Anda di halaman 1dari 4

BULETIN LABORATORIUM VETERINER Vol.

14 Nomer 2 Tahun 2014


Balai Besar Veteriner Wates Artikel 4
International Standard Serial Number (ISSN) : 0863-7968 Edisi Bulan : APRIL - JUNI

SCABIES PADA KELINCI, LAPORAN KASUS


Endang Ruhiat 1
1
Paramedik Veteriner Pelaksana di Instalasi Kandang Hewan Percobaan
Balai Besar Veteriner Wates

ABSTRAK
Scabies merupakan penyakit kulit menular yang bersifat zoonosis dan disebabkan oleh
tungau Sarcoptes scabiei yang dapat menyerang manusia dan hewan. Tungau Sarcoptes
scabiei berkembang biak didalam lapisan tanduk kulit. Sebagian besar scabies pada kelinci
disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei yang ditandai dengan gejala klinis gatal-gatal,
kerontokan bulu dan kerusakan pada kulit. Diagnosis dilakukan dengan melihat gejala klinis
serta identifikasi dengan membuat kerokan kulit yang diserang dan menemukan parasitnya.
Pencegahan dapat dilakukan dengan sanitasi kandang dan lingkungan, sedangkan
pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian ivermectin.

PENDAHULUAN Masalah scabies masih banyak ditemukan


Scabies atau kudis adalah penyakit kulit diseluruh dunia, terutama pada negara
menular yang disebabkan oleh infestasi berkembang dan industri. Tingkat higiene,
tungau Sarcoptes. Sebagaimana ternak sanitasi dan sosial ekonomi yang relatif
lainnya kelinci tak luput dari penyakit, sa- rendah menjadi faktor pemicu terjangkit-
lah satu penyakit yang sering menyerang nya penyakit ini. Lalu lintas perdagangan
kelinci yaitu scabies. Penyakit ini sering hewan dan produknya keseluruh wilayah
menyerang anjing, kucing, kelinci dan da- Indonesia atau internasional membuka
pat juga menular ke manusia. Sebagian pintu penyebaran penyakit menular se-
besar scabies pada kelinci disebabkan makin luas .Penularan scabies yang relatif
oleh tungau Sarcoptes scabiei. Sarcoptes cepat menjadi tantangan bagi dunia pe-
spp merupakan parasit tungau yang ternakan dan kesehatan manusia.
mampu menyerang berbagai hewan ma- Sarcoptes scebiei termasuk pada Phylum:
malia dan manusia. Sarcoptes menye- Artropoda, Class: Arachanida, Ordo: Aca-
babkan infeksi kulit yang menimbulkan rina, Family: Sarcoptidae, Genus: Sarcop-
rasa gatal. Banyak berbagai jenis pe- tes, Spesies: Sarcoptes scabiei. Parasit ini
nyebab kudis diantaranya, Sarcoptes sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan
scebiei varietas caprae yang menyerang mikroskop. Parasit ini dapat menyerang
pada kambing, Sarcoptes scebiei varietas berbagai umur. Tungau ini merupakan pa-
canis biasanya menyerang pada anjing. rasit yang sangat kecil sekali berbentuk
Tungau menyerang dengan cara meng- bulat, pipih dengan panjang 300-600 mi-
infestasi kulit induk semangnya dan ber- kron x 250-400 mikron pada betina, dan
gerak membuat terowongan di bawah 200-240 mikron x 150-200 mikron pada
lapisan kulit (stratum korneum dan lusi- yang jantan.
dum) sehingga menyebabkan gatal-gatal,
hewan menjadi tidak tenang, menggosok- MATERI DAN METODE
gosokkan tubuhnya ke dinding kandang Pengambilan sampel dilakukan dengan
dan akhirnya timbul peradangan kulit. cara kerokan kulit menggunakan scalpel
Apabila kondisi tersebut tidak diobati, ma- yang telah diolesi dengan minyak emersi,
ka akan terjadi penebalan dan pelipatan kerok keropeng pada kulit kelinci hingga
kulit disertai dengan timbulnya keropeng. berdarah, hasil kerokan diletakkan di atas
objek gelas yang telah di tetesi NaOH
Meskipun angka kesakitannya relatif ren- 10%  dan ditutup dengan cover gelas,
dah, tetapi penyakit ini dapat menimbulkan amati di bawah mikroskop dengan pem-
kerugian ekonomi yang sangat besar pada besaran 100x, bersihkan luka kerokan de-
produksi ternak,seperti penurunan bobot ngan menggunakan iodium tincture 3%
badan dan produksi susu bahkan kema- dan sterilkan alat yang telah digunakan
tian. dengan alkohol 75%.

SCABIES PADA KELINCI, LAPORAN KASUS ......................................................................................................................... 24


Artikel ditulis oleh : ENDANG RUHIAT
BULETIN LABORATORIUM VETERINER Vol. 14 Nomer 2 Tahun 2014
Balai Besar Veteriner Wates Artikel 4
International Standard Serial Number (ISSN) : 0863-7968 Edisi Bulan : APRIL - JUNI

HASIL DAN PEMBAHASAN sedangkan tungau jantan lebih kecil,


kurang lebih setengahnya yakni 200 – 240
Dari hasil pemeriksaan secara mikrosko-
mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk
pis ditemukan adanya  infeksi ektoparasit
dewasa mempunyai 4 pasang kaki dan
sarcoptes scabiei.  Hasil pemeriksaan ber-
bergerak dengan kecepatan 2,5 cm per-
dasarkan morfologi dari jenis sarcoptes
menit di permukaan kulit. Pada tahap larva
scabiei.
Sarcoptes scabiei memiliki 3 pasang kaki
Secara morfologi, tungau kecil, berbentuk dan pada tahap ninfa memiliki 4 pasang
oval, punggungnya cembung dan bagian kaki. Pada tahap nimfa, Sarcoptes scabiei
perutnya rata. Tungau ini transient, ber- memiliki ukuran tubuh sedikit lebih besar
warna putih kotor, dan tidak bermata. Tu- hampir menyamai ukuran tubuh tungau
ngau betina panjangnya 300-450 mikron, dewasa.

Gambar 1. Morfologi Sarcoptes scabiei


Sumber: Koleksi Howard Koh MD

Tungau Sarcoptes spp merupakan parasit betina akan tinggal selama hidupnya yaitu
yang predileksinya dipermukaan tubuh kurang lebih 30 hari dan bertelur sebanyak
yang jarang rambutnya. Seperti pada mu- 2-3 butir telur sehari. Telur berbentuk oval
ka, daun telinga, moncong, pangkal ekor, dengan ukuran 0,10-0,15 mm dan me-
dan kaki. Tungau menembus kulit, meng- netas dalam waktu 3 sampai 4 hari. Se-
hisap cairan limfe dan memakan sel-sel telah telur menetas, larva bermigrasi ke
epidermis. Rasa gatal yang sangat biasa permukaan kulit dan bersembunyi ke da-
dialami oleh kelinci dan jika digosok- lam lapisan stratum korneum untuk mem-
gosokan atau digaruk akan menyebabkan bangun sarang dan memakan folikel ram-
rasa gatal dan sakitnya bertambah. Ek- but sehingga menimbulkan kerontokan
sudat yang merembes keluar, meng- bulu pada daerah infeksi. Larva membu-
gumpal dan mengering membentuk sisik- tuhkan waktu selama 3 sampai 4 hari un-
sisik dipermukaan kulit. Selanjutnya terjadi tuk berganti kulit lalu menjadi nimfa. Larva
keratinisasi dan poliferasi jaringan ikat, se- dan nimfa sering dapat ditemukan dalam
hingga menyebabkan kulit menebal dan kantong rambut  atau di folikel rambut dan
berkerut serta tidak lagi rata. Kejadian ini terlihat mirip dengan tungau dewasa,
menyebabkan rambut jadi rontok bahkan hanya ukurannya sedikit lebih kecil.  
dapat hilang sama sekali. Waktu yang diperlukan dari telur hingga
Sarcoptes scabiei mengalami empat tahap dewasa sekitar 10-14 hari. Tungau jantan
dalam siklus hidupnya yaitu telur, larva, mempunyai masa hidup yang lebih pen-
nimfa dan tahap dewasa. Sarcoptes sca- dek dari pada tungau betina, dan mempu-
biei betina yang telah dibuahi akan men- nyai peran yang kecil terhadap patoge-
cari lokasi yang tepat di permukaan kulit nesis penyakit. Biasanya jantan hanya hi-
untuk kemudian membentuk terowongan, dup dipermukaan kulit dan akan mati sete-
dengan kecepatan 0,5 mm–5 mm per hari. lah membuahi tungau betina. Sarcoptes
Terowongan pada kulit dapat sampai ke scabiei lebih aktif dimalam hari sehingga
perbatasan stratum korneum dan stratum hewan yang terinfeksi tidak dapat beris-
granulosum. Didalam terowongan tungau itahat dan terganggu kesehatannya.

25
SCABIES PADA KELINCI, LAPORAN KASUS .........................................................................................................................
Artikel ditulis oleh : ENDANG RUHIAT
BULETIN LABORATORIUM VETERINER Vol. 14 Nomer 2 Tahun 2014
Balai Besar Veteriner Wates Artikel 4
International Standard Serial Number (ISSN) : 0863-7968 Edisi Bulan : APRIL - JUNI

Gambar 2. Scabies pada telinga Gambar 3. Scabies pada daerah sekitar mata

Gejala awal dari scabies pada kelinci syaraf, yang berakibat kelumpuhan syaraf
memperlihatkan gejala menggaruk-garuk pada otot perifer. GABA sendiri pada ma-
terus sehingga bulu muka, kepala, malia hanya menghambat hantaran syaraf
pangkal telinga, sekeliling mata dan ka- pada susunan syaraf pusat, sedangkan
ki rontok. Kulit disekeliling daun telinga pada nematoda dan artropoda dapat me-
terlihat adanya keropeng berwarna putih. ngatur hantaran syaraf sampai otot perifer.
Penyakit dapat menyebar dengan cepat Pencegahan dilakukan dengan menjaga
ke daerah sekitar muka, leher, hidung dan kebersihan kandang, lingkungan, tempat
kelopak mata. Kadang-kadang parasit ju- pakan, tempat minum dan peralatan kan-
ga dapat menyebar hingga ke daerah pe- dang, menghindarkan kontak langsung de-
rut dan telapak kaki. Infeksi kronis dapat ngan kelinci yang terjangkit scabies, bila
menyebabkan penebalan dan keriput, kulit ada kelinci yang terkena scabies segera
ditutupi oleh kerak-kerak berwarna abu- dikarantina. Pemeriksaan yang rutin dan
abu kekuningan. Infeksi yang parah meng- pemberian obat antiparasit secara teratur
akibatkan luka dan berkembang menjadi serta menjauhkan hewan liar di sekitar
infeksi sekunder. Tungau ini cepat menye- kandang kelinci yang diduga membawa
bar ke seluruh populasi kelinci. jika me- agen infeksi.
nyerang sudut mulut kelinci maka kelinci
akan kesulitan saat makan sehingga ke- KESIMPULAN
linci mengalami defesiensi nutrisi dan da-
pat menimbulkan kematian. Scabies merupakan penyakit yang sering
terjadi pada kelinci dan menyebabkan ra-
Pengobatan yang dilakukan terhadap ke- sa gatal yang sangat sehingga akan me-
linci di Instalasi Kandang Hewan Perco- nggaruk daerah yang terinfeksi dan meng-
baan dengan memberikan ivermectin se- akibatkan luka serta menimbulkan infeksi
cara subcutan. Ivermectin mempunyai si- skunder. Penyakit ini akan menyebar de-
fat vermisidal dan acarisidal karena ke- ngan cepat dan bisa menyebabkan kema-
sanggupannya berikatan dengan asam tian bila tidak segera ditangani. Keber-
gamma aminobutirat (GABA) dan me- sihan kandang dan hewan merupakan sa-
ngganggu saluran khlor (chlor pathway) lah satu pencegahan yang dapat dilaku-
sehingga terjadi hiperpolarisasi membran kan untuk mencegah terjangkitnya pe-
sel dan selanjutnya menghambat hantaran nyakit scabies.

DAFTAR PUSTAKA

26
SCABIES PADA KELINCI, LAPORAN KASUS .........................................................................................................................
Artikel ditulis oleh : ENDANG RUHIAT
BULETIN LABORATORIUM VETERINER Vol. 14 Nomer 2 Tahun 2014
Balai Besar Veteriner Wates Artikel 4
International Standard Serial Number (ISSN) : 0863-7968 Edisi Bulan : APRIL - JUNI

Blood,D.C., and Rodostits, O.M., 1989, Veterinary Medicine, 7thedition, Bailliere Tindall.

Elbers, A.R., P.G. Rambgs, H.M. Van Der Heijden and W.A. Hunneman. 2000. Production
performance and pruritic behaviour of pigs naturally infected bySarcoptes scabiei
var . suis in a contact transmission Experi ment . Vet. Quarter . 22 : 145 - 149 .

Levine, N.D., 1994. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

O'donnel, B .F ., S. O'loughlin and F .C. Powell. 1990. Management of crusted scabies.


hit . J . Dermatol . 29 :258-266.

Subronto. 2006. Penyakit infeksi & mikroba pada anjing dan kucing. Yogyakarta. Gadjah
Mada University press.

Subronto dan Ida Tjahajati, 2001, Ilmu Penyakit Ternak II, Gadjah Mada University Press,
Yogyaka

Urquhart,GM. ,Armour,J., Duncan,J.L., Dunn,A.M.,and Jennings,F.W., 1996, Veterinary


Parasitology, 2nd edition, The Faculty of veterinary Medicine The University of
Glasgow Scotland.

----- =o0o= -----

27

SCABIES PADA KELINCI, LAPORAN KASUS .........................................................................................................................


Artikel ditulis oleh : ENDANG RUHIAT

Anda mungkin juga menyukai