Anda di halaman 1dari 12

Nama : Desi Novia Anggraini

NIM : 1815401181090
Kelas : 3A
Tugas : Meresume materi mata kuliah Asuhan Kegawatdaruratan Komunitas

1. BASIC LIFE SUPPORT

• Basic Life Support atau bantuan hidup dasar merupakan suatu panduan dari American
Heart Association/ AHA yang pada umumnya meliputi beberapa kondisi, misalnya detak
jantung berhenti, tersedak, tenggelam dan lain-lain. Sehingga organ vital seperti otak
akan kekurangan oksigen, sehingga dapat dilakukan kompresi dada agar sirkulasi udara
dapat dipertahankan.

• Waktu Kritis
Waktu kritis dibagi menjadi 3 yaitu : Clinical Death atau tidak ada nafas dan nadi, rain
damage atau setelah 4-6 menit, dan biological death atau setelah 10 menit.
 Prinsip Dasar
a. Danger (Bahaya)/Scene Safety
Pastikan aman penolong, aman lingkungan dan aman pasien
b. Respon (Reaksi) cek nadi/nafas
Cek respon korban dengan memberikan rangsangan seperti tepukan dibagian bahu
atau beri rangsangan nyeri, hati – hati ketika cek respon korban karena kemungkinan
ada trauma leher, lama pengecekan 5 - 10 detik.
c. Send For Help / Emergency Call
Mengirim bantuan atau telpon darurat agar ambulan dan tenaga kesehatan segera
datang untuk membantu korban agar dapat segera di pasangkan automated external
defibrillator atau AED
d. Chest Compressions
Kompresi dada dilakukan sebanyak satu siklus (30 kompresi, sekitar 18 detik),
kecepatan kompresi diharapkan mencapai sekitar 100 kompresi/menit. Kedalaman
kompresi untuk dewasa minimal 5 cm menggunakan kedua tangan, sedangkan anak-
anak 5 cm menggunakan sat tangan, dan bayi minimal sepertiga dari diameter
anterior-posterior dada atau sekitar 4 cm menggunakan 2 jari
e. Airway
Jika korban tidak ada dicurigai cedera tulang belakang maka bebaskan jalan nafas
melalui head tilt-chin lift. Caranya dengan meletakkan satu tangan pada dahi korban,
lalu mendorong dahi korban ke belakang agar kepala menengadah dan mulut sedikit
terbuka (Head Tilt) pertolongan ini dapat ditambahkan dengan mengangkat dagu
(Chin Lift). Namun jika korban dicurigai cedera tulang belakang maka bebaskan jalan
nafas melalui Jaw Thrust yaitu mengangkat dagu sehingga deretan gigi rahan bawah
berada lebih ke depan daripada deretan gigi rahang atas.
f. Breathing
Berikan ventilasi sebanyak 2 kali. Pemberian ventilasi dengan jaraak 1 detik diantara
ventilasi. Perhatikan kenaikan dada korban untu memastikan volume tidal yang
masuk adekuat.
g. Defibrillator (AED)
Langkah- langkahnya sebagai berikut :
a. Ambil unit AED Plus
b. Buka baju korban, lalu keringkan keringat
c. Buka pad, lalu pasang pad sesuai petunjuk
d. Nyalakan AED
e. Jangan menyentuh korban, ikuti perintah
f. Tekan tombol saat diminta

2. PENANGGULANGAN KEGAWATDARURATAN BENCANA DAN KECELAKAAN


 Dasar hukum penanggulangan bencana di Indonesia adalah Undang-undang Nomor 24
tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.
 Dalam penanggulangan bencana dibagi menjadi tiga fase yaitu :
a. Fase Pra Bencana
disebut sebagai fase kesiapsiagaan yang terdiri dari pencegahan dan mitigasi
(prevention and mitigation)
b. Fase Bencana
disebut sebagai fase tanggap darurat (response) yang terdiri dari fase akut (acute
phase) dan fase sub akut (sub acute phase)
c. Fase Pasca Bencana
disebut sebagai fase rekonstruksi yang terdiri dari fase pemulihan (recovery phase)
dan fase rehabilitasi/rekonstruksi.
 Manajemen Penanggulangan Bencana
a. Fase Pra bencana
Penanggulangan bencana lebih diprioritaskan pada fase prabencana yang bertujuan
untuk mengurangi resiko bencana. Sehingga semua kegiatan yang berada dalam
lingkup pra bencana lebih diutamakan. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat
bencana mulai teridentifikasi akan terjadi, kegiatan yang dilakukan antara lain:
1) Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya.
2) Pelatihan siaga/simulasi/gladi/teknis bagi setiap sektor penanggulangan bencana
(SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum).
3) Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan
4) Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.
5) Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna
mendukung tugas kebencanaan.
6) Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini (early warning)
7) Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan)
8) Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/sarana peralatan)
b. Fase Bencana
Manajemen penanggulangan bencana pada fase bencana disebut sebagai fase tanggap
darurat. Fase tanggap darurat merupakan tahap penindakan atau pengerahan
pertolongan untuk membantu masyarakat yang tertimpa bencana, guna menghindari
bertambahnya korban jiwa. Fase tanggap darurat meliputi:
1) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan
sumber daya
2) Penentuan status keadaan darurat bencana
3) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana; pemenuhan kebutuhan
dasar; perlindungan terhadap kelompok rentan
4) Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
c. Fase Pasca Bencana
Manajemen penanggulangan bencana pada fase pasca bencana ini dibagimenjadi dua
tahap, yaitu :
1) Fase pemulihan/ recovery
Fase ini merupakan fase dimana individu atau masyarakat dengan kemampuannya
sendiri dapat memulihkan fungsinya seperti sediakala (sebelum terjadi bencana
2) Fase rekonstruksi/ rehabilitasi.
Fase dimana individu atau masyarakat berusaha mengembalikan fungsi-fungsinya
seperti sebelum bencana dan merencanakan rehabilitasi terhadap seluruh
komunitas.

3. PENANGGULANGAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL


 Kegawat daruratan obstetri merupakan suatu kondisi yang dapat mengancam jiwa
seseorang, hal ini dapat terjadi selama kehamilan hingga ketika persalinan.
 Kegawatdaruratan Obstertri dibagi menjadi :
a. Mual muntah
Terjadi pada awal kehamilan hingga usia 16 minggu.
 Penatalaksaanaan
1) Makan porsi sedikit namun sering guna menjaga kecukupan nutrisi ibu
2) Penuhi suplemen vitamin, seperti asam folat dan vit B6
b. Abortus
Ancaman pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan
pada usia ≤ 20 atau 22 minggu.
 Penatalaksanaan
1) Abortus imminens : bedrest total, hindari melakukan hubungan seksual
2) Abortus insipiens : Lakukan kuretase
3) Abortus inkomplit : Lakukan kuretase
4) Abortus komplit : tidak diperlukan kuretase lagi
5) Missed abortion : lakukan kuretase
c. Mola Hidatidosa
Disebabkan oleh kelainan pada vili korionik yang disebabkan oleh proliferasi dan
traufoblastik dan edem.
 Penatalaksaan
Lakukan evakuasi dengan menggunakan aspirasi vakum manual
d. Kehamilan Ektopik
Kehamilan yang terjadi di luar rahim.
 Penatalaksanaan
1) Lakukan laparatomi
2) jika kerusakan berat pada tuba lakukan salpingektomi
3) jika kerusakan ringan pada tuba lakukan salpingostomi.
e. Plasenta Previa
Yaitu plasenta yang berimplantasi di atas atau mendekati ostium serviks interna.
 Penatalaksanaan :
1) Lakukan pemeriksaan inspekulum secara hati -hati untuk menetukan sumber
pendarahan.
2) Jika pendarahan banyak dan berlangsung, lakukan seksio sesarea tanpa
memperhitungkan UK.
3) Jika pendarahan sedikit dan berhenti dan janin hidup tetapi prematur
pertimbangkan terapi ekspektatif.
4) Lakukan terminasi kehamilan
f. Solusio Plasenta
Yaitu terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya.
 Penatalaksanaan
1) Jika pembukaan serviks lengkap lakukan persalinan dengan ekstraksi vakum
2) Jika pembukaan serviks belum lengkap lakukan persalinan SC
g. Atonia Uteri
Suatu keadaan dimana rahim tidak berkontraksi dengan baik sesaat setelah bayi lahir.
 Penatalaksanaan
Lakukan KBI & KBE
h. Retensio Plasenta
Suatu keadaan dimana plasenta tidak lahir 30 menit setelah bayi lahir.
 Penatalaksanaan
Lakukan manual plasenta apabila PTT tidak berhasil.
i. Hipertensi
Hipertensi kronik
Hipertensi tanpa protein urea yang timbul dari sebelum kehamilan dan menetap
setelah persalinan.
Hipertensi gestasional
Hipertensi tanpa protein urea yag timbul setelah kehamilan 20 minggu dan hilang
setelah persalinan.
 Penatalaksanaan
1) Hipertensi kronik :
- anjurkan istrahat lebih banyak
- berikan obat anti hipertensi sesuai dengan resep dokter
2) Hipertensi gestasional :
- pemantauan tekanan darah, urine dan kondisi janin.
- beritahu ibu dan keluarga tanda bahaya dan gejala eklampsi dan preeklamsia.
j. Preeklamsi
Preeklamsi ringan : TD ≥ 140/90, protein urine +
Preeklamsi berat : TD ≥ 160/110, protein urine ≤ ++
Superimposede preeklamsi : ibu dengan riwayat hpertensi kronik dan protein
urin ≥ +
k. Eklamsia
Kejang hingga koma.
 Penatalaksanaan
1) Bila terjadi kejang perhatikan jalan nafas, berikan oksigen
2) MgSO4 diberikan secara IV.
 Kegawatdaruratan Non-Obstetri
a. Anemia
Suatu kondisi dimana terdapat kekurangan sel darah merah / hemoglobin.
 Penatalaksanaan
Berikan suplementasi besi dan asam folat
b. Demam Tifoid
Penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh bakteri salmonela typhi.
 Penatalaksanaan
1) Berikan sefotaksin atau seftriakson
2) Berikan paracetamol peroral apabila demam.
c. Diabetes Melitus Gestasional
Keadaan intoleransi karbohidrat yang pertama kali ditemukan pada kehamilan.
 Penatalaksanaan
1) Rujuk ibu ke rumah sakit
2) Pemberian insulin
3) Lakukan pemantauan USG
d. KEK (Kekurangan Energi Kronik)
Kekurangan energi,kalori dan protein dalam waktu yang lama.
 Penatalaksanaan
1) Berikan ibu makanan tambahan pemulihan
2) Pemenuhan nutrisi harian, seperti nasi, lauk-pauk, buah-buahan dan susu
e. Demam Dangue
Disebabkan oleh virus dangue yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti.
 Penatalaksanaan
1) Harus dirawat di rumah sakit dan tirah baring
2) Berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 6 jam bila suhu ≥ 39° C
3) Berikan cairan yang cukup per oral / IV

4. PENANGGULANGAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL


 Masa Neonatal
Merupakan masa kritis untuk bayi karena dalam masa transisi dari kehidupan intra uteri
ke ekstra uteri.
 Penanggulangan Kegawatdaruratan Neonatal dengan Asfiksia
Asfiksia merupakan kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah
(hipoksemia), hiperkarbia Pa CO2 meningkat dan asidosis.
Gejala klinik Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari
100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks
rangsangan, Setelah melakukan penilaian keadaan bayi, hal penting selanjutnya yang
perlu Anda lakukan adalah melihat penilaian asfiksia dengan Penilaian APGAR Skor.
 Penatalaksanaan
Lakukan resusitasi
 Penanggulangan Kegawatdaruratan Neonatal dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
Definisi Adalah bayi baru lahir (BBL) dengan berat badan lahir < 2500 gram
 Penatalaksanaan
1) Pastikan kehangatan bayi dengan bungkus dengan kain lunak, kering,selimut
dan pakai topi
2) Jika pada riwayat ibu terdapat kemungkinan infeksi bakteri beri dosis pertama
antibiotika gentamisin 4 mg/kg BB IM (atau kanamisin) ditambah ampisilin
100mg/kg BB IM
3) Bila bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi <30 atau > 60 X/menit,
tarikan dinding dada ke dalam atau merintih, beri oksigen 0,5 l /menit lewat
kateter hidung atau nasal prong
4) Segera rujuk ketempat pelayanan kesehatan khusus yang sesuai untuk bayi
baru lahir sakit atau kecil
 Penanggulangan Neonatus dengan Kejang
Kejang adalah suatu kondisi pada anak yang disebabkan oleh demam, kejang pada
neonates bukanlah suatu penyakit, namun merupakan gejala penting akan adanya
penyakit lain sebagai penyebab kejang atau adanya kelainan susunan saraf pusat.
 Penatalaksanaan
1) Ketika demam, miringkan posisi anak sehingga ia tidak tersedak dengan air
liurnya dan jangan mencoba untuk menahan gerak si anak
2) Turunkan demam dengan membuka baju dan menyeka anak dengan air yang
sedikit hangat
3) Jangan memberikan kompres dengan es atau alkohol karena anak akan
menggil dan suhu tubuh justru akan meningkat, walaupun kulitnya terasa
dingin
4) Untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dapat diberikan obat,
umumnya kejang demam akan berhenti dengan sendirinya sebelum lima menit
 Penanggulangan Neonatus dengan Hypotermia
Hypotermia adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh yang normal
yaitu < 36-37,5 derajat celcius
 Penatalaksanaan
1) Ruang bersalin yang hangat
2) Pengeringan segera
3) Kontak kulit dengan kulit
4) Pemberian ASI
5) Tidak segera memandikan atau menimbang bayi
6) Pakaian dan selimut yang adekuat
7) Rawat gabung
 Penggulangan Neonatus dengan Hypertermhia
Hipertermia adalah kondisi ketika suhu tubuh terlalu tinggi yaitu lebih dari 37,5 derajat
Celsius
 Penatalaksanaan
1) Jangan memberikan obat antipitetika kepada bayi yang suhunya tinggi
2) Bila suhu diduga karena paparan panas yang berlebihan : Belum pernah
diletakkan di dalam alat penghangat
a) Letakkan bayi di ruangan dengan suhu lingkungan normal ( 25-28oC)
b) Lepaskan sebagian atau seluruh pakaian bila perlu
c) Periksa suhu aksiler setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal
d) Bila suhu sangat tinggi ( > 39̊C), bayi dikompres atau dimandikan selama
10- 15 menit dalam air yang suhunya 4 oC lebih rendah dari suhu tubuh
bayi. Jangan menggunakan air dingin atau air yang suhunya lebih rendah
dari 4̊C dibawah suhu bayi.
 Penanggulangan Neonatus dengan Hypoglikemi
Hypoglikemi adalah kadar gula darah yang rendah pada bayi baru lahir pada bayi aterm
konsentrasi glukosa plasma <35mg/dl
 Penatalaksanaan
1) Bila kadar gula darah < 25 mg
a) Pasang jalur IV bila belum terpasang
b) Beri glukosa 10% 2 ml IV bolus pelan dal 5 menit
2) Bila kadar gula darah 25-45 mg
a) Lanjutkab infuse
b) Cek glukosa dalam per 3 jam hingga 45 mg/dl atau lebih
3) Bila kadar gula darah > 45 mg
a) Jika bayi mendapatkan cairan IV : cek per 12 jam
b) Jika bayi tidak mendapatkan cairan IV cek per 12 jam, 2x :
- Jika turun : tangani
- Jika Normal : hentikan pengukuran
 Penanggulangan Neonatus dengan Ikterus
Bayi kuning atau ikterik adalah kadar bilirubin yang tinggi dalam darah. Bilirubin ini
adalah pigmen kuning dalam sel darah merah.Secara umum, setiap neonatus mengalami
peningkatan konsentrasi bilirubin serum, < 12 mg/dL pada hari III dipertimbangkan
sebagai ikterus fisiologis.
 Penanggulangan Neonatus dengan Infeksi
Definisi perinatal adalah infeksi pada neonates yang terjadi pada masa antenatal,
intranatal, dan postnatal.
 Penatalaksanaan
1) Asi ekslusif
2) Prosedur cuci tangan yang ketat bagi semua staf dan keluarga sebelum dan
sesudah memegang bayi
3) Tidak menggunakan air untuk pelembapan dalam incubator (Pseudomonas
Akan mudah berkolonisasi) atau hindari penggunaan incubator (gunakan
Perawatan metode kangguru)
4) Sterilitas yang ketat untuk semua prosedur
5) Tindakan menyuntik yang bersih
6) Hentikan pemberian cairan intravena (IV) jika tidak diperlukan lagi
7) Hindari Transfuse darah yang tidak perlu

5. KONSEP DASAR KEBIDANAN KOMUNITAS


 Bidan dikomunitas adalah bidan yang bekerja memberikan pelayanan kepada keluarga
dan masyarakat disuatu wilayah tertentu.
 Fokus / sasaran kebidanan komunitas
a. Ibu : Pra kehamilan, kehamilan, persalinan, nifas dan akseptor KB
b. Anak : Meningkatkan kesehatan anak dalam kandungan , bayi, balita, pra sekolah dan
sekolah.
c. Keluarga : Pelayanan ibu dan anak termasuk kontrasepsi, pemeliharaan anak,
pemeliharaan ibu sesudah persalinan, perbaikan gizi, imunisasi dan kelompok usia
lanjut
d. Masyarakat (community) : remaja, calon ibu dan kelompok ibu
 Prinsip asuhan kebidanan komunitas
a. Kebidanan komunitas sifatnya multidisiplin, meliputi ilmu kesehatan, sosial,
psikologi, ilmu kebidanan.
b. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjujung harkat dan martabat
c. Ciri kebidanan adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis
 Tujuan asuhan kebidanan komunitas
a. Tujuan Umum
Asuhan kebidanan dikomunitas harus mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, khususnya kesehatan perempuan diwilayah kerja bidan
b. Tujuan khusus
1) Meningkatkan cangkupan pelayanan kebidanan komunitas seseuai tanggung
jawab bidan
2) Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas
dan perinatal secara terpadu
3) Menurunkan jumlah kasus yg berkaitan dgn resiko kehamilan, persalinan, nifas
dan perinatal.
4) Mendukung program pemerintah lainnya untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian
5) Membangung jejaring kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat
setempat atau terkait
 Ruang lingkup pelayanan bidan komunitas
a. Promotif
Upaya promotif dilakukan di antaranya dengan memberikan :
1) Promkes
2) Peningkatan gizi
3) Pemeliharaan kesehatan perorangan
4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan
5) Pemberian makanan tambahan
6) Rekreasi
7) Pendidikan seks
b. Preventif
Ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarkat. Upaya preventif dapat dilakukan diantaranya
dengan melakukan :
1) Imunisasi pada bayi, balta dan ibu hamil
2) Pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas maupun kunjungan
rumah pada ibu nifas dan neonatus
3) Pemberian tablet vitamin A dan garam beryodium pada ibu nifas dan balita
4) Pemberian tablet penambah darah dan senam hamil
c. Diagnosis dini dan pertolongan tepat guna
Merupakan upaya untuk membantu menekan angka kesakitan dan kematian pada IBU
dan BAYI.
d. Meminimalkan kecacatan
Dilakukan untuk bertujuan merawat dan memberikan pengobatan individu, keluarga,
atau kelompok orang yang menderita penyakit.
e. Rehabilitas
merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita yang dirawat dirumah, maupun
terhadap kelompok tertentu yang menderita penyakit.
f. Kemitraan
Dalam memberikan asuhan kebidanan komunitas, bidan harus mempunyai pandangan
bahwa masyarakat adalah mitra dengan fokus utama anggota masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai