Anda di halaman 1dari 5

TUGAS SEJARAH

Genesius Garas Xaverio/XA1/14


1. Pengaruh India bagi pekembangan sejarah Indonesia
Pengaruh India membawa dampak besar bagi masyarakat nusantara saat itu, dimana
para pendatang itu menghadirkan aspek-aspek baru dalam kehidupan masyarakat pada
masa itu. Aspek-aspek kehidupan tersebut antara lain:
a. Politik
Sistem kerajaan pertama kali dikenalkan oleh India kepada rakyat-rakyat di
Idonesia. Dalam sistem ini kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan
kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas
tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan, seperti Kutai,
Tarumanegara, dan Sriwijaya. Menurut sejarah yang ditemukan bahwasannya India
adalah salah satu membawa misi penyebaran agama sekaligus memberi wawasan
dengan sistem pemerintah kerajaan. Hal itu terbukti dalam terbentuknya kerajaan
Hindu dan Budha. Masyarakat Indonesia pun dengan cepat mengadaptasi pola-pola
social dan politik India di dalam hidup kerajaan mereka.

b. Ekonomi
Pengaruh India masuk ke Indonesia dalam bidang ekonomi tidak terlalu
banyak. Hal itu dikarenakan misi utama mereka masuk ke Indonesia bukan untuk
berdagang, tapi untuk menyebarkan agama Hindu. Tetapi karena para Brahmana
datang dengan para Waisya, Para Waisya sekalian melakukan perdagangan untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka yang tinggal di daerah itu tidak sebentar.

c. Sosial
Terjadi tata perubahan dalam sistem kehidupan bermasyarakat, yaitu
munculnya sistem kasta. Di India, sistem kasta sendiri telah berlaku terutama dalam
corak Hindu-Buddha. Maka di nusantara pun juga ikut berlaku adanya system kasta
yang terdiri dari 4 kasta: kasta Brahmana, yang terdiri dari golongan pemuka agama
dan pendeta dan memiliki hak memimpin upacara keagamaan, kasta Ksatria yang
terdiri dari raja, bangsawan serta prajurit, kasta Waisya yang terdiri atas para
pedagang, perajin dan pengusaha. Kemudian kasta Sudra yang terdiri dari buruh, kuli,
petani.
d. Kebudayaan
Sebelum budaya India masuk, di Indonesia telah berkembang kepercayaan
yang berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang. Dengan masuknya kebudayaan
India, penduduk Nusantara secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan
Buddha.
Agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan
agama Hindu -Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan
tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha
yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu
Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan
bahasa Sansekerta yang dapat temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta
memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Dan istilah-istilah penting yang
menggunakan bahasa Sansekerta.

2. Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit sangat penting bagi pembentukan negara
nasional Indonesia di kemudian hari, mengapa begitu? Di manakah kebesaran kedua
kerajaan itu yang menyumbang bagi pembentukan Indonesia di kemudian hari.

Kerajaan Sriwijawa Kerajaan Sriwijaya diambil dari bahasa sanskerta berupa " Sri"
yang artinya bercahaya dan " Wijaya" yang artinya kemenangan. Kerajaan Sriwijaya
berjaya pada abad ke 9- 10 Masehi dengan menguasai hampir seluruh kerajaan Asia
Tenggara, diantaranya Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja,
Vietnam dan Filipina. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan yang menguasai pelabuhan dan
bea cukai setiap kapal yang masuk kepelabuhan Selat Sunda dan Malaka. Kerajaan
Sriwijaya merupakan suatu kerajaan pantai, sebuah negara perniagaan dan negara yang
berkuasa di laut .Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya disebabkan oleh kebiasaan perdagangan
internasional melalui Selat Malaka, sehingga berhubungan dengan jalur perdagangan
internasional dari Asia Timur ke Asia Barat dan Eropa. Letak geografis Sriwijaya
merupakan suatu modal yang baik untuk ikut serta dalam perdagangan internasional yang
mulai berkembang antara India dan daratan Asia Tenggara. Sebagai kerajaan maritim
yang hidup berdasarkan sektor perdagangan dan pelayaran, penguasa Sriwijaya
menguasai jalur-jalur perdagangan dan pelabuhan melalui kebiasaan menimbun barang
untuk diperdagangkan.

Kerajaan Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, yang
berdiri pada tahun 1293- 1500 M. Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu-
Budha. Kerajaan ini mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk pada
tahun 1350- 1389 kerajaan ini jaya setelah perang Bubat atau perang yang terjadi antara
Gajah mada denga Sri Baduga raja pajajaran. Kerajaan Majapahit menguasai wilayahnya
melalui kebiasaan ekspansi yang mengedepankan cara-cara persuasif. Apabila cara-cara
yang bersifat persuasif tidak berhasil, maka kekuatan militer digunakan. Kebiasaan
tersebut melahirkan hukum adat penguasaan wilayah yang memberikan kebebasan pada
daerah taklukan untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri, sekaligus pada waktu
tertentu menunjukkan kepatuhan pada Pemerintah Pusat Majapahit.

Penguasaan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit terhadap wilayah maritimnya


dilakukan melalui hukum adat. Kerajaan Sriwijaya menguasai wilayah maritimnya
melalui hukum adat “paksaan menimbun barang” yang mewajibkan kapal-kapal singgah
ke pelabuhannya, sehingga Raja Kerajaan Sriwijaya dapat memungut bea dari
perdagangan yang melalui wilayah maritim Sriwijaya. Kebiasaan Kerajaan Sriwijaya
melakukan ekspansi wilayah ditujukan untuk memperluas jaringan perdagangan kerajaan,
sehingga hukum adat “paksaan menimbun barang” dapat berlaku bagi daerah yang
ditaklukan. Kerajaan Majapahit melakukan penguasaan terhadap wilayah maritimnya
melalui hukum adat yang kemudian dikodifikasi dalam buku Negarakertagama.
Negarakertagama mengatur bahwa tugas dari angkatan laut Kerajaan Majapahit adalah
untuk melindungi daerah bawahan dan menghukum pembesar daerah yang membangkang
terhadap hukum Kerajaan Majapahit. Persatuan wilayah maritim Indonesia yang menjadi
dasar kemerdekaan Republik Indonesia terinspirasi dari kejayaan Kerajaan Sriwijaya dan
Kerajaan Majapahit dalam mempersatukan Nusantara. Beberapa prinsip pengaturan
wilayah maritim Indonesia saat ini dapat dijumpai juga dalam prinsip pengaturan wilayah
maritim pada zaman Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit, seperti penyerahan
urusan pemerintahan dari Pemerintah Pusat ke pemerintah daerah dan pengenaan bea
terhadap kapal yang singgah pelabuhan. Meskipun demikian, tulisan ini belum mampu
untuk menjawab apakah penganturan wilayah maritim Indonesia saat ini sepenuhnya
berasal dari sejarah Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit karena dalam
perkembangaannya hukum di Indonesia banyak dipengaruhi oleh hukum Belanda dan
hukum internasional. Di Indonesia hari ini, hukum yang berlaku bagi wilayah maritim
tidak hanya hukum yang dibuat oleh negara atau hukum tertulis, namun hukum tidak
tertulis, yaitu hukum yang hidup di masyarakat. Kedua hukum tersebut berinteraksi
secara dinamis satu sama lain, terkadang saling mendukung, namun tidak jarang juga
saling berkonflik.

Selain kekuatan maritime, Kerajaan Majapahit juga membuat Sumpah Palapa yang
menjadi dasar prinsip perdagangan Indonesia. Pada zaman Hindu dan Budha, pelayaran
dan perdagangan Nusantara sudah mulai ramai dirintis oleh kerajaan Sriwijaya. Sriwijaya
adalah kerajaan maritim, pelayaran antarpulau merupakan kegiatan ekonomi terpenting.
Pada zaman kerajaan ini, terdapat pelabuhan-pelabuhan penting, seperti, Palembang,
Kampar, Indragiri, Sunda Kelapa dan lain-lain.Melalui pelabuhan-pelabuhan tersebut,
terjadi hubungan pelayaran dan perdagangan. Pada zaman Majapahit, hubungan
antarpulau lebih ramai lagi terutama setelah Gajah Mada mengeluarkan konsepsi
Nusantara melalui Sumpah Palapanya. Untuk mengaplikasikan penyatuan Nusantara
tersebut tentu diperlukan adanya ekspedisi dari pusat kerajaan Majapahit ke pusat
pemerintahan lokal yang ingin disatukannya. Sebaliknya, dari kerajaan-kerajaan kecil
Nusantara yang telah ditaklukkan dikirim upeti ke pusat kerajaan Majapahit yang juga
dilakukan melalui jalan laut. Dengan demikian, melalui kegiatan politik dan perdagangan
pada zaman kerajaan Hindu-Budha, terjadilah hubungan antarpulau dan antarpenduduk di
wilayah Nusantara. Dengan masuknya pengaruh Islam, maka pelayaran dan perdagangan
Nusantara mengalami kejayaan. Pada zaman ini, terjadi hubungan antara penghasil
barang dagangan dengan pusat-pusat penjualan barang dagangan. Kota-kota pelabuhan
Nusantara menjadi pusat pertemuan pedagang yang datang dari berbagai pulau dan
memiliki latar belakang budaya berbeda-beda. Pedagang Islam di kawasan Nusantara
bagian barat bukan hanya berdagang di pelabuhan-pelabuhan Nusantara sebelah barat
melainkan juga ke timur. Demikian juga sebaliknya, para pedagang dari Ambon, Ternate,
Tidore dan Makasar, Banjarmasin, dan lain-lain berlayar dan berdagang di pelabuhan-
pelabuhan Nusantara barat seperti Pasai, Malaka, Banten, Sunda Kelapa, Gresik, dan lain-
lain. Para pedagang Jawa yang berdagang di Banten memperoleh barang dagangan berupa
rempah-rempah dari Maluku. Demikian juga para pedagang dari Ternate, Tidore, dan
Makasar mengangkut beras dari Jawa dan menjualnya di pelabuhan-pelabuhan Nusantara
Timur.

Anda mungkin juga menyukai