Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial
Laporan Pendahuluan Asma Bronkhial
ASMA BRONCHIAL
DISUSUN OLEH :
NURHAIDA
201701031
4A KEPERAWATAN
B. ETIOLOGI
Faktor penyebab asma bronchial menurut Wijaya & Putri (2013) adalah sebagai
berikut :
a.Alergen
Bila tingkat hiperaktivitas bronkus tinggi diperlukan jumlah alergen yang
sedikit untuk menimbulkan serangan asma.
b. Infeksi saluran pernafasan
Infeksi saluran pernafasan biasanya disebabkan oleh virus respiratory
synchyhal virus (RSV) dan virus para influenza.
c.Iritasi
Iritasi dapat di sebabkan oleh hairspray, minyak wangi, asap rokok, bau asam
dari cat dan polutan udara, air dingin dan udara dingin.
d. Refleks gastroesopagus
Iritasi trakeobronkheal karena isi lambung dapat memperberat penyakit asma.
e.Psikologis
Hal ini dapat memicu stress yang akan menurunkan respon tubuh sehingga
mudah terjadi inflamasi pada bronkus yang akan menimbulkan asma bronkiale.
C. PATOFISIOLOGI
Infeksi merusak dinding bronchial, sehingga akan menyebabkan struktur
penunjang dan meningkatnya produksi sputum kental yang akhirnya akan
mengobstruksi bronkus. Dinding secara permanen menjadi distensi oleh batuk
yang berat, infeksi meluas ke jaringan peribronchial. Pada kondisi ini timbullah
saccular bronchiectasis. Setiap kali dilatasi, sputum kental akan berkumpul dan
akan menjadi abses paru, eksudat keluar secara bebas melalui bronkus.
Bronchiectasis biasanya terlokalisasi dan mempengaruhi lobus atau segmen paru.
Lobus bawah merupakan area yang paling sering terkena.
Retensi dari sekret dan timbulnya obstruksi pada akhirnya akan menyebabkan
obstruksi dan colaps (atelektasis) alveoli distal. Jaringan parut (fibrosis) terbentuk
sebagai reaksi peradangan akan menggantikan fungsi dari jaringan paru.
Pada saat ini kondisi klien berkembang ke arah insufisiensi pernafasan yang di
tandai dengan penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi dan peningkatan
ratio residual volume terhadap kapasitas total paru. Kemudian terjadilah
kerusakan pertukaran gas dimana gas inspirasi saling bercampur dan terjadi
hipoksemia.
Pencetus serangan yaitu berupa alergen, emosi, stress, obat-obatan, infeksi dan
lain lain dapat menimbulkan antigen dan antibodi, kemudian dikeluarkan lah
substansi vasoaktif / sel mast (histamin, bradikin, anafilaktin, prostaglandin)
setelah itu terjadilah kontraksi otot polos (bronkospasme), peningkatan
permeabilitas kapiler (edema, mukosa, hipersekresi), dan sekresi mukus
meningkat kemudian obstruksi saluran nafas yang menyebabkan batuk, dyspnea
dan mengi.
D. MANIFESTASI KLINIK
b. Wheezing
c. Batuk Produktif
f. Hiperkapnia
g. Anoreksia
h. Diaphoresis
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
F. PENATALAKSANAAN
Menurut (Muttaqin, 2008) penatalaksanaan pada pasien asma bronchial yaitu :
a. Pengobatan Farmakologi
1) Agnosis beta: metaproterenol ( alupent, metrapel). Bentuknya aerosol,
bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit.
2) Metilxantin : aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila golongan beta
agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan.
3) Kortikosteroid. Diberikan jika agonis beta dan metilxantin tidak
memberikan respon yang baik. Dosis 4 x semprot tiap hari. Pemberian
steroid dalam jangka yang lama harus diawasi dengan ketat.
4) Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven). Kromolin merupakan obat
pencegah asma khusunya untuk anak-anak.
5) Terapi nebulizer. Dosis obat untuk pemberian Nebulizer ditentukan
dengan cara Berat badan (BB) x 3600/ cc. Jenis obat yang dipakai yaitu
Pulmicord ( budesonide 100 μg, 200 μg, 400 μg/ dosis), Ventolin
( beclomethasone 50, 100, 200, 250, 400 μg / dosis, NaCl 2 ml, Bisolvon
larutan (Putri & Sumarno, 2013).
b. Non Farmakologi
Penatalaksanaan pada pasien asma menurut Putri & Sumarno (2013) dapat
dilakukan dengan melakukan terapi nebulizer dan batuk efektif
1) Batuk Effektif. Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar,
dimana pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan
dapat mengeluarkan secret secara maksimal.. Tujuan membantu
membersihkan jalan nafas., Indikasi :Produksi sputum yang berlebih ,
Pasien dengan batuk yang tidak efektif
2) Menerapkan posisi semi fowler untuk memfasilitasi nafas dan ekspansi
paru. Posisi ini mengurangi kerja napas dan meningkatkan ekspansi paru.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi adalah akibat asma yang tidak terkendali antara lain :
7) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum klien
Keadaan umum pada pasien asma yaitu compos mentis, lemah, dan sesak
nafas.
Simetris, tidak ada nyeri tekan, warna rambut hitam atau putih, tidak ada
lesi.
c) Pemeriksaan telinga
d) Pemeriksaan mata
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, konjungtiva merah muda, sklera putih
e) Pemeriksaan Hidung
Mukosa bibir lembab, tidak ada lesi disekitar mulut, biasanya ada kesulitan
untuk menelan.
g) Pemeriksaan leher
Ketiak tumbuh rambut atau tidak, tidak ada lesi, tidak ada benjolan,
payudara simetris.
i) Pemeriksaan thoraks
(a) Pemeriksaan Paru
Inspeksi
Batuk produktif/nonproduktif, terdapat sputum yang kental dan sulit
dikeluarkan, bernafas dengan menggunakan otot-otot tambahan,
sianosis (Somantri, 2009). Mekanika bernafas, pernafasan cuping
hidung, penggunaan oksigen, dan sulit bicara karena sesak nafas
(Marelli, 2008).
Palpasi
Bernafas dengan menggunakan otot-otot tambahan
(Somantri, 2009). Takikardi akan timbul di awal
serangan, kemudian diikuti sianosis sentral
(Djojodibroto, 2016).
Perkusi
Auskultasi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakbersihan jalan nafas b.d Penumpuka n sekret dalam bronki
2. Nyeri akut b.d agen injuri biologis
3. Hambatan mobilitas fisik b.d Ketidaknya manan / nyeri
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d laju metabolic,
dispnea saat makan, kelemahan otot pengunyah.
C. INTERVENSI
D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk
memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan adalah
(Nursalam, 2008) :
Tindakan kolaborasi dan independent :
1. Memposisikan posisi duduk pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
2. Memberikan bronkodilator (misalnya inhaler, nebulizer,
peak flow meter)
3. Menawarkan minuman hangat untuk minum pada pasien
4. Memberikan healt education
5. Mengajarkan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
6. Memonitoring tanda-tanda vital
7. Fisioterapi dada
E. EVALUASI
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan aktif dari proses keperawatan, dimana
perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap masalah dan menilai sejauh mana
masalah dapat di atasi. Disamping itu, perawat juga memberikan umpan balik atau
pengkajian ulang seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai, maka yang
diharapkan dari hasil evaluasi adalah (Mitayani, 2009) :
1. Klien mampu bernafas d
2. Klien mampu mengelua
3. Klien tidak merasa tercekik
4. Irama nafas dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal
5. Tidak ada suara nafas abnormal
6. Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat mengambat jalan
nafas
7. Mampu mengurangi kecemasan
8. Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, M.G.,Howard, K.B.,Joanne, M. D., & Wagner, M.C (2016). Nursing intervention
classification (NIC). United States of America: Elsevier Mosby
Djojodibroto, R.D. (2017). Respirologi (Respiratory Medicine) Edisi 2. Jakarta : EGC.
Moorhead, S.,Johnson, M., & Mass, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing outcomes
classification (NOC). United States of America: Elsevier Mosby.