Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Begitu banyak mikroorganisme dalam hidup kita yang tanpa kita sadari selalu
ada di lingkungan kita. Salah satu mikroorganisme yang selalu ada disekitar kita
adalah bakteri.Bakteri memiliki bentuk dan jenis yang beragam, begitu pula dengan
habitat atau tempat hidupnya.Ada bakteri yang bisa hidup di air, tanah, udara, dan ada
pula yang hidup dalam makanan kita. Bakteri-bakteri tersebut bisa saja
menguntungkan, tapi banyak pula yang merugikan.(kuswiyanto,2014)
Teknik pewarnaan pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu
pengecatan sederhana, negatif, diferensial dan struktural. Pemberian warna pada
bakteri atau jasad-jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu
pewarna pada lapisan tipis atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan
sederhana prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan diantara sel-sel mikroba
atau bagian-bagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan
pengecatan struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat
membedakan bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah
pengecatan endospora,flagella dan pengecatan kapsul(Berty.2015).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan reaksi inflamasi dari urotelium karena
masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih. ISK dapat menyerang segala
usia mulai tanpa gejala hingga gejala yang cukup berat. Adapun bakteri yang sering
menginfeksi saluran kemih yaitu Escheriarichia coli, Klebsiella pneumonia,
Enterobacter aerogenes, Proteus, Providencia, dan Citrobacter. (Shirly dkk.2008)
Berdasarkan uraian diatas, praktikum kali ini dilaksanakan untuk mengetahui
jenis bakteri patogen pada saluran urogenital

B. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui cara mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri yang
terdapat pada urine ISK dan Urine sehat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri merupakan organisme uniseluler, prokariotik (nucleoid), tidak
berklorofil, saprofit atau parasite, peembelahan biner, termasuk Protista. Protista
dibagi 2 macam yaitu Prokaryot terdiri atas bakteri, alga biru hijau dan Eukaryot yang
terdiri atas jamur, ganggang, lumut dan Protozoa. Perbedaan mendasar dari kedua sel
tersebut antara lain organismenya termasuk bakteria dan Sianobakteria, ukuran sel 1-
10 mikron, organelnya hanya ada beberapa bahkan hampir tidak ada, DNA Prokaryot
bersirkuler dalam sitoplasma, RNA dan proteinnya disintesis dalam sitoplasma.
Sedangkan pada Eukaryot organismenya termasuk fungi, hewan dan manusia, ukuran
sel 5- 100 mikron, organelnya terdapat inti, mitokondria dan kloroplast, DNA
terkemas dalam inti, RNA dalam inti dan protein dalam sitoplasma (Hartati, 2012).
Bentuk sel bakteri ada 3 macam, yaitu bulat (kokus), batang (basil) dan
Spriral (lengkung atau koma). Bakteri dapat membentuk kumpulan sel atau susunan
sel yaitu pada bentuk kokus, dapat berupa diplokokus (dua- dua), tetrokokus (empat-
empat) sarkina (8 atau kubus), streptokokus (seperti rantai) dan staphylokokus
(bergerombol seperti buah anggur). Pada bentuk batang dapat berupa streptobasil
(berderet) dan diplobasil (dua- dua). Bakteri umumnya monomorfik, namun karena
faktor lingkungan maka dapat berbentuk pleomorfik contohnya, Rhizobium dan
Corynebacterium., Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat
warna metil unggu sewaktu proses pewarnaan gram. Bakteri gram negatif adalah
bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan
gram.(Harti, 2015).
Penyakit infeksi yang sering ditemukan di praktek dokter umum, adalah
infeksi saluran kemih (ISK) walaupun bermacam–macam antibiotika sudah tersedia
di pasaran. Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25–35% semua
perempuan dewasa mengalami ISK selama hidupnya (1). Pada infeksi saluran kemih
mikroorganisme dapat berkembang biak dalam saluran kemih, yang dalam keadaan
normal tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. (Shirly dkk.2008)
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki–laki maupun perempuan dari
semua umur baik pada anak, remaja, dewasa maupun pada umur lanjut akan tetapi
dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi
umum, kurang lebih 5–15%. ISK dinyatakan apabila ditemukan bakteri di dalam urin,
mikroorganisme yang paling sering menyebabkan ISK adalah jenis aerob. Pada
saluran kemih yang normal tidak dihuni oleh bakteri aerob atau mikroba yang lain,
karena itu urin dalam ginjal dan buli–buli biasanya steril. Walaupun demikian uretra
bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya makin
kurang pada bagian yang mendekati kandung kemih. Escherichia coli menduduki
persentasi biakan paling tinggi yaitu sekitar 50–90% (2). Antibiotika yang diberikan
untuk pengobatan ISK yang sebagian besar disebabkan oleh Escherichia coli ini
adalah floroquinolones dan nitrofurantoin. Sedangkan untuk alternatifnya yaitu,
trimetoprim–sulfametoksazol, sefalosporin, dan fosfomisin (3). (Shirly dkk.2008)
Variabel-variabel yang dilihat adalah faktor risiko infeksi saluran kemih pada
anak (usia, jenis kelamin, sirkumsisi, riwayat konstipasi, kelainan anatomi, riwayat
ISK sebelumya), gejala klinis (demam, kencing tidak lancar, nyeri saat berkemih,
nafsu makan menurun, mual, muntah), pemeriksaan fisik (suhu), pemeriksaan
penunjang (darah tepi, urinalisis, fungsi ginjal), pengobatan. Data masing-masing
variabel didapatkan dari data sekunder (rekam medis dan dokumen) dari RS dr.
Soedirman Kebumen. Data yang diperoleh dianalisis dan disajikan dalam bentuk
diagram distribusi frekuensi untuk masing-masing variabel. (Agus dkk.2017)
Bakteri yang terdapat pada urine antara lain, Bacillus sp merupakan bakteri
gram positif berbentuk batang, dapat tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob,
sporanya tahan terhadap panas dan mampu mendegrasi xylandan karbohidrat. Bakteri
Bacillus sp ditemukan pada urine karena bakteri ini kebanyakan berada pada tanah,
air, udara, dan tumbuh-tumbuhan, dan bakteri ini bisa dikeluarkan bersama dengan
feses, dan urine. Misalkan jika seseorang meminum air yang terkontaminasi oleh
Bacillus sp maka pada saat mengeluarkan urine atau buang air kecil akan ditemukan
bakteri Bacillus sp pada urine yang dikeluarkan. (Agus dkk.2017)
Enterobacter aerogenes merupakan bakteri gram negative anaerob fakultatif
berbentuk kaliform (kokoid) dan tidak membentuk spora, bakteri ini termasuk family
Enterobacteriaceae. Bakteri ini ditemukan pada urine karena seseorang yang
mengkomsumsi makanan dan air yang terkontaminasi oleh bakteri ini maka pada saat
mengeluarkan urine terdapat bakteri Enterobacteriaceae. (Agus dkk.2017)
Bacillus subtilis merupakan bakteri gram positif berbentuk batang, dapat
tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob, sporanya tahan terhadap panas dan mampu
mendegrasi xylandan karbohidrat. Bakteri Bacillus subtilis ditemukan pada urine
karena bakteri ini kebanyakan berada pada tanah, air, udara, dan tumbh-tumbuhan,
jika seseorang meminum air yang terkontaminasi oleh Bacillus subtilis maka pada
saat mengeluarkan urine atau buang air kecil akan ditemukan bakteri Bacillus subtilis
pada urine yang dikeluarkan dan bakteri ini sudah termasuk bakteri yang menginfeksi
saluran kemih. (Agus dkk.2017)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Pelaksanaan Praktikum
Waktu : Senin, 23 Oktober 2018 s/d selasa, 30 oktober 2018
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi DIV Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky
Makassar
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Mikroskop
b. Pipet Tetes
c. Beaker Gelas
d. Objek Gelas
e. Bunsen
f. Korek Api
g. Ose Bulat & Ose Lurus
h. Cawan Petri
i. Tabung Reaksi
j. Inkubator
k. Autoklaf
l. Rak Tabung
m. Kulkas
2. Bahan
a. Sampel urine ( ISK )
b. Sampel urine ( sehat )
c. NaCl 0,9%
d. Lugol
e. Gentian Violet
f. Alkohol 96%
g. Air Fuchsin
h. Oil Emercy
i. Tissue
j. Kapas Alkohol 70%
k. Media NA (Nutrient Agar)
l. Media BHIB (Brain Heart Infussion Broth)
m. Media MCA (Mac Conkey Agar)
n. Media BAP (Blood Agar Plate)
o. Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
p. Media MIO (Motility Indol Ornitin)
q. Media MR- VP (Metyl Red - Vogesh Paskuer)
r. Media SCA (Simon Citrat Agar)
s. Media LIA (Lisin Iron Agar)
t. Media Urea
u. Reagen MR
v. Larutan KOH 40%
w. Larutan α - naphtol 5% 0,6 ml
x. Reagen Kovash
C. Prinsip Kerja
1. Prinsip Isolasi Bakteri Dengan Tehnik Penggoresan
Metode gores menggunakan ose bulat dan menggoreskannya ke permukaan
medium dengan pola tertentu dengan harapan pada ujung goresan, hanya sel- sel
bakteri tunggal yang terlepas dari ose dan menempel ke medium. Sel- sel bakteri
tunggal ini akan membentuk koloni tunggal yang kemudian dapat dipindahkan ke
medium selanjutnya agar didapatkan biakan murni.

2. Prinsip Inokulasi Bakteri


a. Inokulasi metode gores
Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah.
Inokulasi digoreskan dipermukaan media agar nutrient (media padat) dalam
cawan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Diantara garis-garis goresan
akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi
koloni
b. Inokulasi metode tusuk
Metode tusuk yaitu dengan cara menusukan ujung jarum ose yang didalamnya
terdapat inokolum, kemudian dimasukkan kedalam media
3. Prinsip Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram merupakan pewarnaan diferensial (untuk membedakan)
bakteri- bakteri yang bersifat gram negatif atau gram positif dengan menggunakan
beberapa jenis larutan.
4. Prinsip Media NA (Nutrient Agar)
Sebagai medium kultivasi dan eneumerasi bakteri, namun dengan tambahan
beberapa bahan seperti amilum (pati), serum dan lain- lain, medium nutrient agar
juga dapat bermanfaat untuk mengidentifikasi bakteri.
5. Prinsip Media MCA (Mac Conkey Agar)
Persenyawaan utama dalam media ini adalah laktosa, garam empedu, dan
merah netral sebagai indikator warna. Media ini akan menghambat pertumbuhan
bakteri gram positif dengan adanya garam empedu yang akan membentuk Kristal
violet. Bakteri gram negatif yang tumbuh dapat dibedakan dalam kemapuannya
memfermentasikan laktosa.
6. Prinsip Media BAP (Blood Agar Plate)
Merupakan media diferensial untuk megklasifikasikan suatu kelompok bakteri
hemolitik dan nonhemolitik yaitu berdasarkan kemampuan mereka untuk
melisiskan sel- sel darah merah.
7. Prisnip Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
Media TSIA mengandung 3 macam gula, yaitu glukosa, laktosa, dan sukrosa,
media ini digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme dalam
memfermentasikan gula.Media TSIA diinokulasikan dengan menusukkan ose
sedalam ¾ medium lalu menggoreskannya pada slunt media.
8. Prinsip Media MIO (Motility Indol Ornitin)
Merupakan media untuk mengidentifikasi pergerakan atau motility, indol atau
adanya cincin merah setelah penambahan reagen Kovash, serta Ornitin untuk
mengetahui perubahan warna.
9. Prinsip Media MR (Metil Red)
Menentukan adanya fermentasi asam campuran (Metilin Glikon). Hasil
negatif ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna media menjadi merah
setelah ditambah reagen MR , sedangkan hasil positif ditandai dengan terjadinya
warna merah setelah ditambah reagen MR.
10. Prinsip Media VP (Voges Proskauer)
Mengetahui pembentukan asetil metil karbonil (aseton) dari hasil fermentasi
glukosa.Hasil positif ditandai dengan terjadi perubahan warna media menjadi
merah setelah ditambahkan alpha naftol dan KOH 40% artinya hasil akhir
fermentasi bakteri adalah asetil metil karbonil (aseton).
11. Prinsip Media SCA (Simon’s Citrat Agar)
Apabila bakteri menggunakan sitrat sebagai sumber karbon maka media akan
berubah menjadi basa dan berubah warna menjadi biru.
12. Prinsip Media LIA (Lisin Iron Agar)
Melihat kemampuan miroorganisme dalam mendekarboksilasi lisin menjadi
amain kadaverin yang bersifat basa.
13. Prinsip Media Urea
Mengetahui apakah bakteri mempunyai enzim urease yang dapat menguraikan
urea menjadi amoniak dan CO2. Urea berisi indikator phenol red, bila urea
dihidrolisiskan NH4+ terakumulasi pada media biakan dan menyebabkan pH
menjadi basa yang ditandai dengan perubahan warna.

14. Prinsip media BHIB (Brain Heart Infusion Broth)


Media BHIB adalah media penyubur yang berguna untuk pertumbuhan
bermacam-macam mikroorganisme baik yang aerob atau anaerob dari bakteri,
jamur, dan ragi. Medium ini sangat fleksibel dan mendukung pertumbuhan
mikroorganisme phatogenik seprti bakteri. Berisi irisan kecil jaringan otak dan
dapat digunakan untuk menumbuhkan banyak bakteri seperti streptococcus,
staphylococcus. Medium cair ini harus digunakan pada hari yang sama persiapan
agar pertumbuhan mikroorganisme menjadi optimal.
D. Cara Kerja
1. Persiapan sampel
a. Diberitahu pasien untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum
menampung sampel urine
b. Diberikan pot sampel pada pasien
c. Diberitahukan kepada pasien untuk pembuang urine pertama dan urine
yang ditengah ditampung dan urine terakhir dibuang
2. Isolasi sampel ke Media BHIB (Brain Heart Infussion Broth)
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diteteskan 1 ml sampel urine pada media BHIB
c. Diinkubasi selama 1X24 jam pada suhu 370C
d. Diamati pertumbuhan bakteri yang ditandai dengan kekeruhan
3. Isolasi bakteri ke media MCA untuk hitung koloni
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil sampel urine mengunakan ose bulat
c. Diisolasi ke media MCA dengan digores secara sinambung
d. Diinokulasi media selama 1X24 jam dengan suhu 37ºC
e. Diamati pertumbuhan bakteri
f. Dihitung koloni bakteri jika tumbuh bakteri pada media dan dikalikan
1000
4. Isolasi sampel ke media BAP untuk hitung koloni
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil sampel urine menggunakan ose bulat
c. Doiisolasi sampel pada media BAP dengan cara sinambung
d. Diinokulasi media selama 1X24 jam dengan suhu 37ºC
e. Diamati pertumbuhan bakteri
f. Dihitung koloni bakteri jika tumbuh bakteri pada media dan dikalikan
1000
5. Inokulasi bakteri ke media MCA
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil biakan bakteri dari media BHIB lalu di inokulasi ke media
MCA
c. Diinokulasi media selama 1X24 jam dengan suhu 37ºC
d. Diamati pertumbuhan bakteri
6. Inokulasi bakteri ke media BAP
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil biakan bakteri dari media BHIB lalu di inokulasi ke media BAP
c. Diinokulasi media selama 1X24 jam dengan suhu 37ºC
d. Diamati pertumbuhan bakteri
1. Pertumbuhan bakteri α-hemolitik
2. Pertumbuhan bakteri β-hemolitik
3. Pertumbuhan bakteri γ-hemolitik
7. Pewarnaan Gram
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dibersihkan objek gelas dengan alkohol 70%
c. Pijarkan kawat ose bulat diatas api menyala
d. Diambil biakan bakteri pada cawan petri menggunakan kawat ose bulat
steril dari media MCA dan media BAP
e. Dibuat suspensi bakteri pada objek gelas
f. Difiksasi objek gelas diatas api menyala hingga kering
g. Ditetesi objek gelas dengan larutan Gentian violet 1-2 tetes
h. Didiamkan selama 2 sampai 3 menit
i. Dibilas dengan air mengalir
j. Ditetesi dengan larutan lugol 1-2 menit
k. Diamkan selama 1 menit
l. Dibilas dengan air mengalir
m. Dilunturkan preparat dengan alkohol 96%
n. Didiamkan selama 30 detik sampai 1 menit
o. Dibilas dengan air mengalir
p. Ditetesi dengan larutan Air Fuchsin 1-2 tetes
q. Didiamkan selama 1 menit
r. Dibilas dengan air mengalir
s.Diamati dibawah mikroskop pada perbesaran 100X dengan tambahan 1
tetes oil emercy
8. Inokulasi TSIA/KIA
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil biakan bakteri dari media MCA menggunakan ose lurus steril
c. Dimasukkan kedalam media TSIA dengan cara ditusuk sedalam ¾ pada
daerah butt, dan digores pada daerah slunt
d. Diambil biakan bakteri dari media MCA menggunakan ose lurus steril
e. Dimasukkan kedalam media TSIA dengan cara ditusuk sedalam ¾ pada
daerah butt, dan digores pada daerah slunt
f. Diinkubasi selama 1X24 jam pada suhu 370C
Intepretasi Hasil :
1 Acid-acid : slunt (kuning) – butt (kuning)
2 Alkali-alkali : slunt (merah) – butt (merah)
3 Alkali-acid : slunt (merah) – butt (kuning)
4 Positif H2S : jika daerah tusukan berwarna hitam
5 Positif gas : jika media terangkat keatas
9. Uji Mio
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil biakan bakteri dari media TSIA MCA dengan ose lurus steril
c. Dimasukkan kedalam media MIO
d. Dihomogenkan dengan cara dikocok
e. Diambil biakan bakteri dari media TSIA BAP dengan ose lurus steril
f. Dimasukkan kedalam media MIO
g. Dihomogenkan dengan cara dikocok
h. Diinkubasi selama 1X24 jam pada suhu 370C
1. Motility ditandai dengan terbentuknya kekeruhan yang melebar pada
permukaan media
2. Indol ditandai dengan terbentuknya cincin merah setelah penambahan
larutan kovasah 5 tetes
3. Ornitin ditandai dengan perubahan media dari warna ungu menjadi
warna kuning
10. inokulasi MR-VP
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil biakan bakteri dari media TSIA MCA dengan ose lurus steril
c. Dimasukkan kedalam media MR-VP
d. Dihomogenkan dengan cara dikocok
e. Diambil biakan bakteri dari media TSIA BAP dengan ose lurus steril
f. Dimasukkan kedalam media MR-VP
g. Dihomogenkan dengan cara dikocok
h. Diinkubasi selama 1X24 jam pada suhu 370C
i. Untuk uji MR dilakukan penambahan reagen MR (Methyl Red) sebanyak 5
tetes dan lihat perubahan warna yang terjadi. Jika berwarna merah maka
hasil positif (+)
j. Untuk uji VP dilakuakn penambahan larutan α Naftol sebanyak 5 tetes dan
0,2 ml KOH 40%. Dan lihat perubahan warna yang terjadi. Jika berwarna
merah maka hasil positif (+)
Intepretasi Hasil :
1. Untuk uji MR (+) : jika terjadi perubahan warna dari warna kuning
menjadi warna merah berarti bakteri mampu memfermentasikan asam
campuran.
2. Untuk uji VP (+) : jika terjadi perubahan warna dari warna kuning
menjadi warna merah berarti bakteri mampu memfermentasikan 2,3
botanadiol yang merupakan turunan dari karbohirat
11. Uji SCA
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil biakan bakteri dari media TSIA MCA denga nose lurus steril
c. Dimasukkan kedalam media
d. Dihomogenkan dengan cara dikocok
e. Diambil biakan bakteri dari media TSIA BAP denga nose lurus steril
f. Dimasukkan kedalam media
g. Dihomogenkan dengan cara dikocok
h. Diinkubasi selama 1X24 jam pada suhu 370C
i. Diamati pertumbuhan yang terjadi
 Terjadi perubahan warna media dari warna hijau menjadi warna biru
12. Inokulasi ke media LIA (Lysin Iron Agar)
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Difiksasi ose lurus dan mulut tabung sebelum dan sesudah melakukan
inokulasi dari media TSIA
3. Diambil satu mata ose koloni bakteri pada media TSIA MCA
menggunakan ose lurus
4. Dibuat goresan pada media LIA dengan cara menusuk biakan kedalam
media dan buat goresan pada lereng media
5. Diambil satu mata ose koloni bakteri pada media TSIA BAP
menggunakan ose lurus
6. Dibuat goresan pada media LIA dengan cara menusuk biakan kedalam
media dan buat goresan pada lereng media
7. Dinkubasi media LIA pada inkubator selama 1×24 jam dengan suhu 37ºC
8. Diamati perubahan yang terjadi jika terjadi perubahan warna pada media
1. LIA menjadi ungu tua menandakan hasil positif
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Tabel pengamatan
1.1 Hasil pengamatan pada media BHIB

Madia Cirri-ciri pertumbuhan bakteri


BHIB (Brain Heart Infussion Terjadi kekeruhan (+)
Broth)

1.2 Hasil pengamatan pada media MCA dan BAP

Media Cirri-ciri pertumbuhan Pewarnaan gram


bakteri
MCA hitung koloni - -

BAP hitung koloni Warna bakteri keabuan (+) Basil


ɑ-hemolitik, jumlah
koloni 8,8x104
MCA kultur Warna bakteri merah (-) Basil fermenter
jingga
BAP kultur Warna bakteri keabuan (+) Basil fermenter
ɑ-hemolitik

1.3 Perhitungan jumlah koloni


Dik : jumlah koloni pada media = 88
Dit : Jumlah koloni ?
Penyelesaian :
Jumlah koloni = jumlah koloni pada media x 1000
= 88 x 1000
= 88.000
= 8,8 x 104/ml urin
1.3 Hasil pengamatan pada media TSIA

Media Ciri- ciri Pertumbuhan Pada Media TSIA/KIA


Slunt Butt Gas H2S
TSIA Hitung Alkali Acid - -
koloni
TSIA MCA Alkali Acid - -
kultur
TSIA BAP Alkali Acid
kultur - -

1.4 Hasil pengamatan pada media uji biokimia

sampel MIO MR VP SCA LIA UREA Keterangan


M I O
TSIA + - + + - + - - Bacillus
hitung subtilis
koloni
TSIA + - - - - - + - Enterobacter
oerogenes
MCA
kultur
TSIA + - - - - + - - Bacilus sp
BAP
kultur

.B. Pembahasan
Pada praktikum isolasi dan identifikasi bakteri pada urine kali ini, sampel yang
digunakan yaitu urine ISK dan urine sehat.Hal yang paling pertama dilakukan pada
identifikasi adalah isolasi sampel ke media BHIB (Brain Heart Infussion Broth), BAP
(Blood Agar Plate) dan MCA (Mac Conkey Agar). Sampel urine ISK diambil
menggunakan kawat ose bulat steril lalu dimasukkan ke masing- masing media (BAP
dan MCA), sampel urine sehat dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan kedalam media
( BHIB ).

Hari kedua pengamatan pada media BHIB, didapatkan hasil berupa warna
menjadi keruh yang menandakan bahwa bakteri dapat tumbuh pada media tersebut
dengan penambahan karbohidrat pada media BHIB memungkinkan bakteri dapat
menggunakan langsung sebagai sumber energy. Sedangkan pada media MCA hitung
koloni tidak terdapat pertumbuhan bakteri, yang menandakan pada sampel tidak
terdapat bakteri gram negatif dan pada media BAP didapatkan hasil bakteri keabuan
yang artinya ɑ-hemolitik. Kemudian dilakukan inokulasi dari media BHIB kemedia
MCA dan BAP, sedangkan bakteri pada media BAP hitung koloni diinokulasikan ke
media TSIA Setelah dilakukan inokulasi disimpan diinkubator selama 1×24 jam
dengan suhu 37ºC.
Hari ketiga pengamatan pada media MCA dan BAP.Media MCA merupakan
media padat dan media selektif karena hanya menumbuhkan satu jenis bakteri yaitu
bakteri gram negatif dan pertumbuhan bakteri lainnya dihambat.Pada media MCA
tidak mengalami pertumbuhan bakteri dikarenakan bakteri yang ada pada sampel
merupakan bakteri gram positif sehingga tidak tumbuh di media selektif yang hanya
menumbuhkan bakteri gram negatif.Komposisi dari media MCA yaitu gelatin
peptone, laktosa, neutral red, polipeptone, bile salts, crystal violet dan aquadest.
Media BAP merupakan media padat,media diperkaya,media selektif dan media
diferensial karena mendukung pertumbuhan berbagai organsime serta dapat memberi
ciri khas untuk bakteri golongan tertentu. Pada media BAP didapatkan hasil berupa
warna koloni berwarna abu kehijauan menandakan α-hemilitik merupakan bakteri
dapat melisiskan sebagian darah. Komposisi dari media BAP yaitu tripton, soy
pepton, sodium chloride, lithium chloride, magnesium sulphate, agar dan aquadest.
Kemudian dilakukan pewarnaan gram dari suspensi bakteri pada media MCA dan
BAP, fungsinya untuk mengetahui bentuk dan sifat dari bakteri yang tumbuh pada
media MCA dan media BAP. Pewarnaan gram merupakan pewarnaan diferensial
karena menggunakan lebih dari satu jenis zat warna yaitu
Setelah dilakukan pengamatan, selanjutnya dilakukan pewarnaan gram dari media
MCA dan media BAP yang bertujuan untuk melihat kelompok jenis bakteri gram
positif dan negatif. namun sebelum melakukan pewarnaan, objek gelas terlebih
dahulu harus dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70%. Alkohol 70%
mengandung mengandung 70% etil alkohol (CH- 3CH2OH) dan 30% air. Etil alkohol
membunuh bakteri melalui 2 cara, yakni denaturasi protein dan pelarutan membran
lemak. Setelah itu diambil biakan bakteri pada cawan petri lalu dibuat suspensi pada
objek gelas kemudian difiksasi diatas nyala api supaya bakteri lebih menempel pada
objek gelas.Tapi sebelum itu, pijarkan kawat ose bulat streil diatas api menyala dari
ujung kawat ose sampai ke pangkalnya, dan setelah dioleskan diobjek gelas kembali
lakukan pemijaran dengan cara dari pangkal kawat ose ke ujungnya. Setelah itu
diteteskan larutan Gentian Violet diatas suspensi bakteri tersebut lalu didiamkan
selama 2 sampai 3 menit kemudian bilas dengan air mengalir. gentian violet
fungsinya, sebagai zat pewarna utama untuk mewarnai bakteri, air fuchsin
fungsinya,berfungsi untuk memberi pembeda (kontras) terhadap zat warna gentian
violet.alkohol 96%melarutkan lipid dan menyebabkan pori-pori dinding sel
membesar sehingga meningkatkan daya larut persenyawaan krystal violet. Setelah
dibuat suspensi bakteri dari media MCA dan media BAP dan diwarnai dengan
metode pewarnaan gram diamati dibawah mikroskop. Pengamatan yang dilakukan
dibawah mikroskop didapatkanlah bentuk bakteri basil dengan sifat bakteri yaitu
gram negatif,dimana gram negatif memiliki dinding sel yang tipis sehingga pada saat
pelunturan menggunakan alkohol 96% bakteri tidak dapat mempertahankan zat warna
utama dan mengambil zat warna terakhir yaitu carbol fuchsin sehingga warna bakteri
berwarna merah.Setelah melakukan pengamatan dilakukan inokulasi dari media BAP
kemedia TSIA menggunakan metode tusuk dan garis pada lereng, kemudian disimpan
diinkubator selama 1×24 jam dengan suhu 37ºC.
pada hari keempat dilakukan pengamatan pada media TSIA BAP urine sehat dan
TSIA MCA urine sehat. Kedua media tersebut menunjukkan bahwa hasil slunt alkali
dan butt acid. Hal itu berarti bakteri yang tumbuh pada kedua media yakni media
TSIA BAP urine sehat dan TSIA MCA urine sehat hanya glukosa yang mampu
difermentasikan yang ditandai dengan warna sluntnya merah dan buttnya berwarna
kuning. Media TSIA BAP urine sehat menunjukkan hasil negatif (-) terbentuknya
H2S artinya pada permukaan media tidak terdapat endapan berwarna hitam akibat
tusukan. TSIA MCA urine sehat menunjukkanhasil positif (+) terbentuknya H 2S
artinya pada permukaan media terdapat endapan berwarna hitam akibat tusukan. Pada
media TSIA BAP urine sehat dan TSIA MCA urine sehat menunjukkan adanya gas
yang ditandai dengan adanya celah di dasar tabung kedua media tersebut atau agar
terangkat sehingga memberikan hasil positif (+) untuk kandungan gas pada media
TSIA BAP urine sehat dan TSIA MCA urine sehat artinya koloni yang tumbuh pada
kedua media tersebut mampu memfermentasikan laktosa menjadi asam dan gas.
Selanjutnya koloni pada media TSIA BAP urine sehat dan TSIA MCA urine sehat
diinokulasi ke media uji biokimia.
Pada hari kelima dilakukan pengamatan hasil uji biokimia koloni pada media
ISK. Hasil uji media MIO ISK menunjukkan hasil motilitinya positif (+) karena
bagian tusukan berwarna keruh dan melebar yang menunjukkan bakteri pada media
tersebut bergerak aktif pada media. Untuk Indolnya menunjukkan hasil negatif (-)
karena tidak ditunjukkan terbentuknya lapisan menyerupai cincin merah muda pada
permukaan media MIO berarti bakteri ini tidak membentuk indol tryptopan sebagai
sumber karbon yang dapat diketahui dengan menambahkan larutan kovasah. Untuk
Ornitinya menunjukkan hasil positif (+) karena terjadi dekarboksilasi ornithin oleh
bakteri yang melepaskan CO2 yang menyebabkan kenaikan pH pada media MIO
sehingga berubah warna dari merah ke kuning.
Hasil uji MR ISK hasilnya positif (+) karena terjadi perubahan warna menjadi
merah setelah ditambahkan larutan MR (methyl red) artinya bakteri ini menghasilkan
asam campuran (metilen glikon) dari proses fermentasi glukosa yang terkandung
dalam medium MR-VP. Terbentuknya asam campuran pada media akan menurunkan
pH sampai 5,0 atau kurang. Oleh karena itu, jika indikator metil ditambahkan pada
biakan tersebut dengan pH itu maka indikator tersebut menjadi merah. Hal ini
menandakan bahwa bakteri pada media MR-VP tersebut adalah peragi asam
campuran.
Hasil uji VP ISK hasilnya negatif (-) karena tidak terbentuk warna merah setelah
ditambahkan larutan α-naphtol dan larutan KOH artinya bakteri pada kedua media
tersebut tidak mampu memfermentasikan 2,3 butanadiol sehingga tidak ada hasil
fermentasi berupa asetil metil karbinol (asetolin) yang menyebabkan perubahan
warna.
Hasil uji media SCA ISK hasilnya positif (+) yang ditandai dengan adanya
perubahan warna pada media SCA yaitu berwarna biru. Artinya bakteri pada media
SCA ISK menggunakan sitrat sebagai energi utama atau sebagai satu-satunya sumber
energi karbon.
Hasil uji LIA ISK adalah negatif (-) karena tidak terjadi perubahan warna dan
media tetap berwarna ungu muda artinya lisin tidak mengalami dekarboksilasi oleh
bakteri dalam media. Bakteri dalam media ini tidak memiliki kemampuan dalam
mendekarboksilase lisin amain kadaverin yang bersifat basa.
Hasil uji UREA ISK menunjukkan hasil negatif (-) karena tidak terjadi perubahan
warna pada media. Hal itu dikarenakan bakteri tidak mempunyai enzim urease yang
dapat menguraikan urea menjadi amoniak dan CO2. Selain itu, UREA berisi indikator
phenol red yang tidak terhidrolisis oleh NH4+ sehingga tidak terakumulasi pada media
biakan yang menyebabkan tidak terjadi perubahan warna.
Dan hari yang sama dilakukan pengamatan pada media uji biokimia untuk koloni
pada media TSIA BAP urine sehat dan TSIA MCA urine sehat. Hasil uji media MIO
(Motility Indole Ornithin) kedua media sama yaitu hasil motilitinya positif (+) karena
bagian tusukan berwarna keruh dan melebar yang menunjukkan bakteri pada media
tersebut bergerak aktif pada kedua media. Untuk Indol menunjukkan hasil negatif (-)
karena tidak ditunjukkan terbentuknya lapisan menyerupai cincin merah muda pada
permukaan kedua media MIO berarti bakteri ini tidak membentuk indol tryptopan
sebagai sumber karbon yang dapat diketahui dengan menambahkan larutan kovacs.
Untuk Ornithinnya menunjukkan hasil negatif (-) karena tidak terjadi dekarboksilasi
ornithin oleh bakteri yang melepaskan CO2 yang menyebabkan penurunan pH pada
kedua media MIO sehingga media tidak berubah warna.
Hasil uji media MR BAP urine sehat dan MCA urine sehat hasilnya sama-sama
negatif (-) karena kedua media tidak terjadi perubahan warna menjadi merah setelah
ditambahkan larutan MR (methyl red) artinya bakteri yang tumbuh tidak
menghasilkan asam campuran (metilen glikon) dari proses fermentasi glukosa yang
terkandung dalam medium MR-VP.
Hasil uji media VP BAP urine sehat dan MCA urine sehat hasilnya sama-sama
negatif (-) karena tidak terjadi peubahan warna pada kedua media VP setelah
ditambahkan larutan Alfa naphtol dan KOH. Artinya bakteri pada kedua media
tersebut tidak mampu memfermentasikan butanadiol sehingga tidak ada hasil
fermentasi berupa asetil metil karbinol (asetolin) yang menyebabkan perubahan
warna.
Hasil uji media SCA BAP urine sehat diperoleh hasil positif (+) yang ditandai
dengan adanya perubahan warna pada media SCA BAP urine sehat yaitu berwarna
biru. Artinya bakteri pada media SCA BAP urine sehat menggunakan sitrat sebagai
energi utama atau sebagai satu-satunya sumber energi karbon. Sedangkan media SCA
MCA urine sehat diperoleh hasil negatif (-) karena media berwarna hijau. Artinya
bakteri pada media SCA MCA urine sehat tidak mempunyai enzim sitrat permease
yaitu enzim spesifik yang membawa sitrat ke dalam sel sehingga bakteri tidak
menggunakan sitrat sebagai salah satu atau satu-satunya sumber karbon.
Hasil uji media LIA BAP urine sehat adalah negatif (-) karena tidak terjadi
perubahan warna dan media tetap berwarna ungu muda. Sedangkan media LIA MCA
urine sehat adalah positif (+) terjadi perubahan warna dari ungu muda ke ungu tua
yang menandakan bahwa lisin mengalami dekarboksilasi oleh bakteri dalam media.
Bakteri dalam media ini memiliki kemampuan dalam mendekarboksilase lisin amain
kadaverin yang bersifat basa.
Hasil uji media UREA BAP urine sehat dan MCA urine sehat menunjukkan hasil
sama-sama negatif (-) karena tidak terjadi perubahan warna pada media. Hal itu
dikarenakan bakteri yang tumbuh pada kedua media tersebut tidak mempunyai enzim
urease yang dapat menguraikan urea menjadi amoniak dan CO 2. Selain itu, UREA
berisi indikator phenol red yang tidak terhidrolisis oleh NH4+ sehingga tidak
terakumulasi pada media biakan yang menyebabkan tidak terjadi perubahan warna.
Uji Urea setelah diinkubasi didapatkan hasil negatif ditandai dengan tidak
terjadinya perubahan warna yang berarti bakteri tidak mempunyai enzim urease yang
dapat menguraikan urea menjadi amoniak dan CO2.Urea berisi indikator phenol red,
bila urea dihidrolisiskan NH4+ terakumulasi pada media biakan dan menyebabkan
pH menjadi basa yang ditandai dengan perubahan warna.

Setelah mendapatkan hasil dari semua uji pada media dan uji
biokimia.Didapatkanlah hasil bahwa bakteri yang terkandung pada sampel urine sehat
adalah Bacillus sp dan Enterobacteri aerogenes sedangkan pada sampel urine ISK
didapatkan bakteri Bacillus subtilis.
Bacillus sp merupakan bakteri gram positif berbentuk batang, dapat tumbuh
pada kondisi aerob dan anaerob, sporanya tahan terhadap panas dan mampu
mendegrasi xylandan karbohidrat. Bakteri Bacillus sp ditemukan pada urine karena
bakteri ini kebanyakan berada pada tanah, air, udara, dan tumbuh-tumbuhan, dan
bakteri ini bisa dikeluarkan bersama dengan feses, dan urine. Misalkan jika seseorang
meminum air yang terkontaminasi oleh Bacillus sp maka pada saat mengeluarkan
urine atau buang air kecil akan ditemukan bakteri Bacillus sp pada urine yang
dikeluarkan.
Enterobacter aerogenes merupakan bakteri gram negative anaerob fakultatif
berbentuk kaliform (kokoid) dan tidak membentuk spora, bakteri ini termasuk family
Enterobacteriaceae. Bakteri ini ditemukan pada urine karena seseorang yang
mengkomsumsi makanan dan air yang terkontaminasi oleh bakteri ini maka pada saat
mengeluarkan urine terdapat bakteri Enterobacteriaceae.
Bacillus subtilis merupakan bakteri gram positif berbentuk batang, dapat
tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob, sporanya tahan terhadap panas dan mampu
mendegrasi xylandan karbohidrat. Bakteri Bacillus subtilis ditemukan pada urine
karena bakteri ini kebanyakan berada pada tanah, air, udara, dan tumbh-tumbuhan,
jika seseorang meminum air yang terkontaminasi oleh Bacillus subtilis maka pada
saat mengeluarkan urine atau buang air kecil akan ditemukan bakteri Bacillus subtilis
pada urine yang dikeluarkan dan bakteri ini sudah termasuk bakteri yang menginfeksi
saluran kemih.

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan
bahwa bakteri bakteri yang terdapat pada sampel Urine sehat adalah Bacillus sp dan
Enterobacter aerogenes sedangkan pada sampel urine ISK didapatkan bakteri
Bacillus subtilis

DAFTAR PUSTAKA
Kuswiyanto. 2014. Bakteriologi 1. Yogyakarta: Buku kedokteran

Berty,dkk. 2015. Pewarnaan sederhana dan cara-cara pewarnaan. Samarinda:


fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam.

Hartati Sri Agnes.Dra. 2012. Dasar- Dasar Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika
Harti Sri Agnes.Dra. 2015. Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset CV

Shirly dkk. 2008. Uji Kepekaan Bakteri Yang Diisolasi Dari Urine Penderita Infeksi
Saluran Kemih. Yogyakarta: Fakultas kedokteran

Agus dkk. 2017. Karakteristik Infeksi Saluran Kemih Pada Anak Usia 0-12 Tahun.
Semarang: Fakultas kedokteran

Anda mungkin juga menyukai