Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dari sekian banyak penyakit yang dapat menggangu otak salah satunya adalah
Neurofibromatosis. Neurofibromatosis adalalah kondisi genetis yang dapat menyebabkan
tumbuhnya tumor pada seluruh bagian otak. Tumor otak merupakan pembengkakan karena
adanya pertumbuhan sel sel secara abnormal. Pada penyakit Neurofibromatosis merupakan
tumor jikan dan tidak termasuk kanker. Terdapat dua jenis neurofibromatosis, yaitu
nerofibromatosis tipe 1 atau juga disebut NF1 dan neurofebromatosis tipe 2 atau NF2. Pada
Neurofibromatosis tipe 1 salah satu gejalanya adalah benjolan pada kulit pada wajah yang
sangat memperburuk penampilan. Penyebabnya utamanya adalah faktor genetis atau
keturunan. Untuk mengatasi terjadinya fibromatosis bisa dilakukan dengan cara operasi.
Untuk informasi lebih jelas silahkan lanjutkan membaca uraian berikut.1
Neurofibroma adalah benjolan (tumor) yang berisi jaringan saraf dan bersifat jinak.
Neurofibromatosis (NF) atau disebut juga sindrom neurokutan (neuro = syaraf, kutan = kulit)
adalah suatu kelainan genetika pada system syaraf yang berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan jaringan syaraf. Kelainan ini bisa menjadi tumor dan menyebabkan
abnormalitas-abnormalitas terutama pada kulit dan tulang. Karena kelainan ini bisa tumbuh
menjadi tumor, maka NF dikategorikan sebagai tumor, yang disebut Neurofibroma. Ada 2
tipe NF, yaitu NF1 yang lebih umum dan “ringan” dan NF2 yang lebih jarang dan
tingkatannya bisa dikatakan parah.2
Penyebab Neurofibroma pastinya karena adanya mutasi pada gen, ini terjadi pada
kedua tipe. Pada NF1, gen yang bermutasi ada di kromosom 17, sedangkan pada
Neurofibroma2 di kromosom 22. Penderita penyakit neurofibroma kebanyakan dari faktor
keturunan (dari kedua orangtuanya), namun sekitar 30% kasus ternyata penderita NF tidak
memiliki orang tua atau riwayat keluarga yang memiliki penyakit Neurofibroma pula.
Artinya penyakit ini mereka dapatkan karena tubuh mereka mengalami mutasi gen secara
individual dan tidak selalu bawaan lahir. Yang pasti tetap saja mereka yang menderita
Neurofibroma akibat mutasi gen individual, bisa menurunkan penyakit ini pada keturunannya
kelak.2
Komplikasi Neurofibromatosis
Pengobatan yang diambil secara umum adalah operasi. Namun untuk mengatasi
beberapa gejala yang ditimbulkan oleh adanya Neurofibromatosis, pengobatannya tergantung
dari beberapa gejala yang timbul. Seperti adanya tekanan darah tinggi, maka perawatan yang
bisa dilakukan ialah mengurangi jumlah gara dalam makanan, rajin berolah raga, menjaga
berat badan, serta menjauhi rokok serta minuman berakohol. Begitu juga dengan gejala
lainnya, gejala gejala tersebut memiliki penanganan secara khusus.3
Neurofibromatosis
Neurofibromatosis (NF) adalah penyakit syaraf yang diturunkan yang berefek pada
otak, sumsum tulang belakang, saraf dan kulit, tumor atau neurofibroma, berkembang
sepanjang saraf tubuh atau pada permukaan kulit dan dibawah kulit. Para ilmuwan
mengklasifikasi NF menjadi dua tipe yang berbeda yaitu neurofibromatosis tipe 1 (NF1) dan
tipe 2 (NF2). Penyakit NF1 pada awalnya disebut penyakit ”Recklinghausen's NF”, dimana
tipe NF1 ini tipe yang paling banyak dijumpai. Tipe ini ditemukan 1 kasus dari 4000
kelahiran bayi.Sedangkan NF2 yang menyebabkan ”bilateral acoustic NF”, sentral NF atau
vestibular NF, ditemukan kurang frekuensi kejadiannya yaitu sekitar 1 kasus dari 40.000
kelahiran bayi. Prevalensi kejadian NF1 dan NF2 dapat terjadi pada semua kelompok ras
yang berefek pada kedua jenis kelamin baik pria maupun wanita.Tumor dapat terjadi pada
sel saraf dan sel kulit. Tumor dapat membesar dan menekan bagian vital dari tubuh sehingga
dapat mengganggu sistem fisiologik tubuh.1
Etiologi
Gejala Neurofibromatosis tipe 1 bisa terlihat pada kulit, mata, prilaku serta beberapa
kondisi lainnya. Pada kulit, pederita neurofibromatosis memiliki warna yang tampak pucat.
Selain itu, pada beberapa bagian kulit tubuh juga timbul bintik bintik kecil seperti pada area
pangkal paha, ketiak, dan dibawah payudara. Pada bagian bawah kulit juga akan timbul
benjolan yang disebut dengan neurofibroma. Pada umumnya neurofibroma tidaklah begitu
menyakitkan hanya saja sangat mengganggu penampilan.1
Sementara itu gejala yang terlihat pada mata adalah timbulnya gangguan pandangan,
dimana ketika ia memandang terhadap suatu benda, benda tersebut menjadi kabur,perbedaan
kemampuan melihat antara mata yang satu sengan mata yang lainnya, berkurangnya
kemampuan mata dan gangguan dalam melihat warna.1
Bila anak menunjukkan gejala adanya bentuk fibroma paling tidak dua tonjolan pada
kulit perlu dicurigai sebagai gejala NF1. Pemeriksaan secara fisik dari dokter yang
berpengalaman dalam bidangnya bisanya mencurigai timbulnya penyakit ini. Dokter biasanya
langsung melakukan pemeriksaan untuk menentukan diagnosis dengan ”magnetic resonance
imaging” (MRI), sinar X, dan computerized tomography” (CT, scan), juga pemeriksaan darah
untuk mendeteksi kelainan genetik dari NF1. Untuk NF2, dokter akan serius memperhat ikan
bila pasiennya mengalami gangguan pendengaran. Uji kemampuan mendengar dan tes MRI
digunakan untuk melihat tumor yang ada didalam dan disekitar saraf auditori, sumsum tulang
belakang dan dalam otak. Uji respon audiometry dan auditori batang otak dapat mendeteksi
apakah delapan saraf berfungsi secara normal atau tidak. Begitu juga sejarah keturunan
penyakit NF2 dari kedua orangtuanya merupakan kunci utama dalam mendiagnosis penyakit.
Uji genetik juga digunakan untuk mendiagnosis NF1 dan NF2. Uji dilakukan sebelum
dilahirkan (prenatal) sangat mendukung untuk identifikasi seseorang yang mempunyai
sejarah gangguan keturunan, walaupun gejala belum terlihat. Tetapi uji genetik tersebut
belum dapat meramalkan mengenai terjadinya keparahan dari penyakit NF1 atau NF2. Uji
genetik dapat menganalisis secara langsung mengenai adanya mutasi gen atau analisis adanya
gangguan keturunan. Uji mutasi gen dapat untuk melihat perubahan genetik yang
menyebabkan penyakit NF, sedangkan uji gangguan keturunan sangat berguna bila pada uji
mutasi gen tidak menujukkan hasil yang memuaskan. Uji kelainan keturunan genetik yaitu uji
darah dari beberapa anggota keluarga dilakukan untuk menelusuri kromosom yang membawa
penyakit yang dapat diturunkan pada dua generasi atau lebih yang akan menderita penyakit
yang bersangkutan. Uji keturunan genetik dapat mencapai akurasi 90% untuk
mendeterminasi apakah individu pada keturunan tersebut menderita NF. Uji mutasi genetik
dapat menemukan akurasi sekitar 95% mutasi gen pada NF1, dan 65% pada NF2.4
Neurofibromatosis tipe 1:
Gejala NF1 sangat bervariasi untuk setiap individu. Gejala pada kulit sering terlihat
pada saat dilahirkan, selama masih bayi sampai anak umur sekitar 10 tahunan. Sejak umur 10
tahun sampai 15 tahun gejala mulai terlihat nyata.Gejala awal ditandai dengan adanya bintik
kecoklatan pada kulit, bintik putih kekuningan pada ketiak, dan terlihat nodulus (benjolan
kecil) pada lokasi daerah mata. Perubahan tersebut bila terjadi didaerah muka maka
menyebabkan penampilan yang buruk, sehingga menyebabkan stress psikologik pada
penderita. Bila neurofibroma tumbuh pada organ bagian dalam akan berefek pada organ
dalam yang terkena. Perubahan hormonal pada masa pubertas dan atau masa kehamilan
dapat menyebabkan peningkatan ukuran neurofibroma. Hampir 50% anak yang menderita
NF1 mengalami gangguan berbicara, gangguan dalam belajar, dan hiperaktif. Kurang dari
satu persen penderita NF1 dapat menderita tumor maligna dan memerlukan pengobatan
segera. Gejala NF1 yang memperlihatkan tumor pada kulit diseluruh tubuhnya. 4 Dari hal
tersebut maka gejala penyakit NF1 adalah sebagai berikut:
a. Adanya bintik kecoklatan pada permukaan kulit.
b. Adanya bentuk neurofibroma kecil dua atau lebih terdapat pada jaringan saraf,
dibawah kulit, atau padajaringan saraf lainnya.
c. Terlihat bintik kekuningan dibawah ketiak atau bagian siku dan bagian lipatan paha.
d. Terlihat perubahan warna kuning kecoklatan dan tonjolan pada bagian iris dari mata.
e. Timbul tumor didaerah saraf mata (glioma optika).
f. Terlihat benjolan yang cukup parah pada bagian tulang belakang (scoliosis).
g. Pembesaran dan malformasi pada bagian tulang lainnya terutama pada tulang
anggota gerak.
Pemeriksaan radiologis
Yang dilakukan dalam pemeriksaan radiologis yaitu :
a. CT Scan dengan kontras
b. MRI dengan kontras, MRS, DWI
c. PET CT (atas indikasi)
Pemeriksaan radiologi standar adalah CT scan dan MRI dengan kontras. CT scan
berguna untuk melihat adanya tumor pada langkah awal penegakkan diagnosis dan sangat
baik untuk melihat kalsifikasi, lesi erosi/destruksi pada tulang tengkorak. MRI dapat melihat
gambaran jaringan lunak dengan lebih jelas dan sangat baik untuk tumor infratentorial,
namun mempunyai keterbatasan dalam hal menilai kalsifikasi. Pemeriksaan fungsional MRI
seperti MRS sangat baik untuk menentukan daerah nekrosis dengan tumor yang masih viabel
sehingga baik digunakan sebagai penuntun biopsi serta untuk menyingkirkan diagnosis
banding, demikian juga pemeriksaan DWI. Pemeriksaan positron emission tomography
(PET) dapat berguna pascaterapi untuk membedakan antara tumor yang rekuren dan jaringan
nekrosis akibat radiasi.1
Tes grafis adalah bagian dari tes proyektif ilmu psikologi. Tes tersebut berkembang
sejak permulaan abad ke-20, meskipun pada dekade sebelumnya sudah terdapat berbagai
aplikasi grafologi berupa coretan manusia yang dapat diinterpretasikan. Ts grafis dapat
digunakan untuk menilai kemampuan intelektual, kepribadian, status emosi, dan perasaan
terhadap orang- orang penting dalam kehidupan seseorang. Terdapat beberapa tipe tes grafis,
namun yang sering digunakan di Indonesia adalah house-treperson (HTP). Berdasarkan hasil
tes grafis disimpulkan bahwa pasien perlu diberikan bimbingan dan konseling dari bagian
psikiatri terkait kondisi penyakit tersebut. Demikian juga untuk ayah dan ibu pasien
disimpulkan bahwa perlu dilakukan bimbingan dan konseling dari bagian psikiatri terkait
kondisi penyakit pada anaknya, karena akan mempengaruhi pola asuh terhadap pasien.5
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Klien merasa nyeri pada bagian anggota tubuhnya, salah satunya di bagian kepala
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Kondisi pasien terlihat lesu, pucat, tampak gelisah, mengeluh pusing, dan
merasakan nyeri
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, tidak pernah menjalani
operasi, tidak ada riwayat serius/ menular selama 6 bulan terakhir.
d. Riwayat Alergi
Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan maupun obat- obatan.
e. Pengkajian Fisik
a) Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Klien mengatakan aktivitasnya terbatas, saat igin melakukan aktivitas
anggota tubuhnya sulit digerakkan karenatimbul rasa nyeri yang
terdapat di luka
Klien mengalami hambatan ketika keluar dalam melakukan aktivitas
b) Kebutuhan Hygiene Integritas Kulit
Terdapat bagian tubuh yang sulit digerakkan, yaiu bagian tubuh yang
terkena luka
mengatakan mandi hanya 1 x/hari dan memakai air hangat, sikat gigi 2
x/hari, ganti baju 2 x/sehari tanpa bantuan.
Klien tidak mengalami kesusahan saat memakai baju
c) Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan waktu tidur sangat terganggu ( hanya tidur berkisar
selama 4 jam dalam sehari )
d) Kebutuhan Aman Nyaman
Klien mengatakan merasa lemah dan merasa lesu dan tidak nyaman
dengan kondisinya
Klien terlihat gelisah
e) Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Klien mengalami gangguan nafsu makan
Antropometri
TB = 153 cm
BB = 40,5 kg
IMT = 17
Clinical sign
Berat badan klien tidak stabil, selalu mengalami perubahan
f) Kebutuhan Oksigenasi
Klien mengatakan dalam pernapasannya sulit,
Klien mengatakan menghembuskan nafas normal
g) Kebutuhan Eliminasi
Klien mengatakan BAK normal 2-3/hari, warna : kuning tidak keruh
Klien mengatakan ketika BAB bentuk urine tidak normal, agak sedikit
keras
h) Kebutuhan Persepsi Sensori dan Kognisi
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam hal
penglihatannya dan masih bisa melihat dengan jelas
Klien mengatakan dapat mendengar suara dengan normal dan jelas
Klien mengatakan mengalami sedikit gangguan pada indra penciuman
karena hidung tersumbat
Klien mengatakan dapat meraba sesuatu dengan normal
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam indra pengecapan
i) Kebutuhan Termoregulasi
Klien mengatakan suhu tubuhnya kisaran 37ºC
j) Kebutuhan Konsep Diri
Klien dapat mengetahui identitas diri dengan baik ( nama, umur, status
sosial, dll )
Klien tidak mengalami gangguan ideal diri ( klien dapat berperilaku
baik)
Klien tidak mengalami gangguan citra diri ( klien dapat mengetahui
kekurangan diri tanpa merasa minder )
Klien mengalami gangguan citra tubuh (klien merasa selalu pusing
dalam melakukan aktivitas )
k) Kebutuhan Komunikasi dan Informasi
Klien mengatakan tidak ada gangguan berkomunikasi saat kondisi
sakit
Klien dapat menerima informasi dengan baik
l) Kebutuhan Rekreasi dan Spiritual
Selama sakit klien tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa
Klien mengatakan saat sakit dalam menjalankan ibadah kurang
khusuk
f. Pemeriksaan fisik :
a) Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia,
penurunan/kehilangan memori, afek tidak sesuai,
berdesis.
b) Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur.
c) Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi.
d) Jantung : bradikardi, hipertens.
e) Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi
jalan nafas, disfungsi neuromuskuler.
f) Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes mellitus
g) Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi.
2. Analisa Data
Data Objektif :
-klien terlihat
dengan wajah nyeri
- klien terbatas
dalam melakukan
aktivitasnya
bersama keluarga
2. 28 Data Subjektif : Risiko Prosedur Risiko Infeksi
September -klien mengeluh Infeksi Invasif b.d. Prosedur
2017, pukul pusing Invasif
18.51 - klien merasa nyeri
- klien susah dalam
melakukan aktivitas
Data Objektif :
-klien terlihat
merasa pucat
- klien hipertensi
Data Objektif :
-klien terlihat
- klien sulit
menerima stimulus
- klien terlihat susah
dalam
menyeimbangkan
tubuhnya
3.Intervensi Keperawatan
No. Tanggal Dx Tujuan dan Hasil Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. 28 Nyeri Kronis Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
September b.d. Kerusakan Keperawatan selama 2x24 (1400)
2017, Sistem Saraf jam pada cognition 1. Kendalikan faktor
pukul Kontrol Nyeri terdapat lingkungan yang
18.51 kriteria dan hasil : mempengaruhi
1. Mengenali kapan respon pasien
neri terjadi dari terhadap
skala 1 sampai skala ketidaknyamanan
3 2. Kurangi atau
2. Menggambarkan eleminasi faktor-
faktor penyebab dari faktor yang dapat
skala 1 sampai skala mencetuskan atau
3 meningkatkan
3. Menggunakan nyeri
analgesic yang 3. Pertimbangkan
direkomendasikan tipe dan sumber
dari skala 1 sampai nyeri ketika
skala 4 memilih strategi
Mengenali apa yang terkait penurunan nyeri
dengan gejala nyeri dari
skala 1 sampai skala 3.
2. 28 Risiko Infeksi
September b.d. Prosedur
2017, Invasif
pukul
18.51
3. 28 Risiko Jatuh Setelah dilakukan tindakana Manajemen
September b.d. Gangguan keperawatan selama 2x24 Lingkungan :
2017, Keseimbangan jam pada cognition Keselamatan
pukul keparahan cedera fisik 1. Identifikasi
18.51 terdapat kriteria dan hasil : kebutuhan
1. Cedera kepala keamanan pasien
tertutup dari skala 1 berdasarkan
sampai skala 3 fungsi fisik dan
2. Kerusakan kognisi kognitif serta
dari skala 1 sampai riwayat perilaku di
skala 3 masa lalu
3. Perdarahan dari 2. Modifikasi
skala 1 sampai skala lingkungan untuk
2 meminimalkan
bahan berbahaya
dan berisiko
3. Edukasi individu
dan kelompok
yang berisiko
yang terhadap
bahan berbahaya
yang ada di
lingkungan
4.Implementasi
5.Evaluasi
Daftar Pustaka