Anda di halaman 1dari 9

Kontribusi Islam Dalam Teknologi

Bab I
Pendahuluan :
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
Bab II
Isi/Pembahasan :
A. Paparan Materi
B. Paparan Dalil/Teori
C. Analisis
Bab III
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Penutup

DAFTAR PUSAKA
Bab 1
Pendahuluan
Iptek seperti yang kita kenal saat ini merupakan kreasi manusia dalam ribuan tahun dan
berasal dari sumbangan banyak bangsa di dunla. Islam telah lahir sejak 1400 tahun silam.
Sepanjang sejarah itu, selain menyiarkan ajaran agama, para pemimpin Islam juga turut
menyebarkan budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi pada setiap wilayah masyarakat yang
didatanginya. Sejak zaman Nabi Muhammad, Islam telah menyebar luas hingga ke luar wilayah
jazirah Arab. Dan pada masa-masa puncak kejayaan kekuasaan para khalifah agung, Islam
merambah masuk (sebagian menjadi penguasa) di Afrika, Asia Pasifik, dan Eropa bahkan juga ke
Amerika.

Islam yang begitu cepat menyebar hampir ke seluruh dunia membawa pandangan baru dan
nilai-nilai baru dalam kehidupan masyarakat. Islam datang dengan membawa pesan-pesan
untuk sebuah kemajuan peradaban yang bernilai dan bertuju pada kebahagiaan yang haq bagi
seluruh ummat manusia. Peradaban yang dibangun di atas pondasi ilmu yang kuat. Kedudukan
ilmu pengetahuan dalam Islam, adalah pegetahuan sebagai kebudayaan. Islam yang sangat
memperhatikan bahkan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan

Latar Belakang
Kedatangan Islam sendiri dengan diutus Nya Nabi Muhammad telah membawa manusia untuk
berfikir, beranjak dari sebuah kemunduran dan keterbelakangan mereka menuju kemajuan
peradaban yang ideal. Kemajuan peradaban tersebut tidak terlepas dari ajaran Islam kepada
umatnya agar selalu menggunakan instrumen ilmu pengetahuan sebagai alat untuk menuju
kemajuan peradaban. Kemajuan peradaban umat Islam dalam ilmu pengetahuan dapat dilihat
pada era dinasti Abbasiyah maupun pada abad pertengahan, ketika umat Islam tidak hanya
tampil sebagai komunitas ritual namun juga sebagai komunitas intelektual. Secara historis umat
Islam mengalami kemajuan dengan majunya ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang disiplin
ilmu saat itu. Sebagai ilustrasi, dapat disebutkan di sini beberapa cendekiawan yang telah
memberikan kontribusi kreatif, misalnya observasi astronomikal dari Mahani (855-866), risalah
atromosforik dan spherical astrolobe serta tabel-tabel astronomikal karya Naziri dan observasi
astronomikal karya Qurra Al Bittani, seorang astronom besar pada tahun 880 telah berhasil
menyusun buku katalog bintang-bintang yang didasarkan pada observasinya

Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang dipaparkan penulis maka dapat ditarik rumusan masalah dari
penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana hubungan antara agama dan iptek


2. Apa saja yang menjadi landasan terbentuknya hubungan agama islam dan teknologi

Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan ini adalah
Bab 2
Paparan Materi
1. Peradaban Barat sebagaimana ditulis oleh sejarawan Marvin Perry, adalah sebuah peradaban
besar, tetapi sekaligus sebuah drama yang tragis (a tragic drama). Peradaban ini penuh
kontradiksi. Satu sisi, ia memberi sumbangan besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang membuat berbagai kemudahan fasilitas hidup, tapi pada sisi lain peradaban ini
memberi kontribusi yang tidak kecil kepada penghancuran alam semesta

2. Ilmu pengetahuan dari peradaban Barat tidak dapat dipungkiri juga turut serta dalam
memajukan kehidupan masyarakat modern dengan berbagai kelebihannya, namun di sisi lain ia
juga dianggap turut “merusak” tatanan ilmu yang berlaku. Titik awal perkembangan ilmu
pengetahuan di Barat adalah berangkat dari keraguan atau yang dikenal dengan faham
skeptisisme

3. Paradigma Islam berarti suatu konstruksi pengetahuan yang memungkinkan kita memahami
realitas sebagaimana al Quran memahaminya. Konstruksi bangunan yang dibangun dengan al
Quran adalah semata-mata agar kita memiliki hikmah yang atas dasar itu dapat dibentuk
perilaku yang sejalan dengan nilai-nilai normatif al Quran, baik pada level moral maupun level
sosial. Di tataran sosial inilah konstruksi ilmu pengetahuan juga perlu atau memungkinkan
untuk diangkat rumusan desain besarnya mengenai sistem Islam, termasuk dalam hal ini adalah
sistem ilmu pengetahuannya. Sehingga selain gambaran aksiologis, paradigma al Quran juga
dapat berfungsi untuk memberikan wawasan epistemologis. Inilah kerangka dasar dari
islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer tersebut

4. Menurut epistomologi Islam, unsur petunjuk transendental yang berupa wahyu juga menjadi
sumber pengetahuan yang penting. Pengetahuan wahyu, oleh karena itu menjadi pengetahuan
apriori. Wahyu menempati posisi sebagai salah satu pembentuk konstruk mengenai realitas,
sebab wahyu diakui sebagai ayat-ayat Tuhan yang memberikan pedoman dalam pikiran dan
tindakan seorang Muslim, sehingga dalam konteks ini wahyu menjadi unsur konstitutif di dalam
paradigma Islam. Buku Nalar Ayat-Ayat Semesta yang menjadi lanjutan buku pertama Ayat-Ayat
Semesta menguraikan tiga pola interaksi antara Islam dan sains, yaitu islamisasi sains,
saintifikasi Islam, dan Sains Islam. Perkembangan Sains Islam yang pada era kekinian didominasi
ilmu-ilmu sosial semacam Ekonomi, Psikologi, dan Politik dirasa perlu dilebarkan ke dalam
tataran konsep islamisasi sains pada bidang ilmu alam. Di sinilah pemikiran Agus Purwanto yang
dituangkan dalam kedua buku tersebut terjelaskan dan dapat dikaji oleh sebagian pemikir
maupun praktisi yang bergerak di bidang yang sama . Buku yang ditulis berdasarkan ayat-ayat
kauniyah yang dihubungan dengan fenomena alam, buku yang mengangkat terori tentang ilmu
alam, yang mana teorinya berangkat dari wahyu. Buku yang menjadikan wahyu sebagai basis
epistemologinya

5. Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui
proses yang disebut metode ilmiah (scientific method) (Jujun S. Suriasumantri, 1992). Sedang
teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan
dalam kehidupan manusia sehari-hari (Jujun S. Suriasumantri, 1986). Perkembangan iptek,
adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan
mengembangkan iptek (Agus, 1999). Agama yang dimaksud di sini, adalah agama Islam, yaitu
agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw, untuk mengatur hubungan
manusia dengan Penciptanya (dengan aqidah dan aturan ibadah), hubungan manusia dengan
dirinya sendiri (dengan aturan akhlak, makanan, dan pakaian), dan hubungan manusia dengan
manusia lainnya (dengan aturan mu'amalah dan uqubat/sistem pidana) (An-Nabhani, 2001).

6. Sains modern yang berkembang saat ini dianggap mengalami banyak ketimpangan sehingga
menimbulkan dampak sosial masyarakat yang justru semakin kehilangan makna fitrah-nya
sebagai sebuah kumpulan manusia. Empat puluh tahun gagasan islamisasi pengetahuan hingga
saat ini masih banyak hanya terdapat dalam tahap wacana memang belum sepenuhnya mampu
memberikan pengaruh yang besar terhadap diskursus perkembangan ilmu dalam Islam. selama
ini yang paling marak diwacanakan adalah ekonomi Islam yang dalam tataran praktis sudah
menjamur di berbagai negara di dunia

7. Dalam bidang ilmu kealaman terdapat satu gagasan yang sudah terwujud dalam bentuk
buku, yaitu Ayat-ayat Semesta dan Nalar Ayat-ayat semesta. Yang mana dalam kedua buku
tersebut dijelaskan secara detail bagaimana integrasi islam dan sains dalam hal ini fisika.
Bagaimana al Quran diteliti sedemikian rupa guna menjadi bagian dari konstruksi ilmu. Buku
yang ditulis oleh Agus Purwanto seorang doktor yang fokus pada kajian fisika teori dan fisika
kuantum Sesuai dengan judul kedua buku tersebut, kajian dalam kedua buku ini secara garis
besar membahas tentang ayat-ayat kauniyah14 yang terdapat dalam al Quran. Menurut Agus
Purwanto ayat-ayat ini banyak dilupakan oleh oleh para ulama dan umat Islam. yang sekaligus
ini berakibat perkembangan ilmu dalam Islam (dalam hal ini Fisika) menjadi jumud

8. Buku Ayat-Ayat Semesta maupun Nalar Ayat-Ayat Semesta adalah sebagai bentuk wujud dari
sebuah gagasan proyek Islamisasi sains yang selama empat puluh tahun terakhir ini banyak
digaungkan oleh para cendekiawan muslim seperti Ismail Raji Al Faruqi dan Syed Naquib Al
Attas, yang terlebih dahulu juga sempat dicanangkan secara filosofis oleh Syed Hossen Nashr
dan Ziauddin Sardar yang dalam hal ini keduanya dianggap sebagai dua tokoh kontemporer
dalam sains Islam. Pengembangan buku Ayat-Ayat Semesta dan Nalar Ayat-Ayat Semesta
sebenarnya adalah perwujudan dari ilmu kealaman yang pada masa lampau telah
dikembangkan oleh para ilmuwan muslim. Kaum muslimin telah memberikan sumbangan besar
kepada cabang ilmu fisika. Hal itu merupakan hasil dari studi Al Quran yang mendorong
ilmuwan muslim untuk mengamati dan mengungkap rahasia di balik fenomena benda-benda
bercahaya yang berwarna-warni dalam dunia alamiah, yang antara lain adalah spectrum cahaya
yang sehari-hari diamati oleh banyak orang.

Kerja dakwah merupakan aktifitas yang melekat sejak Agus Purwanto masih duduk di bangku
sekolah menengah. Aktif dalam kegiatan keagamaan seperti Ikatan Pelajar Muhammadiyah,
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang hingga saat ini ia masih resmi tercatat sebagai
pengurus pusat pimpinan Muhammadiyah dalam Bidang Majelis Tarjih dan Tajdid divisi Hisab.
Paparan Dalil Dan Teori
Apa yang menjadi terbentuknya hubungan agama dan iptek? Secara garis besar, berdasarkan
tinjauan ideologi yang mendasari hubungan keduanya, terdapat 3 (tiga) jenis paradigma (Lihat
Yahya Farghal, 1990: 99-119):

A) Paradagima sekuler, yaitu paradigma yang memandang agama dan iptek adalah terpisah
satu sama lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah dipisahkan dari kehidupan
(fashl al-din 'an al-hayah). Agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi perannya
dalam hubungan pribadi manusia dengan tuhannya. Agama tidak mengatur kehidupan
umum/publik. Paradigma ini memandang agama dan iptek tidak bisa mencampuri dan
mengintervensi yang lainnya. Agama dan iptek sama sekali terpisah baik secara ontologis
(berkaitan dengan pengertian atau hakikat sesuatu hal), epistemologis (berkaitan dengan cara
memperoleh pengetahuan), dan aksiologis (berkaitan dengan cara menerapkan pengetahuan).

B) Paradigma sosialis, yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikan eksistensi
agama sama sekali. Agama itu tidak ada, dus, tidak ada hubungan dan kaitan apa pun dengan
iptek. Iptek bisa berjalan secara independen dan lepas secara total dari agama. Paradigma ini
mirip dengan paradigma sekuler di atas, tapi lebih ekstrem. Dalam paradigma sekuler, agama
berfungsi secara sekularistik, yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya
dalam hubungan vertikal manusia-tuhan. Sedang dalam paradigma sosialis, agama dipandang
secara ateistik, yaitu dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari kehidupan.

C) Paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan
pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam –
yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam al-Qur`an dan al-Hadits-- menjadi qa'idah fikriyah
(landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran
dan ilmu pengetahuan manusia (An-Nabhani, 2001).

ِ ْ‫ت َو َم>>>>>>>>>>>>>ا فِى ٱأْل َر‬


‫ض ۚ َو َك>>>>>>>>>>>>>انَ ٱهَّلل ُ بِ ُك>>>>>>>>>>>>>لِّ َش>>>>>>>>>>>>> ْى ٍء ُّم ِحيطًا‬ َّ ‫َوهَّلِل ِ َم>>>>>>>>>>>>>ا فِى‬
ِ ‫ٱلس>>>>>>>>>>>>> ٰ َم ٰ َو‬

Arab-Latin: Wa lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, wa kānallāhu bikulli syai`im muḥīṭā

Artinya: Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah
(pengetahuan) Allah Maha meliputi segala sesuatu. (Qs. an-Nisaa` [4]: 126).

( Referensi: https://tafsirweb.com/1658-quran-surat-an-nisa-ayat-126.html )

Inilah paradigma Islam yang menjadikan Aqidah Islam sebagai dasar segala pengetahuan
seorang muslim. Paradigma inilah yang telah mencetak muslim-muslim yang taat dan shaleh tapi
sekaligus cerdas dalam iptek. Itulah hasil dan prestasi cemerlang dari paradigma Islam ini yang
dapat dilihat pada masa kejayaan iptek Dunia Islam antara tahun 700 – 1400 M. Pada masa inilah
dikenal nama Jabir bin Hayyan (w. 721) sebagai ahli kimia termasyhur, Al-Khawarzmi (w. 780)
sebagai ahli matematika dan astronomi, Al-Battani (w. 858) sebagai ahli astronomi dan
matematika, Al-Razi (w. 884) sebagai pakar kedokteran, ophtalmologi, dan kimia, Tsabit bin
Qurrah (w. 908) sebagai ahli kedokteran dan teknik, dan masih banyak lagi

Inilah peran pertama yang dimainkan Islam dalam iptek, yaitu aqidah Islam harus dijadikan basis
segala konsep dan aplikasi iptek. Inilah paradigma Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh
Rasulullah Saw.

9. Paradigma Islam ini yang seharusnya diadopsi oleh kaum muslimin saat ini. Bukan paradigma
sekuler seperti yang ada sekarang. Diakui atau tidak, kini umat Islam telah telah terjerumus
dalam sikap membebek dan mengekor Barat dalam segala-galanya; dalam pandangan hidup,
gaya hidup, termasuk dalam konsep ilmu pengetahuan. Bercokolnya paradigma sekuler inilah
yang bisa menjelaskan, mengapa di dalam sistem pendidikan yang diikuti orang Islam, diajarkan
sistem ekonomi kapitalis yang pragmatis serta tidak kenal halal haram. Eksistensi paradigma
sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap diajarkan konsep pengetahuan yang bertentangan
dengan keyakinan dan keimanan muslim. Misalnya Teori Darwin yang dusta dan sekaligus
bertolak belakang dengan Aqidah Islam.

Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa ketika Aqidah Islam dijadikan landasan
iptek, bukan berarti konsep-konsep iptek harus bersumber dari al-Qur`an dan al-Hadits, tapi
maksudnya adalah konsep iptek harus distandardisasi benar salahnya dengan tolok ukur al-
Qur`an dan al-Hadits dan tidak boleh bertentangan dengan keduanya (Al-Baghdadi, 1996: 12).

10. Jika kita menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan iptek, bukan berarti bahwa ilmu
astronomi, geologi, agronomi, dan seterusnya, harus didasarkan pada ayat tertentu, atau hadis
tertentu. Kalau pun ada ayat atau hadis yang cocok dengan fakta sains, itu adalah bukti keluasan
ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu (lihat Qs. an-Nisaa` [4]:126 dan Qs. ath-Thalaq [65]:
12), bukan berarti konsep iptek harus bersumber pada ayat atau hadis tertentu. Misalnya saja
dalam astronomi ada ayat yang menjelaskan bahwa matahari sebagai pancaran cahaya dan panas
(Qs. Nuh [71]: 16), bahwa langit (bahan alam semesta) berasal dari asap (gas) sedangkan
galaksi-galaksi tercipta dari kondensasi (pemekatan) gas tersebut (Qs. Fushshilat [41]: 11-12),
dan seterusnya. Ada sekitar 750 ayat dalam al-Qur`an yang semacam ini (Lihat Al-Baghdadi,
2005: 113). Ayat-ayat ini menunjukkan betapa luasnya ilmu Allah sehingga meliputi segala
sesuatu, dan menjadi tolok ukur kesimpulan iptek, bukan berarti bahwa konsep iptek wajib
didasarkan pada ayat-ayat tertentu. Jadi, yang dimaksud menjadikan Aqidah Islam sebagai
landasan iptek bukanlah bahwa konsep iptek wajib bersumber kepada al-Qur`an dan al-Hadits,
tapi yang dimaksud, bahwa iptek wajib berstandar pada al-Qur`an dan al-Hadits. Ringkasnya, al-
Qur`an dan al-Hadits adalah standar (miqyas) iptek, dan bukannya sumber (mashdar) iptek.
Artinya, apa pun konsep iptek yang dikembangkan, harus sesuai dengan al-Qur`an dan al-Hadits,
dan tidak boleh bertentangan dengan al-Qur`an dan al-Hadits itu. Jika suatu konsep iptek
bertentangan dengan al-Qur`an dan al-Hadits, maka konsep itu berarti harus ditolak. Misalnya
saja Teori Darwin yang menyatakan bahwa manusia adalah hasil evolusi dari organisme
sederhana yang selama jutaan tahun berevolusi melalui seleksi alam menjadi organisme yang
lebih kompleks hingga menjadi manusia modern sekarang. Berarti, manusia sekarang bukan
keturunan manusia pertama, Nabi Adam AS, tapi hasil dari evolusi organisme sederhana. Ini
bertentangan dengan firman Allah SWT yang menegaskan, Adam AS adalah manusia pertama,
dan bahwa seluruh manusia sekarang adalah keturunan Adam AS itu, bukan keturunan makhluk
lainnya sebagaimana fantasi Teori Darwin (Zallum, 2001). Firman Allah SWT :

َ ‫ى أَحْ َسنَ ُك َّل َش ْى ٍء خَ لَقَهۥُ ۖ َوبَدَأَ خ َْل‬


ٍ ‫ق ٱإْل ِ ن ٰ َس ِن ِمن ِط‬
‫ين‬ ٓ ‫ٱلَّ ِذ‬

Arab-Latin: Allażī aḥsana kulla syai`in khalaqahụ wa bada`a khalqal-insāni min ṭīn

Terjemah Arti: Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang
memulai penciptaan manusia dari tanah

( Referensi: https://tafsirweb.com/7559-quran-surat-as-sajdah-ayat-7.html )

Anda mungkin juga menyukai