Anda di halaman 1dari 12

“STUDY AL-QURAN”

QASAM ALLAH

DOSEN PEMBIMBING:

Dr. H. Mohammad Arif. Lc. MA

Nama Kelompok:

Muhammad Kamaluddin (C92218156)

Qoriatul Falahyakti (C92218167)

HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM SUNAN AMPEL SURABAYA

2018
DAFTAR ISI

BAB I “PENDAHULUAN”

A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................1
C. Tujuan Penulisan........................................................................1

BAB II “PEMBAHASAN”

A. Pengertian Qasam......................................................................2
B. Unsur-unsur atau rukun Qasam..................................................2
C. Muqsam bih dalam Al-Qur’an....................................................3
D. Macam-macam Qasam...............................................................4
E. Keadaan Muqsam Alaih.............................................................5
F. Tujuan dan pentingnya qasam....................................................6

BAB III “PENUTUP”

A. Kesimpulan.................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Al-Qur’an di turunkan dalam bentuk bahasa arab, sebab masyarakat yang


dihadapi pada masa itu adalah masyarakat arab. Ketika mereka menerima
pemberitahuan ini, tentunya ada yang percaya dan mengimani sepenuh hatinya,
tetapi tidak menutup kemungkinan juga ada yang mengingkari dan tidak mau
mempercayai kebenaran Al-Qur’an. Bermacam-macam uslub dalam Al-Qur’an
ditunjukan untuk memikat hati mereka, agar mereka tertarik untuk menerima
kebenaran wahyu. Di antara uslub yang dipergunakan adalah qasam, untuk
memperkuat kebenaran berita yang akan disampaikan kepada manusia. Yang
didalamnya berisikan ancaman dan peringatan Allah kepada manusia agar
manusia dapat memahami dan mengimani dengan sepenuh hati apa yang ada
didalam al-Quran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Qasam Allah ?


2. Apa saja unsur-unsur dan rukun Qasam Allah ?
3. Apa saja macam-macam Qasam Allah ?
4. Apa tujuan dan pentingnya Qasam Allah ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Qasam Allah


2. Untuk mengetauhi unsur-unsur dan rukun Qasam Allah
3. Untuk mengetauhi macam-macam QasamAllah
4. Untuk mengetauhi tujuan dan pentingnya Qasam Allah
BAB II

PEMBAHASAN
A. Tinjauan Umum Qasam
1. Pengertian Qasam
Kata aqsam merupakan bentuk jama’ dari kata qasam yang bersinonim
dengan kata al-hilf dan al-yamin yang berarti sumpah.1 Menurut Az-Zarkashi,
qasam adalah kalimat yang digunakan untuk menguatkan isi informasi.2

Penjelasan di atas memberikan gambarah bahwa tujuan orang bersumpah


adalah unuk meyakinkan kepada pendengar bahwa apa yang dikatakan adalah
benar atau dia berada dalam kebenaran, sehungga pendengar yang awalnya ragu-
ragu menjadi percaya.

Allah SWT adalah Maha Sempurna, Maha Besar, Maha Suci. Apapun
yang dsampaikan oleh Allah adalah sebuah kebenaran dan dengan segera umat
islam mempercayainya, walaupun tanpa disertai sumpah. Namun dalam
kenyataannya (dalam Al-Quran) Allah masih bersumpah. Hal ini menyatakan
sumpah Allah dengan sumpah manusia berbeda. Hadis yang menjelaskan aturan
sumpah bagi manusia yang berbeda dengan sumpah Allah. Yaitu hadis yang
diriwayatkan oleh al-Hakim dari al-Hasan, yang artinya: “Sesungguhnya Allah
bersumpah denagn apa saja yang dikehendaki-Nya di antara makhluk-
makhluknya dan tidak boleh bagi seseorang bersumpah kecuali atas nama
Allah.”

Sumpah atau Qasam merupakan suatu hal atau kebiasaan bangsa arab
dalam berkomunikasi untuk meyakinkan lawan bicaranya. Kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan oleh bangsa Arab merupakan suatu hal yang oleh al-Quran
direkonstruksi bahkan ada yang direkonstruksi nilai dan maknanya. Oleh karena
itu, al-Quran diturunkan di lingkungan bangsa Arab dan juga dalam bahasa
Arab, maka Allah juga menggunakan sumpah dalam mengkomunikasikan
Kalam-Nya.3

2. Unsur-unsur atau rukun Qasam

Manna’ al-Qattan menyatakan bahwa ada tiga unsur dalam sighat qassam
yaitu: pertama, fi’il qasam yang ditransifikan dengan “ ba’ ” ; kedua, muqsam

1
Manna’ al-Qattan, Mabahith fi ‘Ulum al-Qur’an, (Ttp.:Manshurat al-‘Asr al-Hadith, 1973), 290
2
Az-Zarkasi, al-Burhan fi ‘Ulum al- Quran, Tahqiq, Muhammad Abu al-Fadl Ibrahim, (Ttp.:Isa
al-Bab al- Halabi, t.t.),III,40
3
Muchtob Hamzah, Studi al-quran komprehensif,(yogyakarat: Gama Media, 2003)207
bih (sesuatu yang dipakai untuk bersumpah) ; ketiga, muqsam alaih tau biasa
disebut dengan jawab sumpah (berita yang dijadikan isi sumpah).
Berbeda dengan al-Qattan, Nashruddin baidan menjelaskan bahwa unsur
qasam ada empat, yaitu: tiga sebagaimana disebutkan al-Qattan diatas , dan yang
keempat adalah muqsim (orang yang bersumpah). 4
Perbedaan tersebut tidak menjadi masalah, al-Qattan tidak menyebutkan
muqsiam sebagai unsur qasam dimaksudkan karena dalam sighat qasam pasti
ada muqsim,

sedang Nashruddin Baidan menyebutkan muqsim sebagai unsur qasam adalah


dalam rangka memperjelas unsur qasam tersebut.

Berdasarkan penjelasan berikut dan untuk memudahkan pemahaman, maka


unsur atau rukun qasam dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Muqsin (pelaku sumpah)


b. Muqsam bih (sesuatu yang dipakai sumpah).
Jika yang bersumpah adalah manusia, maka muqsam bih-nya harus
menggunakan nama Allah. Dan jika pelaku sumpahnya adalah Allah, maka
Allah boleh bersumpah apapun sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.
c. Fi’il qasam dan Adat qasam (alat untuk bersumpah).
Biasanya fi’il qasam digunakan dengan kata bantu huruf jar, yaitu “ ‫”ب‬,
sebagaimana terdapat dalam surat an-Nur(24):53: ‫دأيما نهم‬QQQ‫مواباهلل جه‬QQQ‫ واقس‬namun
karena kata qasam sering digunakan dalam percakapan, maka ia diringkas
dengan cara menghilangkan fi’il qasam dan cukup dengan huruf “ ‫ ”ب‬saja5. Huruf
“‫ ”ب‬juga boleh diganti dengan “‫ ”و‬jika berada di depan kalimat isim(kata benda)
zahir, seperti pada surat al-Lail(92):1: ‫وهلليل اذا يغش‬
d. Muqsam ‘al-aih/ jawab qasam (berita yang akan dijadikan isi sumpah)

3. Muqsam bih dalam Al-Qur’an

Allah bersumpah dengan Zat-Nya yang kudus dan mempunyai sifat-sifat


khusus, atau dengan ayat-ayat-Nya yang memantapkan eksistensi dan sifat-sifat-
Nya. Dan sumpah-Nya dengan sebagian makhluk menunjukkan bahwa makhluk
itu termasuk salah satu ayat-Nya yang besar.
Allah telah bersumpah denagn Zat-Nya sendiri dalam Qu’an pada tujuh
tempat:
1) “Orang-orang yang kafir mengira, bahwa mereka tidak akan
dibangkitkan. Katakanlah(Muhammad), ”tidak demikian, demi demi
tuhanku, kamu pasti dibangkitkan...”(At-Tagabun/64:7),
2) “Dan orang-orang yang kafir berkata, ”Hari kiamat itu tidak akan
datang pada kami.” Katakanlah, “Pasti datng, demi Tuhanku yang
4
Ibid,207-208
5
Al-Qattan, Mabahith, 291.
mengetahui yang gaib, Kiamat itu pasti datang
kepadamu...”(Saba’/34:3),
3) “Dan mereka menanyakan kepadamu(Muhammad), “Benarkah(azab
yang dijanjikan) itu?” Katakanlah, “ Ya, demi Tuhanku,
sesungguhnya(azab) itu pasti benar...”(Yunus/10:53),
4) “Maka demi Tuhanmu, sungguh, pasti akan kami kumpulkan mereka
bersama setan..”(Maryan/19:68),
5) “Maka demi Tuhanmu, kami pasti akan menanyai mereka semua.”(al-
Hijr/15:92),
6) “Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka
menjadikan kamu(Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang
mereka permasalahkan..”(an-Nisa’/4:65)
7) “Maka aku bersumpah demi tuhan yang mengatur tempat-tempat
terbit dan terbenamnya...”(al-Ma’arij/70:40)

Selain ketujuh tempat ini semua sumpah dalam Qur’an adalah dengan makhluk-
Nya, miasalnya:

“Demi fajar, demi malam yang sepuluh...”(al-Fajr/89:1-4)

“Aku bersumpah demi bintang-bintang.”(at-Takwir/81:15)6

Sumpah dengan makhluk-Nya inilah yang paling banyak dalam Al-Quran.


Allah dapat saja bersumpah dengan apa yang dikehendaki-Nya. Akan tetapi,
sumpah manusia dengan selain Allah adalah kemusyrikan. Dari Umar bin Khatab
r.a diceritakan, Rasulullah berkata:

“ barang siapa yang bersumpah dengan selain (nama) Allah, mka ia telah kafir dan
mempersekutukan (Allah).”7

Allah bersumpah dengan makhluk-Nya, karena makhluk itu menunjukkan


Penciptanya, yaitu Allah, di samping menunjukan pula akan keutamaan dan
kemanfaatan makhluk tersebut, agar dijadikan pelajaran bagi manusia. Dari al-
Hasan diriwayatkan, ia berkata: “Allah boleh bersumpah denagn makhluk yang
dikehendaki-Nya. Namun tidak boleh bagi seseorang pun bersumpah kecuali
dengan (nama) Allah.”8

6
Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahis fi Ulumil Qur’an, cetakan ke-3(Bogor:Mansyurat al-‘Asr al-
Hadis, 1973)416-417
7
Hadis Tirmizi yang menilainya hadis hasan, dan dinilai sahih oleh Hakim
8
Dikeluarkan oleh hadis Ibn Abi Hatim
4. Macam-macam Qasam

Ada dua macam qasam yang biasa dipakai dalam al-Qur’an dilihat dari
segi
disebutkan atau tidak adat qasam dan muqsam bihnya.
Pertama, fi’il qasam dan huruf qasam (adat qasam) serta muqsam bihnya
disebutkan secara jelas. Qasam yang seperti ini disebut qasam zahir. Yang juga
termasuk qasam dalam kategori qasam zahir adalah fi’il qasam dihilangkan dan
mencukupkan dengan huruf jar ‫و‬, dan ‫ت‬,‫ب‬.
Selain itu, dibeberapa tempat, terdapat fi’il qasam yang didahului oleh
huruf ‫( النفي‬la nafy), seperti dalam surat al-Qiyamah (75):1-2: ,‫ة‬QQ‫وم القيام‬QQ‫م بي‬QQ‫ال أقس‬
‫والأقسم بالنفس اللوامة‬
yang artinya:Tidak aku bersumpah dengan hari kiamat. Dan tidak, Aku
bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).9

Berkaitan dengan pola kalimat qasam yang didahului huruf di atas, minimal ada
tiga pendapat bahwa;

a. Huruf “la” di dua kalimat tersebut adalah “la nafy” yang berarti
“tidak”, yakni untuk menafikan sesuatu yang tidak disebutkan sesuai
dengan konteks sumpah.
b. Huruf “la” tersebut untuk menafikan qasam.
c. Huruf “la” tersebut adalah za’idah. Jawab qasam dalam ayat di atas
tidak disebutkan tetapi telah ditunjukkan oleh ayat sesudahnya, yaitu
ayat 3 dari surat al-Qiyamah.

Kedua, fi’il qasam dan muqsam bih-nya tidak disebutkan secara jelas.
Qasam seperi ini disebut dengan qasam mudhmar (qasam yang tersimpan), yaitu
qasam yang fi’il qasam dan muqsam bihnya tidak disebutkan, karena kalimatnya
terlalu panjang. Melainkan hanya disebut muqsam ‘al-aih yang disertai dengan
“lam taukid”, sebagaimana firman allah dalam surat Ali Imran (3): 186), yang
artinya: Kamu sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Maksud dari
ayat tersebur adalah “Demi Allah kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap
hartamu dan dirimu”.10

Adapun qasam dilihat dari bentuk kalimatnya ada dua,11 yaitu:

Pertama, berbentuk jumlah kalimat berita. Sebagaimana dalam surat al-Zariyat :


23:
9
Dra. Hj. Sauqiyah Musyafa’ahStudi al-Quran
10
Ibid., 293
11
Ibid., 295
‫ق ّمثل مآ أنّك ْم ينطقو ن‬
ّ ‫ لح‬,‫فوربّ السمآءواألرْ ض إنّه‬

yang artinya: “Maka demi tuhan langit dan bumi, Sesungguhnya yang dijanjikan
itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti Perkataan yang kamu ucapkan.”

Kedua, berbentuk jumlah kalimat perintah/tuntutan secara maknawi, seperti


didalam surat Al-Hijr :92-93:

‫ ء ّماكانوأيعملون‬,‫فوربّك لنسئلنّه ْمأجمعين‬

yang artinya: Maka demi tuhanmu, kami pasti akan menanyai mereka semua,
tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu.

Yang dimaksud dengan ayat ini adaah sebuah ancaman dan peringatan.

5. Keadaan Muqsam Alaih

Berita yang dikuatkan dengan sumpah atau disebut juga jawaban sumpah.
Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa maksud atau tujuan sumpah adalah untuk
memperkuat berita muqsam alaih itu, agar berita dapat diterima oleh
pendengarnya.12

Ada empat hal yang harus dipenuhi muqsam alaih , yaitu:

a) Muqsam alaih / berita itu harus terdiri dari hal-hal yang baik, terpuji, atau
hal-hal penting yang lainnya.
b) Muqsam alaih itu sebaiknya disebutkan dalam setiap bentuk sumpah.
Contoh : Al-Qiyamah1-2 : yang artinya “ aku bersumpah dengan hari
kiamat dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya).”
c) Jika jawab qasamnya berupa fi’il madhi mutaharrif yang positif, maka
harus dimasuki huruf “lam” dan “qad”
Contoh : Al- Balad 1-4
d) Materi isi muqsam alaih itu bisa bermacam-macam terdiri dari berbagai
bidang pembicaraan yang yang baik dan penting.13

12
Abdul Djalal, Ulumul Quran (Surabaya: Ulumul Quran)354
13
Abdul Djalal, Ulumul Quran (Surabaya: Ulumul Quran)357
6. Tujuan dan pentingnya qasam

Tujuan bersumpah adalah untuk memperkuat pembicaraan yang akan


disampaikan agar dapat diterima atau dipercayai. Karena pendengar itu berbeda-
beda tingkat kepercayaan atau ketidakpercayaannya, maka qasam itu
disampaikan sesuai kondisi para pendengar berita.
Menurut Nashruddin Baidan bahwa Allah tidak pernah bersumpah dengan
menggunakan lafaz ‫حلف‬. Allah senantiasa menggunakan lafaz ‫ أقسم‬atu cukup
dengan adat qasam tanpa menyebut fi’il qasam. Menurutnya lafaz ‫حلف‬
mempunyai konotasi yang berbeda dengan ‫أقسم‬. Lafaz ‫ حلف‬tidak menjamin
bahwa si pelaku sumpah (muqsim) berada di atas kebenaran; boleh jadi ia
berbohong, seperti termaktub dalam Q.S at-Taubah:56:

‫ويحْ لفون باهّلل إنّه ْم لم ْنك ْم وماهم ّم ْنك ْم ولكنّه ْم قوْ م ي ْفرقون‬

Yang artinya: “dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama)


Allah, bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu, padahal mereka
bukanlah dari golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang takut
(kepadamu).”

Dan pada Q.S al-Maidah:89:

‫ذلك كفّر ة أيْمنك ْم إذا حلفتم‬

Yang artinya : yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu
bersumpah (dan kamu langgar).

Lafaz ‫ حلف‬yang dipakai pada ayat pertama menggambarkan bahwa si


pelaku sumpah (muqsim) berbohong, sedang pada ayat kedua menunjukkan
bahwa sumpah yang telah disebutkan itu adalah di langgar.

Berdasarkan penjelasan tersebut diketahui bahwa bersumpah dengan lafaz


‫ حلف‬belum tentu si pelaku (muqsim) berada di atas kebenaran; tak mustahil dia
berpura-pura agar orang lain percaya maka ia bersumpah.

Allah bersumpah di dalam al-Quran tidak pernah menggunakan lafaz ‫حلف‬


memeberi indikasi bahwa semua sumpah yang terdapat dalam al-Quran adalah
benar, tidak ada kepura-puraan, apalagi bohong. Maha suci Allah dari semua itu.
14

Al-Quran merupakan sumber pertama dalam hukum islam, kalamullah


yang didalamnya berisi tentang kalimat-kalimat Allah yang memeberi petunjuk
kepada manusia. Sehingga masyarakat dapat menegetahui kata sumpah pada
zaman itu hingga zaman sekarang ini. Allah juga tidak bersumpah dengan

Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahis fi Ulumil Qur’an, cetakan ke-3(Bogor:Mansyurat al-‘Asr al-
14

Hadis, 1973)273-274
Nama-Nya saja dan juga menyebutkan nama makhluk-Nya. Dan sedangkan
manusia sendiri tidak diperbolehkan atau tidak sah sumpah tersebut jika
diucapkan dengan selain nama Allah. Seseorang yang bersumpah tiu
menggunakan muqsam bih yang mulia dan yang maha agung yakni Allah Swt.
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Sumpah-sumpah Allah dalam al-Quran untuk mempertegas dan


memperkuat berita yang sampai kepada pendengar. Huruf-huruf yang digunakan
untuk bersumpah yakni ada tiga macam, “‫ ” ت‬,”‫ ”و‬,”‫”ب‬.

Unsur yang digunakan dalam qasam yaitu muqsim (yang bersumpah), adat
qasam, muqsam bih (sesuatu yang digunakan untuk bersumpah), muqsam ‘alaih
(pernyataan karenanya sumpah diucapkan atau dijawab qasam).

Tujuan diucapkannya sumpah adalah sebagai taukid untuk menguatkan


sebuah pendapat jika seseorang mengingkari, ragu-ragu maupun menolak bahkan
menentng pendapat yang telah kita ucapkan. Maka pendapat tersebut dapat
dikukuhkan dengan sumpah, agar orang yang mendengarkan dapat percaya
dengan apa yang telah kita ucapkan.
DAFTAR PUSAKA
Manna’ al-Qattan, Mabahith fi ‘Ulum al-Qur’an, (Ttp.:Manshurat al-‘Asr al-
Hadith, 1973)

Az-Zarkasi, al-Burhan fi ‘Ulum al- Quran, Tahqiq, Muhammad Abu al-Fadl


Ibrahim, (Ttp.:Isa al-Bab al- Halabi, t.t.)

Ibid

Al-Qattan, Mabahith

Hadis Tirmizi yang menilainya hadis hasan, dan dinilai sahih oleh Hakim

Dikeluarkan oleh hadis Ibn Abi Hatim

Abdul Djalal, Ulumul Quran

Anda mungkin juga menyukai