Anda di halaman 1dari 8

Produktivitas dan Luas…..

(Akhidah Desiliani) 309

PENGARUH PEMBERIAN AIR PERASAN DAUN KIPAHIT (Tithonia diversifolia) SEBAGAI


PESTISIDA NABATI PENGENDALIAN HAMA Plutella xylostella PADA TANAMAN SAWI
(Brassica juncea)

THE EFFECT OF DISTILLATION WATER KIPAHIT LEAVES (Tithonia diversifolia) AS A


NABATI PESTICIDE IN CONTROLLING Plutella xylostella PEST TO MUSTARD GREENS
(Brassica juncea)

Oleh:
Lia Mamba’atu Salamatir Rifah(1), Djukri(2)
Jurusan Pendidikan Biologi, Prodi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta
Email: liamamba4@gmail.com, djukri@uny.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air perasan daun kipahit (Tithonia diversifolia)
terhadap mortalitas hama Plutella xylostella, sebagai pestisida nabati hama Plutella xylostella pada tanaman sawi,
mengetahui pengaruh pemberian air perasan daun kipahit (Tithonia diversifolia) terhadap jumlah pupa, dan
mengetahui pengaruh pemberian air perasan daun kipahit (Tithonia diversifolia) terhadap kerusakan tanaman sawi.
Penelitian ini dilaksanakan di Green House FMIPA UNY pada bulan Januari-Maret 2018. Penelitian ini adalah
Penelitian Eksperimen dengan perlakuan variasi dosis air perasan daun kipahit. Dosis air perasan daun kipahit yang
digunakan yaitu 0%, 10%, 15%, 20% dan 25%. Analisis data menggunakan uji One Way Anova dilanjutkan
dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan pemberian air perasan daun kipahit pada dosis 25% berpengaruh
terhadap mortalitas larva Plutella xylostella, tidak berpengaruh terhadap pembentukan jumlah pupa, dan tidak
berpengaruh terhadap kerusakan tanaman sawi.

Kata kunci: Tithonia diversifolia, Plutella xylostella

Abstract
The purpose of this study is to find the effect of distillation water kipahit leaves (Tithonia
diversifolia) to mortality of Plutella xylostella, as a vegetable pesticide of Plutella xylostella for mustard
greens plant, to find the effect of kipahit leaves extract (Tithonia diversifolia) to the number of pupa, and
to find the effect of distillation water kipahit leaves (Tithonia diversifolia) to the plant damage. This
research was held in Green House FMIPA UNY on Januari-Maret 2018. This research was experiment
research with variation of dose water distillation kipahit leaves. The dose water distillation kipahit leaves
used 0%, 10%, 15%, 20%, 25%. Data analys was performed by one way anova continued with Duncan.
The finding of the study the gave water distillation kipahit leaves on dose 25% influential about larvae
mortality Plutella xylostella, no effect about change to the forming of pupa, and no effect about the
damage leaves of mustard.

Keywords: Tithonia diversifolia, Plutella xylostella

PENDAHULUAN organisme pengganggu tanaman/tumbuhan


Gangguan pada tanaman dapat (OPT). Faktor abiotik adalah penyebab gangguan
disebabkan oleh faktor biotik ataupun abiotik. yang bukan disebabkan oleh OPT, tetapi
Faktor pengganggu biotik adalah semua penyebab disebabkan oleh faktor lain misalnya faktor
gangguan yang terdiri atas organisme atau struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca
makhluk hidup yang secara umum disebut dan iklim, kesalahan cara bercocok tanam,
310 Jurnal Prodi Biologi Vol 7No 5 Tahun 2018

kekeringan dan faktor lingkungan lainnya mencemari lingkungan dan membahayakan


(Djojosunarto, 2000: 67-68). makhluk hidup lainnya terutama orgaisme yang
Umumnya upaya pengendalian hama P. bukan sasaran. Oleh karena itu, perlu suatu
xylostella selama ini menggunakan pestisida alternatif pengendalian hama yang ramah
sintetik seperti Asuntol, Diazinon, Fention, lingkungan, dapat disiapkan sendiri oleh petani
Fampur, dan Fenklorpos melalui pengobatan dengan bahan yang tersedia di alam dan biaya
topikal (efek cerna) dan perendaman (dipping- yang terjangkau. Salah satu alternatifnya adalah
efek kontak) (Wardhana 2006: 146). Pestisida dengan menggunakan insektisida asal tumbuhan
adalah subtansi yang digunakan untuk membunuh yang biasa disebut insektisida nabati.
atau mengendalikan berbagai hama. Namun Sayuran adalah salah satu komponen
penggunaan pestisida sintetik terbukti dari menu makanan yang sehat, maka tidak heran
menimbulkan dampak negatif seperti bila kebutuhan sayuran dewasa ini semakin
berkembangnya ras resisten, terbunuhnya musuh meningkat sejalan dengan kesadaran masyarakat
alami hama, keracunan pada manusia dan ternak tentang kesehatan. Diantara bermacam -macam
peliharaan, kanker, residu pada daging dan susu, jenis sayuran yang dapat dibudidayakan, tanaman
dan pencemaran lingkungan (De Roos et al. sawi merupakan salah satu komoditas sayuran
2003: 60). yang banyak ditanam maupun dikonsumsi. Dalam
Penggunaan pestisida sintetik yang produksinya, umur panen sawi relative pendek ,
merugikan perlu diminimalisir untuk mencegah sekitar 35 hari dan sawi sendiri memiliki rasa
dampak negatif yang berkelanjutan. Alternatif yang enak. Tanaman sawi memiliki kandungan
untuk mengurangi dan menggantikan vitamin K, A, C dan Eyang tinggi (Rukmana,
penggunaan pestisida sintetik adalah dengan 1994). Tanaman sawi memiliki umur panen yang
menggunakan pestisida nabati. Pestisisda nabati relatif singkat karena sawi dipanen sebelum fase
adalah pestisida yang bahan dasar pembuatannya generatif dan bagaian tanaman sawi yang
berasal dari tumbuhan. Tumbuhan sendiri memiliki nilai ekonomis tinggi adalah daunnya.
mempunyai senyawa-senyawa hasil metabolit Tanaman sawi juga sangat reaktif terhadap pupuk
sekunder dalam tubuhnya yang digunakan untuk dan pestisida. Namun dalam usaha peningkatan
mempertahankan diri terhadap organisme produksi tanaman seringkali dihadapkan adanya
pengganggu/predator. Bagian tumbuhan yaitu gangguan hama dan penyakit. Kerugian besar
daun, akar, dan batang diketahui memiliki bahkan kegagalan panen dapat terjadi bila
senyawa hasil metabolit sekunder seperti gangguan tersebut tidak diatasi dengan baik.
alkaloid, flavonoid, terpen dan sebagainya yang Dengan dikembangkannya pestisida
digunakan untuk melindungi tumbuhan terhadap nabati ini diharapkan petani dapat menggunakan
serangan hama dan penyakit. Pestisida nabati pestisida nabati untuk mengendalikan hama yang
sendiri aman dan ramah lingkungan karena aman dan ramah lingkungan. Kipahit (Tithonia
sifatnya yang mudah terurai sehingga tidak diversifolia (Hemsley) A. Gray lebih dikenal
Produktivitas dan Luas…..(Akhidah Desiliani) 311

masyarakat sebagai tanaman insulin. Tanaman ini Penelitian dilakukan di Green House
tersebar luas di Indonesia dan merupakan Kebun Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
tanaman semak yang mudah tumbuh. Bagian dari Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
tanaman kembang bulan yang dapat digunakan Yogyakarta pada bulan Januari – Maret 2018.
sebagai obat adalah daun, akar dan bunga, namun Tempat pengambilan hama Plutella xylostella
senyawa aktif sebagai pestisida nabati yang berada di tempat pertanian organik yaitu di CV.
terdapat pada bagian daun kembang bulan lebih TOM (Tanaman Organik Merapi) di Balangan,
banyak dibandingkan senyawa pada bagian akar Wukirsari, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
dan bunga. Daun kembang bulan mengandung Target/Subjek Penelitian
senyawa alkaloid, tanin, flavonoid, terpenoid dan Pengambilan Sampel dan Populasi
saponin sedangkan pada bunga hanya sawidiambil sejumlah 15 benih sawi yang telah di
mengandung senyawa saponin, flavonoid dan semai terlebih dahulu dan Larva Plutella
diterpenes, dan pada bagian akar hanya xylostella (ciri-ciri: berwarna hijau, panjang: 4-6
mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid mm, dan lebar 0,5-1 mm ) dikumpulkan dari
sehingga dapat disimpulkan bahwa senyawa yang perkebunan sawi di tempat pertanian organik
berpotensi sebagai pestisida nabati terbanyak yaitu di CV. TOM (Tanaman Organik Merapi) di
pada bagian daun (Odeyemi, 2014). Di samping Balangan, Wukirsari, Cangkringan, Sleman,
itu, kipahit dilaporkan mempunyai sifat anti Yogyakarta. Pengambilan sampel daun kipahit
makan (antifeedant) pada serangga sehingga diambil dari wilayah Godean, Sleman,
menghambat perkembangan dan memutus siklus Yogyakarta.
hidup serangga tersebut (Rahayu 2007; Ambrosio
et al. 2008:2052). Laporan lain menyebutkan Prosedur
bahwa Kipahit juga menunjukkan aktivitas
Rancangan penelitian ini disusun
sebagai anti bakteri, anti protozoa dan telah
berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dicoba secara tradisional sebagai bahan pestisida
yang terdiri atas lima perlakuan variasi dosis daun
alami untuk mengusir hama pertanian, belalang,
kipahit (Tithonia diversifolia) dan masing-masing
dan kutu dengan hasil yang cukup efektif
dosis perlakuan terdiri dari tiga ulangan. Lima
(Sulistijowati & Gunawan 2001).
perlakuan variasi dosis air perasan daun kipahit
METODE PENELITIAN (Tithonia diversifolia) yaitu sebagai berikut:
Jenis Penelitian dosis 0%,10%, 15%, 20%, dan 25%.
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen yang terdiri dari lima perlakuan dosis Teknik Pengumpulan Data
Persentase mortalitas larva dihitung dengan
air perasan daun kipahit sebagai pestisida nabati.
rumus :
Penelitian dilakukan dengan tiga kali ulangan.
M = x 100%

Waktu dan Tempat Penelitian Keterangan:


312 Jurnal Prodi Biologi Vol 7No 5 Tahun 2018

M = Persentase mortalitas
a = Jumlah hama yang mati
N = Jumlah hama yang diinfeksikan
Sedangkan Persentase larva yang menjadi pupa
dihitung dengan rumus :
P = x 100%

Keterangan:
P = Persentase pupa Gambar 1. Diagram Mortalitas Larva Instar III
p = Jumlah larva yang menjadi pupa Plutella xylostella
N= Jumlah larva yang diinfeksikan
Berdasarkan penelitian konsentrasi 20%
mampu mematikan larva instar III Plutella
Teknik Analisis Data
xylostella sebanyak 80% dan konsentrasi 25%
Analisis data yang digunakan adalah
dapat mematikan larva sebanyak 93.33%.
analisis One Way ANOVA (Analysis of Variance)
Berdasarkan teori yang disebutkan oleh Munfrod
untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Apabila
dan Norton (1981; Permana, dkk. 2016: 5), suatu
hasil uji ANOVA menunjukkan adanya pengaruh
insektisida dikatakan efektif apabila mampu
atau berbeda nyata dilanjutkan dengan uji DMRT
mematikan minimal 80% serangga uji. Mortalitas
(Duncan Multiple Range Test) dengan taraf nyata
Larva Instar III Plutella xylostella terlihat bahwa
5% untuk mengetahui perbedaan dari masing-
larva banyak yang mati pada pemberian dosis
masing kelompok perlakuan.
yang tinggi, yakni pemeberian dosis sebanyak
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
20% dan 25%.
1. Pengaruh Pemberian Air Perasan Daun
Kipahit (Tithonia diversifolia) terhadap Dari pengamatan yang telah dilakukan
Mortalitas Hama Plutella xylostella pada
bahwa banyaknya larva yang mati pada
Tanaman Sawi (Brassica juncea)
Berdasarkan penelitian yang telah pengamatan kedua, yakni setelah dilakukan

dilakukan menunjukkan bahwa semakin tinggi penyemprotan sebanyak dua kali. Pemberian air

dosis pestisida nabati yang diberikan perasan daun kipahit sebagai pestisida nabati

menunjukkan hasil mortalitas yang juga tinggi mengandung bahan aktif yang dapat mematikan

(gambar 1). Hal tersebut dikarenakan pemberian hama. Hal tersebut diungkapkan oleh M Syakir

air perasan dau kipahit yang mengandung bahan (2011:11) daun kipahit termasuk golongan

aktif seperti terpen, glikosida, saponin, alkaloid penekan populasi karena mengandung terpen,

dan flavonoid. Dosis optimal pemberian pestisida glikosida, saponin, alkaloid dan flavonoid.

nabati adalah 25%. Penelitian uji perasan air daun Hasil pengamatan dianalisis dengan
kipahit menunjukkan adanya perbedaan jumlah menggunakan uji anova satu arah, hasilnya
mortalitas larva instar III Plutella xylostella yang pada mortalitas menunjukkan bahwa p- value
diinfeksikan pada tanaman sawi. sebesar 0,000 (α< 0.05) sehingga Ho ditolak.
Produktivitas dan Luas…..(Akhidah Desiliani) 313

Nilai signifikasi yang lebih kecil dibandingkan 2. Pengaruh Pemberian Air Perasan Daun
Kipahit (Tithonia diversifolia) terhadap
dengan taraf nilai kesalahan 0.05 artinya
Jumlah Pupa pada Tanaman Sawi (Brassica
terdapat pengaruh kadar air perasan daun kipahit juncea)
Berdasarkan hasil pengamatan
(Tithonia diversifolia) terhadap mortalitas
pembentukan larva instar III menjadi pupa,
Plutella xylostella. Kemudian dilanjutkan dengan
berkaitan erat dengan jumlah atau rerata
analisis uji Duncan untuk melihat perlakuan mana
mortalitas larva, karena pupa yang terbentuk
yang paling signifikan. Hasil analisis uji Duncan
adalah larva yang tidak mati selama pengamatan.
ditampilkan pada tabel 1.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan semakin
Tabel 1. Uji Duncan mortalitas larva tinggi dosis yang diberikan maka semakin rendah
Duncan
Konsentrasi N Subset for alpha = 0.05 jumlah pupa yang terbentuk. Hasil pengamatan
1 2 3
0% 3 .0000a
disajikan pada gambar 2.
10% 3 2.3333b
15% 3 3.6667bc 3.6667c
20% 3 4.0000d
25% 3 4.6667d
Sig. 1.000 .061 .162
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 1


menunjukkan pengaruh pemberian air perasan
daun kipahit sebagai pengendalai hama Plutella
xylostella pada tanaman sawi pada dosis 15%
menunjukkan hasil pengaruh yang tidak berbeda Gambar 2. Diagram Jumlah Pupa
nyata. Pada dosis 20% dan dosis 25% mempunyai Pada perlakuan dosis 20% dan 25% tidak
pengaruh yang sama terhadap tingkat mortalitas terjadi pembentukan pupa dikarenakan larva
hama Plutella xylostella. Hasil penelitian juga sudah mati setelah dilakukan penyemprotan dua
menunjukkan nilai probabilitas pada subset ke 2 kali dengan air perasan daun kipahit.
menghasilkan nilai sig 0.061, nilai tersebut lebih Menurut Setiani (2009), stadium larva
besar dari 0.05 artinya pada konsentrasi 10% dan menjadi pupa berlangsung selama 9-14 hari,
15% menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda namun pada penelitian yang dilakukan larva yang
nyata. Begitu pula pad subset ke 3 memberikan masih hidup bermetamorfosis selama 8 hari.
hasil nilai sig 0.162, nilai tersebut lebih besar dari Artinya terjadi pemendekan umur pupa selama 8
0.05 artinya pada konsentrasi 20% dan 25% hari. Terjadi pemendekan siklus pada
menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata. pembentukan pupa tersebut. Hal tersebut
berkaitan dengan jumlah mortalitas larva Instar
III Plutella xylostella yang meningkat sejalan
dengan kenaikan dosis. Semakin tinggi dosis
314 Jurnal Prodi Biologi Vol 7No 5 Tahun 2018

yang diberikan maka jumlah mortalitas semakin menyebabkan gangguan aktivitas memakan pada
tinggi. Semakin tinggi dosis air perasan yang larva Plutella xylostella, Tingkat kerusakan yang
diberikan maka jumlah pupa semakin sedikit. diakibatkan oleh larva Plutella xylostella pada
Waktu pemendekan siklus hidup hama Plutella dosis 0% sebesar 80%. Tingkat kerusakan
xylostella bisa dimungkinkan karena akumulasi berkurang seiring dengan peningkatan dosis air
zat toksik dalam tubuh ulat yang menyebabkan perasan daun kipahit yang diperlakukan. Hal
hama berhenti makan sehingga menjadi pupa. tersebut berkaitan dengan adanya bahan aktif
Dengan terjadinya pemendekan siklus ini, maka terpen, saponin, flavonoid, alkaloid yang semakin
konsusmsi hama pada tanaman akan menurun. tinggi dosis maka semakin besar jumlah bahan
Tujuan utama penggunaan bioinsektisida selain aktif yang terdapat pada air perasan daun kipahit.
mematikan hama adalah mengurangi tingkat Kandungan air perasan daun kipahit memberikan
konsumsi hama pada tanaman infeksinya, pengaruh pada larva Plutella xylostella sehingga
sehingga mengurangi kegagalan produksi. pencernaan larva terganggu akibat kandungan
3. Pengaruh Pemberian Air Perasan Daun racun cerna yang terdapat pada air perasan daun
Kipahit (Tithonia diversifolia) terhadap
kipahit. Larva kemudian tidak dapat mengenali
Kerusakan Tanaman Sawi (Brassica juncea)
daun sawisebagai makanannya karena daun
Berdasarkan pengamatan yang telah sawitersebut sudah terpapar air perasan daun
dilakukan terhadap tanaman sawipada berbagai kipahit. Larva kemudian tidak makan, lalu
dosis air perasan daun kipahit , tidak ada tubuhnya merasa lemas dan akhirnya mati.
perubahan kondisi tanaman akibat pengaruh Banyaknya larva yang mati mengakibatkan tidak
penyemprotan air perasan daun kipahit. Hal ini terjadinya kerusakan pada daun sawi.
berarti pemberian air perasan daun kipahit yang Penggunaan pestisida nabati dari air
diaplikasikan pada tanaman sawitidak perasan daun kipahit berdasarkan hasil
mempengaruhi tanaman sawi. pengamatan tidak mempengaruhi kondisi fisik
Kerusakan pada tanaman sawi diakibatkan tanaman sawi. Pemberian air perasan daun kipahit
karena daun sawiyang dimakan oleh larva dapat menekan serangan dan aktivitas larva
Plutella xylostella. Setelah dilakukan Plutella xylostella pada tanaman sawi sehingga
penyemprotan air perasan daun kipahit pada dampak keruskan dapat berkurang. Air perasan
tanaman sawi dengan dosis yang berbeda yakni daun kipahit aman digunakan pada tanaman sawi,
0%, 10%, 15%, 20%, dan 25%, intensitas makan serta ramah lingkungan. Air perasan daun kipahit
larva berkurang karena bahan aktif yang juga tidak mengandung jumlah zat berbahaya,
terkandung di dalam daun kipahit. karena sifatnya yang mudah terdegradasi. Hal ini
Berdasarkan hasil penelitian yang telah sesuai dengan pernyataan Tjokronegoro (1987)
dilakukan tingkat kerusakan paling tinggi terjadi bahwa penggunaan pestisida nabati memiliki
pada dosis 0% karena tidak ada kandungan air beberapa keuntungan, antara lain mempunyai
perasan daun kipahit dalam penyemprotan yang tingkat keamanan yang lebih tinggi apabila
Produktivitas dan Luas…..(Akhidah Desiliani) 315

dibandingkan dengan racun senyawa anorganik dengan tanaman lain yang juga memiliki
karena susunan molekulnya sebagian besar terdiri bahan aktif yang berpotensi sebagai
dari karbon, nitrogen, oksigen, dan hydrogen pengendali hama.
yang mudah terurai menjadi senyawa-senyawa 2. Peneliti dapat mengembangkan hasil dari
yang tidak membahayakan lingkungan. pembuatan air perasan daun kipahit dengan
menggunakan teknologi terbaru untuk
SIMPULAN DAN SARAN
membuat suatu ekstrak dalam kemasan
Simpulan
praktis sehingga mudah digunakan oleh
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan masyarakat.
yaitu pengaruh pemberian air perasan daun 3. Penelitian ini diharapkan dapat
kipahit (Thitonia diversifolia) sebagai pestisida dikembangkan kepada masyarakat sehingga
nabati pengendalian hama Plutella xylostella masyarakat dapat membuat suatu pengendali
pada tanaman sawi (Brassica juncea) yakni hama alami dengan tahapan dan dosis yang
1. Berpengaruh terhadap mortalitas hama sesuai berdasarkan penelitian ini.
Plutella xylostella dan semakin tinggi dosis 4. Hasil penelitian diharapkan mampu
yang digunakan dalam pembuatan air perasan diterapkan bukan hanya diterapkan dalam
daun kipahit, maka semakin semakin rendah skala lab.
jumlah pupa yang terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA
2. Jumlah pupa terbanyak pada dosis yang
rendah karena larva yang menjadi pupa De Roos AJ, Zahm SH, Cantor KP, Weisenburger
adalah larva yang belum mati. DD, Holmes FF., Burmeister L F, Blair A.
2003. Integrative assessment of multiple
3. Semakin tinggi dosis yang diberikan pada pesticides as risk factors for non-
tanaman sawi maka semakin rendah tingkat Hodgkin’s lymphoma among men.
Occupation Environment Medic. 60:e11.
kerusakan pada tanaman sawi yang terjadi.
Tingginya kandungan air perasan daun Djojosumarto, Panut. 2008. Teknik Aplikasi
Pestisida Pertanian. Yogyakarta:
kipahit menyebabkan laktivitas larva Kanisius.
terganggu sehingga tidak dapat memakan
Muhammad, Syakir. 2011. Status Penelitian
daun sawi dan tingkat kerusakan rendah. Pestisida Nabati. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Perkebunan.
Saran Badan Litbang Pertanian. Dalam Seminar
Nasional Pestisida Nabati IV pada 15
1. Hasil penelitian ini memberikan informasi
Oktober 2011. Jakarta. Hal 9-18.
mengenai manfaat daun tanaman kipahit
Odeyemi, A. T. 2014. Antibacterial Activities of
(Thitonia diversila) sebagai suatu pestisida
Crude Extracts of Tithonia diversifolia
nabati pengendali hama Plutella xylostella Against Common Environmental
Pathogenic Bacteria. Inter J Scient Tech.
yang aman digunakan bagi tanaman dan
20(4):1421-1426.
lingkungannya. Penelitian lebih lanjut dapat
Permana, dkk. 2016. “ Studi Analisis Ekonomi
menggunakan kombinasi antara daun kipahit
pada Pengelolaan Air Waduk Sempor”.
316 Jurnal Prodi Biologi Vol 7No 5 Tahun 2018

Dinamika Rekayasa, Vol. 12 No. 1 pp. Bandung


15-24.
Wardhana AH. 2006. Chrysomya bezziana, the
Rahayu. 1994. Pengaruh ekstrak daun paitan cause of myiasis on animal and human,
(Tithonia diversifolia) terhadap Problem and control. Wartazoa.16:146-
mortalitas larvae Aedes aegypti Instar III 159.
(skripsi S1). [Malang (Indonesia)]:
Universitas Islam Negeri.

Rukmana, R. 2007. Bertanam Petsai dan Sawi.


Yogyakarta: Kanisius

Sulistijowati, A. & D. Gunawan. 2001. Efek


Ekstrak Daun Kembang Bulan (Tithonia
diversifolia A. Gray) Terhadap Candida
albicans serta Profil Kromatografinya.
Cermin Dunia Kedokteran. 130: 32-36. .

Tjokronegoro, R.K. 1987. Studi Kimiawi


Senyawa-senyawa Bioaktif Asal
Tumbuhan di Indonesia terhadap
Serangga. Isertasi Universitas Padjajaran:

Anda mungkin juga menyukai