Anda di halaman 1dari 4

ASAL-USUL DESA SENTUL

Disusun oleh:

Aprilia Ayu Pramiswari

SMA Negeri 1 Porong

JL.Bhayangkari No.12 Porong Sidoarjo


ASAL-USUL DESA SENTUL

Pada zaman dahulu, di sebuah desa terpencil, ada seorang pemuda yang
bernama Sakti Reksa. Seperti namanya, ia juga mempunyai berbagai ilmu
kesaktian. Konon katanya, tidak ada yang bisa menandingi kesaktiannya. Pada
suatu hari, Sakti pergi ke hutan bersama teman-temannya. Namun, di tengah
perjalanan,
"Wah, ada seekor kijang, aku harus segera menangkap kijang itu."
Sakti terus mengejar kijang itu hingga ke dalam hutan. Namun, ia
kehilangan kijang itu dan ia tersadar bahwa ia telah terpisah dari teman-temannya.
Lalu, ia melihat sebuah pohon yang sangat besar.
"Hari ini panas sekali, sepertinya aku harus beristirahat," kata Sakti.
Krasakkk...krasakkkk...
"Hah, siapa itu? Menganggu saja. Apa ia tidak tahu siapa yang telah ia
ganggu?" kata Sakti.
Tiba - tiba, dari belakang muncul sosok perempuan yang sangat cantik.
Kulitnya putih, perawakannya bak boneka porselen yang apabila tersenggol
sedikit saja, akan pecah tak berbentuk.
"Wah cantiknya, siapa dia? Apa dia penunggu pohon ini? Ah, aku harus
menghampirinya," kata Sakti
"Hei, siapa kau? Dari mana asalmu? Berani sekali datang ke wilayahku!"
tanya Sakti dengan nada membentak.
"Namaku Ranti, aku berasal dari desa sebelah." jawab perempuan itu
dengan nada suaranya yang amat lembut.
"Apa yang kamu lakukan di hutan ini sendirian?" Sakti bertanya sekali
lagi.
"Aku pergi ke hutan ini untuk menyelamatkan diri. Ayahku mati dibunuh
oleh seorang pemuda misterius yang tiba-tiba menodongkan senjatanya." kata
Ranti.
Mendengar penjelasan Ranti, Sakti merasa kasihan dan membawanya
pulang ke desanya. Karena kecantikan Ranti, Sakti merasa jatuh cinta dan ingin
mempersuntingnya. Tanpa menunggu waktu yang lama, Sakti akhirnya resmi
mempersunting Ranti.

2
Hingga di suatu pagi, Ranti pergi keluar sendirian. Di tengah jalan, ia
bertemu dengan seorang lelaki yang berpakaian lusuh dan compang-camping yang
tiba-tiba memanggil namanya.
"Ranti... Ranti …"
"Hah, siapa kau? Jangan mendekatiku." kata Ranti.
"Aku kakangmu, Ranti, Akang Joko. Maafkan Akang baru mencarimu,
tapi sekarang Akang sudah tahu siapa yang membunuh ayah kita."
"Hah, Akang Joko? Apa yang terjadi padamu? Dan ... memang siapa yang
telah membunuh ayah kita?" tanya Ranti penasaran.
"Sudahlah, jangan pedulikan aku. Sekarang, kita harus membalas dendam
kematian ayah kita pada Sakti Reksa."
"Hah? Tidak, tidak mungkin. Sakti adalah suamiku, Akang. Aku tidak
mau! Aku sangat menyayanginya, Akang. Tolong jangan bunuh suamiku." Ranti
membalas dengan mata yang berkaca - kaca, bibirnya berkedut menahan tangis.
"Baiklah, jika engkau tidak mau. Tapi, akang minta tolong, kabulkanlah
permintaan terakhir Akang. Tolong letakkan keris ini di bawah kasurmu. Semoga
kau bahagia dengan pilihanmu!" Joko akhirnya pergi meninggalkan Ranti yang
dilanda kesedihan mendalam.
Pertemuan Ranti dengan akangnya tidak diketahui oleh Sakti yang saat itu
sedang pergi berburu di hutan.
Di sisi lain, tiba-tiba Surti, pelayan Sakti mendatangi Sakti. Ia datang
dengan nafas terengah-engah.
"Halo, Akang Sakti," Surti menyapa Sakti dengan nadanya yang centil,
"Lelah aku mencarimu, aku membawa berita yang pasti akan membuat Akang
tercengang mendengarnya. Istrimu, Ranti, tadi sedang bermesraan dengan lelaki
lain, loh."
Apa yang diceritakan Surti kepada Sakti tidak seketika langsung
dipercayainya.
"Hahaha.... Surti, Surti, sudahlah pulang saja. Aku pikir berita penting apa
yang kau sampaikan. Tidak mungkin istriku itu bisa berpaling dariku. Aku adalah
lelaki yang paling kuat di desa ini." kata Sakti dengan nada sombong.
Hingga suatu hari, ketika sedang bertapa, Sakti diberitahu oleh jin
peliharaannya, "Wahai Tuanku, keselamatanmu sedang dalam bahaya. Istrimu,
Ranti, berniat untuk menghabisi nyawamu. Tuan bisa membuktikannya sendiri. Di

3
bawah kasur Tuan, ada sebuah keris. Itu adalah keris lelaki yang akan membunuh
Tuan." kata Jin itu.
Mendengar itu, Sakti berang. Ia langsung kembali ke rumahnya. Ia
mencari keris yang dikatakan Jin peliharaannya tadi. Di bongkarnya seluruh isi
rumah untuk mencari keris tersebut.
"Ranti?! Jadi, selama ini... kurang ajar! Aku harus membunuhnya." teriak
Sakti, berang kepada istri tercintanya.
"Ranti! Ranti! Di mana kau?! Keluar kau?!" teriak Sakti.
"Iya, suamiku. Mengapa engkau berteriak? Aku tadi sedang memasak di
dapur, apa kau sudah makan?" tutur Ranti lembut.
"Apa ini? Apa kau selama ini hanya berpura-pura menjadi istriku untuk
menjatuhkanku? Apa kurangku padamu? Semua sudah kuberikan untukmu." kata
Sakti.
"Sebenarnya, keris itu berasal dari Akangku, aku bertemu dengannya tadi.
Aku tidak mungkin mencelakaimu, Suamiku. Aku sangat menyayangimu." Sakti
yang sudah tersulut emosinya tidak peduli lagi dengan penjelasan Ranti. Ia
langsung menyeret istrinya ke luar dan membawanya ke hutan.
Ranti hanya bisa pasrah, sembari berkata, "Suamiku, jika aku mati dan
pohon besar yang menjadi awal pertemuan kita itu membusuk, maka aku tidak
berbohong. Namun, jika pohon itu tetap tumbuh rindang, maka aku telah
membohongimu. Aku menyayangimu Sakti."
Tanpa pikir panjang, Sakti langsung mengeluarkan keris dari sarungnya
dan menusuk tubuh Ranti, hingga jatuh tepat di depan pohon tersebut. Tiba-tiba,
terjadi keajaiban, pohon yang awalnya masih berdiri tegak menaungi Sakti,
buahnya menjadi hitam membusuk.
"Apa ini? Apa yang terjadi?" Sakti tak bisa berkata apapun, lidahnya seakan kelu.
Sakti yang teringat kata-kata terakhir Ranti. Ia menjadi sangat menyesal
atas apa yang telah ia perbuat. Ia pun hanya bisa meratapi kematian istrinya.
"Maafkan Aku Ranti, aku juga menyayangimu." ungkap Sakti. Air
matanya melelh tanpa bisa dibendung.
Sejak saat itu, desa tersebut diberi nama Desa Sentul untuk mengenang
kematian istrinya tepat di depan pohon besar yang bernama Pohon Sentul.

Anda mungkin juga menyukai