Scabies Pada Kelinci, Laporan Kasus: Endang Ruhiat
Scabies Pada Kelinci, Laporan Kasus: Endang Ruhiat
ABSTRAK
Scabies merupakan penyakit kulit menular yang bersifat zoonosis dan disebabkan oleh
tungau Sarcoptes scabiei yang dapat menyerang manusia dan hewan. Tungau Sarcoptes
scabiei berkembang biak didalam lapisan tanduk kulit. Sebagian besar scabies pada kelinci
disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei yang ditandai dengan gejala klinis gatal-gatal,
kerontokan bulu dan kerusakan pada kulit. Diagnosis dilakukan dengan melihat gejala klinis
serta identifikasi dengan membuat kerokan kulit yang diserang dan menemukan parasitnya.
Pencegahan dapat dilakukan dengan sanitasi kandang dan lingkungan, sedangkan
pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian ivermectin.
Tungau Sarcoptes spp merupakan parasit betina akan tinggal selama hidupnya yaitu
yang predileksinya dipermukaan tubuh kurang lebih 30 hari dan bertelur sebanyak
yang jarang rambutnya. Seperti pada mu- 2-3 butir telur sehari. Telur berbentuk oval
ka, daun telinga, moncong, pangkal ekor, dengan ukuran 0,10-0,15 mm dan me-
dan kaki. Tungau menembus kulit, meng- netas dalam waktu 3 sampai 4 hari. Se-
hisap cairan limfe dan memakan sel-sel telah telur menetas, larva bermigrasi ke
epidermis. Rasa gatal yang sangat biasa permukaan kulit dan bersembunyi ke da-
dialami oleh kelinci dan jika digosok- lam lapisan stratum korneum untuk mem-
gosokan atau digaruk akan menyebabkan bangun sarang dan memakan folikel ram-
rasa gatal dan sakitnya bertambah. Ek- but sehingga menimbulkan kerontokan
sudat yang merembes keluar, meng- bulu pada daerah infeksi. Larva membu-
gumpal dan mengering membentuk sisik- tuhkan waktu selama 3 sampai 4 hari un-
sisik dipermukaan kulit. Selanjutnya terjadi tuk berganti kulit lalu menjadi nimfa. Larva
keratinisasi dan poliferasi jaringan ikat, se- dan nimfa sering dapat ditemukan dalam
hingga menyebabkan kulit menebal dan kantong rambut atau di folikel rambut dan
berkerut serta tidak lagi rata. Kejadian ini terlihat mirip dengan tungau dewasa,
menyebabkan rambut jadi rontok bahkan hanya ukurannya sedikit lebih kecil.
dapat hilang sama sekali. Waktu yang diperlukan dari telur hingga
Sarcoptes scabiei mengalami empat tahap dewasa sekitar 10-14 hari. Tungau jantan
dalam siklus hidupnya yaitu telur, larva, mempunyai masa hidup yang lebih pen-
nimfa dan tahap dewasa. Sarcoptes sca- dek dari pada tungau betina, dan mempu-
biei betina yang telah dibuahi akan men- nyai peran yang kecil terhadap patoge-
cari lokasi yang tepat di permukaan kulit nesis penyakit. Biasanya jantan hanya hi-
untuk kemudian membentuk terowongan, dup dipermukaan kulit dan akan mati sete-
dengan kecepatan 0,5 mm–5 mm per hari. lah membuahi tungau betina. Sarcoptes
Terowongan pada kulit dapat sampai ke scabiei lebih aktif dimalam hari sehingga
perbatasan stratum korneum dan stratum hewan yang terinfeksi tidak dapat beris-
granulosum. Didalam terowongan tungau itahat dan terganggu kesehatannya.
25
SCABIES PADA KELINCI, LAPORAN KASUS .........................................................................................................................
Artikel ditulis oleh : ENDANG RUHIAT
BULETIN LABORATORIUM VETERINER Vol. 14 Nomer 2 Tahun 2014
Balai Besar Veteriner Wates Artikel 4
International Standard Serial Number (ISSN) : 0863-7968 Edisi Bulan : APRIL - JUNI
Gambar 2. Scabies pada telinga Gambar 3. Scabies pada daerah sekitar mata
Gejala awal dari scabies pada kelinci syaraf, yang berakibat kelumpuhan syaraf
memperlihatkan gejala menggaruk-garuk pada otot perifer. GABA sendiri pada ma-
terus sehingga bulu muka, kepala, malia hanya menghambat hantaran syaraf
pangkal telinga, sekeliling mata dan ka- pada susunan syaraf pusat, sedangkan
ki rontok. Kulit disekeliling daun telinga pada nematoda dan artropoda dapat me-
terlihat adanya keropeng berwarna putih. ngatur hantaran syaraf sampai otot perifer.
Penyakit dapat menyebar dengan cepat Pencegahan dilakukan dengan menjaga
ke daerah sekitar muka, leher, hidung dan kebersihan kandang, lingkungan, tempat
kelopak mata. Kadang-kadang parasit ju- pakan, tempat minum dan peralatan kan-
ga dapat menyebar hingga ke daerah pe- dang, menghindarkan kontak langsung de-
rut dan telapak kaki. Infeksi kronis dapat ngan kelinci yang terjangkit scabies, bila
menyebabkan penebalan dan keriput, kulit ada kelinci yang terkena scabies segera
ditutupi oleh kerak-kerak berwarna abu- dikarantina. Pemeriksaan yang rutin dan
abu kekuningan. Infeksi yang parah meng- pemberian obat antiparasit secara teratur
akibatkan luka dan berkembang menjadi serta menjauhkan hewan liar di sekitar
infeksi sekunder. Tungau ini cepat menye- kandang kelinci yang diduga membawa
bar ke seluruh populasi kelinci. jika me- agen infeksi.
nyerang sudut mulut kelinci maka kelinci
akan kesulitan saat makan sehingga ke- KESIMPULAN
linci mengalami defesiensi nutrisi dan da-
pat menimbulkan kematian. Scabies merupakan penyakit yang sering
terjadi pada kelinci dan menyebabkan ra-
Pengobatan yang dilakukan terhadap ke- sa gatal yang sangat sehingga akan me-
linci di Instalasi Kandang Hewan Perco- nggaruk daerah yang terinfeksi dan meng-
baan dengan memberikan ivermectin se- akibatkan luka serta menimbulkan infeksi
cara subcutan. Ivermectin mempunyai si- skunder. Penyakit ini akan menyebar de-
fat vermisidal dan acarisidal karena ke- ngan cepat dan bisa menyebabkan kema-
sanggupannya berikatan dengan asam tian bila tidak segera ditangani. Keber-
gamma aminobutirat (GABA) dan me- sihan kandang dan hewan merupakan sa-
ngganggu saluran khlor (chlor pathway) lah satu pencegahan yang dapat dilaku-
sehingga terjadi hiperpolarisasi membran kan untuk mencegah terjangkitnya pe-
sel dan selanjutnya menghambat hantaran nyakit scabies.
DAFTAR PUSTAKA
26
SCABIES PADA KELINCI, LAPORAN KASUS .........................................................................................................................
Artikel ditulis oleh : ENDANG RUHIAT
BULETIN LABORATORIUM VETERINER Vol. 14 Nomer 2 Tahun 2014
Balai Besar Veteriner Wates Artikel 4
International Standard Serial Number (ISSN) : 0863-7968 Edisi Bulan : APRIL - JUNI
Blood,D.C., and Rodostits, O.M., 1989, Veterinary Medicine, 7thedition, Bailliere Tindall.
Elbers, A.R., P.G. Rambgs, H.M. Van Der Heijden and W.A. Hunneman. 2000. Production
performance and pruritic behaviour of pigs naturally infected bySarcoptes scabiei
var . suis in a contact transmission Experi ment . Vet. Quarter . 22 : 145 - 149 .
Levine, N.D., 1994. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Subronto. 2006. Penyakit infeksi & mikroba pada anjing dan kucing. Yogyakarta. Gadjah
Mada University press.
Subronto dan Ida Tjahajati, 2001, Ilmu Penyakit Ternak II, Gadjah Mada University Press,
Yogyaka
27