Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH

A. Definisi

Menurut Yusuf dkk (2015), harga diri diartikan sebagai penilaian pribadi terhadap sebuah
hasil yang dicapai yang diperoleh dari diri sendiri maupun orang lain. Harga diri tinggi dapat
terbentuk dari adanya keberhasilan yang dicapai, sebaliknya harga diri rendah merupakan bagian
dari hasil sering mengalami kegagalan, atau rasa tidak dicintai dan tidak diterima.

Kemudian menurut Azizah dkk (2018), Harga diri rendah merupakan perasaan tidak
berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.

Harga diri rendah kronis merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk
kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada
harapan dan putus asa. Gangguan pada harga diri merupakan bagian dari evaluasi dan
kemampuan diri yang negatif yang dipertahankan dalam waktu lama (Azizah dkk, 2016).

Dari tiga definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah merupakan
penilaian pribadi terhadap diri sendiri dengan perasaan negatif seperti tidak berharga, tidak
berguna dan tidak memiliki kemampuan positif yang dipertahankan dalam waktu lama

B. Tanda dan Gejala


1. Malu terhadap diri sendiri akibat penyakit atau akibat tindakan terhadap penyakit.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, menyalahkan/mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat.
4. Percaya diri kurang
5. Ekspresi malu atau merasa bersalah dan khawatir, menolak diri sendiri.
6. Perasaan tidak mampu.
7. Pandangan hidup yang pesimistis.
8. Tidak berani menatap lawan bicara.
9. Lebih banyak menunduk.
10. Penolakan terhadap kemampuan diri.
11. Kurang memperhatikan perawatan diri
12. Penyalahgunaan zat
13. Menarik diri dari hubungan social
14. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
15. Tampak mudah tersinggung/mudah marah.

C. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kekacauan Depersonalisasi


diri positif rendah Identitas

Keterangan:

1. Respon Adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien menghadapi suatu masalah
dapat menyelesaikannya secara baik antara lain:
a. Aktualisasi diri, yaitu kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk
persepsi masalah akan diri dan perasaannya.
b. Konsep diri positif menunjukkan individu akan sukses dalam menghadapi masalah.
2. Respon mal-adaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana individu
tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Respon maladaptif gangguan konsep diri
adalah:
a. Harga diri rendah
Transisi antara respon konsep diri positif dan maladaptif.
b. Kekacauan identitas
Identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan dalam
mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri)
D. Pohon Masalah

Isolasi sosial: menarik diri effect

Gangguan konsep diri: harga Core problem


diri rendah

Koping individu tidak efektif causa

E. Masalah Keperawatan
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Isolasi sosial: menarik diri
3. Koping individu tidak efektif

F. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak
efektif
2. Isolasi sosial berhubungan dengan harga diri rendah

G. Penatalaksanaan

Menurut Purwasih dan Susilowati (2016), terdapat penatalaksanaan yang dapat dilakukan
pada pasien dengan masalah harga diri rendah selain melaksanakan strategi pelaksanaan pasien
dan keluarga. Penatalaksanaan tersebut berfokus pada peningkatkan harga diri pasien dengan
tujuan untuk menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala yang ada serta
memperbaiki perilaku bermasalah dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian klien secara
positif. Cara tersebut meilputi:

a. Memberikan motivasi untuk pasien belajar selalu menghargai diri sendiri. Yakinkan pasien
bahwa hanya ia yang berhak atas hidupnya.
b. Memberikan bimbingan konseling untuk belajar untuk menyukai diri sendiri atau menerima
diri apa adanya. Pasien juga diajarkan untuk mengembangkan setiap potensi yang ada pada
dirinya.
c. Memotivasi keluarga kepada pasien
d. Memotivasi keluarga untuk melakukan apa yang dianggap penting oleh pasien walaupun
pasien merasa tidak mampu, takut atau malu.
e. Memberikan pasien bimbingan belajar untuk hidup mandiri, tidak tergantung dengan orang
lain untuk meminimalkan penolakan yang mungkin bisa dialami pasien

H. Rencana Tindakan

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


TUK 1 1. Klien dapat 1.1 Bina Hubungan saling
Klien dapat membina mengungkapkan percaya
hubungan saling percaya perasaannya a. Sapa klien dengan
2. Ekspresi wajah ramah, baik verbal
bersahabat. maupun nonverbal.
3. Ada kontak mata b. Perkenalkan diri
4. Menunjukkan rasa dengan sopa
senang. c. Tanya nama
5. Mau berjabat tangan lengkap klien dan
6. Mau menjawab salam nama panggilan
7. Klien mau duduk yang disukai klien
berdampingan d. Jelaskan tujuan
8. Klien mau pertemuan, jujur
mengutarakan masalah dan menepati janji.
yang dihadapi e. Tunjukkan sikap
empati dan
f. menerima klie apa
adanya.
g. Beri perhatian pada
klien
1.2 Beri kesempatan untuk
Mengungkapkan
perasaan tentang
penyakit yang
dideritanya
1.3 Sediakan waktu untuk
mendengarkan klien
1.4 Katakana pada klien
bahwaia adalah seorang
yang berharga dan
bertanggung jawab
serta mampu menolong
dirinya sendiri.
TUK 2 Klien mampu 2.1 Diskusikan
Klien dapat mempertahankan kemampuan dan aspek
mengidentifikasi aspek yang positif positif yang dimiliki
kemampuan dan aspek klie dan beri pujian/
positif yang dimiliki reinforcement atas
kemampuan
mengungkapkan
perasaan
2.2 Saat bertemu klien,
hindarkan memberi
penilain negatif.
Utamakan member
pujian yang realistis
TUK 3 1. Kebutuhan klien 3.1 Diskusikan
Klien dapat menilai terpenuhi kemampuan yang
kemampuan yang didapat 2. Klien dapat melakukan masih dapat digunakan
digunakan aktivitas selama sakit.
3.2 Diskusikan juaga
kemampuan yang
dapat dilanjutkan
TUK 4 1.1 Klien mampu 4.1 Rencanakan bersama
Klien dapat menetapkan beraktivitas sesuai klien aktivitas yang
dan merencanakan kemampuan dapat dilakukan setiap
Kegiatan sesuai dengan 1.2 Klien mengikuti hari sesuaikemampuan:
kemampuan yang dimiliki terapi aktivitas kegiatan mandiri,
kelompok kegiatan dengan
bantuan minimal,
kegiatan dengan
bantuan total.
4.2 Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan toleransi
kondisi klien Beri
contoh car pelaksanaa
kegiatan yang boleh
klien lakukan (sering
klien takut
melaksanakanya
TUK 5 Melakukan kegiatan sesuai 5.1 Beri kesempatan klien
Klien dapat melakukan kondisi sakit dan untuk mencoba kegiatan
kegiatan sesuai kondisi kemampuannya yang direncanakan
sakit dan kemampuannya 5.2 Beri pujian atas
keberhasilan klien
5.3 Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan dirumah.
TUK 6 1. Klien mampu 6.1 Beri pendidikan
Klien dapat melakukan apa yang kesehatan pada
memanfaatkan diajarkan keluarga tentang cara
system pendukung yang 2. Klien mau merawat klien harga
ada memberikan dukungan diri rendah
6.2 Bantu keluarga
memberi dukungan
selama klien di rawat
6.3 Bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan di rumah.

I. Strategi Pelaksanaan Pasien dan Keluarga


1. SP 1 pasien: mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah
dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana
harian.

Fase Orientasi
“Selamat pagi, perkenalkan saya perawat C, saya yang akan merawat ibu. Kalau boleh tau
ibu namanya siapa? senangnya dipanggil apa? Bagaimana keadaan A hari ini? A terlihat
segar”
“Bagaimana kalau saat ini kita bercakap-cakap tentang hobi atau kegiatan yang A sukai
dirumah. Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat A lakukan di rumah
sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”
“Dimana kita duduk? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 20
menit?
Fase Kerja
“A, kegiatan apa saja yang A sukai dirumah? Apa saja kemampuan yang A dimiliki?
Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya!”
“Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa A lakukan? Bagaimana dengan merapihkan
kamar? Menyapu? Mencuci piring.............dst.”.
“Wah, bagus sekali jadi ternyata ada lima kemampuan dan kegiatan yang A miliki”.
“A, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah
sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3
yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini.”
“Sekarang, coba A pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.
“Misalnya yang nomor satu, yaitu merapihkan tempat tidur. Kalau begitu, bagaimana kalau
sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur? Mari kita lihat tempat tidur A.”
“Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. “Nah, sekarang
kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus ! Sekarang sebelah kaki, tarik
dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan
letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki.
Wah Bagus sekali!”
“A sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah
dengan sebelum dirapikan? Bagus”
“Coba A lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau A lakukan tanpa
disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak) melakukan.
Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan mbak A setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat
tidur? Ya, A ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit
ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah A praktekkan dengan baik sekali.
Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian A. Mau berapa kali sehari merapihkan
tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa? Lalu sehabis istirahat, jam
16.00”
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. A masih ingat kegiatan apa lagi
yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci
piring. Kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini
sehabis makan pagi ya”
“Sampai jumpa besok”

2. SP 2 Pasien: melatih pasien melakukan kegiatan lain sesuai dengan kemampuan pasien

Fase Orientasi
“Selamat pagi, bagaimana perasaan A pagi ini? Wah, tampak sangat senang ya”
“Bagaimana A, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin atau tadi pagi? Bagus
(kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi)
“Sekarang sesuai dengan janji kita kemarin, kita akan latihan kemampuan kedua. Masih
ingat apa kegiatan itu A?”
“Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini”
“Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”
Fase Kerja
“A, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu spons/kain
untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas.
A bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Jangan lupa juga untuk sediakan
tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.”
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, A ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa
kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian A bersihkan piring
tersebut dengan menggunakan spons/kain yang sudah diberikan sabun pencuci piring.
Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di
piring tersebut. Setelah itu A bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang
sudah tersedia di dapur. Nah selesai…”
“Sekarang coba A yang melakukannya”
“Bagus sekali, A dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap tangannya”
Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan A setelah latihan cuci piring?”
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari A. Mau
berapa kali A mencuci piring? Bagus sekali A mencuci piring tiga kali setelah makan.”
“Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan
cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel”
“Mau jam berapa? Sama dengan sekarang? Ok kalau begitu sampai jumpa besok”

3. SP 1 keluarga: Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di


rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan
cara merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk
mempraktekkan cara merawat.

Fase Orientasi
“Selamat pagi ibu, saya perawat C yang mendampingi A”
“Bagaimana keadaan Ibu pagi ini?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat A? Berapa lama
waktu Ibu? 30 menit? Kita bercerita diruang tamu ya.”
Fase Kerja
“Apa yang ibu ketahui tentang masalah A?”
“Ya memang benar sekali Bu, A itu memang terlihat tidak percaya diri dan sering
menyalahkan dirinya sendiri. A mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia.
Dengan kata lain, anak Ibu ini memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan
munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan A ini
terus menerus seperti itu, A bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya A jadi
malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah A dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu
memberikan perawatan yang baik untuk A”
“Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki A? Ya benar, dia juga mengatakan hal yang
sama” (kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan A)
“A itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Serta
telah dibuat jadwal untuk melakukannya. Untuk itu, Ibu dapat mengingatkan A untuk
melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya bu.
Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi
tanda cek list pada jadwal yang kegiatannya”.
“Selain itu, bila A sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, Ibu tetap perlu memantau
perkembangan A. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi, Ibu
dapat membawa A ke puskesmas”
“Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada A”
“Temui A dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang yang
mengatakan: Bagus sekali A, kamu sudah semakin terampil mencuci piring”
“Coba ibu praktekkan sekarang. Ya bagus!”
Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi A dan bagaimana cara
merawatnya?”
“Bagus sekali Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Ibu kemari lakukan
seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi pujian
langsung kepada A”
“Jam berapa Ibu datang? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”.

4. SP 2 keluarga: Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah


harga diri rendah langsung kepada pasien.

Fase Orientasi
“Selamat pagi ibu. Bagaimana perasaan Ibu hari ini?”
“Apakah ibu Bu masih ingat latihan merawat anak Ibu yang kita pelajari dua hari yang
lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada A.”
“Waktunya 20 menit”.
“Sekarang mari kita temui A”
Fase Kerja
“Selamat pagi A. Bagaimana perasaan A hari ini?”
“Hari ini saya datang bersama orang tua A. Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, orang tua A juga ingin merawat A agar A cepat pulih.”
(kemudian perawat berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
“Nah Bu, sekarang Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari
lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan anak Ibu”
(Perawat mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang
telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
“Bagaimana perasaan setelah berbincang-bincang dengan Orang tua A?”
“Baiklah, sekarang saya dan orang tua A ke ruang perawat dulu ya”
Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita latihan tadi?”
“Mulai sekarang Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada A. Tiga hari lagi
kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Ibu melakukan cara merawat yang
sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang ya bu!”
“Sampai nanti”

5. SP 3 keluarga: membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Fase Orientasi
“Selamat pagi Bu”
“Karena hari ini A sudah boleh pulang, maka kita akan membicarakan jadwal A selama di
rumah”
“Berapa lama Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor.”
Fase Kerja
“Ibu ini jadwal kegiatan A selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah semua dapat
dilaksanakan di rumah?”
“Bu, jadwal yang telah dibuat selama A dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah,
baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh A
selama di rumah. Misalnya kalau A terus menerus menyalahkan diri sendiri dan berpikiran
negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain, maka ibu harus segera hubungi puskesmas terdekat dari rumah
ibu.”
“Selanjutnya perawat yang ada di puskemas yang akan memantau perkembangan A selama
di rumah”
Fase Terminasi
“Bagaimana ibu? Ada yang belum jelas?”
“Ini jadwal harian A untuk di bawa pulang, ini surat rujukan untuk di puskemas nanti kalau
ada apa-apa.”
“Jangan lupa control ke puskesma sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak.”
“Selanjutnya, silahkan ibu menyelesaikan administrasinya ya!”
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Azizah, dkk. (2018). Keperawatan Jiwa: Aplikasi Praktik Klinik. Mojokerto: Karya Bina Sehat.

Purwasih, R & Susilowati, Y. (2016). Penatalaksanaan Pasien Gangguan Jiwa Dengan Gangguan
Konsep Diri: Harga Diri Rendah Di Ruang Gathotkoco Rsjd Dr. Amino Gondohutomo
Semarang. JPK Vol. 3, No. 2, Juli

Yusuf, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai