Anda di halaman 1dari 2

Sebagai sebuah bisnis, penyelenggaraan operasional televisi dapat dikatakan

sangat mahal. Industri media televisi merupakan sarana promosi penjualan produk-
produk kepada masyarakat.

Kapitalisme adalah teori yang mengizinkan individu atau korporasi bisnis memiliki dan
mengontrol sumber-sumber kekayaan atau kapital negara. Industri media dimiliki oleh swasta,
industri media bebas berkompetisi untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.

Sebagai institusi ekonomi, media massa hadir menjadi suatu industri yang menjanjikan
keuntungan yang besar bagi setiap pengusaha. Hal itu mengakibatkan pengusaha media kini
tidak lagi hanya sekedar berorientasi pada penenuhan hak masyarakat akan terpenuhinya
informasi tetapi juga berorientasi untuk mengejar keuntungan ekonomi sebesar-besarnya.

Menghadapi persaingan yang sangat ketat dalam bisnis media massa yang memerlukan kekuatan
sosial ekonomi ini, maka terjadi kecenderungan konsolidasi media yang kemudian mengarah
kepada munculnya kelompok pemain raksasa media massa yang kemudian mengakibatkan
terjadinya konsentrasi kepemilikan media massa.

Konsentrasi media yang terjadi dikhawatirkan membawa sejumlah dampak negatif, tidak hanya
pada perkembangan kelangsungan sistem media di Indonesia, melainkan juga dampak pada isi
atau konten yang disampaikan kepada masyarakat. Pemerintah Indonesia yang telah melihat akan
potensi merugikan dari adanya konsentrasi suatu perusahaan mencoba mengintervensi dengan
menghadirkan sejumlah peraturan yang mengatur mengenai kepemilikan perusahaan namun
pengusaha mampu melihat dan memanfaat celah-celah kebolongan dari regulasi yang ada untuk
dapat membuat sejumlah strategi, termasuk strategi konsentrasi media guna memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya.

Media massa kini berusaha untuk mencari pengeluaran minimal demi mendapatkan penghasilan
yang maksimal, hal inilah yang kemudian mendorong terjadinya komersialisasi media massa.
Konsentrasi kepemilikan media massa di Indonesia mengakibatkan struktur pasar media massa
Indonesia memiliki bentuk oligopoli, yaitu kondisi yang hanya terdapat sejumlah pemain besar
dalam industri media massa dengan produk yang terdiferensiasi. Di Indonesia, pemain besar
tersebut antara lain Group Media Nusantara Citra (MNC), Group Media Indonesia, Trans Corp,
Jawa Pos, dan lain sebagainya. Dalam pasar oligopoli, tindakan yang dilakukan oleh salah satu
pemain pasar akan mempengaruhi pemain lainnya, baik dalam kebijakan maupun performa dari
pemain lain.

Kompleksnya industri media massa mengakibatkan adanya konsentrasi kepemilikan media


menjadi suatu proses yang tidak dapat dihindarkan oleh setiap pelaku industri media massa untuk
tetap dapat berproses sebagai sebuah institusi sosial dan ekonomi. Konsentrasi kepemilikan
media tersebut mempengaruhi apa yang terjadi di pasar media massa, misalnya apa yang
dilakukan oleh media tertentu akan menentukan tindakan yang diambil oleh media lain dan juga
berpengaruh terhadap masyarakat itu sendiri. Konsentrasi kepemilikan media ini ini bukanlah
semata-mata fenomena bisnis, melainkan fenomena ekonomi-politik yang melibatkan kekuasaan.

Media massa yang berupaya untuk mengejar tujuan ekonomi mereka akan cenderung berusaha
untuk terus meningkatkan rating mereka dengan menyajikan tayangan yang hanya sebatas
mainstream, bahkan tak sedikit yang menyajikan berita atau tayangan yang tidak sesuai dengan
etika media. Persaingan pasar bebas media dapat berakibat sebagian pemilik dan praktisi media
menjual profesionalitas, kode etik, dan tanggung jawab moral jurnalisme. Semua ini dilakukan
demi meraih keuntungan untuk bertahan terbit di tengah pasar yang amat ketat.

Media (massa) tidak lebih dari satu bagian dalam sistem ekonomi yang juga sangat dekat pada
sistem politik. Teori ini menjelaskan bahwa pasar dan ideologi memiliki pengaruh besar dalam
penentuan isi (content) media.

Anda mungkin juga menyukai