat ditambahkan pereaksi
rotary evaporator. Lieberman Burchard (3 tetes asam
asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4).
Penetapan Kadar air Ekstrak: Penetapan Terbentuknya warna merah atau cincin
kadar ekstrak dilakukan dengan menggunakan hijau menunjukkan adanya senyawa
alat Moisture Balance. golongan steroid atau triterpenoid.
 Senyawa Flavonoid: 100 mg ekstrak
Penetapan Kadar Abu Ekstrak: Lebih kurang di tambah 100 ml air kemudian
2 sampai 3 gram ekstrak, dimasukan ke dalam dididihkan dan disaring. Kedalam
kurs silikat lalu pijarkan perlahan-lahan hingga filtrat ditambahkan serbuk magnesium
arang habis, dinginkan timbang. Hitung kadar
dan 1ml HCl pekat ditambahkan amil konsentrasi 1000 ppm (larutan induk).
alkohol dikocok dengan kuat dan Dibuat deret konsentrasi larutan
dibiarkan hingga memisah. standar vitamin C dengan konsentrasi
Terbentuknya warna merah, kuning 0 ppm, 3 ppm, 6 ppm, 9 ppm, dan 12
atau jingga dalam larutan amilalkohol ppm dimasukkan ke dalam labu ukur 5
menunjukkan adanya senyawa ml ditambahkan 1 ml DPPH dan
golongan flavonoid. metanol p.a sampai tanda tera.
Dihomogenkan dan diinkubasi pada
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak: Pengujian suhu 37oC.
aktivitas antioksidan ekstrak kental daun, buah  Persiapan Larutan Uji: Masing-masing
dan biji pare terhadap radikal bebas (DPPH) ekstrak ditimbang sebanyak 50 mg
dan vitamin C sebagai kontrolnya. dan dimasukkan ke dalam labu ukur
 Pembuatan Larutan DPPH 1mM: 50 ml dilarutkan dengan metanol
Ditimbang seksama 19,716 mg DPPH sampai tanda tera dan didapatkan
(BM 394,32) dilarutkan dalam larutan uji 1000 ppm (larutan induk).
metanol sampai 50 ml dalam botol Dibuat seri konsentrasi 0 ppm, 5 ppm,
gelap. 10 ppm, 20 ppm, dan 30 ppm
 Penentuan Panjang Gelombang kemudian dimasukkan ke dalam labu
Maksimum: 1 ml larutan DPPH 1 mM ukur 5 ml, ditambahkan 1 ml DPPH 1
ditambahkan metanol dalam labu ukur mM dan metanol p.a sampai tanda
5 ml dihomogenkan dan diinkubasi tera, dihomogenkan lalu diinkubasi
selama 30 menit pada suhu 37oC. pada suhu 37oC.
Serapannya diukur pada panjang  Uji Antioksidan dengan 1,1-difenil-2-
gelombang 480 nm sampai dengan pikrilhidrazil (DPPH): Larutan
560 nm dengan menggunakan vitamin C, larutan blanko, dan larutan
spektrofotometer UV-VIS. uji yang telah diinkubasi diukur
 Penentuan Waktu Inkubasi Optimum: serapannya dengan spektrofotometer
1 ml larutan DPPH 1 mM dengan panjang gelombang yang telah
ditambahkan metanol dalam labu ukur ditentukan.
5 ml sampai tanda batas dan  Perhitungan Nilai % IC50: IC50
dihomogenkan. Serapan diukur diperoleh dari perpotongan garis
dengan panjang gelombang antara 50% inhibisi dengan sumbu
maksimum pada menit ke 10, 20, 30, konsentrasi, dengan persamaan non
40, 50, dan 60, lalu ditentukan waktu linear y = ax2 + bx+c dan nilai. IC50
optimum ( waktu inkubasi yang dihitung dengan menggunakan rumus
memberikan serapan cukup stabil).
−b ± √ b2−4 ac
 Persiapan Larutan Blanko: 1 ml x= dimana y = 50
2a
larutan DPPH 1 mM ke dalam labu
dan x = menunjukkan lC50. IC50 adalah
takar 5 ml, lalu tambahkan metanol p.a
konsentrasi larutan uji yang mampu
dihomogenkan dan diinkubasi pada
menghambat 50% larutan radikal
suhu 37o C selama 30 menit. Serapan
bebas 1,1-difenil-2-
diukur menggunakan spektrofotometer
pikrilhidrazil(DPPH).
UV-VIS pada panjang gelombang
maksimum.
 Pembuatan Deret Standar Vitamin C
HASIL DAN PEMBAHASAN
(Kontrol Positif): 50 mg vitamin C
Hasil uji karakteristik simplisia secara
dilarutkan dalam metanol didalam
organoleptik, buah pare berwarna putih
labu ukur sampai 50 ml, diperoleh
kecoklatan, berbau khas dan rasanya pahit. terkandung dalam ekstrak buah, daun, dan biji
Daun pare berwarna hijau berbau lemah dan pare. Berdasarkan hasil uji fitokimia terhadap
rasanya pahit, sedangkan biji pare berwarna ekstrak, pada ekstrak buah tidak ditemukan
kuning kecoklatan berbau khas dan rasanya adanya tanin, pada uji fitokimia ekstrak daun
pahit. Kadar air pada buah sebesar 8,74%, tidak ditemukan tanin dan flavonoid,
sedangkan kadar air simplisia daun pare sedangkan uji fitokimia ekstrak biji diketahui
sebesar 8,86% dan biji pare adalah sebesar tidak adanya senyawa tanin, flavonoid dan
9,27%. Hasil ini menunjukkan kandungan air steroid. Adanya beberapa perubahan
yang kecil membuat jamur serta kandungan hasil uji fitokimia simplisia dengan
mikroorganisme sulit tumbuh sehingga ekstrak mungkin dikarenakan kandungan
simplisia dapat disimpan dalam jangka waktu senyawa tersebut tidak besar dan senyawa
yang lama. Nilai kadar abu yang diperoleh tersebut tidak tertarik secara sempurna oleh
untuk simplisia buah adalah sebesar 10,856%, pelarut sehingga pada uji fitokimia ekstrak
nilai kadar abu pada daun sebesar 25,965% senyawa-senyawa tersebut tidak ditemukan
dan kadar abu pada biji sebesar 4,297%. pada ekstrak buah, daun, dan biji pare.
Besarnya kadar abu yang didapat Hasil uji aktifitas antioksidan pada
menunjukkan besarnya kandungan anorganik ekstrak etanol buah, daun, dan biji pare
atau zat pengotor pada simplisia. Hasil bertujuan untuk mengetahui aktif tidaknya
pengujian fitokimia pada simplisia buah pare ekstrak etanol buah, daun dan biji pare
memberikan hasil positif terhadap senyawa sebagai antioksidan yang berperan untuk
alkaloid, saponin, steroid, flavonoid, dan melindungi tubuh dari radikal bebas.
negatif terhadap tanin. Pengujian fitokimia Penentuan panjang gelombang dilakukan
simplisia daun memberikan hasil positif untuk mengetahui nilai panjang gelombang
terhadap senyawa alkaloid, saponin, steroid, yang memiliki serapan maksimum sedangkan
tanin, dan negatif terhadap flavonoid. waktu inkubasi optimum merupakan salah satu
Pengujian fitokimia simplisia biji pare faktor yang mempengaruhi reaksi pada DPPH
memberikan hasil positif terhadap alkaloid, sebagai larutan blanko. Hasil pengujian nilai
saponin, steroid, dan negatif terhadap tanin serapan untuk DPPH cukup stabil pada
dan flavonoid. panjang gelombang 514 nm dan waktu 40
Ekstrak kental buah pare yang didapat menit.
berwarna kuning kecoklatan sebesar 63,8 g, Pengujian aktivitas antioksidan pada
ekstrak kental daun pare berwarna hijau penelitian ini menggunakan metode
kehitaman sebesar 29,6 g, untuk ekstrak kental peredaman terhadap radikal bebas 1,1-difenil-
biji pare berwarna kecoklatan sebesar 49,2 g. 2-pikrilhidrazil (DPPH) dengan penentuan
Kadar air ekstrak buah pare didapatkan nilai nilai IC50. Nilai IC50 adalah konsentrasi
3,01%, nilai kadar air pada ekstrak daun pare senyawa antioksidan untuk menghambat
adalah 7,14% dan nilai kadar air pada ekstrak radikal bebas sebesar 50%. Harga IC 50
biji pare sebesar 3,36%. Penentuan kadar abu digunakan untuk menyatakan aktivitas
berguna untuk memberikan gambaran antioksidan suatu senyawa dengan metode
kandungan mineral. Nilai kadar abu ekstrak peredaman radikal bebas dimana radikal bebas
buah pare adalah 10,552%, sedangkan pada akan beraksi dengan ekstrak tanaman yang
ekstrak daun pare adalah sebesar 15,749%, mengandung antioksidan yang dapat
dan ekstrak biji pare adalah sebesar 9,398%. ditentukan secara spektrofotometri cahaya
Hasil ini dapat diartikan bahwa pada ekstrak tampak berdasarkan perubahan warna yang
buah, dan daun pare mengandung bahan terjadi. Prinsipnya adalah pengukuran
anorganik atau pengotor dengan jumlah yang besarnya serapan perubahan warna DPPH (%
cukup besar. Penentuan uji fitokimia dilakukan hambatan) dari warna ungu menjadi kuning
untuk mengetahui golongan senyawa yang yang menunjukkan bahwa radikal bebas
bereaksi dengan antioksidan yang terkandung antioksidan. Berdasarkan grafik yang didapat
dalam ekstrak tanaman melalui pemberian dari hasil persamaan garis antara % inhibisi
hidrogen dari antioksidan menjadi bentuk yang dengan konsentrasi ekstrak menunjukkan
lebih stabil. Untuk menentukan nilai IC50 bahwa ekstrak etanol buah, daun maupun biji
diperoleh dari perpotongan garis antara 50% pare tidak memiliki aktivitas sebagai
daya hambat (inhibisi) dengan sumbu antioksidan, karena dari persamaan garis yang
konsentrasi, dengan persamaan non linear y = terlihat pada grafik untuk mencapai %inhibisi
ax2 + bx+c dimana y = 50 dan x = senilai 50% konsentrasi ekstrak yang
menunjukkan lC50. IC50 adalah konsentrasi dibutuhkan sebesar >100 ppm. Suatu senyawa
larutan uji yang mampu menghambat 50% dikatakan aktif sebagai antioksidan apabila
larutan radikal bebas 1,1-difenil-2- nilai IC50 < 100 ppm. Hasil ini sesuai dengan
pikrilhidrazil (DPPH). Berdasarkan hasil uji hasil uji fitokimia yang didapat pada ekstrak
aktivitas antioksidan, nilai IC50 vitamin C buah, daun, dan biji pare, yaitu tidak
adalah 2,844 µg/mL dan 17,706 µg/mL, dan ditemukannya senyawa tanin dan flavonoid
menunjukkan bahwa vitamin C aktif sebagai yang merupakan senyawa antioksidan.

%Inhibisi Vitamin C Terhadap DPPH


100
90 f(x) = − 1.11 x² + 20.87 x − 0.37
80 R² = 0.99
70
% Inhibisi

60 %Inhibisi
50 Polynomial
40 (%Inhibisi)
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Konsentrasi (ppm)

Gambar 1. Grafik % Inhibisi Vitamin C Terhadap DPPH

% Inhibisi Ekstrak Buah Pare Terhadap DPPH


35
30
f(x) = − 0.04 x² + 2.21 x + 1.17
25 R² = 1
% Inhibisi

20
% inhibisi
15
Polynomial (% inhibisi)
10
5
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Konsentrasi (ppm)

Gambar 2. Grafik % Inhibisi Ekstrak Buah Pare Terhadap DPPH


% Inhibisi Ekstrak Biji Pare Terhadap DPPH
25

20 f(x) = − 0.01 x² + 0.58 x + 14.21


R² = 0.97
%Inhibisi
15
% Inhibisi
10 Polynomial (% Inhibisi)
5

0
0 5 10 15 20 25 30 35
Konsentrasi (ppm)

Gambar 3. Grafik % Inhibisi Ekstrak Biji Pare Terhadap DPPH

% Inhibisi Ekstrak Daun Pare Terhadap DPPH


30
25
f(x) = 0 x² + 0.22 x + 15.72
20 R² = 0.97 % Inhibisi
15 Polynomial (% Inhibisi)
10
5
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Gambar 4. Grafik % Inhibisi Ekstrak Daun Pare Terhadap DPPH

KESIMPULAN Chow, S.T., Chao, W.W., Chung, Y.C. 2003.


Ekstrak etanol buah, daun dan biji Antioxidative Activity and Safety of
pare (Momordica charantina L) tidak aktif 50% Ethanolic Red Bean Extract
(Phaseolus raditus L. Var Aurea).
sebagai antioksidan karena memiliki nilai IC 50
Journal of Food science. 68 (1): 21-25.
> 100 ppm. Dalimartha, Setiawan. 2002. Ramuan
Tradisional Untuk Pengobatan
DAFTAR PUSTAKA Kanker. Penebar Swadaya. Jakarta
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Dep Kes RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia.
Farmasi, Edisi IV. Penerjemah Farida Direktorat Jendral Pengawasan Obat
Ibrahim. Universitas Indonesia Press. dan Makanan. Jakarta
Jakarta . 1979. Farmakope Indonesia
Cahyadi, R. 2009. Uji Toksisitas Akut Ekstrak edisi III. Direktorat Jenderal
Etanol Buah Pare (Momordica Pengawasan Obat dan Makanan.
charantina L) Terhadap Larva Jakarta
Artemia Salina leach Dengan Metode . 1995. Farmakope Indonesia
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). edisi IV. Direktorat Jenderal
Fakultas Kedokteran Universitas Pengawasan Obat dan Makanan.
Diponegoro. Semarang. Jakarta
http://eprints.undip.ac.id/8089
. 1995. Informasi Simplisia Widjaya, A. 1996. Radikal Bebas dan
Asing. Direktorat Jendral parameter Status Antioksidan.
Pengawasan Obat dan Makanan. Forum Diagnosticum. 4: 1-6.
Jakarta Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan gizi.
. 1977. Materia Medika
Gramedia Pustaka Utama. Jakatra
Indonesia Jilid I. Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan. Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan
Jakarta Radikal Bebas. Pottensi dan
. 1977. Tanaman Obat Aplikasinya dalam Kesehatan.
Indonesia. Direktorat Jendral Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Pengawasan Obat dan Makanan. Zakaria, F.R, B. Irawan, S.M. Pramudya, dan
Jakarta Sanjaya. 1996. Peranan Zat-zat Gizi
. 1985. Sediaan Galenik. dalam Sistem Kekebalan Tubuh.
Direktorat Jendral Pengawasan Dalam: Buletin Teknologi dan
Obat dan Makanan. Jakarta Industri Pangan. 7(3):75-81
Halliwel, B., J.M.C. Guteridge. 1991. Free
Radical in Biology and Medicine.
Claderon Pres. Oxford
Hernani, M. Rahardjo. 2005. Tanaman
Berkhasiat Antioksidan. Penebar
Swadaya. Jakarta
Kumulaningsih, S. 2006. Antioksidan Alami.
Trubus Agrisarana. Surabaya
Molyneux, philip. 2004. The Use Of The
Stable Free Radical Diphenyl-1-
phicryl-1 hydrazyl (DPPH) For
Estimating Antioxydany Activity.
Songklanakarin J.Sci. Techno. Vol.
26(2):211-219.
Murray, R.K., D.K. Granner, P.A. Mayes, and
V.W. Rodwel. 2003. Biokimia
Harper. Ed 25. Penerjemah Andry
Hartono. EGC. Jakarta.
Schuler, P.1990. Natural Antioxidant
Exploited Commercially. Food
Antioxydant Eleseiver Applied
Science. London. Hal: 91-95.
Subarnas, A. 2001. Komponen Aktif
Antioksidan dalam Bahan Alam.
Makalah disajikan dalam Seminar
dan Lokakarya Pemahaman Konsep
Radikal Bebas dan Peranan
Antioksidan dalam Meningkatkan
Kesehatan Menuju Indonesia Sehat
2010. Puasat PenelitianUniversitas
Padjajaran. Bandung.
Sundari S, Daya. Kosasih Padmawijaya.
Komar Ruslan. 2007. Analisis
Fitokimia Ekstrak Etanol Daging
Buah Pare. Sekolah Farmasi Institut
Teknik Bandung. Bandung.
http://bahan-alam.fa.itb.ac.id

Anda mungkin juga menyukai