Anda di halaman 1dari 18

Tingkatan Islam

Di dalam hadits tersebut, ketika Rosululloh ditanya tentang Islam beliau menjawab, “Islam
itu engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan (yang haq) selain Alloh dan bahwasanya
Muhammad adalah utusan Alloh, engkau dirikan sholat, tunaikan zakat, berpuasa romadhon
dan berhaji ke Baitulloh jika engkau mampu untuk menempuh perjalanan ke sana”. Syaikh
Ibnu Utsaimin menjelaskan: Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini ialah bahwa
Islam itu terdiri dari 5 rukun (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 14). Jadi Islam yang dimaksud disini
adalah amalan-amalan lahiriyah yang meliputi syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji.

Tingkatan Iman

Selanjutnya Nabi ditanya mengenai iman. Beliau bersabda, “Iman itu ialah engkau beriman
kepada Alloh, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rosul-Nya, hari akhir dan engkau
beriman terhadap qodho’ dan qodar; yang baik maupun yang buruk”. Jadi Iman yang
dimaksud disini mencakup perkara-perkara batiniyah yang ada di dalam hati. Syaikh Ibnu
‘Utsaimin mengatakan: Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini adalah pembedaan
antara islam dan iman, ini terjadi apabila kedua-duanya disebutkan secara bersama-sama,
maka ketika itu islam ditafsirkan dengan amalan-amalan anggota badan sedangkan iman
ditafsirkan dengan amalan-amalan hati, akan tetapi bila sebutkan secara mutlak salah
satunya (islam saja atau iman saja) maka sudah mencakup yang lainnya. Seperti dalam
firman Alloh Ta’ala, “Dan Aku telah ridho Islam menjadi agama kalian.” (Al Ma’idah : 3) maka
kata Islam di sini sudah mencakup islam dan iman… (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 17).

Tingkatan Ihsan

Nabi juga ditanya oleh Jibril tentang ihsan. Nabi bersabda, “Yaitu engkau beribadah kepada
Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila kamu tidak bisa (beribadah seolah-olah)
melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”. Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan:
Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini adalah penjelasan tentang ihsan yaitu
seorang manusia menyembah Robbnya dengan ibadah yang dipenuhi rasa harap dan
keinginan, seolah-olah dia melihat-Nya sehingga diapun sangat ingin sampai kepada-Nya,
dan ini adalah derajat ihsan yang paling sempurna. Tapi bila dia tidak bisa mencapai kondisi
semacam ini maka hendaknya dia berada di derajat kedua yaitu: menyembah kepada Alloh
dengan ibadah yang dipenuhi rasa takut dan cemas dari tertimpa siksa-Nya, oleh karena
itulah Nabi bersabda, “Jika kamu tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu”
artinya jika kamu tidak mampu menyembah-Nya seolah-olah kamu melihat-Nya maka
sesungguhnya Dia melihatmu.” (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 21). Jadi tingkatan ihsan ini
mencakup perkara lahir maupun batin.

1. Pendidikan formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada


umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

2. Pendidikan nonformal

a. Pengertian

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal paling banyak
terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman Pendidikan Al
Quran,yang banyak terdapat di Masjid dan Sekolah Minggu, yang terdapat di semua Gereja.
Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan belajar dan
sebagainya.

b. Sasaran

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan


pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan
formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

c. Fungsi
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan
pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional.

d. Jenis

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja.

Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang
ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim,
sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik.

3. Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. Hasil pendidikan
informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus
ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Alasan pemerintah mengagas pendidikan informal adalah:

• Pendidikan dimulai dari keluarga

• Informal diundangkan juga karena untuk mencapai tujuan pendidikan nasonal dimulai
dari keluarga

• Homeschooling: pendidikan formal tapi dilaksanakan secara informal.

• Anak harus dididik dari lahir

Pendidikan formal

Pendidikan non-formal

Pendidikan informal
- Tempat pembelajaran di gedung sekolah.

- Ada persyaratan khusus untuk menjadi peserta didik.

- Kurikulumnya jelas.

- Materi pembelajaran bersifat akademis.

- Proses pendidikannya memakan waktu yang lama

- Ada ujian formal

- Penyelenggara pendidikan adalah pemerintah atau swasta.

- Tenaga pengajar memiliki klasifikasi tertentu.

- Diselenggarakan dengan administrasi yang seragam

- Tempat pembelajarannya bisa di luar gedung

- Kadang tidak ada persyaratan khusus.

- Umumnya tidak memiliki jenjang yang jelas.

- Adanya program tertentu yang khusus hendak ditangani.

- Bersifat praktis dan khusus.

- Pendidikannya berlangsung singkat

- Terkadang ada ujian

- Dapat dilakukan oleh pemerintah atau swasta

DEFINISI DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM


Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan
dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.

Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu
belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian
dengan segala aspek yang dicakupnya.

Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap


pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan keahlian.

Pengertian pendidikan secara umum yang dihubungkan dengan Islam—sebagai suatu system
keagamaan—menimbulkan pengertian-pengertian baru, yang secara implicit menjelaskan
karakteristik-karakteristik yang dimilikinya.

Pengertian pendidikan islam

Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inheren dengan
konotasi istilah “tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib” yang harus dipahami secara bersama-sama.
Ketiga istilah ini mengandung makna yang mendalam menyangkut manusia dan masyarakat
serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain.
Istilah-istilah itu pula sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan Islam: informal, formal
dan non formal.

Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi
muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang
diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.

Dari berbagai literatur terdapat berbagi macam pengertian pendidikan Islam. Menurut
Athiyah Al-Abrasy, pendidikan Islam adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan
sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya,
pola pikirnya teratur dengan rapi, perasaannya halus, profesiaonal dalam bekerja dan manis
tutur sapanya.

Sedang Ahmad D. Marimba memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah


bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

Sedangkan menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, pendidikan adalah suatu proses
penamaan sesuatu ke dalam diri manusia mengacu kepada metode dan sistem penamaan
secara bertahap, dan kepada manusia penerima proses dan kandungan pendidikan
tersebut.1

Dari definisi dan pengertian itu ada tiga unsur yang membentuk pendidikan yaitu adanya
proses, kandungan, dan penerima. Kemudian disimpulkan lebih lanjut yaitu ” sesuatu yang
secara bertahap ditanamkan ke dalam diri manusia”.

Jadi definisi pendidikan Islam adalah, pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-
angsur ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang tempattempat yang tepat dari segala
sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan
pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian. Jadi
pendidikan ini hanyalah untuk manusia saja.

Kembali kepada definisi pendidikan Islam yang menurut Al-Attas diperuntutukan untuk
manusia saja. menurutnya pendidikan Islam dimasukkan dalam At-ta’dib, karena istilah ini
paling tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian pendidikan itu, sementara istilah
tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini mancakup juga pendidikan kepada
hewan. Menurut Al-Attas Adabun berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa
pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hierarkis sesuai dengan beberapa tingkat
dan tingkatan derajat mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya
dengan hakikat itu serta dengan kepastian dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun
rohaniah seseorang.

Dari pengertian Al-Attas tersebut dibutuhkan pemahaman yang mendalam, arti dari
pengertian itu adalah, “pengenalan” adalah menemukan tempat yang tepat sehubungan
denagn apa yang dikenali, sedangkan “pengakuan” merupakan tindakan yang bertalian
dengan pengenalan tadi. Pengenalan tanpa pengakuan adalah kecongkakan, dan pengakuan
tanpa penge
HUBUNGAN ANTARA AQIDAH DAN SYARI’AT

Oleh

Ustadz Abu Ismail Muslim Atsari

Termasuk perkara yang secara pasti telah diketahui dalam agama Islam, bahwa din (agama
Islam) meliputi ‘aqidah dan syari’at, ilmu dan amal. Keduanya merupakan kesatuan.
Memisahkan di antara keduanya merupakan kesesatan yang nyata.

MAKNA AQIDAH

Secara bahasa, ‘aqidah berasal dari kata al ‘aqdu. Artinya: mengikat, memutuskan,
menguatkan, mengokohkan, keyakinan, dan kepastian [1]. Adapun secara istilah, ‘aqidah
memiliki makna umum dan khusus. [2]

Makna ‘aqidah secara umum adalah, keyakinan kuat yang tidak ada keraguan bagi orang
yang meyakininya, baik keyakinan itu haq ataupun batil.

Sedangkan ‘aqidah dengan makna khusus adalah, ‘aqidah Islam, yaitu: pokok-pokok agama
dan hukum-hukum yang pasti, yang berupa keimanan kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, para nabi-Nya, hari akhir, serta beriman kepada takdir yang baik dan yang
buruk, serta perkara lainnya yang diberitakan oleh Allah di dalam al Qur`an dan oleh Rasul-
Nya di dalam hadits-hadits yang shahih. Termasuk ‘aqidah Islam, yaitu kewajiban-kewajiban
agama dan hukum-hukumnya yang pasti. Semuanya itu wajib diyakini dengan tanpa
keraguan.
MAKNA SYARI’AT [3]

Secara bahasa, syari’at berasal dari kata asy-syar’u. Yang memiliki arti: membuat jalan,
penjelasan, tempat yang didatangi, dan jalan. Adapun secara istilah, syari’at memiliki makna
umum dan khusus.

Makna syari’at secara umum ialah, agama yang telah dibuat oleh Allah, mencakup ‘aqidah
(keyakinan) dan hukum-hukumnya. Sebagaimana tersebut dalam firman Allah Ta’ala:

‫ص ْينَا بِ ِه إِب َْرا ِهي َم َو ُمو َس ٰى َو ِعي َس ٰى ۖ أَ ْن أَقِي ُموا‬ َ ‫ِّين َما َوص َّٰى بِ ِه نُوحًا َوالَّ ِذي أَوْ َح ْينَا إِلَ ْي‬
َّ ‫ك َو َما َو‬ ِ ‫َش َر َع لَ ُكم ِّمنَ الد‬
َ َ ‫هَّللا‬ َ ْ ْ َ ُ
ُ‫ال ِّدينَ َواَل تَتَفَ َّرقوا فِي ِه ۚ َكبُ َر َعلى ال ُمش ِر ِكينَ َما تَ ْدعُوهُ ْم إِل ْي ِه ۚ ُ يَجْ تَبِي إِل ْي ِه َمن يَ َشا ُء َويَ ْه ِدي إِل ْي ِه َمن يُنِيب‬
٤٢:١٣

“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada
Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan
kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah-
belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka
kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi
petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)”. [asy-Syura/42:13].

Imam Abu Ja’far Ibnu Jarir ath-Thabari meriwayatkan dari as-Suddi tentang firman Allah
Ta’ala “Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh”, dia berkata: “(Maksudnya) yaitu agama semuanya (yakni semua bagian-
bagiannya, Pen.)”.

Dari Qatadah tentang firman Allah Ta’ala “Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang
agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh”, dia berkata: “Allah telah mengutus
Nuh ketika Dia mengutusnya dengan syari’at, dengan menghalalkan yang halal dan
mengharamkan yang haram”.[4]

Juga firmanNya:
٤٥:١٨ َ‫ك َعلَ ٰى َش ِري َع ٍة ِّمنَ اأْل َ ْم ِر فَاتَّبِ ْعهَا َواَل تَتَّبِ ْع أَ ْه َوا َء الَّ ِذينَ اَل يَ ْعلَ ُمون‬
َ ‫ثُ َّم َج َع ْلنَا‬

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at (peraturan) dari urusan (agama
itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak
mengetahui”. [al Jatsiyah/45:18].

Imam Ibnu Jarir berkata tentang ayat ini: “Allah Yang Maha Tinggi sebutanNya berkata
kepada NabiNya, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam,’Kemudian Kami jadikan kamu –
hai Muhammad- berada di atas suatu thariqah, sunnah, minhaj (tiga kata ini artinya jalan)
para rasul yang telah Kami perintahkan sebelummu’.”[5]

Imam Ibnu Katsir berkata tentang ayat ini: “Yaitu, ikutilah apa yang telah diwahyukan
kepadamu dari Rabb-mu (Penciptamu, Penguasamu), tidak ada yang berhak diibadahi
kecuali Dia, dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”.[6]

Imam asy-Syaukani dalam menjelaskan ayat ini, dia berkata:

Arti syari’at menurut bahasa Arab adalah, pendapat, agama, dan jalan yang terang. S

Arti syari’at menurut bahasa Arab adalah, pendapat, agama, dan jalan yang terang. Syari’at
juga berarti tempat air yang didatangi oleh para peminumnya. (Dalam bahasa Arab, jalan
disebut) syari’, karena ia merupakan jalan menuju tujuan. Adapun yang dimaksudkan syari’at
di sini -yakni menurut istilah agama- yaitu apa yang Allah syari’atkan (buat peraturan) yang
berupa agama, bentuk jama’nya adalah syaro-i’.

(Arti ayat ini) ialah, Kami telah menjadikan kamu –wahai Muhammad- berada di atas suatu
jalan yang jelas dari urusan (agama itu) yang akan mengantarkanmu menuju al haq. “Maka
ikutilah syari’at itu”, yaitu amalkanlah hukum-hukumnya pada umatmu. “Dan janganlah
kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”, terhadap tauhidullah dan
syari’a-syari’at-Nya untuk hamba-hamba-Nya, mereka adalah orang-orang kafir Quraisy dan
yang menyetujui mereka.[7]
Dari keterangan ini, jelaslah bahwa istilah syari’at pada ayat-ayat ini mencakup semua
bagian agama yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang berupa al haq
(kebenaran) dan al huda (petunjuk), dalam masalah ‘aqidah dan hukum-hukum.

Sedangkan makna syari’at secara khusus, yaitu peraturan yang dibuat oleh Allah yang
berupa hukum-hukum, perintah-perintah, dan larangan-larangan. Hal ini seperti firman Allah
Ta’ala:

‫لِ ُكلٍّ َج َع ْلنَا ِمن ُك ْم ِشرْ َعةً َو ِم ْنهَاجًا‬

“Untuk tiap-tiap umat di antara kamu (maksudnya, umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan umat-umat yang sebelumnya), Kami berikan syari’at (aturan) dan jalan yang
terang”. [al Maidah/5:48].

Telah diketahui bahwa maksud syari’at (aturan) dalam ayat ini adalah peraturan-peraturan,
bukan ‘aqidah. Karena ‘aqidah seluruh nabi semua sama, sedangkan peraturannya berbeda-
beda sesuai dengan keadaannya.[8]

Dengan demikian kita mengetahui, bahwa syari’at memiliki makna umum dan khusus. Jika
syari’at disebut sendiri, maka yang dimaksudkan adalah makna umum, yaitu agama Islam
secara keseluruhan. Sebaliknya, jika syari’at disebut bersama ‘aqidah, maka yang
dimaksudkan adalah makna khusus, yaitu hukum-hukum, perintah-perintah, dan larangan-
larangan dalam masalah agama yang bukan ‘aqidah (keyakinan).

HUBUNGAN ‘AQIDAH DENGAN SYARI’AT

Istilah ‘aqidah, jika disebut secara umum (sendirian), berarti menyangkut pokok-pokok dan
hukum-hukum syari’at dan keharusan dalam mengamalkannya. Sebagaimana istilah syari’at
jika disebut secara umum (sendirian), maka itu menyangkut perkara-perkara keimanan dan
pokok-pokok serta hukum-hukum syari’at yang pasti, yaitu ‘aqidah. Sebagaimana di atas
telah dijelaskan dari firman Allah Ta’ala:
َ‫ِّين َما َوص َّٰى بِ ِه نُوحًا َوالَّ ِذي أَوْ َح ْينَا إِلَ ْيك‬
ِ ‫َش َر َع لَ ُكم ِّمنَ الد‬

“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada
Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu”. [asy-Syura/42:13]

Dengan demikian, maka ‘aqidah dan syari’at merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Sebagaimana telah diketahui bahwa iman itu meliputi keyakinan dan amalan.
Keyakinan inilah yang disebut dengan ‘aqidah, dan amalan ini yang disebut syari’at. Sehingga
iman itu mencakup ‘aqidah dan syari’at, karena memang iman itu, jika disebutkan secara
mutlak (sendirian) maka ia mencakup keyakinan dan amalan, sebagaimana firman Allah
Ta’ala:

َ ِ‫يل هَّللا ِ ۚ أُو ٰلَئ‬


‫ك هُ ُم‬ ِ ِ‫إِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُونَ الَّ ِذينَ آ َمنُوا بِاهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه ثُ َّم لَ ْم يَرْ تَابُوا َو َجاهَدُوا بِأ َ ْم َوالِ ِه ْم َوأَنفُ ِس ِه ْم فِي َسب‬
٤٩:١٥ َ‫الصَّا ِدقُون‬

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman)
kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang
benar”. [al Hujurat/49:15].

Juga fimanNya:

٨:٢ َ‫ت َعلَ ْي ِه ْم آيَاتُهُ زَ ا َد ْتهُ ْم إِي َمانًا َو َعلَ ٰى َربِّ ِه ْم يَت ََو َّكلُون‬ ْ َ‫إِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُونَ الَّ ِذينَ إِ َذا ُذ ِك َر هَّللا ُ َو ِجل‬
ْ َ‫ت قُلُوبُهُ ْم َوإِ َذا تُلِي‬

َّ ‫الَّ ِذينَ يُقِي ُمونَ ال‬


٨:٣ َ‫صاَل ةَ َو ِم َّما َرزَ ْقنَاهُ ْم يُنفِقُون‬

‫أُول‬
HAKIKAT METAFISIKA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN

Metafisika merupakan cabang filsafat yang mencoba menjelajahi dunia rohani atau alam
ghaib yang menurtu Islam. Harus di yakini kebenarana oleh setiap muslim seperti Tuhan,
Malaikat, roh, alam barzah, surga dan neraka. Namun tentu saja tidak, kepercayaan pada
yang ghaib tersebut tidak bisa diajarkan secara dogmatis belaka, melainkan harus
disampaikan melalui argumen-argumen rasional yang rupanya telah menjadi tuntutan
zaman, melalui logis dan sistematis.

Sebenarnya disiplin filsafat metafisika telah ada semenjak zaman yunani kuno. Mulai dari
filosofis Aristoteles (284-322SM) aristoteles pernah memakai istilah metafisika. Aristoteles
metafisika adalah sesuatu yang mengkaji hal-hal yang sifatnya diluar nalar manusia sebagai
pengembangan daya fikir manusia terhadap sumber ilmu pengetahuan.

Ilmu Metafisika memiliki tingkat keumuman yang tinggi, memang benar bahwa metafisika
mencakup ke arah pembicaraan tentang alam ghoib dan ketuhanan, akan tetapi itu hanya
dilihat dalam epistimologi khusus. Sedangkan dalam keutamaan metafisika dalam
epistimologi umum ialah kajian ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan objektif fisik
seperti manusia, hewan, alam semesta, tumbuhan dan lain sebagainya

Ilmu Metafisika sudah banyak didefinisikan oleh para filsuf pada zaman Yunani sampai
posmodern. Tentu definisi yang dimaksud ialah dari metafisika sebenarnya. Berikut adalah
definisi merafisika mernurt para ahli :

1. Aristoteles: Metafisika adalah cabang filsafat yang mengkaji yang ada sebagai yang ada

2. Anton Bakker: Metafisika adalah cabang filsafat yang menyelidiki dan mengelar
gambaran umum tentang realitas yang berlaku.

3. Fredrick Sontag : Metafisika adalah filsafat pokok yang menelaah prinsip pertama

4. Van Peursen: Metafisika adalah bagian filsafat yang memusatkan perhatianya kepada
pertanyaan mengenai akar terdalam yang mendasari segala yang ada

5. Michael J.Loux: Metafisika adalah ilmu tentang kategori (Siswanto, 2004:7)


Dengan penjelasan para ahli diatas, maka penulis simpulkan bahwa Metafisika ialah cabang
ilmu yang mengkaji fenomena dengan mengunakan daya pikir objektif dalam pernyataan
yang mendasar terhadap ilmu yang berhubungan dengan non fisik.

Metafiisika hakikatnya berhubungan dari pengalaman yang berkaitan dengan indera, pikiran
dan perasaan manusia dalam melihat fenomena alam semesta serta isi-isinya. Akan tetapi,
pada kemajuan pradaban manusia serta daya pikir manusia yang visioner, ilmu metafisika
diartikan sebagai keilmuan yang ghaib (abstrak) yang tidak terlihat dasar keberadaanya.

Immanuel Kant (1724-1804) adalah filosofis besar duia. Menurunya manusia tidak akan
mampu mengendalikan dirinya sendiri. Manusia mengenai dirinya berdasarkan apa yang
nampak (baik secara empiris maupun dengan batin) (A. Heris Hermawan, 2013: 19).

Dalam pandangan dunia pendidikan ini, manusia sebagai ciptaan yang sempurna
dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainya. Manusia adalah makhluk rasional, manusia
bebas bertindak berdasarkan alasan moral, manusia bertindak bukan hanya untuk
kepentingan diri sendiri. Jadi, tatkala manusia akan bertindak ia mesti memiliki alasan
melakukan tindakan tersebut.

Fungsi pendidikan terhadap manusia tidak lain adalah memanusiakan manusia itu sendiri.
Dengan kata lain, manusia memiliki tangung jawab sebagai yang mahkluk yang diciptakan.
Melalui fungsi pendidikan, maka manusia akan mengetahui siapa yang menciptakan
manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan serta alam semesta.

Lembaga pendidikan merupakan wadah akademis yang melakukan pendekatan dalam aspek
intelektual, emosional dan spritual. Seharusnya memiliki visi dan misi dalam menekankan
semua aspek tersebut kepada tujuan pendidikan. Saat ini semua orang menyadari bahwa
kesuksesan manusia tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan Intelektual ataupun dengan
kecerdasan emosional, melainkan juga ditentukan oleh kecerdasan spiritual. Kecerdasan
intelektual diperoleh malalui akal, kecerdasan em

Fakultas Teknik Universitas Sunan Bonang Tuban

----------------------------------------
Ujian Tengah Semester

Pendidikan Agama Islam

----------------------------------------

Dosen : Drs.H.Marwan,SH,M.Hum. CPL.

Pertanyaan :

1. Jelaskan tentang IMAN,ISLAM dan IHSAN !

berikan contoh masing masing !

2. Bagaimana aplikasi pendidikan Agama Islam secara Informal, Formal,dan Non Formal !

3. Jelaskan secara umum dan secara khusus TUJUAN Pendidikan Agama Islam !

Berikan contoh !

4. Ruang lingkup Ajaran Islam adalah AQIDAH dan SYARIAH.

Apa perbedaan dan persamaan dua istilah diatas !

5. Bagaimana pandanganmu tentang Agama Islam dikaitkan dengan masalah METAFISIKA !

( Jawaban diketik rapi & dikirim lewat PDF melalui jaringan pribadi Dosen )
Penjelasan Dalil-Dalil Yang Menunjukan Bahwa Iman Dapat Bertambah dan Berkurang.

1. Dalil pertama:

Di dalamnya terdapat penetapan bertambahnya iman otang mukmin. Yaitu dengan


kesaksian mereka akan kebenaran nabi mereka, terbuktinya kabar berit yang dibawanya
sebagaimana yang tersebut dalam kitab-kitab samawi sebelumnya.

2. Dalil kedua:

Hadist ini menjelaskan bahwa iman terdiri darib cabang-cabang bermacam-macam, dan
setiap cabang adalah bagian dari iman yang keutamaannya berbeda-beda, yang paling tinggi
dan paling utama adalah ucapan “la ilaha illallah” kemudian cabang-cabang sesudahnya
secara berurutan dalam nilai dan fadhilahnya sampai pada cabang yang terakhir yaitu
menyingkirkan gangguan ditengah jalan.[3]

Hakikat Iman

Allah SWT. berfirman,“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang jika
disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-
ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian
dari rizki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benar-nya.”(Al-Anfal: 2-4).[4]

Dalam ayat diatas, Di dalamnya terdapat penetapan bertambahnya iman dengan


mendengarkan ayat-ayat Allah bagi orang-orang yang disafaati oleh Allah, yaitu mereka yang
jika disebut nama Allah tergeraklah rasa takut mereka sehingga mengharuskan mereka
menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya. Mereka itulah orang-orang yang
bertawakkal kepada allah. Mereka tidak mengharapkan selainnya, tidak menuju kecuali
kepadanya dan tidak mengadukan hajanya kecuali kepadanya. Mereka itu orang-orang yang
memiliki sifat selalu melaksanakan amal ibadah yang disyariatkan, seperti sholat dan zakat.
Mereka adalah orang-orang yang benar-benar beriman, dengan tercapainya hal-hal
tersebut, baik dalam i’tiqad maupun amal perbuatan.

Sedangkan dalam Islam sendiri jika membahas mengenai Iman tidak akan terlepas dari
adanya rukun Iman yang enam, yaitu:

1. Iman Kepada Allah

2. Iman Kepada Malaikat-Nya

3. Iman Kepada Kitab-Nya


4. Iman Kepada Rasul-Nya

5. Iman Kepada Qodho Dan Qodar

6. Iman Kepada Hari Akhir

Definisi Islam

Islam bersal dari kata as-salamu-as-salmu-danassilmu yang berarti: menyerahkan diri,


pasrah, tunduk, dan patuh.

Sedangkan islam menurut istilah yaitu sikap penyerahan diri (kepasrahan, ketundukan,
kepatuhan) seorang hamba kepada Tuhannya dengan senantiasa melaksanakan perintah-
Nya dan menjauhi larangan-Nya, demi mencapai kedamaian dan keselamatan hidup, di
dunia maupun di akhirat.[5]

· Hakikat islam

Islam merupakan agama terakhir dari syariat yang telah dirurunkan oleh Allah kepada rasul
sekaligus nabinya yang terakhir pula. Disini, eksistensi islam sebagai agama yang paling
benar tidak diragukan lagi adanya. Banyak kaum orientalis yang berusaha menyerang islam,
dengan mempelajari islam itu sendiri, dengan tujuan mencari celah untuk meruntuhkan
islam melalui kekurangan-kekurangan yang ada dalam islam. tapi apa yang terjadi, banyak
diantara mereka yang malah berbalik kiblat kemudian masuk islam tanpa ragu. Karena islam
merupakan agama yang sempurna, sekaligus sebagai penyempurna dari agama-agama
masawi yang terdahulu. Allah berfiman :

ِ ‫العل ُم بَغيًا بَينَهُم َۗو َمن يَكفُر بِـٔا ٰي‬


‫ت‬ ِ ‫ب إِاّل ِمن بَع ِد ما جا َءهُ ُم‬ ٰ ‫إن ال ّدينَ ِعن َد هَّللا ِ ا ِإل‬
َ ‫سل ُم ۗ َو َما اختَلَفَ الَّذينَ أوتُوا ال ِك ٰت‬ َّ
‫ب‬
ِ ‫الحسا‬ ِ ‫هَّللا ِ فَإ ِ َّن هَّللا َ َسري ُع‬

Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih
orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka,
karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat
Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

Islam juga diartikan sebagai Islam yang menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan-
Nya dengan suatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat yang difardhukan, berpuasa
di bulan ramadan dan haji. Berkaitan dengan Islam sebagai agama, maka tidak dapat
terlepas dari adanya unsur-unsur pembentuknya yaitu berupa rukun Islam, yaitu:

1. Membaca dua kalimat Syahadat

2. Mendirikan sholat lima waktu


3. Menunaikan zakat

4. Puasa Ramadhan

5. Haji ke Baitulloh jika mampu.[6]

· IHSAN

· Definisi Ihsan

Ihsan berasal dari kata Ahsana-Yuhsinu-Ihsaanan yang artinya “berbuat baik”. Sedangkan
pengertian Ihsan menurut istilah adalah menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya jika
tidak biasa demikian maka sesungguhnya Allah maha melihat. Maka Ihsan adalah ajaran
tentang penghayatan diri sebagai yang sedang menghadap Allah dan berada di kehadirat-
Nya ketika beribadah.

Ihsan adalah pendidikan atau latihan untuk mencapai dalam arti sesungguhnya. Ihsan di
analogkan sebagai bangunan Islam ( rukun Iman adalah pondasi dan rukun Islam adalah
bangunannya). Ihsan berfungsi sebagai pelindung bagi bangunan ke islaman seseorang. Jika
seseorang berbuat ihsan, maka amal-amal islam lainnya akan terpelihara dan tahan lama
dengan fungsinya sebagai atap bangunan.[7]

· PENERAPAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Ø Senantiasa berusaha untuk mentaati Allah SWT, baik melaksanakan perintah maupun
menjauhi larangan-Nya.

Ø Bersikap hati-hati dalam hidup ini, berusaha tidak melanggar hukum Allah SWT.
sebagaimana malaikat tidak maksiat kepada-Nya.[8]

Ø Berusaha menjaga kesucian kitab suci dan membelanya apabila ada pihak lain yang
meremehkan.

Ø Bersikap tawadu kepada Allah SWT. dan mengagungkan-Nya, misalnya membaca tasbih,
tahmid, dan takbir.[9]

Anda mungkin juga menyukai