BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman
Rosella
2.1.1 Morfologi Tanaman Rosella
Hibiscus sabdariffa atau yang dikenal dengan nama Rosella merupakan_tanaman semak
belukar_yang tumbuh di daerah berikim tropis dan subtropis. Tanaman Rosella nerupakan
anggota famili_Malvaceae, dan habitat asli dari tanaman ini terbentang dari India_hingga
4
2.1.2 Klasifikasi
Tanaman Rosella
Klasifikasi
Tanaman Rosella dalam USDA (2017), adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (Tanaman)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tanaman Berpembuluh)
Superdivisio
: Spermatophyta (Tanaman Berbiji)
Divisio : Magnoliophyta (Tanaman Berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Dikotiledon)
Famili : Malvaceae (Famili Kapas-Kapasan)
Genus
: Hibiscus (Rosemallow)
Spesies
: Hibiscus sabdariffa L.
2.1.3 Kandungan Gizi dan Kimia Kelopak Bunga Rosella
Tanaman Rosella memiliki kandungan nutrisi yang baik dan cocok untuk digunakan
sebagai minuman maupun makanan yang bernutrisi tinggi. Dalam 100 g bunga rosella kering,
nilai gizi bunga Rosella dapat dilihat pada tabel 2.1.
5
Setiap
100 g kelopak bunga Rosella kering mengandung 260-280 mg vitamin C, vitamin
D, B1 dan B2, kalsium 486 mg, omega 3, magnesium, beta karoten serta asam amino esensial
seperti lysine dan arginin. (Kustywati dan Sulastri, 2008)
Menurut El Kady et al. (2015) kelopak bunga Rosella mengandung antioksidan seperti
antosianin yang membuat warna merah pada Rosella. Beberapa varietas memiliki kelopak
bunga merah
muda. Varietas dengan kelopak bunga merah tua mengandung lima hingga tujuh
kali antosianin yang lebih tinggi dari kelopak bunga merah muda. Hidayah (2011)
menambahkan bahwa antosianin merupakan pigmen alami yang memberikan warna merah
pada seduhan kelopak bunga Rosella dan mempunyai sifat antioksidan yang kuat.
2.1.4 Manfaat Rosella
Tanaman Rosella memiliki berbagai macam khasiat yang baik untuk kesehatan_tubuh.
Mojimininyi, dkk (2007) memaparkan bahwa ekstrak kelopak bunga Rosella dengan dosis 1-
125 mg/kg dapat menurunkan hipertensi. Orisakwe (2003) menambahkan bahwa Rosella yang
diolah menjadi jus dapat meningkatkan serum dalam darah.
Antioksidan yang dimiliki oleh tanaman Rosella dapat melindungi organ reproduksi
akibat paparan bahan-bahan yang bersifat toksik. Ekstrak kelopak bunga Rosella yang
diberikan secara oral akan menurunkan abnormalitas dari spermatozoa dan meningkatkan
motilitas dari spermatozoa. (Amin dan Hamza, 2006)
Antioksidan dari kelopak bunga Rosella mampu menghambat serangan radikal bebas
yang dapat menyebabkan berbagai penyakit_kronis seperti kerusakan_ginjal, diabetes,
jantung_koroner dan kanker darah serta_dapat mencegah_penuaan dini. (Widyanto dan
Nelistya, 2008)
6
2.2 Antosianin
Antosianin
adalah jenis molekul polar dengan hidroksil, karboksil, kelompok metoksil
dan glikolil terikat pada_cincin aromatik. (Xavier, et al, 2008 dalam Nurlela, 2011). Nama
antosianin_berasal dari dua kata_Yunani yakni anthos yang berarti_bunga dan cyanos yang
berarti biru gelap. (Mortensen, 2006)
Mortensen (2006) memaparkan bahwa antosianin adalah zat warna yang bersifat polar
sehingga kelarutannya_baik pada pelarut_polar seperti air. Sebaliknya, antosianin akan
mempunyai kelarutan_yang rendah jika pelarutnya nonpolar. Oleh karena itu, antosianin lebih
banyak diekstrak
menggunakan_pelarut air dibandingkan alkohol.
Warna biru-ungu-merah-oranye pada bunga dan buah-buahan serta berbagai jenis
tanaman berasal dari zat yang bernama antosianin. Zat tersebut mempunyai peran penting
dalam pemberian warna terhadap seluruh tanaman kecuali warna hijau. (Mortensen, 2006)
7
Warna-warna
yang dimiliki antosianin dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami pada
produk pangan.
Akan tetapi, antosianin mempunyai kelemahan dalam stabilitas warna yang
sangat tergantung pada berbagai faktor seperti struktur dan konsentrasi dari pigmen, pH, suhu,
intensitas cahaya, kualitas dan kehadiran pigmen lain bersama-sama, ion logam, enzim,
oksigen, asam askorbat, gula dan gula metabolit. (Nurlela,2011).
2.3 Leaching
2.3.1 Pengertian Umum
Ekstraksi padat-cair atau leaching merupakan suatu operasi yang bertujuan untuk
memisahkan zat_terlarut yang diinginkan atau menghilangkan zat_terlarut yang tidak
diinginkan dari suatu_padatan, dengan cara mengontakkan padatan tersebut dengan fasa cair.
Di antara dua fasa tersebut, akan terjadi kontak antara padatan dan zat_terlarut dengan pelarut,
kemudian zat_terlarut akan terlarut ke dalam pelarut, dan yang tersisa adalah padatan.
Menurut C.J. Geankoplis (2003), secara umum terjadi lima tahapan proses pada proses
leaching, yaitu :
8
4. Zat terlarut
dalam pelarut tersebut berdifusi menuju permukaan padatan.
Proses
difusi ini dapat terjadi karena konsentrasi pelarut yang mengandung zat terlarut
lebih besar dibandingkan konsentrasi pelarut di luar padatan.
5. Zat terlarut ditransfer ke larutan curah (bulk solution).
Perpindahan massa akan terus berlangsung hingga tercapai kesetimbangan, yaitu waktu
dimana
driving force bernilai nol atau mendekati nol.
2.3.2 Faktor
yang Memengaruhi Laju Leaching
2.3.2.1 Suhu
Meningkatkan_suhu hingga jauh melebihi titik didih komponen yang diinginkan tidak
menaikkan yield, tetapi_malah akan meningkatkan_ter-leaching-nya komponen yang tidak
diinginkan, rusaknya komponen yang tidak_stabil terhadap suhu, dan/atau menguapnya
komponen volatil. Dalam_beberapa kasus, meningkatnya suhu akan merusak struktur beberapa
biomassa dan memperburuk selektivitas_beberapa pelarut, sehingga perlu dipertimbangkan
rentang suhu proses dimana zat_terlarut yang diinginkan tidak terdekomposisi.
dinding sel,
yang menyebabkan komponen yang tidak diharapkan menjadi ikut ter-leaching.
L/S ratio yang tinggi menghasilkan ekstrak yang encer dan memakan biaya yang lebih tinggi
untuk kebutuhan energi pemurnian produk ekstrak. Idealnya, L/S ratio operasi harus
menghasilkan ekstrak yang pekat untuk mencapai efisiensi leaching yang memadai.
2.3.2.3 Waktu Tinggal
Definisi waktu tinggal dalam ekstraktor ulir horizontal kontinyu countercurrent yaitu
waktu yang dibutuhkan untuk mentransportasikan setiap partikel atau unit diskrit umpan
melewati panjang efektif ekstraktor.
Semakin
lama waktu tinggal maka akan semakin banyak zat terlarut yang berpindah ke
pelarut, hingga suatu waktu tertentu saat tidak dapat terjadi perpindahan massa. Perpanjangan
waktu leaching tidak selalu dibutuhkan apabila terjadi kenaikan suhu atau pengecilan ukuran
padatan, yang bertujuan untuk mencegah ter-leaching-nya komponen yang tidak diinginkan.
Ukuran partikel mempengaruhi laju leaching. Semakin kecil ukuran partikel padatan
akan mempersingkat laju difusi intra-partikel untuk terjadinya perpindahan massa. Tetapi untuk
bahan nabati, penggilingan yang berlebihan yang menghasilkan ukuran partikel <100 μm akan
merusak dinding sel dan dapat mengakibatkan komponen yang tidak diharapkan ter-leaching-
kan (Zhang et al., 2005; Aguilera dan Stanley, 1999; dalam Ooi Shing Ming, 2007). Untuk itu,
perlu dilakukan usaha penentuan ukuran padatan yang tepat agar leaching dapat berjalan
dengan optimum.
Horizontal counter current continuous screw extractor atau ekstraktor ulir horizontal
kontinyu aliran lawan arah, yang lebih dikenal dengan nama Hildebrandt extractor, merupakan
salah satu jenis alat leaching kontinyu yang cukup banyak digunakan di industri makanan.
Ekstraktor jenis ini mengekstraksi padatan dengan metode pencelupan (immersion). Screw atau
ulir horizontal pada ekstraktor yang digunakan, berfungsi sebagai konveyor umpan padatan
yang akan dikontakkan dengan pelarut. Dalam sistem ini, dapat tercapai kontak padat-cair yang
baik, dengan majunya partikel secara spiral akan meningkatkan waktu kontak dan perputaran
10
ulir memberikan
aksi kompresi-relaksasi pada padatan untuk memudahkan penetrasi pelarut
pada padatan
(Ooi Shing Ming, 2007). Bagian ulir membantu pemerasan pada padatan sehingga
kandungan zat terlarut dalam padatan lebih sedikit dan nilai yield meningkat. Gambar
Ekstraktor Hildebrandt tersaji pada gambar 2.3.
SOLVENT
INLET
SOLID
FEED
SOLID
DISCHARGE
EXTRACT
Kelebihan ekstraktor ulir horizontal kontinyu countercurrent yaitu, dengan rasio cairan
terhadap padatan (L/S ratio) yang sama, dapat menghasilkan ekstrak dengan konsentrasi
padatan terlarut lebih tinggi daripada proses batch (Schwartzberg, 1980; dalam Ooi Shing
Ming, 2007). Adapun keterbatasan ekstraktor jenis ini yaitu tidak sesuai digunakan untuk
mengekstraksi oilseed dan bahan halus.
Ekstraktor jenis ini memiliki rentang volume yang luas, mulai dari volume 27 L di skala
pilot hingga 2700 L di skala proses dengan kapasitas umpan mencapai 500-1000 kg/jam
(Schwartzberg, 1980). Aplikasi penggunaan ekstraktor ulir horizontal kontinyu counter current
sering digunakan dalam industri makanan, antara lain sugar beets, apel, dan kopi.
menggambarkan
hubungan antara konsentrasi underflow dan overflow sebagai data yang
diperlukan
dalam mengambil perhitungan dalam perancangan unit ekstraksi. Diagram
kesetimbangan ini selanjutnya diigunakan dalam menentukan jumlah tahap teoritis dan efisiensi
tahap pada leaching multitahap. Garis dasi (Tie line) menghubungkan titik-titik distribusi
konsentrasi terlarut dan inert dalam underflow dan overflow. Diagram kesetimbangan dapat
dialurkan dalam bentuk diagram persegi, diagram segitiga sama sisi, diagram segitiga siku-siku
Nilai N pada overflow = 0, sedangkan pada underflow N memiliki nilai yang berbeda-
beda, tergantung pada konsentrasi zat terlarut dalam liquid. Komposisi zat terarut A pada liquid
dalam fraksi massa adalah :
kgA
xA = kgA+kgC (overflow) (2)
kgA
yA = (underflow) (3)
kgA+kgC
12
2.6 Operasi Leaching Multi Tahap Aliran Lawan Arah (Counter Current Multi Stage
Leaching)
Menurut Rouweler (2015), operasi leaching multi tahap counter current merupakan
proses leaching dimana kontak antara padatan dan pelarut dilakukan lebih dari satu kali dengan
prinsip mengalirkan pelarut segar (fresh solvent) pada padatan yang konsentrasi zat terlarutnya
sudah sangat berkurang (spent solid) di tahap akhir (tahap N), sehingga spent solid akan
mencapai konsentrasi zat terlarut seminimum mungkin. Selanjutnya di tahap N-1, pelarut yang
sudah mengandung sedikit pelarut akan mengekstrak padatan yang masih mengandung sedikit
zat terlarut. Dan pada tahap 1, pelarut yang sudah mengandung banyak zat terlarut akan
berkontak dengan padatan segar (fresh solid) yang masih mengandung banyak zat terlarut.
Mode aliran counter current banyak diterapkan di industri karena menghasilkan yield yang
lebih besar dibandingkan mode aliran co current maupun cross current (Prasetyo dan Prima,
2009). Hal ini dikarenakan terjadinya kontak antara fresh solid dengan rich solvent, dan antara
fresh solvent dengan spent solid yang memberikan driving force berupa perbedaan konsentasi
dan kelarutan dalam setiap tahapnya sehingga akan selalu terjadi perpindahan zat terlarut ke
pelarut (Rouweler, 2015). Skema leaching multi tahap lawan arah terdapat pada gambar 2.5.
13
Gambar 2.5 Leaching Multi Tahap Aliran Lawan Arah
Sumber : C.J. Geankoplis, Transport Processes and Separation Process Principles
Neraca massa total untuk operasi leaching multi tahap aliran lawan arah adalah :
L0 + Vn+1 = Ln + V1 = M (4)
Neraca massa untuk zat terlarut A adalah :
B = N0 L0 = NN LN = NM M (6)
Karakteristik leaching kontinyu terhadap antosianin dari kelopak bunga Rosella pada
penelitian ini digambarkan dengan nilai HTU dan NTU. Kedua karakteristik ini bersifat spesifik
untuk setiap bahan dan setiap alat. HTU (Height of Transfer Unit) dapat didefinisikan sebagai
jarak kolom dalam satuan panjang yang memberikan perubahan komposisi yang sama dengan
satu unit perpindahan massa (one transfer unit). Satu unit perpindahan massa merupakan nilai
perubahan komposisi terhadap driving force rata-rata. Driving force dalam leaching merupakan
perbedaan_konsentrasi antara kondisi_kesetimbangan dengan kondisi_operasi. Dalam operasi
leaching, hal ini dinyatakan dengan konsentrasi zat terlarut dalam underflow dengan overflow
dalam satu hubungan kesetimbangan yang digambarkan sebagai satu tie line.
14
konmposisi
campuran semula menjadi komposisi yang dikehendaki. Dalam operasi leaching,
NTU analog
dengan jumlah tahap.
Perhitungan NTU dan HTU dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu dengan
menggunakan persamaan atau dengan metode grafis. Perhitungan NTU dan HTU menggunakan
persamaan dilakukan apabila data kesetimbangan (tie line) bersifat linier, sedangkan
perhitungan secara grafis dilakukan apabila data kesetimbangan tidak linier.
2.8 Perhitungan Jumlah Tahap Teoritis
Untuk mencari jumlah tahap teoritis, seperti pada gambar 2.6, maka diturunkan
persamaan
titik operasi. Neraca massa total pada tahap 1 dan pada tahap n seperti berikut :
L0 +_V2 = L1 +_V1 (7)
xAΔ = [(L0_yA0 -_V1 xA1) / (L0-V1)] = [(LN_yAN - VN+1_xAN+1) / (LN -VN+1)] (10)
15
16