Anda di halaman 1dari 7

PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 4 NOMOR: 1 HAL: 1 - 140 ISSN: 2442-4480

6
PERAN STAKEHOLDER DALAM MANAJEMEN BENCANA BANJIR

Oleh:
Syahputra Adisanjaya Suleman17, Nurliana Cipta Apsari18

ABSTRAK
Indonesia merupakan wilayah rawan bencana alam. Bencana selalu terjadi di sepanjang wilayah
Indonesia, dari barat hingga timur. Menurut International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR-
2002,2004) bencana alam adalah suatu kejadian, yang disebabkan secara alamiah atau karena ulah
manusia, dan terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, sehingga menyebabkan hilangnya jiwa
manusia, harta benda, dan kerusakan lingkungan. Kejadian bencana yang terjadi secara tiba-tiba ini
menuntut masyarakat untuk selalu siap siaga dalam menghadapi bencana yang sewaktu-waktu dapat
terjadi. Kesiap-siagaan dalam menghadapi bencana ini termasuk ke dalam ranah manajemen bencana
banjir. Banyak pihak yang perlu terlibat dalam manajemen bencana, yaitu pemerintah, pihak swasta
dan masyarakat itu sendiri.
Desain penelitian adalah kualitatif, dengan metode pengumpulan data adalah studi kepustakaan.
Pengumpulan data sekunder dan kajian pustaka (literatur), didefinisikan sebagai penelusuran yang
dilakukan oleh peneliti terhadap sumber pendukung untuk kepentingan penelitian yang sedang
dijalankan.
Peran stakeholder dalam manajemen bencana banjir yang dalam hal ini dilakukan oleh pemerintah
pusat, pemerintah daerah, BNPB dan lembaga swasta dan international telah diatur dalam peraturan
pemerintah. Instansi/institusi mempunyai tugas, fungsi, dan perannya masing-masing sesuai
peraturan yang telah ditetapkannya. Namun dapat dilihat dari tugas, fungsi dan perannya, bahwa
BNPB/BPBD mempunyai peran yang secara langung berwenang dalam penanganan bencana,
khususnya pada mitigasi bencana banjir. Hal ini didasarkan pada pembentukan lembaga
BNPB/BPBD sebagai pusat dalam penanggulangan bencana nasional dan daerah.

Kata kunci: Peran, Stakeholder, Manajemen Bencana

PENDAHULUAN Disaster Reduction (UN-ISDR-2002,2004)


Bencana alam merupakan suatu bencana alam adalah suatu kejadian, yang
kejadian yang tidak dapat diprediksi kapan disebabkan oleh alam atau karena ulah
akan terjadi, iklim yang tidak menentu manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-
seringkali berdampak pada terjadinya bencana lahan, sehingga menyebabkan hilangnya jiwa
alam yang datang dengan tiba-tiba. Di manusia, harta benda, kerusakan lingkungan,
Indonesia pada umumnya merupakan wilayah kejadian ini terjadi di luar kemampuan
rawan bencana alam, hampir disetiap tahun di masyarakat dengan segala sumber dayanya.
setiap daerah mengalami berbagai bencana Sedangkan menurut UU No 24 Tahun 2007
alam. Menurut International Strategy for Pasal 1 poin 1, bencana adalah peristiwa atau

17
Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad
18
Dosen Departemen Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad

53
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 4 NOMOR: 1 HAL: 1 - 140 ISSN: 2442-4480

rangkaian peristiwa yang mengancam dan dari manusia yang tidak menjaga lingkungan
mengganggu kehidupan dan penghidupan sekitar dengan baik.
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor Persebaran bencana banjir hampir
alam dan/atau non-alam maupun faktor merata di seluruh wilayah Indonesia, dampak
manusia sehingga menyebabkan timbulnya yang ditimbulkan juga sangat besar. Data
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, BNPB sampai bulan Oktober tahun 2016
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. menyebutkan bahwa korban meniggal akibat
Bencana alam memberikan dampak bencana banjir mencapai 134 jiwa, korban
yang sangat besar pada masyarakat, bahaya luka-luka 104 jiwa, dan 2.210.114 jiwa
yang ditimbulkan sangat tidak dapat menderita dan mengungsi. Jumlah korban
diperkirakan, bahaya adalah suatu fenomena yang terdampak bencana banjir berdasarkan
alam atau buatan yang mempunyai potensi data di atas sangatlah besar, sehingga
mengancam kehidupan manusia, kerugian penanganan bencana banjir di Indonesia perlu
harta benda dan kerusakan lingkungan ditingkatkan. Bukan hanya korban jiwa,
(Nurjanah dkk, 2013). Menurut Badan bencana banjir merusak rumah serta fasilitas
Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) umum, data BNPB sampai bulan oktober tahun
jumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia 2016 menyebutkan bahwa rumah yang rusak
pada tahun 2016 mencapai 1.907 kejadian, berat berjumlah 2.071 unit, rusak sedang
bencana tersebut antara lain adalah banjir, 1.018 unit, rusak ringan 5.242 unit, terendam
gempa bumi, letusan gunung api, putting 214.079 unit dan kerusakan fasilitas umum
beliung, kebakaran hutan dan lahan, tanah seperti fasilitas kesehatan 16 unit, fasilitas
longsor dan banjir dan tanah longsor. Jumlah pendidikan 277 unit dan fasilitas peribadatan
bencana alam yang banyak terjadi di Indonesia 199 unit. Jumlah kerusakan serta asset rumah
menandakan, bahwa dihampir seluruh wilayah yang dimiliki oleh masyarakat berdampak
Indonesia merupakan daerah rawan bencana pada kerugian harta benda, oleh sebab itu
alam dengan jenis bencana yang berbeda-beda. pencegahan bencana banjir terus dilakukan dan
Pada kasus bencana alam, khususnya bencana ditingkatkan, mengingat dari tahun ke tahun
banjir merupakan bencana yang paling banyak dampak yang ditimbulkan sangatlah besar bagi
terjadi di Indonesia. masyarakat, khususnya masyarakat yang tingal
Bencana alam di Indonesia khususnya di daerah rawan bencana banjir.
bencana banjir merupakan bencana dengan Manajemen bencana sangat perlu
jumlah kejadian yang sangat besar serta untuk ditingkatkan, khususnya pada bencana
menyebar dihampir seluruh wilayah. Banjir banjir, data BNPB menyebutkan sepanjang
adalah limpahan air yang melebihi tinggi muka tahun 2016 bencana banjir merupakan bencana
air normal, sehingga melimpah dari palung alam yang paling banyak menelan korban jiwa
sungai menyebabkan adanya genangan pada serta berdampak pada kerusakan rumah
lahan rendah di sisi sungai (Nurjanah dkk, maupun fasilitas umum. Dampak bencana
2013). Banjir disebabkan oleh curahan hujan banjir sangatlah besar, oleh sebab itu
yang berlebih sehingga menyebabkan sungai manajemen bencana yang baik harus segera
meluap kedaratan. Tidak adanya daerah diterapkan. Menurut Carter (1991)
resapan yang disebabkan oleh hutan gundul, penanggulangan bencana alam (disaster
penyempitan serta pendangkalan sungai management) perlu diselenggarakan melalui
mempengaruhi arus air sungai dari hulu ke hilir tahap-tahap: Persiapan (preparation),
sehingga menyebabkan bencana banjir. Bukan Penghadangan/penanganan (Facing disaster),
hanya itu, sistem irigasi yang tidak baik serta Perbaikan akibat kerusakan (reconstruction),
penyumbatan oleh samapah pada aliran sungai Pengfungsian kembali prasarana dan sarana
dan irigasi membuat aliran air menjadi sosial yang rusak (Rehabilitation), dan
terhambat, hal ini merupakan fenomena ulah Penjinak gerak alam yang menimbulkan
bencana (Mitigation). Sedangkan menurut

54
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 4 NOMOR: 1 HAL: 1 - 140 ISSN: 2442-4480

Nurjanah dkk (2013) Manajemen bencana banjir. Oleh sebab itu mitigasi perlu dilakukan
adalah ilmu pngetahuan yang mempelajari dengan peran dan fungsi masing-masing.
bencana beserta segala aspek yang berkaitan Pada penelitian oleh Farichatun Nisa
dengan bencana, terutama resiko bencana dan Tentang “Manajemen Penanggulangan
bagaimana menghindari resiko bencana. Bencana Banjir, Putting Beliung, dan Tanah
Manajemen bencana merupakan proses Longsor di Kabupaten Jombang”
dinamis tentang bagaiman bekerjanya fungsi- mengemukakan Hasil penelitian menunjukkan
fungsi manajemen yang kita kenal selama ini bahwa manajemen penanggulangan bencana
misalnya fungsi planning, organizing, yang dilakukan oleh BPBD dilakukan melalui
actuating, dan controlling. tahapan respon, pemulihan, dan
Manajemen bencana banjir khusunya pengembangan. Tahapan paling dominan yang
pada mitigasi diterapkan, guna untuk dilakukan oleh BPBD Kabupaten Jombang
mencegah dampak dari bencana banjir. melalui tindakan response sebelum dan
Mitigasi perlu untuk dilakukan untuk sesudah terjadinya bencana. Sedangkan
mengurangi resiko dari bencana banjir serta penanggulangan bencana yang dilakukan oleh
bisa untuk meningkatkan kemampuan masyarakat berupa partisipasi dalam bentuk
masyarakat serta organisasi dalam penanganan buah pikiran, tenaga, harta benda,
bencana banjir. Menurut UU No 24 Tahun keterampilan, dan kemahiran, serta partisipasi
2007 Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk sosial. Partisipasi yang dominan dilakukan
mengurangi risiko bencana, baik melalui oleh masyarakat adalah partisipasi tenaga dan
pembangunan fisik maupun penyadaran dan partisipasi sosial. Dalam penelitian yang
peningkatan kemampuan menghadapi diuraikan dapat dilihat bahwa manajemen
ancaman bencana. Kasus bencana banjir di bencana banjir dilakukan melalui tindakan
Indonesia dampaknya sudah sangat parah, respon sebelum dan sesudah terjadinya
setahun terakhir ini kasus bencana banjir bencana oleh BPBD. Kaitan dengan penelitian
terjadi dimana-mana, data BNPB “Peran stakeholder dalam manajemen
menyebutkan bencana alam yang terjadi di Bencana banjir” bahwa Peran dan fungsi
Indonesia sepanjang tahun 20116, 31,3 % stakeholder sangat dibutuhkan dalam
adalah bencana banjir. manajemen bencana banjir khususnya dalam
Mitigasi sangat berperan dalam hal mitigasi, oleh karena itu penelitian ini
pengurangan resiko bencana banjir, dengan hendak mengeksplorasi peran-peran yang
mitigasi dampak bencana banjir dapat dilakukan oleh stakeholder dalam Mitigasi
diminimalisir dengan baik. pengetahuan dan Bencana Banjir, dengan stakeholder yang
kemampuan masyarakat maupun stakeholder dimaksud adalah pihak pemerintah, pihak
dapat menigkat dalam penanganan bencana lembaga non pemerintah dan pihak swasta.
banjir, sehingga korban jiwa, kehilangan harta
benda serta dampak dari bencana banjir
lainnya dapat ditangani. Mitigasi yang METODE PENELITIAN
koprehensif perlu adanya peran stakeholder Teknik pengumpulan data dalam
dalam penangannnya, karena tanpa peran penelitian ini adalah data sekunder.
stakeholder maka penyelenggaraan mitigasi Pengumpulan data sekunder dan kajian
dalam bencana banjir tidak akan berjalan. pustaka (literatur), didefinisikan sebagai
Dalam Pembagian Tanggung Jawab penelusuran yang dilakukan oleh peneliti
Manajemen Bencana pada UU No. 24 Tahun terhadap sumber pendukung untuk
2007, pemeritah pusat, pemerintah daerah, kepentingan penelitian yang sedang
BNPB (Badan Nasional, Penanggulangan dijalankan. Data sekunder memiliki tingkatan
Bencana Nasional) lembaga usaha, dan yang berbeda (Indrawan dan Yaniawati, 2014)
lembaga international adalah lembaga yang yakni : (1) Tingkat pertama, yakni data
bertanggung jawab dalam mitigasi bencana sekunder dari sumber primer, seperti karya

55
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 4 NOMOR: 1 HAL: 1 - 140 ISSN: 2442-4480

penelitian terdahulu, atau data mentah tanpa itu berada. Kaitannya dengan peran indiviudu
interpretasi atau pertanyaan yang mewakili dalam institusi/organisasi tentunya memiliki
suatu opini atau posisi resmi (belum pernah fungsi dan tanggung jawab sebagai pemangku
diolah atau ditafsirkan oleh pihak kedua). (2) kepentingan (stakeholder). Stakeholder
Tingkat kedua, yakni data sekunder dari merupakan pemangku kepentingan yang
sumber sekunder, seperti interprestasi dari data berperan dalam pengambilan keputusan serta
primer. (3) Tingkat ketiga, yakni data sekunder memiliki kekuasaan dalam mempengaruhi
dari sumber tersier seperti, interpretasi sumber individu, kelompok mapun organisasi. Menurut
sekunder yang pada umumnya disajikan dalam Budimanta dkk, 2008 Stakeholder merupakan
bentuk indeks, bibliografi, alat bantu pencarian individu, sekelompok manusia, komunitas atau
data. Penelitian tentang Peran Stakeholder masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara
dalam Manajemen Bencana banjir parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan
menggunakan tingkatan yang ke dua, yaitu terhadap perusahaan. Individu, kelompok, maupun
komunitas dan masyarakat dapat dikatakan sebagai
pengumpulan data merupakan data sekunder stakeholder jika memiliki karakteristik seperti
dari sumber sekunder, seperti interpretasi dari yaitu mempunyai kekuasaan, legitimasi, dan
data primer. kepentingan terhadap perusahaan.
Stakeholder merupakan pemangku
KAJIAN PUSTAKA kepentingan dalam pengambilan keputusan dan
Peranan (role) merupakan proses kekuasaan dalam mempengaruhi individu maupun
dinamis kedudukan (status). Apabila organisasi, namun pada dasarnya peran stakeholder
seseorang melaksanakan hak dan disesuaikan fungsi pokok dan tanggung jawabnya
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, sebagai stakeholder. Berkaitan dengan peran
dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan stakeholder dalam bencana banjir, Undang-undang
antara kedudukan dengan peranan adalah Nomor 24 Tahun 2007 tentang pembagian
untuk kepentingan ilmu pengetahuan. tanggung jawab manajemen bencana bahwa
Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena stakeholder yang berperan ialah pemerintah
yang satu tergantung pada yang lain dan pusat, pemerintah daerah, BNPB (Badan
sebaliknya (Soekanto, 2009). Levinson dalam Nasional Penanggulangan Bencana), lembaga
Soekanto (2009) mengatakan peranan usaha, dan lembaga internasional. Bencana
mencakup tiga hal, antara lain: (1) Peranan banjir adalah limpahan air yang melebihi
meliputi norma-norma yang dihubungkan tinggi muka air normal, sehingga melimpah
dengan posisi atau tempat seseorang dalam dari palung sungai menyebabkan adanya
masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan genangan pada lahan rendah di sisi sungai
rangkaian peraturan-peraturan yang (Nurjanah dkk 2013).
membimbing seseorang dalam kehidupan Bencana banjir merupakan bencana
bermasyarakat. (2) Peranan merupakan suatu yang terjadi karena diakibatkan oleh curah
konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh hujan yang tinggi, dimana daerah aliran sungai
individu dalam masyarakat sebagai organisasi. tidak dapat menampung debit air yang besar
(3) Peranan juga dapat dikatakan sebagai dan pada akhirnya meluap kedaratan.
perilaku individu yang penting bagi struktur Pendangkalan serta penyempitan sungai
sosial masyarakat. menjadi faktor penyebabnya. Bukan hanya itu,
Peranan merupakan hal penting dalam adanya pembalakan liar yang mengakibatkan
kehidupan bermasyarakat, dengan hutan gundul menjadi pengaruh yang sangat
menjalankan peran masing-masing, maka besar, hal ini membuat daerah resapan tidak
fungsi pokok individu dapat dijalankan dengan maksimal sehingga bencana banjir tidak dapat
baik. Pada dasarnya individu memiliki peran terhindarkan. Penanganan bencana banjir
yang berbeda-beda, baik yang diterapkan membutuhkan manajemen bencana yang baik
dalam diri sendiri, lingkungan masyarakat karena hal ini dapat meminimalisir dampak
maupun institusi/organisasi dimana individu yang ditimbulkan. Manajemen bencana adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari bencana

56
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 4 NOMOR: 1 HAL: 1 - 140 ISSN: 2442-4480

beserta segala aspek yang berkaitan dengan lembaga non kementerian, masing-masing
bencana, terutama resiko bencana dan mempunya fungsi dan peran dalam hal
bagaimana menghindari resiko bencana. mitigasi bencana banjir.
Manajemen bencana merupakan proses Peran serta semua lembaga pemerintah
dinamis tentang bagaimana bekerjanya fungsi- dalam mitigasi bencana banjir menyebar
fungsi manajemen yang kita kenal selama ini dihampir seluruh instansi/institusi, baik
misalnya fungsi planning, organizing, kementrian maupun lembaga non kementrian.
actuating, dan controlling (Nurjanah Hal ini menunjukan masing-masng lembaga
dkk,42:2013). William Nick Carter (1991) mempunyai andil yang berbeda-beda dalam
mengungkapkan bahwa penanggulangan mitagasi bencana banjir. Penyelenggaraan
bencana alam (disaster management) perlu mitigasi bencana banjir, setiap lembaga saling
diselenggarakan melalui tahap-tahap: berkoordinasi antara satu sama lain. Selain
Persiapan (preparation), Penghadangan/ pemerintah pusat, pemerintah daerah
penanganan (Facing disaster), Perbaikan mempunyai peran dalam hal mitigasi bencana
akibat kerusakan (reconstruction), banjir, namun tugas dan fungsi yang dilakukan
Pengfungsian kembali prasarana dan sarana searah dengan pemerintah pusat. Perbedaan
sosial yang rusak (Rehabilitation), dan penanganan mitigasi bencana banjir antara
Penjinak gerak alam yang menimbulkan pemerintah pusat daerah ialah pada tata letak
bencana (Mitigation). Prinsip praktis wilayah, pemerintah pusat melaksanakan
manajemen bencana (Nurjanah dkk, 45:2013) mitigasi secara menyeluruh di wilayah
adalah sebagai berikut: Indonesia, sedangkan pemerintah daerah pada
a. Cepat dan tepat daerah otonomnya sendiri.
b. Prioritas Fungsi dan peran pemerintah daerah
c. Koordinasi dan keterpaduan sangat jelas dalam mitigasi bencana banjir,
d. Berdayaguna dan berhasil guna pemerintah daerah meyusun rencana
e. Transparansi dan akuntabilitas penanggulangan bencana meliputi, mitigasi,
f. Kemitraan kegiatan pra bencana dan pasca benca.
g. Pemberdayaan Kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
h. Non diskriminatif daerah berkoordinasi pada semua instasi
i. Non-Proselitasi terkait yang mempunya fungsi dalam mitigasi
bencana banjir. Pemerintah daerah juga
HASIL DAN PEMBAHASAN melakukan koordinasi terhadap penyusunan
Penyelenggaraan mitigasi bencana rencana penanggulangan bencana banjir
banjir seluruhnya dilaksanakan oleh dengan BPBD, karena lembaga atau institusi
pemerintah. Pemerintah bertanggung jawab BPBD mempunyai kewenangan lebih terhadap
penuh dalam penyelesaian masalah bencana, mitigasi bencana banjir. Pada dasarnya
khususnya pada hal mitigasi bencana banjir. pemerintah daerah dan BPBD mempunyai
Peran dan tanggung jawab pemerintah telah kedudukan yang sama dalam penanganan
diatur pada UU No. 24 Tahun 2007, bahwa mitigasi bencana banjir, BPBD sendiri
penyelenggaraan tanggung penanggulangan merupakan bentukan dari BNPB yang dimana
bencana diserahkan pada pemerintah pusat, lembaga ini memiliki kewenangan yang besar
pemerintah daerah, dan BNPB (Badan terhadap penanggulangan bencana yang
Nasional Penanggulangan Bencana), namun bertanggung jawab langsung pada Presiden.
pada pasal 28, 29, dan 30 UU No. 24 Tahun Badan Nasional Penanggulangan
2007 merumuskan lembaga usaha dan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan
organisasi international dalam Bencana Daerah (BPBD) mempunyai tugas
penanggulangan bencana baik secara sendiri dan fungsi yang langsung dalam kewenangan
mapun bersama-sama. Peran pemerintah pusat penanganan mitigasi bencana banjir. Secara
tersebar di berbagai Kementerian serta khusus BNPB dan BPBD menjadi pusat

57
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 4 NOMOR: 1 HAL: 1 - 140 ISSN: 2442-4480

koordinasi seluruh instansi/institusi yang terlibat dalam mitigasi bencana banjir bandang
terkait dalam mitigasi bencana banjir. akan berada dalam perlindungan UU tersebut.
Penanggulangan bencana baik tingkat daerah ------------------
mapun pusat, terlebih dahulu berkoordinasi
dengan BNPB dan BPBD. DAFTAR PUSTAKA
Selain Pemerintah Pusat, pemerintah Freeman, R.E., and Miles. 2006. Stakeholder :
daerah dan BNPB, penanggulangan bencana Theory and practice. Oxford University.
khusnya pada mitigasi bencana banjir, New York.
dilakukan oleh lembaga swasta dan Indrawan dan Poppy, 2014. Metodologi
international. Peran lembaga swasta dan Penelitian. PT. Refika Aditama.
international dalam mitigasi bencana banjir Bandung.
antara lain membantu pengumpulan bantuan Nurjanah dkk, 2013. Manajemen Bencana.
untuk disalurkan kepada korban bencana banjir Alfabeta. Bandng.
bandang; membantu proses rehabilitasi dan Soerjono Soekanto. 2009. Sosiologi Suatu
rekonstruksi daerah yang terkena bencana; dan Pengantar, Edisi Baru, Rajawali Pers
membantu penyediaan data berdasarkan hasil Jakarta.
penelitian yang dilakukan secara independent UN-ISDR. 2002. International Strategy for
oleh lembaga yang bersangkutan. Disaster Reduction (2002,2004).
Dapat dilihat dari fungsi, tugas dan W. Nick Carter. 1990. Disaster Management,
peran masing-masing stakeholder dalam Asian Development Bank.
penanganan mitigasi bencana banjir, baik
pemerintah pusat, pemerintah daerah, BNPB Sumber lain
dan lembaga swasta dan international, Badan Pertanahan Nasional
memiliki fungsi, tugas dan peran yang bebeda- (http://www.bpn.go.id)
beda. Namun dapat dlihat dari uraian yang Badan Search And RescueNasional
telah dipaparkan sebelumnya bahwa, BNPB (http://www.basarnas.go.id)
dan BPBD merupakan instasi/lembaga yang Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
tugas, fungsi dan perannya secara keseluruhan Geofisika (http://www.bmkg.go.id)
bergerak pada penanggulangan bencana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
khusnya dalam mitigasi bencana banjir. (http://www.bppt.go.id)
Badan Pusat Statistik (http://www.bps.go.id)
KESIMPULAN Direktoral Jenderal Bina Marga, Kementerian
Mitigasi dalam manajemen bencana Pekerjaan Umum (http://www.pu.go.id)
banjir merupakan langkah pengurangan resiko Direktoral Jenderal Cipta Karya, Kementerian
serta pemberian pengetahuan kepada Pekerjaan Umum (http://www.pu.go.id)
masyarakat dalam penanganan bencana banjir. Direktoral Jenderal Sumber Daya Air,
Dalam mitigasi bencana banjir merupakan Kementerian Pekerjaan Umum
tanggung jawab seluruh pihak, baik (http://www.pu.go.id)
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika
BNPB serta lembaga swasta dan international. (http://kominfo.go.id)
Namun pada tugas, fungsi dan peran dalam Kementerian Dalam Negeri
kewenangan mitigasi bencana banjir sebagian (http://www.depdagri.go.id)
besar dilakukan oleh BNPB dan atau BPBD. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa (http://www.esdm.go.id/badan-geologi/)
peran setiap stakeholder telah ditentukan Kementerian Kesehatan
dalam Undang-undang No. 24 tahun 2007, dan (http://www.depkes.go.id)
dengan demikian, setiap tindakan dan aktivitas Kementerian Keuangan
yang dilakukan oleh beragam stakeholder yang (http://www.depkeu.go.id)

58
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 4 NOMOR: 1 HAL: 1 - 140 ISSN: 2442-4480

Kementerian Pekerjaan Umum –Direktorat Indonesia http://docplayer.info/172057-


Sumber Daya Air (http://www.pu.go.id) Pedoman-manajemenpenanggulangan-
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional bencana banjir-bandang.html
(http://www.lapan.go.id/)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(http://www.lipi.go.id)
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010,
Tupoksi Kementerian Negara.
Pramuka (http://www.pramuka.or.id)
Tagana (http://taganaindonesia.blogspot.com/)
& (http://tagana.depsos.go.id)
Undang-Undang Republik IndonesiaNomor2
Tahun 2002, Negara Kepolisian
Republik Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan
Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
26 Tahun 2007, Penataan Ruang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2011, Informasi Geospasial.
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana
Usulan Rencana Aksi untuk Meningkatkan
Kemampuan Mitigasi Bencana Banjir
Bandang di

59

Anda mungkin juga menyukai