Anda di halaman 1dari 3

Fatwa Dewan Syariah Nasional No.

67/DSN-MUI/III/2008 tentang Anjak Piutang


Syariah memutuskan :

Pertama :Ketentuan Umum

Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan Anjak Piutang Secara


Syariah adalah pengalihan penyelesaian piutang atau tagihan jangka
pendek dari pihak yang berpiutang kepada pihak lain yang kemudian
menagih piutang tersebut kepada pihak yang berutang atau pihak
yang ditunjuk oleh pihak yang berutang Sesuai Prinsip Syariah.

Kedua :Ketentua Akad

1. akad yang dapat digunakan dalam Anjak Piutang Secara Syariah


adalah Wakalah bil Ujrah.
2. Pihak yang berpiutang mewakilkan kepada pihak lain untuk
melakukan pengurusan dokumen-dokumen penjualan kemudian
menagih piutang kepada pihak yang berutang atau pihak lain
yang ditunjuk oleh pihak yang berutang;
3. Pihak yang ditunjuk menjadi wakil dari yang berpiutang untuk
melakukan penagihan (collection) kepada pihak yang berutang
atau pihak lain yang ditunjuk oleh pihak yang berutang untuk
membayar;
4. Pihak yang ditunjuk menjadi wakil dapat memberikan dana
talangan (Qardh) kepada pihak yang berpiutang sebesar nilai
piutang;
5. Atas jasanya untuk melakukan penagihan piutang tersebut, pihak
yang ditunjuk menjadi wakil dapat memperoleh ujrah/fee;
6. Besar ujrah harus disepakati pada saat akad dan dinyatakan
dalam bentuk nominal, bukan dalam bentuk prosentase yang
dihitung dari pokok piutang;
7. Pembayaran ujrah dapat diambil dari dana talangan atau sesuai
kesepakatan dalam akad;
8. Antara akad Wakalah bil Ujrah dan akad Qardh, tidak
diperbolehkan adanya keterkaitan (ta’alluq).

Ketiga :Ketentuan Penutup

1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika


terjadi perselisihan diantara para pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah atau Pengadilan
Agama setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dengan ketentuan
jika dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah
dan disempurnakan sebagaimana mestinya.1

Kegiatan Anjak Piutang

Dalam kegiatan anjak piutang yang dilakukan di Indonesia terdapat beberapa hal penting
yang perlu di garis bawahi, yakni:

1. Transaksi anjak piutang dapat dibedakan menjadi dua jenis, anjak piutang dengan
pembiayaan (financing activity), yaitu dalam bentuk pembelian dan pengalihan
piutang dan, anjak piutang non-pembiayaan (non- financing activity), yaitu dalam
bentuk pengurusan piutang atau tagihan.
2. Transaksi anjak piutang dapat dilakukan untuk transaksi perdagangan domestik
(anjak piutang domestik) dan transaksi perdagangan antar negara atau ekspor/impor
(anjak piutang internasional)
3. Objek pembiayaan anjak piutang adalah piutang atau tagihan jangka pendek suatu
perusahaan dari transaksi perdagangan dalam aatu luar negeri.
4. Pembiayaan anjak piutang hanya dapat dilakukan kepada perusahaan, bukan kepada
individual atau orang-perorangan.2

Kegiatan anjak piutang pada prinsipnya merupaan pemberian kredit kepada supplier dengan
cara membeli piutang atau tagihan kepada nasabahnya atau cotumernya. Namun yang
sesungguhnya terjadi adalah pemberian kredit itu diberikan oleh supplier jepada pembeli,
hanya saja proses penagihannya dilimpahkan kepada faktor yang sebelumnya telah
menandatangani perjanjian anjak piutang. Perbedaan antara anjak piutang dengan bank dapat
dilihat sebagai berikut:

Bank Factoring
Prosen Transaksi Utang piutang ke aktiva Penjualan barang secara aktiva
produktif memakan waktu produktif beralih ke kas lebih
cepat

Aktiva Pasiva Kas dan Utang bertambah Piutang berubah kas

Analisis Kredit Satu pihak saja (nasabah) Dua pihak (supplier dan pembeli)

Agunan Wajib Tidak Mutlak

Tingkat Resiko Tinggi (resiko nasabah) Lebih tinggi (resiko klien dan
nasabah)

1
Dewan Syariah Nasional MUI, Jakarta, 2008
2
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006) hlm. 81
Biaya Bunga dan Provisi Service dan discount charge

Bantuan jasa Pembiayaan Pembiayaan dan non pembiayaan

Penanggung resiko Bank Supplier/factor

Anda mungkin juga menyukai