Anda di halaman 1dari 4

Nama : Oktavia Nasrani Tampubolon

NIM : 3183121028
Kelas : A Reguler 2018

ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH

Secara kategorial, tujuan pendidikan sejarah dapat dikelompokkan sebagai :


mengenal masyarakat dan bangsanya, pengembangan kemampuan berpikir,
pengembangan semangat kebangsaan, pengembangan kemampuan apresiasi, dan
penerapan hasil belajar sejarah dalam kehidupan. Tujuan pendidikan sejarah tersebut
didukung oleh materi berupa pengetahuan kemampuan kognitif kemampuan
psikometri dan nilai yang terkandung dalam setiap peristiwa sejarah.
Konten pendidikan sejarah adalah peristiwa sejarah yang telah dikemas dalam
bentuk cerita sejarah. Konsep pendidikan Sejarah adalah materi yang diperlukan
untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan yang menjadi tujuan
pendidikan sejarah.
Konten sejarah yang dikemas dalam suatu cerita sejarah selalu ada pelaku
sejarah pelaku tersebut dapat berupa seorang, kelompok, masyarakat atau
keseluruhan bangsa walaupun pelaku yang berskala bangsa hanya terjadi untuk
peristiwa sejarah yang sangat langka. Sejarawan adalah penentu kedudukan sumber
sejarah menjadi peristiwa sejarah atau bukan dan siapa pelaku atau tokoh suatu
peristiwa sejarah berdasarkan kaidah Akademi ilmu sejarah dan pandangan personal
yang seringkali mengandung bias.
Demikian pula halnya tentang pelaku atau tokoh sejarah. Dalam tema sejarah
konvensional seperti sejarah politik maka pelaku sejarah adalah tokoh gerakan politik
pada tingkat nasional ataupun lokal. Sesuai dengan tema sejarah diperkaya dengan
tema dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, ilmu dan teknologi, pelaku dan tokoh
sejarah tidak lagi orang atau sekelompok orang yang membuat perbedaan di bidang
politik, dan pada jatuh bangunnya kehidupan suatu negara dan bangsa tetapi sudah
menjadi lebih “merakyat”.
Posisi pelaku sejarah dalam pendidikan sejarah dapat dikategorikan ke dalam
2 kelompok. Pertama pelaku sejarah adalah bagian dari sebuah peristiwa sejarah.
Dalam posisi ini maka aspek-aspek yang bersifat pribadi pelaku sangat dibatasi pada
hal-hal yang bersifat formal seperti Tanggal dan tempat lahir pendidikan aktivitas
yang dilakukan sebelum terlibat sebagai pelaku sejarah.
Posisi kedua pelaku sejarah diajarkan sebagai sebuah bentuk biografi. Bentuk
ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengenal pelaku sejarah
dalam aspek pribadi. Kedudukan ini memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengetahui cara berpikir, wawasan, cara menghadapi dan menyelesaikan suatu
masalah, cara mengembangkan isi rasi dan mewujudkannya dalam kegiatan. Dalam
pendekatan ini peserta didik memiliki kesempatan yang luas untuk mengembangkan
inspirasi dari apa yang dipelajarinya dari seorang tokoh dan mengembangkan
inspirasi menjadi aspirasi.

Analisis Permasalahan dalam Pembelajaran Sejarah


Tragis memang sampai sekarang masih terdapat kesan bahwa pembelajaran
sejarah membosankan karena hafalan nama-nama tokoh, tahun, dan sebagainya, itu
semua adalah masalah klasik. Padahal mencermati “sejarah pembelajaran sejarah”,
bahwa mata pelajaran sejarah menduduki posisi sejak zaman Pergerakan Indonesia
dan sudah diperkenalkan oleh Partai Nasional Indonesia tahun 1927.
Tujuan utama belajar sejarah adalah menjadikan seseorang bijaksana.
Belajar sejarah merupakan pintu untuk memelajari dan menemukan hikmah terhadap
apa yang sudah terjadi. Belajar sejarah adalah belajar tentang kemanusiaan dalam
segala aspeknya. Belajar sejarah akan melahirkan kesadaran tentang hakekat
perkembangan budaya dan peradaban manusia, hasil belajar inilah yang kemudian
dikenal sebagai kesadaran sejarah (historical consciousness). Jadi tujuan belajar
sejarah salah satunya adalah melahirkan kesadaran sejarah. Dengan demikian, proses
pembelajaran sejarah di sekolah juga harus didorong untuk menciptakan situasi yang
dapat menumbuhkembangkan kesadaran sejarah. Dalam dokumen kurikulum
pendidikan nasional, tujuan mata pelajaran sejarah dijabarkan dengan rinci, ironisnya
tujuan ini seolah hanya menjadi referensi.
Pembelajaran sejarah harus menggunakan pendekatan lokosentris, yakni
pembelajaran sejarah dengan berpijak pada sejarah lokal. Guru harus memahami
prisnsip paralelisme waktu dalam penyajikan peristiwa, dan juga harus memahami
sejarah lokal. Dengan demikian, guru akan selalu menghubungkan peristiwa nasional
dengan peristiwa di daerah tempat dia bertugas. Misal, ketika membahas Peristiwa
Proklamasi, maka guru harus juga menjelaskan pada saat yang bersamaan di daerah
dia bertugas terjadi apa. Keterkaitan materi dan pembahasan akan melibatkan tidak
hanya pikiran tetapi juga emosional, sehingga akan melahirkan kesadaran adanya
kesinambungan sejarah masa lalu dengan apa yang terjadi sekarang.
Pembelajaran sejarah yang ideal adalah sebuah situasi yang memfasilitasi
siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran sejarah secara optimal. Situasi yang
dapat memfasilitasi belajar sejarah dengan optimal terdiri atas berbagai aspek yang
saling sinergi dan terintegrasi menciptakan dorongan dan motivasi pada siswa untuk
belajar sejarah. Aspek pertama yang perlu disebut adalah guru. Sosok guru walaupun
di era kemajuan teknologi kehadirannya dapat digantikan, akan tetapi untuk
pembelajaran sejarah tetap diperlukan. Guru tidak sekedar sebagai fasilitator yang
memfasiliatsi terjadinya proses pembelajar, akan tetapi guru adalah seorang desainer
bagaimana proses pembelajaran itu harus dan semestinya terjadi. Dalam konteks
pembelajaran sejarah yang ideal maka guru sejarah haruslah memenuhi beberapa
persyaratan. Persyaratan guru sejarah antara lain: 1) harus memiliki kemampuan
akademis (menguasai materi). Pertama, proses perubahan, karena sejarah adalah ilmu
tentang proses perubahan. Cerita tentang perubahan kejadian serta ilmu yang
menyelidikinya pada dasarnya merupakan kegiatan manusia yang ditujukan untuk
menceritakan apa yang dilakukan manusia pada masa lampau. Secara umum
peristiwa sejarah itu memiliki awal, berkembang, mundur dan akhirnya hancur.
Namun secara khusus pola perubahan ini tidak dapat dipakaikan pada setiap
peristiwa, karena pola-pola perubahan pada dasarnya berbeda-beda sesuai dengan
karakteristik materi sejarah yang induktif.
2) Kemampuan didaktik metodik (paedagogis). Kemampuan didaktik metodik
adalah kemampuan guru untuk melaksanakan pembelajaran sejarah.
3) Kemampuan untuk mengadopsi perkembangan ipteks yang terkait
pendidikan dan pembelajaran. Kemampuan ini sangat diperlukan guru karena
kurikulum pendidikan selalu mengalami perubahan secara berkala sesuai dengan
tuntutan zaman, jika tidak memiliki kemampuan untuk mengadopsi perkembangan
ipteks maka yang terjadi seperti sekarang ini. Banyak guru yang kesulitan memahami
apalagi menerapkan pergeseran paradigm yang mendasari kurikulum, pergeseran dari
behavioristik, kognitivistik, dan sekarang konstruktivistik hampir-hampir tidak
tersentuh noleh guru. Masih banyak guru yang tetap behavioristik, walaupun dia
sendiri mungkin tidak menyadari atau tidak mengerti bahwa pembelajaran yang
selama ini dilakukan adalah behavioristik. Model pembelajaran yang menekankan
pada pemrosesan informasi.
4) Pendekatan Pembelajaran. Pendekatan pembelajaran harus didasarkan atas
teori budaya pemprosesan. Bahwa belajar itu adalah pewarisan bagaimana orang
memproses suatu ilmu tersebut dahulunya. Implikasi dari teori ini adalah belajar
merupakan latihan-latihan mengenai pemprosesan ilmu dan pengembangannya. Hasil
dari pendekatan ini adalah anak didik memiliki keterampilan intelektual, yang suatu
ketika dapat digunakan untuk pemecahan masalah sosialnya.
5) Penanaman Nilai. Melalui prinsip dapat diambil berbagai nilai yang relevan
dengan nilai-nilai kemanusian seperti; Jika ingin memajukan suatu negara maka salah
satu caranya adalah mengembangkan sistem perekonomian dalam bidang
perdagangan.

Anda mungkin juga menyukai