Anda di halaman 1dari 18

Neurofibromatosis

Dari sekian banyak penyakit yang dapat menggangu otak salah satunya adalah
Neurofibromatosis. Neurofibromatosis adalalah kondisi genetis yang dapat menyebabkan
tumbuhnya tumor  pada seluruh bagian otak. Tumor otak merupakan pembengkakan karena
adanya pertumbuhan sel sel secara abnormal.  Pada penyakit Neurofibromatosis merupakan
tumor jikan dan tidak termasuk kanker. Terdapat dua jenis neurofibromatosis, yaitu
nerofibromatosis tipe 1 atau juga disebut NF1 dan neurofebromatosis tipe 2 atau NF2. Pada
Neurofibromatosis tipe 1 salah satu gejalanya adalah benjolan pada kulit pada wajah yang
sangat memperburuk penampilan. Penyebabnya utamanya adalah faktor genetis atau
keturunan. Untuk mengatasi terjadinya fibromatosis bisa dilakukan dengan cara operasi.
Untuk informasi lebih jelas silahkan lanjutkan membaca uraian berikut.1

Benjolan pada kulit akibat Neurofibromatosis (sumber:commons.wikimedia.org)

Neurofibroma adalah benjolan (tumor) yang berisi jaringan saraf dan bersifat jinak.
Neurofibromatosis (NF) atau disebut juga sindrom neurokutan (neuro = syaraf, kutan = kulit)
adalah suatu kelainan genetika pada system syaraf yang berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan jaringan syaraf. Kelainan ini bisa menjadi tumor dan menyebabkan
abnormalitas-abnormalitas terutama pada kulit dan tulang. Karena kelainan ini bisa tumbuh
menjadi tumor, maka NF dikategorikan sebagai tumor, yang disebut Neurofibroma. Ada 2
tipe NF, yaitu NF1 yang lebih umum dan “ringan” dan NF2 yang lebih jarang dan
tingkatannya bisa dikatakan parah.2 

Penyebab Terjadinya Penyakit Neurofibromatosis


Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa penyebab terjadinya Neuroofibromatosis
adalah faktor genetik. Dimana telah tejadi mutasi gen yang dikenal dengan NF1. NF1
merupakan gen yang berfungsi memproduksi protein yang mengatur pertumbuhan saraf. Pada
orang yang menderira Neurofibromatosis, gen NF1 yang mereka miliki mengalami
kerusakan, sehingga menyebabkan sel-sel yang memproduksi protein lengkap menjadi
kurang efektif  dalam menghambat  pertumbuhan jaringan tumor dan berkembang dalam
saraf.1
Gen NF1 memiliki sifat dominan, itu artinya bahwa neurofibromatosis dapat
dwariskan dari salah satu orang tua. Jika salah satu ibu atau ayah memiliki gen yang rusak,
ada satu dari dua kesempatan setiap anak yang mereka miliki akan akan menderita
neurofibromatosis.1

Penyebab Neurofibroma pastinya karena adanya mutasi pada gen, ini terjadi pada
kedua tipe. Pada NF1, gen yang bermutasi ada di kromosom 17, sedangkan pada
Neurofibroma2 di kromosom 22. Penderita penyakit neurofibroma kebanyakan dari faktor
keturunan (dari kedua orangtuanya), namun sekitar 30% kasus ternyata penderita NF tidak
memiliki orang tua atau riwayat keluarga yang memiliki penyakit Neurofibroma pula.
Artinya penyakit ini mereka dapatkan karena tubuh mereka mengalami mutasi gen secara
individual dan tidak selalu bawaan lahir. Yang pasti tetap saja mereka yang menderita
Neurofibroma akibat mutasi gen individual, bisa menurunkan penyakit ini pada keturunannya
kelak.2

Penyakit neurofibroma memang mungkin bermutasi menjadi kanker, tapi tingkat


kejadiannya sangat kecil (3-5%). Penanganan penyakit ini lebih ke mengatasi gejala-
gejalanya. Misalnya, kemungkinan adanya abnormalitas pada pembentukan tulang dapat
diminimalisir jika penyakit ini bisa dideteksi saat penderita masih dalam usia pertumbuhan
(anak-anak). Tumor yang tumbuh juga bisa dibuang lewat operasi. Kecuali jika penyakit ini
telah meningkat menjadi kanker, maka pengobatannya seperti layaknya penyakit kanker.2

Komplikasi Neurofibromatosis

Komplikasi Neurofibromatosis diantaranya :

a. Kejadian penyakit neurofibroma dapat berulang.


b. Berbentuk kurang bagus, biasanya menggelayut (menarik ke bawah) kelopak mata,
hidung, mulut, dan sebagainya sehingga mungkin perlu konsultasi dengan dokter
bedah plastik untuk terapi lebih lanjut.
c. Terdapat kecenderungan untuk menjadi ganas.

Jenis Terapi Penyakit Neurofibromatosis

Jenis terapi penyakit neurofibroma diantaranya:

a. Umumnya dibiarkan jika tidak mengganggu.


b. Dilakukan pembedahan jika hanya ditemukan satu benjolan pada penyakit
neurofibroma.
c. Jika ditemukan banyak benjolan, diperlukan persipan lebih matang untuk
pembedahannya (eksisi paliatif), untuk menilai lebih lanjut saraf yang mungkin
terlibat.
d. Bila penyakit neurofibroma tidak mengenai serabut saraf besar, saraf yang
mengandung tumor biasanya dioperasi. Bila terkena serabut saraf besar maka, maka
tumor dipisahkan dari serabut saraf lalu kemudian diangkat atau dibiarkan bila tidak
ada keluhan.

Pengobatan Penyakit Neurofibromatosis

Pengobatan yang diambil secara umum adalah operasi. Namun untuk mengatasi
beberapa gejala yang ditimbulkan oleh adanya Neurofibromatosis, pengobatannya tergantung
dari beberapa gejala yang timbul. Seperti adanya tekanan darah tinggi, maka perawatan yang
bisa dilakukan ialah mengurangi jumlah gara dalam makanan, rajin berolah raga, menjaga
berat badan, serta menjauhi rokok serta minuman berakohol. Begitu juga dengan gejala
lainnya, gejala gejala tersebut memiliki penanganan secara khusus.3

Neurofibromatosis

Neurofibromatosis (NF) adalah penyakit syaraf yang diturunkan yang berefek pada
otak, sumsum tulang belakang, saraf dan kulit, tumor atau neurofibroma, berkembang
sepanjang saraf tubuh atau pada permukaan kulit dan dibawah kulit. Para ilmuwan
mengklasifikasi NF menjadi dua tipe yang berbeda yaitu neurofibromatosis tipe 1 (NF1) dan
tipe 2 (NF2). Penyakit NF1 pada awalnya disebut penyakit ”Recklinghausen's NF”, dimana
tipe NF1 ini tipe yang paling banyak dijumpai. Tipe ini ditemukan 1 kasus dari 4000
kelahiran bayi.Sedangkan NF2 yang menyebabkan ”bilateral acoustic NF”, sentral NF atau
vestibular NF, ditemukan kurang frekuensi kejadiannya yaitu sekitar 1 kasus dari 40.000
kelahiran bayi. Prevalensi kejadian NF1 dan NF2 dapat terjadi pada semua kelompok ras
yang berefek pada kedua jenis kelamin baik pria maupun wanita.Tumor dapat terjadi pada
sel saraf dan sel kulit. Tumor dapat membesar dan menekan bagian vital dari tubuh sehingga
dapat mengganggu sistem fisiologik tubuh.1
Etiologi

Neurofibromatosis dapat terjadi baik karena diturunkan dari orangtuanya maupun


produk dari mutasi genetik. Baik NF1 maupun NF2 terjadi karena gen abnormal yang
berbeda, mungkin diturunkan dari orangtuanya yang juga menderita NF atau mungkin
terjadinya mutasi didalam sel sperma atau sel telur. Penyakit NF adalah penyakit genetik
autosomal dominan, karena gen yang berlokasi pada pasangan kromosom autosomal. Gen
penyebab NF1 berlokasi pada kromosom no. 17, sedangkan gen penyebab NF2 berlokasi
pada kromosom no. 22. Anak mempunyai kemungkinan 50% mendapat keturunan gen
penyebab NF bilamana orangtuanya menderita NF. Tipe NF yang diturunkan kepada anaknya
akan sama dengan tipe NF dari orangtuanya. Baik NF1 maupun NF2 keduanya akan
diturunkan dengan kemungkinan 50%, perbedaannya adalah terjadinya keparahan dari
penyakit yang bersangkutan. Seseorang yang mempunyai gen NF dapat memproduksi dua
jenis sel reproduktiv yang berbeda yaitu: satu sel yang dapat menyebabkan anaknya
menderita NF dan sel lainnya menghasilkan anak normal. Bila anak normal tersebut setelah
dewasa menikah dengan orang mempunyai gen NF akan menghasilkan anak dengan empat
kombinasi yaitu: dua kombinasi menghasilkan anak dengan gen NF, dan dua kombinasi
lainnya menghasilkan anak normal.1

Gejala Penyakit Neurofibromatosis

Gejala Neurofibromatosis tipe 1 bisa terlihat pada kulit, mata, prilaku serta beberapa
kondisi lainnya. Pada kulit, pederita neurofibromatosis memiliki warna yang tampak pucat.
Selain itu, pada beberapa bagian kulit tubuh juga timbul bintik bintik kecil seperti pada area
pangkal paha, ketiak, dan dibawah payudara. Pada bagian bawah kulit juga akan timbul
benjolan yang disebut dengan neurofibroma. Pada umumnya neurofibroma tidaklah begitu
menyakitkan hanya saja sangat mengganggu penampilan.1

Sementara itu gejala yang terlihat pada mata adalah timbulnya gangguan pandangan,
dimana ketika ia memandang terhadap suatu benda, benda tersebut menjadi kabur,perbedaan
kemampuan melihat antara mata yang satu sengan mata yang lainnya, berkurangnya
kemampuan mata dan gangguan dalam melihat warna.1

Dalam berperilaku penderita neurofibromatosis juga menalami kelainan, dimana anak


yang menderita neurofibromatosis akan mengalami kesulitan dalam belajar. Akan tetapi hal
ini tidaklah terlalu parah, mereka biasanya hanya lebih rendah dari pada anak yang normal.1

Beberapa kondisi lainnya juga menjadi gejala dari adanya pengobatan


neurofibromatosis. Kondisi tersebut seperti adanya tekanya darah tinggi, gangguan tulang
seperti skoliosis serta migrain.1

Berikut adalah beberapa tanda dan gejala penyakit neurofibroma yang mungkin


timbul:

a. Ciri-ciri mereka yang menderita penyakit neurofibroma salah satunya adalah adanya


bercak-bercak coklat yang disebut ‘café-au-lait’ pada kulit. Gejala ini bisa terlihat
sejak usia kanak-kanak kira-kira diameter 1/4 inci. Jika bercak ini disertai dengan
adanya tumor di kulit atau di bawah kulit, dan nodul Lisch, yaitu tumor jinak yang
sangat kecil di iris (bagian hitam mata) maka bisa dipastikan orang tersebut
menderita neurofibroma, karena nodul Lisch hanya akan ada pada
penderita penyakit neurofibroma. Abnormalitas pada tulang, seperti penipisan atau
pertumbuhan berlebih dari tulang lengan atau tulang kaki bawah, tulang punggung
yang melengkung (scoliosis) atau abnormalitas pada tulang-tulang lain juga bisa
mengindikasikan adanya penyakit neurofibroma.
b. Penyakit neurofibroma dapat muncul di beberapa bagian tubuh, misalnya di bawah
kulit atau dapat timbul di tulang. Lokasi biasanya di badan, tangan, maupun kaki.
c. Benjolan di bawah kulit tumbuh secara lambat, kadang terasa nyeri atau seperti
terkena sengatan listrik.
d. Biasanya tidak menimbulkan gangguan saraf.
e. Kadang-kadang tertutup bercak-bercak kulit kehitaman (terkenal dengan istilah cafe-
au-lait spot)
f. Dapat muncul pada segala usia, biasanya timbul antara usia 20-30 tahun.
g. Jika diperiksa di bawah mikroskop, makan sel yang ditemukan berjenis sama dengan
sel saraf.

Bila anak menunjukkan gejala adanya bentuk fibroma paling tidak dua tonjolan pada
kulit perlu dicurigai sebagai gejala NF1. Pemeriksaan secara fisik dari dokter yang
berpengalaman dalam bidangnya bisanya mencurigai timbulnya penyakit ini. Dokter biasanya
langsung melakukan pemeriksaan untuk menentukan diagnosis dengan ”magnetic resonance
imaging” (MRI), sinar X, dan computerized tomography” (CT, scan), juga pemeriksaan darah
untuk mendeteksi kelainan genetik dari NF1. Untuk NF2, dokter akan serius memperhat ikan
bila pasiennya mengalami gangguan pendengaran. Uji kemampuan mendengar dan tes MRI
digunakan untuk melihat tumor yang ada didalam dan disekitar saraf auditori, sumsum tulang
belakang dan dalam otak. Uji respon audiometry dan auditori batang otak dapat mendeteksi
apakah delapan saraf berfungsi secara normal atau tidak. Begitu juga sejarah keturunan
penyakit NF2 dari kedua orangtuanya merupakan kunci utama dalam mendiagnosis penyakit.
Uji genetik juga digunakan untuk mendiagnosis NF1 dan NF2. Uji dilakukan sebelum
dilahirkan (prenatal) sangat mendukung untuk identifikasi seseorang yang mempunyai
sejarah gangguan keturunan, walaupun gejala belum terlihat. Tetapi uji genetik tersebut
belum dapat meramalkan mengenai terjadinya keparahan dari penyakit NF1 atau NF2. Uji
genetik dapat menganalisis secara langsung mengenai adanya mutasi gen atau analisis adanya
gangguan keturunan. Uji mutasi gen dapat untuk melihat perubahan genetik yang
menyebabkan penyakit NF, sedangkan uji gangguan keturunan sangat berguna bila pada uji
mutasi gen tidak menujukkan hasil yang memuaskan. Uji kelainan keturunan genetik yaitu uji
darah dari beberapa anggota keluarga dilakukan untuk menelusuri kromosom yang membawa
penyakit yang dapat diturunkan pada dua generasi atau lebih yang akan menderita penyakit
yang bersangkutan. Uji keturunan genetik dapat mencapai akurasi 90% untuk
mendeterminasi apakah individu pada keturunan tersebut menderita NF. Uji mutasi genetik
dapat menemukan akurasi sekitar 95% mutasi gen pada NF1, dan 65% pada NF2.4

Neurofibromatosis tipe 1:
Gejala NF1 sangat bervariasi untuk setiap individu. Gejala pada kulit sering terlihat
pada saat dilahirkan, selama masih bayi sampai anak umur sekitar 10 tahunan. Sejak umur 10
tahun sampai 15 tahun gejala mulai terlihat nyata.Gejala awal ditandai dengan adanya bintik
kecoklatan pada kulit, bintik putih kekuningan pada ketiak, dan terlihat nodulus (benjolan
kecil) pada lokasi daerah mata. Perubahan tersebut bila terjadi didaerah muka maka
menyebabkan penampilan yang buruk, sehingga menyebabkan stress psikologik pada
penderita. Bila neurofibroma tumbuh pada organ bagian dalam akan berefek pada organ
dalam yang terkena. Perubahan hormonal pada masa pubertas dan atau masa kehamilan
dapat menyebabkan peningkatan ukuran neurofibroma. Hampir 50% anak yang menderita
NF1 mengalami gangguan berbicara, gangguan dalam belajar, dan hiperaktif. Kurang dari
satu persen penderita NF1 dapat menderita tumor maligna dan memerlukan pengobatan
segera. Gejala NF1 yang memperlihatkan tumor pada kulit diseluruh tubuhnya. 4 Dari hal
tersebut maka gejala penyakit NF1 adalah sebagai berikut:
a. Adanya bintik kecoklatan pada permukaan kulit.
b. Adanya bentuk neurofibroma kecil dua atau lebih terdapat pada jaringan saraf,
dibawah kulit, atau padajaringan saraf lainnya.
c. Terlihat bintik kekuningan dibawah ketiak atau bagian siku dan bagian lipatan paha.
d. Terlihat perubahan warna kuning kecoklatan dan tonjolan pada bagian iris dari mata.
e. Timbul tumor didaerah saraf mata (glioma optika).
f. Terlihat benjolan yang cukup parah pada bagian tulang belakang (scoliosis).
g. Pembesaran dan malformasi pada bagian tulang lainnya terutama pada tulang
anggota gerak.

Pemeriksaan Fungsi Luhur


Gangguan kognitif dapat merupakan soft sign, gejala awal pada kanker otak,
khususnya pada tumor glioma derajat rendah,limfoma, atau metastasis. Fungsi kognitif juga
dapat mengalami gangguan baik melalui mekanisme langsung akibat destruksi jaras kognitif
oleh kanker otak, maupun mekanisme tidak langsung akibat terapi, seperti operasi,
kemoterapi, atau radioterapi. Oleh karena itu, pemeriksaan fungsi luhur berguna untuk
menjelaskan kesesuaian gangguan klinis denganfungsional kanker otak, serta mengevaluasi
pre-dan post tindakan (operasi, radioterapi dan kemoterapi). Bagi keluarga, penilaian fungsi
luhur akan sangat membantu dalam merawat pasien dan melakukan pendekatan.1
Pemeriksaan penunjang pemeriksaan laboratorium terutama untuk melihat keadaan umum
pasien dankesiapannya untuk terapi yang akan dijalani (bedah, radiasi, ataupun kemoterapi),
yaitu:
a. Darah lengkap.
b. Hemostasis.
c. LDH.
d. Fungsi hati, ginjal, gula darah.
e. Serologi hepatitis B dan C.
f. Elektrolit lengkap.

Pemeriksaan radiologis
Yang dilakukan dalam pemeriksaan radiologis yaitu :
a. CT Scan dengan kontras
b. MRI dengan kontras, MRS, DWI
c. PET CT (atas indikasi)

Pemeriksaan radiologi standar adalah CT scan dan MRI dengan kontras. CT scan
berguna untuk melihat adanya tumor pada langkah awal penegakkan diagnosis dan sangat
baik untuk melihat kalsifikasi, lesi erosi/destruksi pada tulang tengkorak. MRI dapat melihat
gambaran jaringan lunak dengan lebih jelas dan sangat baik untuk tumor infratentorial,
namun mempunyai keterbatasan dalam hal menilai kalsifikasi. Pemeriksaan fungsional MRI
seperti MRS sangat baik untuk menentukan daerah nekrosis dengan tumor yang masih viabel
sehingga baik digunakan sebagai penuntun biopsi serta untuk menyingkirkan diagnosis
banding, demikian juga pemeriksaan DWI. Pemeriksaan positron emission tomography
(PET) dapat berguna pascaterapi untuk membedakan antara tumor yang rekuren dan jaringan
nekrosis akibat radiasi.1

Pemeriksaan cairan serebrospinal


Dapat dilakukan pemeriksaan sitologi dan flowcytometry untuk menegakkan
diagnosis limfoma pada susunan saraf pusat atau kecurigaan metastasis 15 leptomeningeal
atau penyebaran kraniospinal, seperti ependimoma.1
.
Pemeriksaan Fisik

Tes grafis adalah bagian dari tes proyektif ilmu psikologi. Tes tersebut berkembang
sejak permulaan abad ke-20, meskipun pada dekade sebelumnya sudah terdapat berbagai
aplikasi grafologi berupa coretan manusia yang dapat diinterpretasikan. Ts grafis dapat
digunakan untuk menilai kemampuan intelektual, kepribadian, status emosi, dan perasaan
terhadap orang- orang penting dalam kehidupan seseorang. Terdapat beberapa tipe tes grafis,
namun yang sering digunakan di Indonesia adalah house-treperson (HTP). Berdasarkan hasil
tes grafis disimpulkan bahwa pasien perlu diberikan bimbingan dan konseling dari bagian
psikiatri terkait kondisi penyakit tersebut. Demikian juga untuk ayah dan ibu pasien
disimpulkan bahwa perlu dilakukan bimbingan dan konseling dari bagian psikiatri terkait
kondisi penyakit pada anaknya, karena akan mempengaruhi pola asuh terhadap pasien.5

1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Klien merasa nyeri pada bagian anggota tubuhnya, salah satunya di bagian kepala
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Kondisi pasien terlihat lesu, pucat, tampak gelisah, mengeluh pusing, dan
merasakan nyeri
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, tidak pernah menjalani
operasi, tidak ada riwayat serius/ menular selama 6 bulan terakhir.
d. Riwayat Alergi
Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan maupun obat- obatan.
e. Pengkajian Fisik
a) Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
 Klien mengatakan aktivitasnya terbatas, saat igin melakukan aktivitas
anggota tubuhnya sulit digerakkan karenatimbul rasa nyeri yang
terdapat di luka
 Klien mengalami hambatan ketika keluar dalam melakukan aktivitas
b) Kebutuhan Hygiene Integritas Kulit
 Terdapat bagian tubuh yang sulit digerakkan, yaiu bagian tubuh yang
terkena luka
 mengatakan mandi hanya 1 x/hari dan memakai air hangat, sikat gigi 2
x/hari, ganti baju 2 x/sehari tanpa bantuan.
 Klien tidak mengalami kesusahan saat memakai baju
c) Kebutuhan Istirahat dan Tidur
 Klien mengatakan waktu tidur sangat terganggu ( hanya tidur berkisar
selama 4 jam dalam sehari )
d) Kebutuhan Aman Nyaman
 Klien mengatakan merasa lemah dan merasa lesu dan tidak nyaman
dengan kondisinya
 Klien terlihat gelisah
e) Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
 Klien mengalami gangguan nafsu makan
 Antropometri
TB = 153 cm
BB = 40,5 kg
IMT = 17
 Clinical sign
Berat badan klien tidak stabil, selalu mengalami perubahan
f) Kebutuhan Oksigenasi
 Klien mengatakan dalam pernapasannya sulit,
 Klien mengatakan menghembuskan nafas normal
g) Kebutuhan Eliminasi
 Klien mengatakan BAK normal 2-3/hari, warna : kuning tidak keruh
 Klien mengatakan ketika BAB bentuk urine tidak normal, agak sedikit
keras
h) Kebutuhan Persepsi Sensori dan Kognisi
 Klien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam hal
penglihatannya dan masih bisa melihat dengan jelas
 Klien mengatakan dapat mendengar suara dengan normal dan jelas
 Klien mengatakan mengalami sedikit gangguan pada indra penciuman
karena hidung tersumbat
 Klien mengatakan dapat meraba sesuatu dengan normal
 Klien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam indra pengecapan
i) Kebutuhan Termoregulasi
 Klien mengatakan suhu tubuhnya kisaran 37ºC
j) Kebutuhan Konsep Diri
 Klien dapat mengetahui identitas diri dengan baik ( nama, umur, status
sosial, dll )
 Klien tidak mengalami gangguan ideal diri ( klien dapat berperilaku
baik)
 Klien tidak mengalami gangguan citra diri ( klien dapat mengetahui
kekurangan diri tanpa merasa minder )
 Klien mengalami gangguan citra tubuh (klien merasa selalu pusing
dalam melakukan aktivitas )
k) Kebutuhan Komunikasi dan Informasi
 Klien mengatakan tidak ada gangguan berkomunikasi saat kondisi
sakit
 Klien dapat menerima informasi dengan baik
l) Kebutuhan Rekreasi dan Spiritual
 Selama sakit klien tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa
 Klien mengatakan saat sakit dalam menjalankan ibadah kurang
khusuk

f. Pemeriksaan fisik :
a) Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia,
penurunan/kehilangan memori, afek tidak sesuai,
berdesis.
b) Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur.
c) Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi.
d) Jantung : bradikardi, hipertens.
e) Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi
jalan nafas, disfungsi neuromuskuler.
f) Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes mellitus
g) Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi.

2. Analisa Data

No. Tanggal/ Data Masalah Etiologi Dx


Jam Keperawatan
1. 28 Data Subjektif : Nyeri Kerusakan Nyeri Kronis
September -klien merasa Kronis Sistem Saraf b.d.
2017, pukul terbatas dalam Kerusakan
18.51 melakukan aktivitas Sistem Saraf
- klien merasa nyeri
dengan skala 3
- pola tidur klien
masih kurang

Data Objektif :
-klien terlihat
dengan wajah nyeri
- klien terbatas
dalam melakukan
aktivitasnya
bersama keluarga
2. 28 Data Subjektif : Risiko Prosedur Risiko Infeksi
September -klien mengeluh Infeksi Invasif b.d. Prosedur
2017, pukul pusing Invasif
18.51 - klien merasa nyeri
- klien susah dalam
melakukan aktivitas

Data Objektif :
-klien terlihat
merasa pucat
- klien hipertensi

3. 28 Data Subjektif : Risiko Jatuh Gangguan Risiko Jatuh


September -klien merasa sulit Keseimbangan b.d. Gangguan
2017, pukul melakukan aktivitas Keseimbangan
18.51 - klien merasa
pusing, bingung

Data Objektif :
-klien terlihat
- klien sulit
menerima stimulus
- klien terlihat susah
dalam
menyeimbangkan
tubuhnya

3.Intervensi Keperawatan
No. Tanggal Dx Tujuan dan Hasil Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. 28 Nyeri Kronis Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
September b.d. Kerusakan Keperawatan selama 2x24 (1400)
2017, Sistem Saraf jam pada cognition 1. Kendalikan faktor
pukul Kontrol Nyeri terdapat lingkungan yang
18.51 kriteria dan hasil : mempengaruhi
1. Mengenali kapan respon pasien
neri terjadi dari terhadap
skala 1 sampai skala ketidaknyamanan
3 2. Kurangi atau
2. Menggambarkan eleminasi faktor-
faktor penyebab dari faktor yang dapat
skala 1 sampai skala mencetuskan atau
3 meningkatkan
3. Menggunakan nyeri
analgesic yang 3. Pertimbangkan
direkomendasikan tipe dan sumber
dari skala 1 sampai nyeri ketika
skala 4 memilih strategi
Mengenali apa yang terkait penurunan nyeri
dengan gejala nyeri dari
skala 1 sampai skala 3.
2. 28 Risiko Infeksi
September b.d. Prosedur
2017, Invasif
pukul
18.51
3. 28 Risiko Jatuh Setelah dilakukan tindakana Manajemen
September b.d. Gangguan keperawatan selama 2x24 Lingkungan :
2017, Keseimbangan jam pada cognition Keselamatan
pukul keparahan cedera fisik 1. Identifikasi
18.51 terdapat kriteria dan hasil : kebutuhan
1. Cedera kepala keamanan pasien
tertutup dari skala 1 berdasarkan
sampai skala 3 fungsi fisik dan
2. Kerusakan kognisi kognitif serta
dari skala 1 sampai riwayat perilaku di
skala 3 masa lalu
3. Perdarahan dari 2. Modifikasi
skala 1 sampai skala lingkungan untuk
2 meminimalkan
bahan berbahaya
dan berisiko
3. Edukasi individu
dan kelompok
yang berisiko
yang terhadap
bahan berbahaya
yang ada di
lingkungan

4.Implementasi

No. Tanggal / Dx Implementasi Respon Paraf


Jam Keperawatan
1. 28 Nyeri Kronis 1. Mendalikan faktor S : Klien dapat
September b.d. Kerusakan lingkungan yang mengendalikan
2017, pukul Sistem Saraf mempengaruhi sesuai dengan
18.51 respon pasien lingkungan
terhadap yang baik
ketidaknyamanan
2. Mengurangi atau
eleminasi faktor-
faktor yang dapat
mencetuskan atau
meningkatkan nyeri
S : klien
merasa nyeri
yang dirasakan
berkurang
2. 28 Risiko Infeksi
September b.d. Prosedur
2017, pukul Invasif
18.51
3. 28 Risiko Jatuh 1. Mengidentifikasi S : Klien dapat
September b.d. Gangguan kebutuhan memenuhi
2017, pukul Keseimbangan keamanan pasien kebutuhan
18.51 berdasarkan fungsi sesuai fungsi
fisik dan kognitif fisik dan
serta riwayat kognitif
perilaku di masa
lalu
2. Modifikasi
lingkungan untuk S : Klien dapat
meminimalkan menjaga
bahan berbahaya dirinya dari hal
dan berisiko yang berbahaya

5.Evaluasi

No. Tangga / Jam Dx Keperawatan Evaluasi Paraf


1. 28 September Nyeri Kronis b.d. S : Klen merasa nyeri
2017, pukul 18.51 Kerusakan Sistem Saraf yang dirasakan pada
bagian otaknya sudah
menurun
O : Klien terlihat agak
sedikit tenang dengan
keadaanya yang
sekarang
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
2. 28 September Risiko Infeksi b.d.
2017, pukul 18.51 Prosedur Invasif
3. 28 September Risiko Jatuh b.d. S : Klien dapat
2017, pukul 18.51 Gangguan Keseimbangan mengantisipasi
keamanannya dalam
melakukan aktivitas
O : Klien dapat
menjaga
keseimbangan
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
Intervensi

Daftar Pustaka

1. http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKOtak.pdf diakses pada tanggal 28


September 2017 pukul 18.00 WIB
2. http://www.jurnalpenyakit.com/2013/08/mengenal-penyakit-neurofibroma.html
diakses pada tanggal 28 September 2017 18.20 WIB
3. http://www.referensisehat.com/2015/04/penyebab-gejala-dan-pengobatan-
neurofibromatosis.pdf.html diakses pada tanggal 28 September 2017 pukul 19.00
WIB
4. http://penyakitgenetik.yolasite.com/resources/Autosomal-dominan.pdf diakses pada
tanggal 28 September 2017 pukul 19 40 WIB
5. (https://www.academia.edu/17118147/NEUROFIBROMATOSIS_TIPE_1_MANIFE
STASI_DERMATOLOGIS_NEUROLOGIS_DAN_PSIKIATRIS) diakses pada
tanggal 28 September 2017 pukul 20.00 WIB
6. Dochterman.J.M.,& Bulechek,G. M., (2004). Nursing Interventions Classification
(NIC)  (5th ed.). America: Mosby Elseiver.
7. Moorhead,S.,jhonson, M., Maas, M.,& Swanson,L.(2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (5 th ed.). united states of America : Mosby Elseiver.
8. Nanda internasional. (2015). Diagnosa Keperawatan : definisi dan klarifikasi 2015-
2017 (10 th ed.).jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai