Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun oleh:

Juwita Noren Djue

NIM: 17061002

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE

MANADO
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
A. Definisi
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memperhatikan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan diri. DefiSit perawtan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting (Azizah dkk, 2016).
Menurut Yusuf dkk (2015), defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang
mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak
menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defisit
perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien
gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini
merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga
maupun masyarakat.
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar yang dimiliki manusia dalam
melengkapi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, dalam kelangsungan
hidupnya sesuai kondisi kesehatannya (Direja & Herman, 2011).
Dapat disimpulkan bahwa deficit perawat diri merupakan keadaan dimana individu
mengalami masalah dalam kemampuan dasar untuk memenuhi kebutuhannya, keperawatan
diri secara mandiri.
B. Tanda dan Gejala
a. Fisik, meliputi badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan
kotor, gigi kotor disertai mulut bau dan penampilan tidak rapi.
b. Psikologis, meliputi: malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak
berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial, meliputi interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai
norma, cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, tidak mampu
gosok gigi dan mandi mandiri.

C. Klasifikasi
1. Defisit perawatan diri mandi, yaitu hambatan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/berakivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri berpakaian, yaitu hambatan untuk melakukan kemampuan
untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri
sendiri.
3. Defisit perawatan diri makan, yaitu hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas sendiri
4. Defisit perawatan diri eliminasi, yaitu hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas.
D. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan Kadang perawatan diri Tidak melakukan


diri seimbang tidak seimbang perawatan diri
Keterangan:
1. Pola perawatan diri seimbang: saat klien mendapat stressor klien mampu berperilaku
adapatif sehingga pola perawatan diri yan dilakukan masih baik.
2. Kadang perawatan diri tidak seimbang: klien kadang-kadang tidak memperhatikan
perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri: klien tidak peduli dan tidak bisa melakukan
perawatan diri

E. Pohon Masalah

Penurunan kemampuan dan


motivasi merawat diri effect

Defisit perawatan diri: mandi, Core problem


toileting, makan, berhias.

Isolasi sosial: menarik diri causa

F. Masalah Keperawatan
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Deficit perawatan diri
3. Isolasi sosial

G. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri berhubungan dengan deficit
perawatan diri.
2. Deficit perawatan diri berhubungan dengan isolasi sosial: menarik diri.

H. Penatalaksanaan
1. Psikofarmakologi
Obat antipsikotik yang ada dipasaran dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu
antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antispikotik generasi kedua (APG II).
2. Terapi Psikososial:
a. Psikoterapi individual
b. Terapi suportif
c. Sosial skill training
d. Terapi okupasi
e. Terapi kognitif dan perilaku
f. Psikoterapi kelompok
g. Psikoterapi keluarga

I. Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


TUM: Pasien menunjukkan tanda -tanda 1. Bina hubungan saling
Pasien dapat dapat membina hubungan saling percaya dengan prinsip
memeliharan atau percaya dengan perawat, yaitu: komunikasi teraupetik,
Merawat kebersi- a. Ekspresi wajah bersahabat yaitu:
han sendiri secara b. Pasien menunjukan rasa a. Sapa pasien dengan
mandiri. senang ramah baik verbal
c. Pasien bersedia berjabat maupun nonverbal.
TUK 1: tangan b. Perkenalkan diri dengan
Pasien dapat membina d. Pasien bersedia menyebutkan sopan.
hubun- nama c. Tanyakan nama lengkap
gan saling percaya. e. Ada kontak mata pasien dan nama
f. Pasien bersedia duduk panggilan.
berdampingan dengan d. Jelaskan tujuan
perawat. pertemuan.
g. Pasien bersedia mengutarakan e. Jujur dan menepati janji.
masalah yang dihadapinya f. Tunjukan sikap empati
dan menerima pasien
apa adanya
g. Beri perhatian pada
pemenuhan kebutuhan
dasar pasien
TUK 2: Pasien dengan aman melakukan Melatih pasien cara-cara
Pasien mampu kemampuan maksimum atau perawatan diri dengan cara
malakukan kebersihan aktivitas perawatan diri secara 1. Menjelaskan pentingnya
diri secara mandiri mandiri. kebersihan diri
2. Menjelaskan alat-alat untuk
menjaga kebersihan diri
3. Menjelaskan cara-cara
melakukan kebersihan iri.
4. Melatih pasien
mempraktikan cara menjaga
kebersihan diri.
TUK 3: - Pasien dengan aman 1. Melatih paseien berdandan,
Pasien mampu melakukan (kemampuan dengan rincian
melakukan tindakan maksimum) atau untuk pasien laki-laki,
perawatan, berupa mempertahankan aktivitas latihan meliputi:
berhias atau perawatan diri berupa berhias  Berpakaian
berdandan secara baik. dan berdandan.  Menyisir rambut
- Pasien berusaha untuk  Bercukur
memelihara kebersihan diri, untuk pasien wanita
seperti mandi pakai sabun dan  Berpakian
disiram dengan air sampai  Menyisir rambut
bersih, mengganti pakaian
 Berhias
bersih sehari-hari,dan
2. Memantau kemampuan
merapikan penampilan.
pasien dalam berpakaian
dan berhias.
3. Memonitor atau
mengidentifikasi adanya
kemunduran sensori
kognitif dan psikomotor
yang mempunyai kesulitan
dalam berpakaian dan
berhias.
4. Diskusikan dengan pasien
kemungkinan adanya
hambatan dalam berpakaian
dan berhias
5. Menggunakan
komunikasi/instruksi yang
mudah di mengerti pasien
untuk mengakomodasi
keterbatasan kognitif
pasien.
TUK 4: Pasien - Kebutuhan personal hygiene 1. Memantau kemampuan
mampu melakukan pasien terpenuhi. pasien makan
kegiatan makan - Pasien mampu melakukan 2. Identifikasi bersama pasien
dengan baik kegiatan makan secara faktor-faktor penyebab
mandiri dan tepat dengan pasien tidak mau makan
mengungkapkan kepuasan 3. Identifikasi adanya
makan. hambatan makan
a. Fisik: kelemahan,
isolasi, keterbatasan
extremitas, dll.
b. Emosi: depresi, panik,
penurunan nafsu makan.
c. Intelektual: curiga
d. Social: curiga
e. Spiritual: adanya
waham.
4. Diskusikan dengan pasien
akibat kurang atau / tidak
mau makan
5. Diskusikan dengan pasien
fungsi makanan bagi
kesehatan
6. Menjelaskan cara
mempersiapkan makanan
bagi pasien.
7. Menjelaskan tentang
personal hygiene pola
makan
8. Menjelaskan cara makan
yang tertib.
9. Menjelaskan cara
merapikan peralatan makan
setelah makan
10. Praktik makan disesuaikan
dengan tahapan makan
dengan baik
11. Evaluasi perasaan pasien
setelah makan.
12. Berikan pengetahuan
(reinforcement)terhadap
kemajuan pasien.
TUK 5: Mampu Pasien dapat melaksanakan 1. Mengkaji budaya pasien
melakukan bab/bak perawatan diri secara mandiri ketika mempromosikan
secara mandiri. dalam hal BAB/BAK seperti: aktivitas perawatan diri
a. Mampu duduk dan turun dari 2. Bantu pasien ke toilet
toilet. 3. Berikan pengetahuan
b. Mampu membersihkan diri tentang personal hygiene
setelah eliminasi secara dalam kaitanya dengan
mandiri /dibantu toileting.
4. Menjelaskan tempat
BAB/BAK yang sesuai.
5. Menjelaskan cara
membersihkan diri setelah
BAB/BAK.
6. Menjelaskan cara
membersihkan tempat BAB
dan BAK.
TUK 6: Keluarga Keluarga dapat mengetahui deficit 1. Diskusikan dengan
mampu merawat perawatan diri pasien dan cara keluaraga tentang fasilitas
anggota keluarganya memberikan dukungan pada kebersihan diri yang
yang mengalami pasien dalam melakukan dibutuhkan oleh pasien
masalah kurang perawatan diri untuk menjaga perawatan
perawatan diri diri pasien.
2. Anjurkan keluarga untuk
terlibat dalam merawat diri
pasien dan membantu
mengingatkan pasien dalam
merawat diri (sesuai dengan
yang telah di sepakati)
3. Anjurkan keluarga untuk
memberikan pujian atas
keberhasilan pasien dalam
merawat diri

J. Strategi Pelaksanaan Pasien dan Keluarga


1. SP 1 pasien: mendiskusikan tentang kebersihan diri, manfaat kebersihan diri, alat
yang digunakan dan cara menjaga kebersihan diri, melatih cara mandi yang benar.

Fase Orientasi
“Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya perawat JC biasa dipanggil perawat C. Saya
perawat yang dinas diruangan ini dan saya juga yang akan merawat ibu.”
“Nama ibu siapa? Senangnya dipanggil apa?”
“Jadi bu, bagaimana perasaan ibu saat ini? Apakah ibu sudah mandi?”
“Bagaimana kalau saat ini kita mendiskusikan tentang kebersihan diri?”
“Ibu maunya berapa lama kita bercerita? Bagaimana kalau 20 menit?”
“Mau berbincang dimana? Bagaimana kalau diruang tamu?”
Fase Kerja
Masalah Kebersihan Diri
“Berapa kali ibu mandi dalam sehari? Menurut ibu apa kegunaan mandi? Apa alasan
ibu sehingga ibu tidak ingin mandi atau merawat diri? Menurut ibu, apa manfaat kalau
kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda orang yang merawat diri dengan baik
seperti apa? Kalau tidak menjaga dan merawat kebersihan diri masalah apa yang
menurut ibu bisa muncul?”
“Sekarang, apa saja alat yang ibu gunakan untuk menjaga kebersihan diri, seperti saat
mandi, mencuci rambut, gosok gigi kegiatan lainnya? Apa saja yang perlu
dipersiapkan? Ya benar, bagus sekali.”
“Ibu harus menyiapkan pakaian ganti, handuk, sabun, sikat gigi, odol, shampoo serta
sisir. Bagus sekali, ibu sudah tau ala tapa saja yang digunakan.”
Masalah Berdandan
“Apa yang ibu lakukan untuk merawat rambut dan wajah? Kapan saja ibu menyisir
rambut? Apa ibu juga menggunakan bedak diwajah? Apa tujuan kita menyisir rambut
dan berdandan?”
“Kalau begitu, bisakah ibu sebutkan alat yang digunakan untuk berdandan? Ya benar
sekali. Alatnya ada sisir, bedak dan lipstik”

Masalah Makan dan Minum


“Berapa kali ibu makan dalam sehari? Kalau minum sehari bisa berapa gelas bu? Apa
saja yang disiapkan untuk makan? Dimana ibu makan? Bagaimana cara makan yang
baik menurut ibu? Apa yang ibu lakukan sebelum makan? Apa pula yang dilakukan
sesudah makan?”

Masalah BAB dan BAK


“Berapa kali ibu BAB dan BAK dalam sehari? Dimana biasanya ibu BAB/BAK?
Bagaimana ibu membersihkannya?”

“Nah, kita sudah bercerita tentang kebersihan diri, berdandan, makan dan minum serta
BAB dan BAK.”
“Sekarang, bisakah ibu ceritakan bagaimana cara melakukan mandi, keramas dan
menggosok gigi? Ya benar sekali”
“Jadi caranya yaitu pertama ibu siram seluruh tubuh dengan air termasuk juga rambut
ibu. Lalu ambil shampoo dan gosokkan ke kepala ibu sampai berbusa lalu bilas hingga
bersih. Selanjutnya ibu ambil sabun dan gosokkan ke seluruh tubuh dengan merata lalu
bilas dengan air sampai bersih. Jangan lupa juga menyikat gigi menggunakan odol.
Caranya yaitu gigi dengan arah atas kebawah. Gosok gigi ibu dari gigi yang paling
depan ke gigi yang dibelakang. Selanjutnya ambil air dan kumur-kumr sampai mulut
bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh ibu sampai bersih dan keringkan dengan
menggunakan handuk.”
“Ibu sudah bagus sekali melakukannya. Nah, selanjutnya ibu bisa pasang baju dan sisir
rambut serta berdandan dengan baik”
Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercerita tentang pentingnya kebersihan diri,
manfaat dan alat serta cara melakukan kebersihan diri?”
“Sekarang coba ibu ulangi lagi apa saja alat yang digunakan untuk menjaga kebersihan
diri? Dan bagaimana cara menjaga kebrsihan diri?”
“Bagus sekali ibu sudah menjawabnya dengan benar.”
“Bagaimana perasaan ibu setelah mandi? Terasa lebih bersih dan segarkan?”
“Jadi, ibu harus sering mandi ya paling baik kalau 2 kali sehari, sikat gigi juga 2 kali
sehari dan keramas 2 kali dalam seminggu”
“Kita masukkan kejadwal hariannya ya bu, nanti jika ibu mandi secara mandiri ibu
tuliskan M, jika dibantu oeh perawat ibu tuliskan D, jika tidak dilakukan maka ibu tulis
T. apakah ibu mengerti? Bagus kalau begitu”
“Nah, bagaimana kalau besok kita bercerita lagi tentang cara berdandan. Apakah ibu
bersedia?”
“Ibu maunya jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00 di ruang tamu?”
“Baiklah kalau begitu, sampai jumpa besok ya bu.”

2. SP 2 Pasien: melatih cara berdandan yang benar

Fase Orientasi
“Selamat pagi bu, bagaiamana perasaan ibu saat ini? Apakah ibu sudah mandi? Wah bagus
kalau begitu. Rambutnya juga sudah disisir ya, ibu terlihat sangat segar dan rapi.”
“Bagaimana dengan gosok giginya? Bagus sekali”
“Coba saya lihat jadwal hariannya. Wah bagus, ibu sudah mandi 2 kali sehari, ibu juga
sudah gosok gigi dan keramas walaupun masih dibantu perawat ya bu.”
“Nah bu, sesuai dengan janji kita sebelumnya, hari ini kita kan melatih ibu untuk
berdandan.”
“Apakah ibu bersedia? Bagaimana kalau kita berlatih selama 20 menit? Ibu maunya
dimana? Bagaimana kalau diruang tamu?”
Fase Kerja
“Sebelum berdandan, ala tapa saja yang harus disiapkan? Ya benar, ada sisir, bedak dan
lipstick”
“Bagaimana cara ibu berdandan? Apakah menyisir rambut dulu? Bagaimana cara ibu
menyisir? O, jadi seperti itu ya.”
“Coba sekarang ibu menyisir rambut dulu. Wah bagus sekali, coba lihat dikaca. Apakah
sudah rapi?”
“Apakah ibu juga sering memakai bedak? Coba ibu praktekkan cara memakai bedak.
Bagus ibu tampak cantik”
“Apakah ibu mau memakai lipstick? Coba lihat dikaca, kelihatan cantik kan”
Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara berdandan? Lebih kelihatan cantic dan
rapi kan?”
“Coba ibu sebutkan lagi apa saja alat yang digunakan untuk berdandan? Ya bagus sekali.
Sekarang coba ibu sebutkan caranya! Ya benar.”
“Baiklah ibu, nanti kita masukkan kegiatan berdandan dijadwal harian ya. Berapa kali
dalam sehari ibu ingin berdandan? Dua kali sehati? Sehabis mandi ya.”
“Selanjutnya, jangan lupa menulis dijadwal harian jika ibu sudah melakukannya ya.”
“Baiklah bu, bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk membicarakan tentang latihan
cara makan dan minum yang benar. Apakah ibu bersedia?”
“Ibu maunya jam berapa? Bagaimana kalau jam 11 siang?”
“Ibu maunya dimana? Bagaiaman kalau diruang makan?”
“Baiklah bu sampai jumpa besok.”

3. SP 3 pasien: melatih cara makan dan minum yang baik

Fase Orientasi
“Selamat pagi bu, bagaimana perasaan ibu saat ini?”
“Hari ibu terlihat cantik karena rambutnya sudah disisir rapi, terus sudah pakai bedak
dan lipstik, kukunya juga sudah digunting. Bagus sekali.”
“Coba saya lihat jadwalnya? Wah bagus sekali, sudah banyak ya kegiatan yang ibu
lakukan sendiri. Nanti terus dipertahankan seperti ini ya bu.”
“Nah sesuai dengan janji kita sebelumnya, hari ini kita akna bicarakan tentang
kebutuhan makan dan minum serta kita juga kana latihan tentang cara makan dan
minum yang benar.”
“Berapa lama kita mau berbicang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit? Ibu mau
berbincang-bincang dimana? Bagaiamana kalau diruang makan?”
Fase Kerja
“Baiklah bu, sekarang kita akan bercerita tentang kebutuhan makan pada orang dewasa
seperti ibu dalam satu hari. Jadi kebutuhan makan orang dewasa yaitu antara 2000-
2200 kalori atau 3 porsi dalam sehari. Biasanya kebutuhan itu terpenuhi dengan
mengkonsumsi makanan seperti nasi, jagung, ubi jalar dll, selain itu perlu juga lauk
seperti ikan, ayam, tempe ataupun tahu. Sayur juga dibutuhkan ketika makan karena
bisa memberikan rasa segar dan melancarkan proses pencernaan. Kalau untuk minum,
manusia membutuhkan minum sebanyak 8-10 gelas perhari.”
“Bagaimana apakah ibu sudah mengerti? “
“Kalau kita mau makan alat apa saja yang kita butuhkan? Ya benar, jadi harus ada
gelas, piring dan sendok. Kalau piring gunanya apa? Ya benar sekali untuk menaruh
makanan, kalau sendok untuk apa? Kalau gelas untuk apa? Bagus sekali ibu sudah
menjawab dengan benar.”
“Kalau sebelum makan ibu biasanya berbuat apa? Kalau sesudah makan? Ya benar,
jadi kalau sebelum dan sesudah makan kita harus mencuci tangan pakai sabun. Mari
kita praktekkan. Ya bagus”
“Setelah cuci tangan, kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap jangan lupa
untuk berdoa dulu. Coba ibu pimpin kita berdoa. Ya bagus sekali. Selanjutnya mari kita
makan”
“Saat makan kita harus menyuapkan makanan satu-satu dengan pelan. Kalau sudah
selesai makan jangan luoa bereskan piring dan gelas yang kotor. Setelah itu cuci tangan
kembali. Ya bagus sekali ibu sudah bisa mempraktekkannya.”

Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita belajar makan dan minum? Alat apa saja yang
kita gunakan untuk makan? Sebelum makan dan sesudah makan apa saja yang kita
lakukan? Ya benar sekali”
“Kita masukkan latihan cara makan dan minum kedalam jadwal harian ya? Ibu makan
tiga kali dalam sehari ya. Kalau pagi biasanya jam berapa? Siang? Malam? Ok, kalau
begitu langsung kita tulis dijadwal harian ya”
“Selanjutnya jangan lupa juga untuk melakukan kegiatan lainnya yang sudah kita tulis
dijadwal harian.”
“Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi untuk membicarakan tentang BAB dan BAK.
Apakah ibu bersedia?”
“Ibu maunya jam berapa? Bagaimana kalau jam 9 pagi? Disini saya ya bu?”
“Sampai jumpa besok”

4. SP 4 Pasien: melatih BAB dan BAK yang baik.

Fase Orientasi
“Selamat pagi ibu, bagaimana perasaan ibu saat ini?”
“Hari ini saya lihat ibu sudah lebih rapid an bersih ya, rambutnya sudah disisir rapi,
sudah pakai bedak dan lipstik. Pokoknya ibu sudah terlihat cantik.”
“Coba saya lihat jadwalnya? Wah bagus sekali ya, ibu sudah melakukan aktivitas yang
ada dijadwal harian ini dan sebagian besarnya sudah dilakukan sendiri ya bu, kecuali
makan dan minum yah?”
“Saat ini, kita mau berbincang tentang cara BAB dan BAK sesuai dengan janji kita
sebelumnya. Apa ibu bersedia?”
“Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?”
“Mau dimana? Bagaimana kalau diruang tamu?”
Fase Kerja
“Ibu kalau BAB dan BAK ditoilet ya? Hati-hati kalau BAB dan BAK pakaiannya
jangan sampai kena ya. Ibu biasa BAB dan BAK di wc jongkok atau WC duduk?
Bagaimana cara ibu membersihkan area kelamin dan anus setelah BAB atau BAK? Jadi
bu, cara membersihkan yang benar yaitu menyiram air dari arah depan kebelakang.
Jangan terbalik yah. Cara ini berguna untuk mencegah masuknya kotoran yang ada
dianus kebagian kemaluan lita. Setelah selesai membersihkan area kelamin dan anus,
jangan lupa kotorannya disiram dengan air secukupnya sampai kotoran tidak tersisa
lagi di WC. Jika ibu membersihakan kotoran/air kencing seperti ini berarti ibu ikut
mencegah penyebaran kuman yang berbahaya. Setelah selesai menyiram kotoran, ibu
peru merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari toilet. Setelah itu jangan lupa cuci
tangan dan pakai sabun ya bu.”
Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercerita tentang cara BAB dan BAK? Apa saja
yang dilakukan saat BAB dan BAK? Ya Bagus sekali.”
“Coba sekarang ibu sebutkan cara perawatan diri yang sudah kita pelajari dan latih
selama ini. Wah bagus sekali”
“Baiklah bu, kita sudah selesai melakukan latihan cara BAB dan BAK. Sekarang kita
masukkan kedalam jadwal harian ya bu. Jangan lupa juga untuk tetap melakukan
aktivitas sesuai jadwal mulai dari mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehair juga,
keramas 2 kali seminggu, gunting kuku, ganti baju, berdandan, makan 3 kali sehari dan
minum 8-10 gelas sehari. Dan selanjutnya yang paling terakhir yaitu BAB dan BAK
ditempat yang benar.”
“Bagaimana bu, bisa dilakukan sesuai jadwal? Ya bagus sekali kalau ibu mau
mencobanya.”
“Nanti kita akan bertemu kembali untuk bercerita tentang kegiatan yang sudah ibu
lakukan.”
“Sampai bertemu kembali ya bu”

5. SP 1 Keluarga: memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang masalah


perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang
perawatan diri.

Fase Orientasi
“Selamat pagi bapak, saya perawat C yang merawat istri bapak yaitu Ibu A”
“Apa pendapat Bapak tentang ibu A?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang dialami ibu A dan bantuan apa
saja yang dapat bapak berikan.”
“Berapa lama waktu bapak yang tersedia? Bagaimana kalau 20 menit? Mari kita duduk
di kantor perawat”
Fase Kerja
“Apa saja masalah yang bapak rasakan dalam merawat ibu A?”
“Jadi bapak perilaku yang ditunjukkan oleh ibu A itu dikarenakan gangguan jiwanya
yang membuat ibu A tidak mempunyai minat untuk mengurus diri sendiri.”
Baik, .akan saya jelaskan; untuk kebersihan diri, kami telah melatih ibu A untuk mandi,
keramas, gosok gigi, ganti baju, dan potong kuku. Kami harapkan Bapak dapat
menyediakan alat-alatnya. Ibu A juga telah mempunyai jadwal pelaksanaan untuk
berdandan, kami harapkan bapak dapat terus memotivasi ibu A agar sehabis mandi
untuk sisiran yang rapi, pakai bedak,dan lipstik. Untuk makan, sebaiknya makan
bersama keluarga dirumah, kami sudah ajarkan kepada ibu A tentang langkah-
langkahnya yaitu: cuci tangan, ambil makanan, berdoa, makan yang rapih, cuci piring
dan gelas, lalu cuci tangan. Sebaiknya bapak mengajak ibu A untuk makan pas jam
makan obat, agar sehabis makan ibu A langsung bisa minum obat. Untuk BAB dan
BAK, apakah dirumah ada WC?”
”Jadi, ibu A juga sudah belajar BAB/BAK yang bersih. Bapak nanti bisa memotivasi
ibu A untuk melakukan apa saja yang sudah kami ajarkan.”
”Kalau ibu A  kurang motivasi  dalam merawat diri apa yang bapak lakukan? Jadi
bapak juga perlu untuk mendampingi ibu A pada saat merawat diri sehingga dapat
diketahui apakah ibu A sudah bisa mandiri atau mengalami hambatan dalam
melakukannya.” 
”Apa ada yang ingin bapak tanyakan?”
Fase Terminasi
”Bagaimana perasaan bapak  setelah kita bercakap-cakap?”
“Coba bapak sebutkan lagi apa saja yang harus diperhatikan dalam membantu ibu A
dalam merawat diri. Bagus kalau begitu”
”Nanti kalau Bapak membesuk, bapak bisa menanyakan kepada ibu A mengenai
pelaksanaan kegiatan yang sudah dijadwalkan. Jika dirumah nanti, cobalah bapak
mendampingi ibu A dan membantu ibu A saat membersihkan diri”
“Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu dan Bapak akan saya dampingi untuk
memotivasi ibu A dalam merawat diri”
”Jam berapa bapak akan datang?”
”Kalau begitu sampai jumpa dua hari lagi”

6. SP 2 Keluarga: melatih keluarga cara merawat pasien

Fase Orientasi
“Selamat pagi bapak, sesuai dengan janji kita hari ini kita bertemu lagi untuk latihan cara
merawat ibu A.”
“Bagaimana bapak apakah ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua
hari yang lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke ibu A ya?”
“Berapa lama kita bisa latihan? Bagaimana kalau 20 menit”
Fase Kerja
“Sekarang anggap saya adalah ibu A, coba bapak praktekkan cara memotivasi ibu A untuk
mandi, berdandan, buang air, dan makan”
“Bagus, benar begitu caranya”
 “Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada ibu A”
“Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi ibu A untuk minum obat dan melakukan
kegiatan positifnya sesuai jadwal?”
“Bagus sekali, ternyata bapak sudah mengerti cara merawat ibu A”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada ibu A?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)
Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berlatih cara merawat ibu A?”
“Setelah ini coba bapak lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak membesuk
ibu A”
 “Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak datang kembali kesini dan kita akan
mencoba lagi cara merawat ibu A sampai bapak lancar melakukannya”
“Jam berapa bapak bisa kemari? Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak”

7. SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Fase Orientasi
“Selamat pagi bapak, hari ini ibu A sudah boleh pulang, untuk itu kita perlu membicarakan
tentang jadwal ibu A selama dirumah”
“Bagaimana pak, selama bapak membesuk apakah sudah terus dilatih cara merawat ibu A?”
“Nah sekarang mari kita bicarakan jadwal di rumah tersebut. Apakah disini saja?”
“Berapa lama bapak punya waktu.?”
Fase Kerja
“Pak, jadwal kegiatan ibu A dirumah sakit, coba perhatikan apakah dapat dilaksanakan
dirumah?
“ Pak, jadwal yang telah dibuat selama ibu A di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik
jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh ibu A
selama di rumah. Kalau misalnya ibu A menolak terus menerus untuk makan, minum, dan
mandi serta menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain,
maka segera hubungi perawat di Puskesmas terdekat dari rumah bapak. Nanti perawat
dipuskesmas yang akan membantu memantau perkembangan ibu A selama di rumah”
Fase Terminasi
“Bagaimana Pak.ada yang belum jelas atau ingin ditanyakan? Ini jadual harian ibu A untuk
dibawa pulang. Dan ini surat rujukan untuk perawat di puskesmas terdekat”
“ Jangan lupa kontrol ke Puskesmas sebelum obat habis, atau ada gejala-gejala yang tampak.”
“Selanjutnya silahkan selesaikan administrasinya.”
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik
Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Yusuf, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Direja & Herman, A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai