Anda di halaman 1dari 6

Trauma Thorax ( fail Chest)

1. Seorang laki-laki berusia 22 tahun diantar ke RS oleh petugas keamanan akibat


kecelakaan lalulintas. Klien mengalami sesak nafas dan penurunan kesadaran. Saat
dilakukan pengkajian ditemukan hasil TD: 110/70 mmHg, frekuensi nadi: 90 X/ menit,
reguler dan teraba keras, frekuensi nafas: 36 X/ menit, terdapat pernafasan paradoksal.
Suhu tubuh 36,5oC, CRT <2detik, akral dingin, SpO2: 95%. Klien tampak memegang
dada kanan terus menerus, tampak jejas pada dada sebelah kiri, dada kiri dan kanan tidak
simetris, terdapat bunyi krepitasi pada dada sebelah kiri. Terdengar bunyi pekak pada
dada sebelah kiri ICS 2- ICS 5 mid klavikula. Klien membuka mata bila diperintah, klien
mengerang kesakitan dan dapat melokalisir nyeri. Nyeri dirasakan terus menerus disertai
sesak hebat. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pada wajah: terdapat ruptur pada bagian
frontal ± 5cm dengan kedalaman ± 2 cm( rupture grade 1), tidak terdapat edema
palpebral, sclera tidak icterus dan konjungtiva tidak anemis. Tidak terdapat pengeluaran
darah pada hidung dan mulut. Tidak terdapat deviasi trachea dan distensi vena jogularis.
Pemeriksaan fisik abdomen dalam batas normal, terdapat jejas pada daerah abdomen
kuadran tengah atas, terdapat nyeri tekan, tidak ada penambahan lingkar perut pada
observasi 8 jam pasca KLL. Terapi yang saat ini diberikan yakni ceftriaxone 1 vial/8 jam,
ketorolac 1 amp/ 8 jam, ranitidine 1 amp/ 8 jam, 02 8L/ menit. Hasil pemeriksaan
penunjang foto thoraks didapatkan hasil:

Kesan: fail chest iga ke 4, 5, 6 dan 7

Kasus Apnue
2. Seorang wanita berusia 30 Tahun diantar ke IGD RS dengan kasus tenggelam. Sebelum
tiba di RS petugas rescue sempat memberi pertolongan dengan melakukan CPR karena
klien sempat henti nafas dan henti jantung sehingga kondisi klien kembali stabil. Perawat
melakukan pengkajian dan didapatkan data: klien nampak lemah, TD: 90/60 mmHg,
frekuensi Nadi: 54 X/ menit dan teraba lemah reguler, frekuensi nafas: tidak terukur.
Tidak tampak retraksi dinding dada, tidak tampak pernafasan cuping hidung, tidak
terdapat penggunaan otot bantu pernafasan. Tidak ada jejas pada dinding dada. Terdengar
suara gurgling dan suara hypertimpani diseluruh kuadran perut. Peristaltic usus tidak
terdengar, perut teraba keras dan melenting. Klien tidak membuka mata walau diberi
rangsangan nyeri. Spo2: 75 %, bibir cianosis, wajah tampak pucat, akral dingin tampak
kuku cianosis. Sushu tubuh 350C. tidak terdapat luka laserasi pada seluruh tubuh, tidak
terdapat bunyi krepitasi, tidak terdapat deformitas tulang dan sendi, tidak terdapat atropi
otot.

Kasus CKD
3. Seorang perempuan berusia 58 Tahun masuk ke IGD dengan keluhan lemas, bengkak
pada tungkai kaki kanan dan gatal-gatal seluruh tubuh. Pada saat dilakukan pemeriksaan
didapatkan hasil TTV; TD: 190/90 mmHg, Nadi: 90x/menit, Pernafasan: 24x/menit,
Suhu: 360C, CRT< 2 detik, GCS E4M6V5, konjungtiva anemis, abdomen kembung
dengan bising usus 18x/menit. Klien juga mengeluh mual dan muntah, pusing selama 2
hari yang lalu, cepat lelah saat beraktivitas, udem kaki bagian kiri grade +1, keluhan
sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu, kulit kering dan kehitaman, dan terdapat iritasi
pada kulit. Klien memliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, dan 1 tahun lalu
klien juga sering minum obat. Saat ini klien menjalani terapi hemodialisa seminggu
sekali. Tindakan yang dilakukan pemasangan IVFD dengan cairan asering 500 cc/24 jam,
terpasang kateter dengan urine 150cc/6jam. Terapi yang diberikan: Amlodipine 1x10 gr,
lasik 1x2 gr, ondancentron 10 gr 1x1.
Hasil laboratorium didapatkan:
Kasus Epelepsi

4. Seorang laki-laki berusia 42 tahun masuk IGD dengan keluhan utama post kejang
2x di seluruh tubuh. 1 Minggu sebelum MRS, pasien m e n g e l u h pusing dan
pandangan buram. Pusing dirasakan dikepala depan dan hilang timbul, klien
mengatakan saat beraktivitas nyeri di bagian kepala bertambah, klien mengatakan
kadang merasa pandangannya buram terlebih saat melakukan aktivitas. Sehari sebelum
MRS, pasien mengalami demam yang tidak begitu tinggi, tiba-tiba, suhu tidak diukur,
tidak diobati, faktor pencetus tidak tahu,. Beberapa jam sebelum MRS, pasien merasa
keluhan pusing, pandangan kabur semakin buruk. Pasien merasa lemas sehingga dibawa
ke mantri dan diberikan obat. Obat tidak diktahui. Beberapa saat setelah minum obat,
pasien mengalami kejang 2x di seluruh tubuh, saat kejang pasien tidak sadar, diantara
kejang pasien sadar, setelah kejang pasien tidak ingat apa-apa. Faktor pencetus tidak
diketahui,. Datang ke IGD setelah kejang 2x, seluruh tubuh, selama 5 menit. Saat ini
keluhan disertai pusing (+), pandangan kabur (+).Riwayat kejang sebelumnya (-).
Demam (-), mual (-), muntah (-), kelemahan anggota gerak (-), sulit bicara (-),
kesemutaan (-), gangguan berpikir (-), gangguan keseimbangan (-), BAB BAK (+).
Riwayat Demam : Pasien mengaku beberapa kali mengalami demam, namun hanya
sebentar-sebentar, dan sembuh sendiri, pasien memiliki riwayat kecelakaan lalu lintas 10
tahun yang lalu, kepala terbentur terlebih dahulu, terjadi luka disekitar alis kanan, namun
pasien tidak melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan setelah kecelakaan.

Kasus Open pneumothoraks


5. Seorang laki-laki berusia 28 tahun diantar ke IGD RS setelah menjadi korban kekerasan
dan mengalami sesak nafas disertai penurunan kesadaran. Saat dilakukan pengkajian
didapatkan TD: 100/80 mmHg, Frekuensi Nadi: 100X/menit, Frekuensi Nafas: 36 X/
menit, cepat dangkal, terdengar bunyi sucking chest wound, suhu tubuh 36,5 oC, akral
dingin, SPO2 86%. Tidak terdapat distensi vena jogularis dan deviasi trachea. Saat
dilakukan pemeriksaan fisik kardiopulmonal didapatkan terdapat luka terbuka pada dada
sebelah kiri antara ics 6-7, terdapat retraksi dinding dada, asimetris dada kiri dan kanan,
terdapat nyeri tekan pada daerah dada sebelah kiri, terdengar bunyi vesikuler pada dada
kanan dan bunyi veikuler menjauh pada dada kanan. Perkusi ditemukan hypersonor pada
dada kiri. Pemeriksaan fisik abdomen dalam batas normal. Wajah terlihat pucat, bibir
cyanosis, konjungtiva tampak anemis, CRT 2 detik. Klien tampak berkeringat. Tidak ada
deformitas tulang dan sendi. Klien dapat membuka mata bila diberi rangsangan nyeri,
berbicara meracau tidak jelas dan fleksi abnormal pada saat diberi rangsangan nyeri.
Terapi yang diberikan saat ini: O2 12L/menit NRM, occlusive dressing, IV RL 22 TPM,
Ceftriaxone 1 vial/ 8 jam, cetorolac 1 amp/ 8 jam, ranitidine 1 amp/8 jam.

Kasus Gagal Gijal Kronis


6. Pasien laki-laki, usia 60 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan sesak, kaki dan
tangannya bengkak sejak 1 Minggu sebelum masuk RS. Keluhan dirasakan menetap dan
semakin parah. Pasien mengeluh pada kelopak matanya juga mengalami pembengkakan
terutama pada pagi hari. Pasien juga merasa frekuensi berkemihnya menurun
dibandingkan sebelumnya, dari yang awalnya 6-7 kali sehari menjadi 2-3 kali sehari
dengan urine yang sedikit dan keruh. Pasien mengatakan badannya lemas sehingga
membuatnya sulit beraktivitas. Pasien mengatakn menderita hipertensi dan telah berobat
rutin selama 4 tahun ke belakang, serta memiliki riwata minum minuman beralkohol
sejak usia 20 tahun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran composmentis,
tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 76 x/menit, pernapasan 28 x/menit, suhu 37,6C. BMI:
20,7 kg/m2 (Normoweight). Pada pemeriksaan mata didapatkan konjungtiva anemis +/+.
Pemeriksaan leher, paru dan jantung tidak ditemukan adanya kelainan. Dari inspeksi
abdomen didapatkan perut cembung, auskultasi didapatkan bising usus + sebanyak
8x/menit, pada palpasi ditemukan nyeri tekan pada seluruh bagian belakang abdomen,
serta tidak ditemukan pembesaran hepar dan limpa, pada perkusi didapatkan shifting
dullness +. Pada pemeriksaan ekstremitas superior dan inferior didapatkan normotonus,
gerakan aktif dan edema pitting. Terapi yang diberikan berupa non medikamentosa yaitu
tirah baring, pembatasan cairan 1 liter per hari, pembatasan protein 0,9 g/kgbb per hari.
Hemoglobin 8mg/dl, Leukosit 17.500/ul, Limfosit 30%, Hematocrit 29%, Trombosit
460.000 ul. Elektrolit : Natrium 140 Mmol/L, Kalium 3,2 Mmol/L, Chloride 90 Mmol/L.
Terapi medikamentosa yang diberikan berupa cairan intravena IVFD RL 16 tts/mnt,
Captopril 2 x 12,5 mg, Furosemid Injeksi/ 8 Jam, asam folat 2 x 1 mg dan Glimepiride 1
x 2 mg.

Kasus Pneumotoraks

7. Seorang laki-laki berusia 38 Tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas. Tiga jam
sebelum MRS klien mengeluh sesak nafas dan semakin lama semakin berat disertai nyeri
dada seperti tertusuk pada sisi dada sebelah kanan, rasa berat, tertekan dan terasa lebih
nyeri pada gerakan pernafasan. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan pasien
Nampak sakit berat dan sesak, KU sangat lemah, kesadaran composmentis, TB 155cm,
BB 50kg, TTV; TD: 110/70 mmHg, Pernafasan: 32x/menit, Nadi: 92x/menit, Suhu: 360C.
pada pengkajian fisik didapatkan dada kanan: bentuk dada cembung, gerakan pernafasan
tertinggal, taktil fremitus getaran menurun, hipersonor, suara nafas menghilang. Terdapat
penggunaan otot bantu nafas tambahan, pola nafas cepat dan dangkal. Setahun yang lalu,
klien pernah memiliki riwayat penyakit TB paru dan sudah menjalani OAT selama enam
bulan. Pasien mengatakan tidak ada riwayat trauma yang mengenai rongga dada seperti
tertembus peluru, ledakan, trauma tumpul dada akibat lakantas maupun tusukan benda
tajam langsung menembus pleura.
Pemeriksaan radiologi didapatkan:
Foto thoraks AP-Lat : gambaran pneumotoraksa kanan, paru kolaps.
Pengobatan:
IVFD RL 20 tetes/menit
Rimstar 2x2 tab
Codein 10 mg tab 0-1-1
Hepa Q 2x1 tab
Oksigen 2 liter/menit
Ranitidine 2x ampul/IV
Tramadol 2x1 mg/drip
Ceftriaxon 2x1 gr/IV
Pemasangan selang WSD di IC 4-5 mid axilla kanan.

Kasus Tetraparesis
8. Seorang laki-laki berusia 40 Tahun masuk RSU dengan keluhan kelemahan anggota
gerak sejak 5 hari yang lalu. Klien merasa kelemahan anggota geraknya semakin
memberat. Makan dan minumnya baik. Klien tampak menggunakan colar neck. Hasil
pengkajian didapatkan: TD = 100 / 60 mmhg, N= 80 x/menit, RR = 29 x/menit, Suhu =
38,50C.
Satu bulan sebelum masuk RSU, pasien mengalami kecelakaan. Mobil yang ditumpangi
pasien masuk ke lubang, dan kepala pasien terbentur atap mobil sampai 4x. Saat itu
pasien pingsan, lamanya kira-kira 20 menit, perdarahan THT tidak ada, muntah tidak ada
dan pasien masih mengingat peristiwa sebelum kejadian. Pasien mengalami kelemahan
pada keempat anggota gerak, nyeri hebat di area leher bagian belakang dan dipasang
colar neck. Jika buang air kecil (BAK) pasien ngompol, pasien juga tidak bisa buang air
besar (BAB), klien dirawat di RSUD selama 10 hari. Pasien masih menggunakan kateter
sejak pulang dari RSUD sampai saat ini dan untuk bisa BAB dibantu dengan klisma.
Sejak pulang dari RSUD, pasien menjalani fisioterapi sebanyak 9 kali yang dilakukan
oleh fisioterapist agar bisa berjalan lancar. Saat difisioterapi, kepala pasien ditarik.
Pemeriksaan Diagnostik:
a. Hasil Laboratorium :   
Hb 13,2 g/dl
Ht  36 %
Leukosit 16.500/uL
Trombosit 244.000/uL
LED 25 mm
Ureum 23 mg/dL
Kreatinin darah 0.6 mg/dl
GDS 126 mg/dL
Na 105 meq/l
K 4,2 meq/l
Cl 73 meq/l
b. Foto X cervical  : dislokasi C1-C2
c. MRI    : fraktur C1 dengan dislokasi ke posterior, stenosis berat medulla spinalis
setinggi CI-CII.
d. BGA : menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya ventilasi
pH 7.607
pCO2 21.5 mmHg
pO2 84.7 mmHg
SO2  % 92.2
BE 0.0 mmol/L
HCO3  21.7 mmol/L
Terapi yang diberikan : O2 sungkup rebreathing 6 l/m
IVFD NaCl 0,9 % per 12 jam
Imobilisasi leher dengan collar neck
Metilprednisolon  tab 4 x 8 mg
Ranitidin 2 x 1 amp injeksi
NaCl tab 3 x 500 mg
Periksa AGD ulang 6 jam kemudian

Kasus Fraktur
9. Pasien laki-laki usia 28 tahun di rujuk oleh dokter umum dengan OF Tibia 1/3 distal
dextra. Pasien datang sadar mengeluhkan nyeri pada kaki kanannya setelah terkena
setelah terkena mesin 4 jam sebelum MRS. Riwayat tidak sadar (-), muntah (-) sesak
(-). Pasien sedang memperbaiki masin yang rusak, tiba-tiba kaki kanan pasien
terpleset dan tergilas mesin. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien dengan keadaan
umum baik dan hemodinamik stabil, dari status general tidak ditemukan kelainan. Pada
pemeriksaan status lokalis regio cruris 1/3 distal ditemukan luka terbuka (+), pada
regio anteromedial, bone exposed (+), Tendon exposed (+), Deformity (+) Angulation,
External Rotation Nyeri tekan (+) pada area distal, arteri dorsalis pedis dan arteri tibial
posterior teraba, CRT<2”, SpO2 98%, Sensoric (+) normal dan active ROM Ankle
terbatas karena nyeri.

Kasus Tetanus
10. Seorang anak perempuan umur 6 tahun datang ke Rumah Sakit dirujuk dari
Puskesmas dengan keluhan sering mengalami kekakuan otot bersifat hilang timbul
bila disentuh. Pada saat terjadi kekakuan otot pasien selalu menangis dan tampak
sakit. Sebenarnya pasien sudah mengalami sulit makan sekitar 5 hari yang lalu, dan
saat ini mulut sulit dibuka. Sejak usia 5 tahun pasien sering mengeluarkan cairan
berbau dari telinga kiri yang hilang timbul terutama pada saat batuk pilek. Riwayat
imunisasi DPT hanya 1 kali pada usia 4 bulan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tanda vital dalam batas normal, terdapat trismus 1 cm, kaku kuduk, perut teraba
keras, dan opistotonus. Pada saat diperiksa pasien beberapa kali mengalami
kekakuan otot.

Anda mungkin juga menyukai