Anda di halaman 1dari 14

RANCANGAN MUTU SEDIAAN JADI

No Jenis Pengujian Farmakope Indonesia VI 2020 USP 41, Volume 2 2018 (hal. 3571)
1 Identifikasi - KLT - KLT
- Uji endotoksin - Tidak lebih dari 7,0 unit - Mengandung tidak lebih dari 7,00
bakteri Endotoksin FI per mg Unit Endotoksin USP per mg
ranitidin. ranitidin.
- pH - Antara 6,7 dan 7,3 - Antara 6,7 dan 7,3
- Partikulat - Jendal jel - Jendal jel
dalam injeksi
2 Kemurnian Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi Lapis Tipis
3 Penetapan kadar Kromatografi Cair Kinerja Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Tinggi

INJEKSI RANITIDIN HCl (Farmakope Indonesia Edisi VI Tahun 2020 Hal.1465)


Injeksi Ranitidin adalah larutan steril ranitidin hidroklorida dalam Air untuk Injeksi,
mengandung ranitidin, C13H22N4O3S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
jumlah yang tertera pada etiket.

Identifikasi
- KLT
Deteksi Untuk pengamatan lakukan dengan lampu UV gelombang pendek (254 nm) dan UV
gelombang panjang (365 nm). Berbagai penampak bercak dapat digunakan.
Penotolan: Totolkan larutan pada permukaan lempeng dengan volume penotolan yang telah
ditentukan untuk memperoleh totolan dengan diameter 2-5 mm (1-2 mm pada lempeng
KLTKT) atau bentuk pita 10-20 mm x 1-2 mm (5-10 mm x 0,5-1 mm pada lempeng KLTKT)
dengan jarak yang telah ditetapkan dari tepi bawah dan sisi samping lempeng. [Catatan
Selama proses eluasi, posisi penotolan harus sedikitnya 5 mm (KLT) atau 3 mm (KLTKT) di
atas permukaan fase gerak].
Larutan ditotolkan secara paralel dari tepi bawah lempeng dengan jarak antara 2 titik pusat
penotolan tidak kurang dari 10 mm untuk KLT (5 mm untuk KLTKT). Untuk penotolan
berupa pita, jarak antara 2 ujung pita tidak kurang dari 4 mm untuk KLT (2 mm untuk
KLTKT), kemudian biarkan kering.
Prosedur:
1. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi, pastikan titik atau pita hasil penotolan
di atas permukaan fase gerak.
2. Tutup bejana kromatografi.
3. Biarkan fase gerak merambat hingga batas yang ditetapkan, tigaperempat tinggi lempeng
atau jarak sesuai pada monografi.
4. Angkat lempeng, tandai batas rambat, keringkan.
5. Deteksi kromatogram sesuai prosedur.
6. Tentukan harga Rf bercak.
7. Identifikasi sementara dapat dibuat dengan mengamati harga Rf bercak dibandingkan
dengan baku. Perbandingan visual dari ukuran atau intensitas bercak atau zona dapat
digunakan untuk perkiraan semikuantitatif. Pengukuran kuantitatif dapat dilakukan secara
densitometri (pengukuran absorbansi atau fluoresensi).

- Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 7,0 unit Endotoksin FI per mg ranitidin.
Penetapan kadar ini menghitung jumlah endotoksin bakteri dalam larutan sampel dengan cara
titrasi hingga titik akhir.

Prosedur:
Perhitungan dan Interpretasi Uji absah jika kondisi berikut dipenuhi:
(1) Kedua replikasi dari kontrol negatif larutan D adalah negatif;
(2)Kedua replikasi dari kontrol positif larutan B adalah positif;
(3) Rata-rata geometrik kadar titik akhir larutan C berada dalam rentang 0,5 λ - 2 λ.
- Untuk menentukan kadar endotoksin dalam larutan A, hitung kadar titik akhir setiap seri
replikasi dari pengenceran dengan mengalikan tiap faktor pengenceran titik akhir dengan
λ. Kadar endotoksin dalam sampel adalah rata-rata geometrik kadar titik akhir replikasi
(lihat rumus yang diberikan dalam Uji Konfirmasi Kepekaan Pereaksi LAL, yang
dijelaskan dalam Uji Persiapan untuk Cara Jendal Gel). Jika pengujian dilakukan
dengan mengencerkan larutan sampel, hitung kadar endotoksin dalam sampel awal
dengan mengalikannya dengan faktor pengenceran. Jika tidak ada pengenceran sampel
yang positif dalam pengujian absah, laporkan kadar endotoksin kurang dari λ (jika
enceran sampel yang diuji kurang dari λ dikalikan faktor pengenceran terkecil dari
sampel). Jika semua pengenceran positif, kadar endotoksin dilaporkan sama atau lebih
besar dari faktor pengenceran terbesar dikalikan λ. (Misalnya: Faktor pengenceran awal 8
kali λ pada Tabel 3).

- pH <1071> Antara 6,7 dan 7,3.

- Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi Volume Kecil.
Metode 1 (untuk injeksi volume kecil)
Prosedur
Buat suspensi dan blangko, menggunakan baku Hitung Partikel BPFI. Lakukan
penghitungan pada pengaturan lebih besar atau sama dengan 10 μm dan lebih besar atau sama
dengan 15 μm, instrumen diatur untuk menghitung dalam moda kumulatif (total). Campur
blangko dengan cara membalikkan 25 kali dalam 10 detik, dan awaudarakan campuran
dengan cara sonikasi (pada 80 sampai 120 watt) selama 30 detik atau dengan cara
mendiamkannya. Buka penutup wadah, aduk isinya perlahan-lahan dengan gerakan tangan
atau secara mekanis, jaga agar gelembung udara atau cemaran tidak masuk. Aduk terus-
menerus sepanjang analisis. Ambil langsung dari wadah, berturut-turut tiga bagian volume
masing-masing tidak kurang dari 5 mL, lakukan penghitungan partikel, dan buang data dari
bagian pertama. [Catatan – Selesaikan prosedur dalam 5 menit] Ulangi prosedur
menggunakan suspensi sebagai pengganti blangko. Menggunakan rata-rata hasil hitung dari
analisis dua bagian suspensi pada tingkat lebih besar atau sama dengan 10 μm dan dari
analisis dua bagian blangko pada tingkat lebih besar atau sama dengan 10 μm, hitung
banyaknya partikel dalam tiap mL, dengan rumus.
PS adalah rata-rata hasil hitung partikel pada suspensi; PB adalah rata-rata hasil hitung
partikel pada blangko; dan V adalah rata-rata volume dalam mL dari 4 bagian yang diuji.
Ulangi perhitungan, menggunakan hasil yang diperoleh pada pengaturan tidak kurang dari 15
μm.
Interpretasi Instrumen memenuhi persyaratan Akurasi Penghitungan Partikel, bilamana
hasil hitung yang diperoleh pada tingkat lebih besar atau sama dengan 10 μm dan rasio hasil
hitung pada tingkat lebih besar atau sama dengan 10 μm terhadap hasil hitung pada tingkat
lebih besar atau sama dengan 15 μm sesuai dengan nilai yang terdapat pada baku Hitung
Partikel BPFI. Jika instrumen tidak memenuhi persyaratan Akurasi Penghitungan Partikel,
ulangi prosedur menggunakan suspensi dan blangko yang tersisa. Jika hasil uji kedua berada
dalam batas tersebut di atas, , instrumen memenuhi persyaratan uji Akurasi Penghitungan
Partikel. Jika pada percobaan kedua instrument tidak memenuhi persyaratan uji, tetapkan dan
perbaiki sumber kegagalan, dan ulangi pengujian instrumen.

Kemurnian ~> KLT


Tidak kurang dari 97,5 % dan tidak lebih dari 102,0% C13H22N4O3S.HCl, dihitung terhadap zat
kering.
Peralatan Bejana kromatografi harus inert, transparan, dengan spesifikasi sebagai berikut:
bagian bawah datar atau “twin trough”, berpenutup rapat, dan ukurannya sesuai dengan
lempeng. Bagian dalam bejana kromatografi dilapisi kertas saring pada paling tidak satu
dindingnya. Fase gerak atau pelarut pengembang dalam jumlah yang sesuai ditambahkan ke
dalam bejana kromatografi, setelah impregnasi kertas saring, gunakan lempeng dengan ukuran
yang tepat. Bejana kromatografi ditutup dan dibiarkan jenuh [Catatan Kecuali dinyatakan lain
dalam masing-masing monografi, pemisahan kromatografi dilakukan pada kondisi bejana yang
jenuh.]
Deteksi Untuk pengamatan lakukan dengan lampu UV gelombang pendek (254 nm) dan UV
gelombang panjang (365 nm). Berbagai penampak bercak dapat digunakan.
Penotolan Totolkan larutan pada permukaan lempeng dengan volume penotolan yang telah
ditentukan untuk memperoleh totolan dengan diameter 2-5 mm (1-2 mm pada lempeng KLTKT)
atau bentuk pita 10-20 mm x 1-2 mm (5-10 mm x 0,5-1 mm pada lempeng KLTKT) dengan
jarak yang telah ditetapkan dari tepi bawah dan sisi samping lempeng. [Catatan Selama proses
eluasi, posisi penotolan harus sedikitnya 5 mm (KLT) atau 3 mm (KLTKT) di atas permukaan
fase gerak].
Larutan ditotolkan secara paralel dari tepi bawah lempeng dengan jarak antara 2 titik pusat
penotolan tidak kurang dari 10 mm untuk KLT (5 mm untuk KLTKT). Untuk penotolan berupa
pita, jarak antara 2 ujung pita tidak kurang dari 4 mm untuk KLT (2 mm untuk KLTKT),
kemudian biarkan kering.
Prosedur:
1. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi, pastikan titik atau pita hasil penotolan di
atas permukaan fase gerak.
2. Tutup bejana kromatografi.
3. Biarkan fase gerak merambat hingga batas yang ditetapkan, tigaperempat tinggi lempeng atau
jarak sesuai pada monografi.
4. Angkat lempeng, tandai batas rambat, keringkan.
5. Deteksi kromatogram sesuai prosedur.
6. Tentukan harga Rf bercak.
7. Identifikasi sementara dapat dibuat dengan mengamati harga Rf bercak dibandingkan dengan
baku. Perbandingan visual dari ukuran atau intensitas bercak atau zona dapat digunakan untuk
perkiraan semikuantitatif. Pengukuran kuantitatif dapat dilakukan secara densitometri
(pengukuran absorbansi atau fluoresensi).

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang
tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak, Larutan baku, Larutan kesesuaian sistem dan Sistem kromatografi Buat seperti yang
tertera pada Penetapan kadar dalam Ranitidin Hidroklorida.
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi, encerkan dengan Fase gerak hingga kadar
ranitidin lebih kurang 0,1 mg per mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan respons puncak utama. Hitung
jumlah dalam mg, ranitidin C13H22N4O3S, dalam jumlah injeksi yang digunakan, dengan
rumus:

ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku; L adalah jumlah
ranitidin yang tertera pada etiket, dalam mg per mL injeksi; D adalah kadar ranitidin dalam mg
per mL Larutan Uji berdasarkan jumlah yang dinyatakan pada etiket dan faktor pengenceran;
314,40 dan 350,87 berturut-turut adalah bobot molekul ranitidin dan ranitidin hidroklorida; C
adalah kadar Ranitidin Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku;.
Injeksi Ranitidine (USP 41 Volume 2, hal. 3571)
1. Identifikasi
a. KLT
A: nilai R f bercak utama yang diamati dalam kromatogram dari persiapan Tes yang diperoleh
seperti yang diarahkan dalam uji kemurnian kromatografi sesuai dengan yang diperoleh dari
persiapan Standar.
B: Waktu retensi dari puncak utama dalam kromatogram dari preparasi pengujian sesuai dengan
yang ada pada kromatogram dari preparasi Standar.

b. Uji Endotoksin Bakteri— mengandung tidak lebih dari 7,00 Unit Endotoksin USP per mg
ranitidin.
Prosedur :
Tes dianggap valid ketika tiga kondisi berikut terpenuhi:
(1) Kedua ulangan kontrol negatif Larutan Dnegatif;
(2) Kedua ulangan dari kontrol produk positif Larutan B adalah positif; dan
(3) Konsentrasi titik akhir rata-rata geometris Larutan C adalah dalam kisaran 0,5λ sampai 2λ.
Untuk menentukan konsentrasi endotoksin Larutan A, hitung konsentrasi titik akhir untuk setiap
ulangan dengan mengalikan setiap faktor pengenceran titik akhir dengan λ. Konsentrasi
endotoksin dalam Larutan Sampel adalah konsentrasi titik akhir ulangan. Jika pengujian
dilakukan dengan Larutan Sampel yang diencerkan, hitung konsentrasi endotoksin dalam
Larutan Sampel dengan mengalikan faktor pengenceran. Jika semua pengenceran positif,
konsentrasi endotoksin dilaporkan sama dengan atau lebih besar dari faktor pengenceran terbesar
dikalikan dengan λ. Sediaan yang diuji memenuhi persyaratan pengujian jika konsentrasi
endotoksin pada kedua ulangan lebih kecil daripada yang ditentukan dalam masing-masing
monografi.
a. PH : antara 6,7 dan 7,3.
Prosedur :
1. Siapkan bahan uji menurut persyaratan dalam monograf atau menurut prosedur khusus. Jika
pH sampel uji peka terhadap karbon dioksida ambien, kemudian gunakan Air Murni yang baru
saja direbus, dan selanjutnya disimpan dalam wadah yang dirancang untuk meminimalkan
masuknya karbon dioksida.
2. Bilas sensor pH dengan air, kemudian dengan beberapa bagian bahan uji.
3. Rendam sensor pH ke dalam bahan uji dan catat nilai pH dan suhu.
d. Partikulat dalam Injeksi : memenuhi persyaratan injeksi volume kecil.
Prosedur :
- Campur isi sampel dengan membalik wadah secara perlahan 20 kali berturut-turut. Jika perlu,
lepaskan dengan hati-hati segel penutup.
- Bersihkan permukaan luar bukaan wadah menggunakan semburan air bebas partikel, dan
lepaskan penutupnya untuk menghindari kontaminasi.
- Hilangkan gelembung gas dengan tindakan yang tepat seperti diamkan 2 menit.
- Untuk parenteral volume kecil kurang dari 25 mL, isi dari 10 unit atau lebih digabungkan
dalam wadah yang sudah dibersihkan untuk mendapatkan volume NLT 25 mL; larutan uji
disiapkan dengan mencampur isi dari sejumlah botol yang sesuai dan mengencerkannya
sampai 25 mL dengan air bebas partikel atau dengan pelarut bebas partikel yang sesuai bila
air bebas partikel tidak sesuai.
- Parenteral volume kecil dengan volume 25 mL atau lebih diuji secara individual.
- Bubuk untuk penggunaan parenteral dilarutkan dengan air bebas partikel atau dengan pelarut
bebas partikel yang sesuai bila air bebas partikel tidak sesuai.
- Hitung hasil tes pada porsi yang setara dengan dosis maksimum dalam label.
- Campur setiap unit sesuai petunjuk dalam pelabelan, pengaktifan dan pengadukan untuk
memastikan pencampuran menyeluruh dari komponen terpisah dan pelepasan obat.
- Hapus empat bagian, NLT 5 mL masing-masing, dan hitung jumlah partikel yang sama atau
lebih besar dari 10 µm dan 25 µm. Abaikan hasil yang diperoleh untuk bagian pertama, dan
hitung jumlah rata-rata partikel untuk sediaan yang akan diperiksa.
Persyaratan : Sediaan sesuai dengan pengujian jika jumlah rata-rata partikel yang ada dalam unit
yang diuji tidak melebihi 6000 per wadah sama dengan atau lebih besar dari 10 µm dan tidak
melebihi 600 per wadah sama dengan atau lebih besar dari 25 µm.
B. Kemurnian kromatografi Lapis Tipis—
Persiapan pengujian — Encerkan Injeksi secara kuantitatif dengan air, jika perlu, untuk
mendapatkan larutan yang mengandung 25 mg ranitidin per mL.
Persiapan standar — Larutkan USP Ranitidine Hydrochloride RS dalam air untuk
mendapatkan larutan yang memiliki konsentrasi 560 µg/mL. Encerkan bagian dari sediaan
standar ini secara kuantitatif dengan air untuk mendapatkan larutan yang mempunyai konsentrasi
masing-masing 280 μg/mL (sediaan standar encer A), 140 μg/mL (sediaan standar encer B), 84
µg/mL (sediaan standar encer C), 28 μg/mL (Sediaan standar encer D), dan 14 µg/mL (Sediaan
standar encer E).
Persiapan resolusi — Larutkan Senyawa Ranitidin USP terkait senyawa A RS dalam
metanol untuk mendapatkan larutan yang memiliki konsentrasi 1,27 mg/mL.
Prosedur — Terapkan secara terpisah 10 µL sediaan standar, sediaan standar encer A, B,
C, D dan E, dan volume yang diperlukan untuk persiapan Tes, setara dengan 250 µg ranitidin, ke
pelat kromatografi lapis tipis yang sesuai dilapisi dengan lapisan campuran kromatografi silika
gel 0,25 mm. Selain itu, terapkan secara terpisah pemuatan lebih lanjut dari volume yang sama
dari sediaan uji ke pelat yang sama, dan di atas aplikasi ini, terapkan 10 µL sediaan Resolusi.
Biarkan bercak mengering, dan kembangkan kromatogram dalam sistem pelarut yang terdiri dari
campuran etil asetat, isopropil alkohol, amonium hidroksida, dan air (25: 15: 5: 1) sampai pelarut
bergeser tidak kurang dari 15 cm dari asalnya. Lepaskan pelat dari chamber pengembangan,
tandai bagian depan pelarut, dan biarkan mengering. Letakkan pelat pada uap yodium dalam
ruang tertutup sampai kromatogram sepenuhnya terlihat. Periksa pelat dan bandingkan intensitas
bercak-bercak sekunder yang diamati dalam kromatogram persiapan Tes dengan bercak-bercak
utama dalam kromatogram Sediaan standar dan sediaan standar encer (A, B, C, D, dan E):
persyaratan kesesuaian sistem terpenuhi bila ada resolusi lengkap antara bercak utama dari
preparasi Tes, dan preparasi Resolusi dan jika ada bercak yang diamati dalam kromatogram dari
preparasi standar encer E. Bercak sekunder utama tidak lebih besar ukuran atau intensitasnya
daripada bercak utama yang dihasilkan oleh preparasi Standar (2.0%), dan tidak ada bercak
sekunder lain yang ukuran atau intensitasnya lebih besar dari bercak utama yang dihasilkan oleh
preparasi standar encer A (1.0%). Jumlah intensitas semua bercak sekunder yang diperoleh dari
persiapan Tes, sesuai dengan tidak lebih dari 5,0%.
C. Pengujian Kadar KCKT-
Fase gerak — Siapkan campuran metanol yang telah disaring dan didegas dan 0,1 M
amonium asetat encer (85: 15).
Persiapan standar — Larutkan jumlah USP Ranitidine Hydrochloride RS yang ditimbang
secara akurat dalam fase gerak untuk mendapatkan larutan yang memiliki konsentrasi yang
diketahui sekitar 0,112 mg (setara dengan 0,100 mg basis ranitidin) per mL.
Larutan kesesuaian sistem — Larutkan kelebihan yang ditimbang secara akurat dari USP
Ranitidine Hydrochloride RS dan USP Ranitidine terkait senyawa C RS dalam fase gerak untuk
mendapatkan larutan yang diketahui memiliki konsentrasi masing-masing sekitar 0,112 mg per
mL dan 0,01 mg per mL.
Persiapan pengujian — Encerkan volume Injeksi yang diukur secara akurat, secara
kuantitatif dan tajam jika perlu, dengan Fase gerak untuk mendapatkan larutan yang memiliki
konsentrasi ranitidin 0,1 mg per mL.
Sistem kromatografi - Kromatografi cair dilengkapi dengan detektor 322-nm dan kolom
4,6 mm x 20-30 cm yang berisi kemasan L1. Laju alirannya sekitar 2 mL/menit. Kromatografi
larutan kesesuaian Sistem, dan catat respons puncak resolusi, R, antara ranitidine hidroklorida
dan N-[2-[[[5-[(dimethylamino)methyl]-2-furanyl]methyl]sulfinyl]ethyl]-N'-methyl-2-nitro-1,1-
ethenediamine (ranitidine terkait senyawa C) tidak kurang dari 1,5. Kromatografi persiapan
Standar, dan catat respons puncak faktor tailing untuk puncak ranitidin hidroklorida tidak lebih
dari2.0; efisiensi kolom ditentukan dari puncak ranitidine hidroklorida tidak kurang dari 700
pelat teoritis; dan standar deviasi relatif untuk suntikan ulangan tidak lebih dari 2%.
Prosedur — Masukkan secara terpisah volume yang sama (sekitar 10 uL) dari persiapan
Standar dan persiapan pengujian ke dalam kromatograf, catat kromatogram, dan ukur respons
area untuk puncak utama. Hitung kuantitas C13H22N4O3S dalam mg dalam porsi Injeksi
dengan rumus:
(314.40 / 350.87) (L / D) (C) (r U / r S)
di mana 314,40 dan 350,87 adalah berat molekul masing-masing ranitidin dan ranitidin
hidroklorida; L adalah jumlah ranitidin berlabel dalam injeksi yang diambil; D adalah
konsentrasi ranitidin dalam mg per mL dalam persiapan pengujian berdasarkan jumlah berlabel
dan luas pengenceran; C adalah konsentrasi dalam mg per mL USP Ranitidine Hydrochloride RS
dalam persiapan Standar; r U dan r S adalah respons area puncak yang diperoleh dari persiapan
pengujian dan persiapan Standar
Alasan memilih metode KLT (Wulandari, 2011):
1. KLT memberikan fleksibelitas yang lebih besar dalam memilih fase gerak
2. Proses kromatografi mudah dan sederhana
3. Penyerapan pada KLT mempunyai kapasitas yang lebih besar dibanding kromatografi
lainnya
4. Semua komponen dalam sampel dapat dideteksi

Alasan memilih metode benjal jel (FI VI Hal.751):


- Lebih akurat
- Lebih mudah diamati hasilnya

Alasan memilih metode KCKT (Johnson, 1978):


- mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran
- kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
- dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan yang dianalisis
- Resolusi yang baik
- Kolom dapat digunakan kembali
DAFTAR PUSTAKA

- Farmakope Indonesia Edisi VI Tahun 2020 Hal.1465


- Johnson, E. L. and Steven son, R (1978). Basic liquid chromatography. Varian,
California
- USP 41 Volume 2, hal. 3571
- Wulandari, Lestyo. (2011).Kromatografi Lapis Tipis. Jember: PT. Taman Kampus
Presindo.

Anda mungkin juga menyukai