Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kognitif merupakan suatu proses pekerjaan pikiran yang dengannya kita
menjadi waspada akan objek pikiran atau persepsi, mencakup semua aspek
pengamatan, pemikiran dan ingatan (Zulsita, 2010). Perubahan kognitif pada
lansia dapat berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah
pelit atau tamak bila memiliki sesuatu. Bahkan, lansia cenderung ingin
mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap berwibawa. Mereka
mengharapkan tetap memiliki peranan dalam keluarga ataupun masyarakat.
Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan kognitif seperti, perubahan
fisik khusunya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan,
lingkungan. Pada lansia, seringkali memori jangka pendek, pikiran,
kemampuan berbicara, dan kemampuan motorik terpengaruh. Lansia akan
kehilangan kemampuan dan pengetahuan yang telah didapatkan sebelumnya.
Lansia cenderung mengalami demensia. Demensia biasanya terjadi pada usia
lanjut dan alzheimer merupakan bentuk demensia yang umum terjadi, yakni
mencapai 50 hingga 60 persen dari semua kasus demensia. Sedangkan, bentuk
lainnya misalnya karena faktor pembuluh darah. Demensia terbagi menjadi dua
yakni demensia yang dapat disembuhkan dan demensia yang sulit
disembuhkan (Ratnawati, 2017).
Proses menua sehat (normal aging) secara fisiologi terjadi kemunduran
aspek kognitif seperti kemunduran daya ingat terutama memori kerja (working
memory) yang amat berperan dalam aktivitas hidup sehari-hari, hal ini
menjelaskan mengapa pada sebagian lanjut usia menjadi pelupa. Selain ini
fungsi belahan otak sisi kanan sebagai pusat intelegensi dasar akan mengalami
kemunduran lebih cepat dari pada belahan otak sisi kiri sebagai pusat
inteligensi kristal yang memantau pengetahuan. Dampak dari kemunduran
belahan otak sebelah knan pada lanjut usia anata lain adalah kemunduran
fungsi kewasapadaan dan perhatian. Penurunan kognitif pada lansia juga

1
2

bergantung pada faktor usia dan jenis kelamin terutama pada wanita hal ini
dikarekan adanya peranan hormon seks endogen dalam perubahan fungsi
kognitif serta reseptor esterogen di otak yang berperan dalam fungsi belajar
dan memori, seperti hipokampus. Status kesehatan juga merupakan satu faktor
penting yang memperburuk fungsi kognitif lansia. Salah satunya adalah
hipertensi. Peningkatan tekanan dara kronis dapat menigkatakna efek penuaan
pada struktur otak, penurunan hipokampus (Coresa, 2014).
Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan
daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata menggangu aktivitas
kehidupan sehari-hari (Nasrullah, 2016). Perubahan-perubahan tersebut akan
menimbulkan masalah keperawatan gangguan proses pikir. Apabila tidak
diatasi dengan benar akan menimbulkan masalah keperawatan baru (Damara,
2018).
World Health Organisation (WHO) batasan umur lansia meliputi : (1)
usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun (2)
lanjut usia (elderly) antara 60 sampai 74 tahun (3) lanjut usia tua (old) antara
75 sampai 90 tahun (4) sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Berdasarkan data
proyeksi penduduk diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk
lansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020
(27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta), dan tahun 2035
(48,19 juta) (Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi, 2017).
Hasil penelitian Pranata, dkk tentang hubungan antara demensia
dengan mobilitas pada lanjut usia di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar
Lampung Selatan Tahun 2014 menunjukan bahwa distribusi frekuensi
demensia pada lansia di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Lampung Selatan
Tahun 2014 sebanyak 32 orang lansia (62,7%) mengalami dimensia, 19 orang
lansia (37,3%) tidak mengalami demensia. Hasil penelitian ini juga diharapkan
dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak Panti Werdha untuk
mengadakan pelatihan khusus kepada staf terapi humor, aroma terapy dan
brain gym sebagai kegiatan yang dapat diterapkan kedalam jadwal kegiatan
3

rutin untuk mengatasi demensia (Pranata, B et al, 2014 hambatan antara


demensia dengan mobilitas pada lanjut usia dalam jurnal kesehatan holistik).
Panti Tresna Werdha Natar, Lampung Selatan merupakan panti sosial
di bawah naungan Unit Pelaksana Teknis Dinas Pelayanan Sosial Tresna
Werdha natar memiliki 14 wisma dengan jumlah lansia 80 lansia panti, 11
wisma yang ditempati oleh lansia yang sehat dan tidak memerlukan
perawatan khusus, wisma ini ditempati oleh 53 lansia, sedangkan 3 wismanya
isolasi di tempati oleh 20 lansia yang hampir semua aktivitasnya harus
dibantu. Sedangkan berdasarkan dari hasil lansia yang megeluh hipertensi 49
lansia, nyeri sendi 15 lansia, gastritis 10 lansia, demensia 6 lansia dan 1
perawat (hasil survey dengan wawancara di Unit Pelaksana Teknis Dinas
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Natar Lampung Selatan.
Berdasarkan uraian di atas melihat semakin besarnya jumlah
lansia,minimnya jumlah perawat serta meningkatnya gangguan kognitif pada
yang membutuhkan asuhan keperawatan maka penulis mengambil kasus ini
dengan harapan klien dapat memelihara dan meningkatkan mutu kesehatan
serta mendapatkan gambaran tentang asuhan keperawatan klien dengan
gangguan kognitif pada klien demensia menggunakan proses keperawatan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya yaitu
“Bagaimana asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan kognitif pada klien
demensia di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Lampung Selatan?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Melakukan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan
kognitif pada klien demensia di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar
Lampung Selatan.
4

2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan kognitif pada klien demensia di UPTD PSLU
Tresna Werdha Natar Lampung Selatan.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan pada klien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan kognitif pada klien demensia di UPTD PSLU
Tresna Werdha Natar Lampung Selatan.
c. Membuat rencana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan kognitif pada klien demensia di UPTD PSLU
Tresna Werdha Natar Lampung Selatan.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan kognitif pada klien demensia di UPTD PSLU
Tresna Werdha Natar Lampung Selatan.
e. Melakukan evaluasi keperawtan pada klien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan kognitif pada klien demensia di UPTD PSLU Tresna Werdha
Natar Lampung Selatan.

D. Manfaat
1. Manfaat teoris
Sebagai bahan masukan dan referensi mahasiswa yang akan
melakukan asuhan keperawatan gangguan kognitif pada lansia dengan
demensia di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Lampung Selatan.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan mengenai pemenuhan kebutuhan kognitif pada klien dimensia
di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Lampung Selatan.
a. Bagi Unit Pelayanan Tingkat Daerah Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Tresna Werdha Natar Provinsi Lampung.
Sebagai bahan masukan dalam penggunaan tindakan keperawatan
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan kognitif pada klien lansia
dengan demensia.
5

b. Bagi Institusi Pendidikan


Memberikan manfaat bagi mahasiswa keperawatan untuk
dijadikan referensi mengembangkan rencana tindakan keperawatan
dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan khususnya gangguan
pemenuhan kebutuhan kognitif dalam bentuk laporan tugas akhir.

E. Ruang Lingkup
Asuhan keperawatan ini berfokus pada kebutuhan kognitif yang
dibatasi hanya melakukan asuhan keperawatan gerontik secara individu di
UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Lampung Selatan. Asuhan Keperawatan ini
dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan mutu kemampuan kognitif
pada 2 klien lansia dengan penderita demensia. Kegiatan yang dilakukan
adalah pemeriksaan pengkajian kemampuan aspek kognitif, pengkajian
kemampuan intelektual, dan melakukan asuhan keperawatan dimulai dari
pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi dan
evaluasi. Asuhan keperawatan ini dilakukan selama 3 kali kunjungan, dan saat
melakukan implementasi penulis didampingi oleh perawat senior di panti.

Anda mungkin juga menyukai