Ijtihad Kolektif
Syarat : Untuk memenuhi perkuliahan studi hukum
Nama :
Dosen Pengampu :
Prof, Dr
2018
Ijtihad Kolektif
1. Pengertian Ijtihad
Secara etimologi ijtihad berakar dari kata jahda yang berarti al-
Masyaqqah (yang sulit yang susah). Namun dalam al-Qur’an kata jahda
mengandung arti badzl al-wus’i wa thaqati 9pengerahan segala
kesanggupan dan kekuatan) atau juga berarti al-mubalaghah fi al-yamin
(berlebih-lebihan dalam sumpah).1
a. Penggunaan bahasa.
b. Subjek ijtihad
c. Sumber yang diijtihadi
d. Metode ijtihad3
a. Hukum yang berhasil selalu bersifat zhanni, karen hukum itu diciptakan
berdasarkan akal pikiran manusia, sehingga dalam satu masalah dapat
timbul berbagai jaln pikiran dan menghasilkan hukum yang berbada.
b. Objek ijtihad hanya berkisar hukum taklify, yakni hukum yang bekenaan
dengan amal ibadah manusia.
c. Masing-masing ulama menggunakan istilah kesungguhan, sehingga
upaya ijtihad tidak main-main karena itu dibutuhkan upaya dan syarat-
syarat tertentu bagi mujtahid.4
1
2
Wahbah al-Zuhsili, Ushul al-Fiqh al-Islami,(Suria;Dar al-Fikr,1986), jilid II, hlm.1037.
ibrahim Husain, Op.cit., hlm 23.
3
Nadiyah Syarif al-Umari, Op.cit., hlm. 199-200
4
Bambang Subandi,M. Ag., Drs. H Misbahul Munir,M. Ag., Abd. Basith Junaidy, M. Ag.,
Drs. H. Saiful Jazil, M. Ag., Drs. H. Khotib, M.Ag., Studi hukum islam, Surabaya : IAIN
Sunan Ampel, 2012, 178-179
2. Urgensi dan Kedudukan Ijtihad
a. Wajib ‘ain, yaitu bago mereka yang dimintai fatwa hukum mengenai
suatu peristiwa yang terjadi, dan ia khawatir peristiwa itu lenyap tanpa
ada kepastian hukumnya, atau dia sendiri mengalami suatu peristiwa dan
ia ingin mengetahui hukumnya.
b. Wajib kifayah, yaitu bagi orang yang dimintai fatwa hukum mengenai
suatu peristiwa yang tidak dikhawatirkan lenyap peristiwa itu, sedang
selain dia masih terdapat mujtahid-mujtahid lainnya.
c. Sunnah, yaitu apabila melakukan ijtihad mengenai masalah-masalah
yang belum atau tidak terjadi.
Urgensi upaya ijtihad dapat dilihat dari fungsi ijtihad sendiri yang
terbagi atas tiga macam, yaitu:
5
179-181
Begitu pentingnya melakukan ijtihad sehingga Rasulullah SAW bersabda:
اب فَلَهُ أجْ را ِن َوإِ َذا َح َك َم فَاجْ تَهَ َد ثُ َّم أَ ْخطَأ َ فَلَهُ أَجْ ٌر
َ صَ َإِ َذا َح َك َم ْال َحا ِك ُم فَاجْ تَهَ َد ثُ َّم أ
Pada saat penghujung periode IV, timbullah fatwa bahwa pintu ijtihad
sudah tertutup. Fatwa ini sebenarnya mempunyai tujuan positif yakni untuk
mencegah orang-orang yang tidak mengetahui syarat-syarat berijtihad dan
berani memberikan fatwa-fatwa serat melakukan ijtihad, akhirnya terjadi
fatwa yang simpang siur yang sempat membingungkan umat.
6
HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibn Majah, dan Ahmad dari Amr ibnu ‘Ash
7
Bambang Subandi,M. Ag., Drs. H Misbahul Munir,M. Ag., Abd. Basith Junaidy, M. Ag.,
Drs. H. Saiful Jazil, M. Ag., Drs. H. Khotib, M.Ag., Studi hukum islam, Surabaya : IAIN
Sunan Ampel, 2012, 182-183
8
Masjufuk Zuhdi, ijtihad dan problematikanya. Surabaya: Bina Ilmu, 1981, hlm.15
Argumen yang menyatakan bahwa pinti ijtihad telah tertutup, yakni:
Sedang Imam Malik berpesan “setiap orang dapat diterima dan ditoleh
pendapatnya, kecuali perkataan orang yang berada dalam kubur ini (Nabi
SAW). Oleh karena itu, seseorang bisa benar bisa juga salah pendapatnya,
Rasul dan telitilah terlebih dahulu.”
HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibn Majah, dan Ahmad dari Amr ibnu ‘Ash
Bambang Subandi,M. Ag., Drs. H Misbahul Munir,M. Ag., Abd. Basith Junaidy,
M. Ag., Drs. H. Saiful Jazil, M. Ag., Drs. H. Khotib, M.Ag., Studi hukum islam,
Surabaya : IAIN Sunan Ampel, 2012