Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL FROM:
http://www.batan.go.id/ptapb/kesehatan.php
Perencanaan SDM merupakan proses analisis dan identifikasi tersedianya kebutuhan akan sumber daya
manusia sehingga organisasi tersebut dapat mencapai tujuannya.
1. Kepentingan Perencanaan SDM
Ada tiga kepentingan dalam perencanaan sumber daya manusia (SDM), yaitu:
Kepentingan Individu.
Kepentingan Organisasi.
Kepentingan Nasional.
2. Komponen-komponen Perencanaan SDM
Terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam perencanaan SDM, yaitu:
Tujuan
Perencanaan SDM harus mempunyai tujuan yang berdasarkan kepentingan individu, organisasi dan
kepentingan nasional. Tujuan perencanaan SDM adalah menghubungkan SDM yang ada untuk
kebutuhan perusahaan pada masa yang akan datang untuk menghindari mismanajemen dan tumpang
tindih dalam pelaksanaan tugas.
Perencanaan Organisasi
Perencanaan Organisasi merupakan aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk mengadakan perubahan
yang positif bagi perkembangan organisasi. Peramalan SDM dipengaruhi secara drastis oleh tingkat
produksi. Tingkat produksi dari perusahaan penyedia (suplier) maupun pesaing dapat juga berpengaruh.
Meramalkan SDM, perlu memperhitungkan perubahan teknologi, kondisi permintaan dan penawaran,
dan perencanaan karir.
Kesimpulannya, PSDM memberikan petunjuk masa depan, menentukan dimana tenaga kerja diperoleh,
kapan tenaga kerja dibutuhkan, dan pelatihan dan pengembangan jenis apa yang harus dimiliki tenaga
kerja. Melalui rencana suksesi, jenjang karier tenaga kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan
perorangan yang konsisten dengan kebutuhan suatu organisasi.
Syarat – syarat perencanaan SDM
Harus mengetahui secara jelas masalah yang akan direncanakannya.
Harus mampu mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang SDM.
Harus mempunyai pengalaman luas tentang job analysis, organisasi dan situasi persediaan SDM.
Harus mampu membaca situasi SDM masa kini dan masa mendatang.
Mampu memperkirakan peningkatan SDM dan teknologi masa depan.
Mengetahui secara luas peraturan dan kebijaksanaan perburuhan pemerintah.
B. PERAMALAN
Peramalan (forecasting) menggunakan informasi masa lalu dan saat ini untuk mengidentifikasi kondisi
masa depan yang diharapkan. Proyeksi untuk masa yang akan datang tentu saja ada unsur
ketidaktepatan. Basanya orang yang berpengalaman mampu meramal cukup akurat terhadap benefit
organisasi dalam rencana jangka panjang.
Pendekatan-pendekatan untuk meramal SDM dapat dimulai dari perkiraan terbaik dari para manajer
sampai pada simulasi komputer yang rumit. Asumsi yang sederhana mungkin cukup untuk jarak
tertentu, tetapi jarak yang rumit akan diperlukan untuk yang lain.
Jangka waktu peramalan
Peramalan SDM harus dilakukan melalui tiga tahap: perencanaan jangka pendek, menengah dan
panjang.
Peramalan terhadap kebutuhan SDM (permintaan)
Penekanan utama dari peramalan SDM saat ini adalah meramalkan kebutuhan SDM organisasi atau
permintaan kebutuhan akan SDM. Ramalan permintaan dapat berupa penilaian subjektif atau
matematis.
Metode meramalkan permintaan, yaitu:
1. Metode penilaian terdiri dari:
a. Estimasi dapat top down atau bottom up, tetapi pada dasarnya yang berkepentingan ditanya “Berapa
orang yang akan anda butuhkan tahun depan?”
b. Rules of thumb mempercayakan pedoman umum diterapkan pada situasi khusus dalam organisasi .
Contoh; pedoman “one operations managers per five reporting supervisors” membantu dan
meramalkan jumlah supervisor yang dibutuhkan dalam suatu divisi. Bagaimanapun, hal ini penting untuk
menyesuaikan pedoman untuk mengetahui kebutuhan departemen yang sangat bervariasi.
Teknik Delphi menggunakan input dari kelompok pakar. Opini pakar dicari dengan menggunakan
kuesioner terpisah dalam situasi diramalkan. Opini pakar kemudian digabungkan dan dikembalikan
kepada para pakar untuk opini tanpa nama yang kedua. Proses ini akana berlangsung beberapa pakar
hingga pakar pada umumnya asetuju pada satu penilaian. Sebagai contoh, pendekatan ini telah
digunakan untuk meramalakan pengaruh teknologi pada Manajemen SDM dan kebutuhan perekrutan
staff.
Teknik kelompok Nominal, tidak seperti Delphi, membutuhkan pakar untuk bertemu secara langsung.
Gagasan mereka biasanya timbul secara bebas pada saat pertama kali, didiskusikan sebagai kelompok
dan kemudian disusun senagai laporan.
2. Metode Matematika, terdiri dari:
a. Analisis Regresi Statistik membuat perbandingan statistik dari hubungan masa lampau diantara
berbagai faktor. Sebagai contoh, hubungan secara statistik antara penjualan kotor dan jumlah karyawan
dalam rantai retail mungkin berguna dalam meramalkan sejumlah karyawan yang akan dibutuhkan jika
penjualan retail meningkat 30 %.
b. Meode Simulasi merupakan gambaran situasi nyata dalam bentuk abstrak sebagai contoh, model
ekonometri meramalkan pertumbuhan dalam pemakaian software akan mengarahkan dalam
meramalkan kebutuhan pengembangan software.
c. Rasio Produktivitas menghitung rata-rata jumlah unit yang diproduksi perkaryawan. Rata-rata ini
diaplikasikan untuk ramalan penjualan untuk menentukan jumlah karyawan yang dibutuhkan, sebagai
contoh, suatu perusahaan dapat meramalkan jumlah penjualan representative menggunakan rasio ini.
d. Rasio jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dapat digunakan untuk meramalkan tenaga kerja tak
langsung. Sebagai contoh, jika perusahaan biasanya menggunakan satu orang klerikal untuk 25 tenaga
kerja produksi, yang rasio dapat digunakan untuk membantu estimasi untuk tenaga klerikal.
Informasi yang telah diperoleh dari hasil Audit SDM dan inventarisasi kemampuan organisasi SDM diatas
lalu dikonversikan ke dalam:
• Sistem Informasi SDM (SISDM)
SISDM adalah sistem integrasi yang dirancang untuk menyediakan informasi yang diperlukan untuk
pengambilan keputusan SDM.
1. Tujuan SISDM
Meningkatkan efisiensi data tenaga kerja dimana SDM dikumpulkan
Lebih Strategis dan berhubungan dengan perencanaan SDM.
2. Kegunaan SISDM
SISDM mempunyai banyak kegunaan dalam suatu organisasi. Yang paling dasar adalah otomatisasi dari
pembayaran upah dan kegaiatan benefit. Dengan SISDM , pencatatan waktu tenaga kerja dimasukan
kedalam system, dan dimodifikasi disesuaikan pada setiap individual. Kegunaan umum yang lain dari
SISDM adalah kesetaraan kesempatan bekerja.
Untuk merancang SISDM yang efektif, para ahli menyarankan untuk menilainya dengan pertanyaan-
pertanyaan mengenai data yang akan diperlukan seperti:
1. Informasi apa yang tersedia, dan informasi apa yang dibutuhkan tentang orang-orang dalam
organisasi?
2. Untuk tujuan apa informasi tersebut akan diberikan?
3. Pada format yang bagaimana seharusnya output untuk penyesuaian dengan data perusahaan lain?
4. Siapa yang membutuhkan informasi
5. Kapan dan seberapa seringnya informasi dibutuhkan?
• Succesion Planning
Merupakan proses HR planner dan operating managers gunakan untuk mengkonversi informasi
mengenai karyawan-karyawan yang ada sekarang kedalam keputusan-keputusan menyangkut “internal
job placements” dimasa yang akan datang.
Pada akhirnya dari seluruh penjelasan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa PSDM sangat penting
untuk dilakukan karena memungkinkan HRD menempatkan Staf yang tepat pada saat yang tepat.
Produktivitas
Tiap perusahaan akan mengukur produktivitas dan mutu berdasarkan keunikan tujuan dan sasarannya.
Sebagai contoh, suatu perusahaan akan lebih fokus pada upaya-upaya pengembangan pangsa pasar
sementara yang lain mungkin fokus pada pengurangan derajad kerusakan produk. Selain itu, mungkin
ada pula yang akan memperbaiki dalam hal cara produksi, sedang yang lain fokus pada mengembangkan
pemasaran hasil. Karena itu diperlukan diagnosis permasalahan.
Untuk merancang suatu program perbaikan efektivitas keorganisasian, perusahaan pertama kali harus
menentukan sesuatu yang terjadi secara faktual apakah dalam hal produktivitas atau mutu produk.
Misalnya mungkin saja perusahaan pertanian sedang mengalami penurunan keuntungan karena sedang
menghadapi resesi ekonomi atau mungkin juga karena perubahan musim. Ukuran dari kriteria kunci
suatu mutu adalah syarat pokok untuk menilai suatu proses perbaikan. Intervensi produktivitas atau
mutu seharusnya tidak diinisiasi tanpa adanya kriteria kunci ukuran yang handal dan absah.
Banyak faktor yang menentukan produktivitas dan mutu produk yang rendah. Faktor-faktor tersebut
antara lain peralatan yang kuno, beban kerja yang tidak dapat diprediksi, arus kerja yang tidak efisien,
rancangan pekerjaan tidak tepat, dan jarangnya kegiatan pelatihan dan pengembangan. Disamping itu
adalah faktor-faktor intrinsik karyawan itu sendiri seperti tingkat pengetahuan, sikap,ketrampilan dan
kemampuan serta motivasi. Semuanya dapat menyebabkan biaya produksi menjadi mahal.
Kebanyakan strategi intervensi program perbaikan mengasumsikan bahwa faktor-faktor penyebab
utama produktivitas dan mutu adalah kemampuan dan motivasi karyawan. Namun dari pengamatan di
berbagai perusahaan besar, sekitar 80-85% dari masalah produktivitas dan mutu dalam perusahaan
adalah lebih karena faktor-faktor sistem daripada faktor manusia. Misalnya, ketidakberhasilan
penerapan gugus kendali manajemen sangat ditentukan oleh bahan baku yang rusak, rancangan
produksi yang salah, kesalahan manajemen, dan pemeliharaan perlatan produksi yang kurang.
Implikasinya adalah perbaikan produktivitas dan mutu lebih banyak didasarkan pada sistemnya itu
sendiri; tidak selalu dari unsur manusianya.
Namun demikian bukan berarti pula bahwa unsur manusia tidak menentukan produktivitas dan mutu
produk. Sebagai pelaku produksi tentunya langsung dan tidak langsung dapat mempengaruhi
produktivitas dan mutu. Perdebatan masih tetap berlangsung tentang faktor mana yang paling dominan,
apakah sistem atau manusia. Karena itu kalau akan melakukan perbaikan produktivitas dan mutu,
manajer harus melakukan analisis dan pendekatan masalah yang spesifik di perusahaan.
Pelatihan Pengembangan
Pelatihan Pengembangan SDM sendiri bertujuan untuk memberikan pelatihan yang sistematis , tepat,
dan memberikan hasil tepat guna. Menyediakan sumber belajar yang dapat di integrasikan ke dalam
kegiatan kerja sesuai standar tempat dimana bekerja
Adalah suatu realita bahwa pendidikan di Indonesia lebih memberikan porsi yang lebih besar untuk
muatan hard skill, bahkan bisa dikatakan lebih berorientasi pada pembelajaran hard skill saja. Lalu
seberapa besar semestinya muatan soft skill dalam kurikulum pendidikan?, kalau mengingat bahwa
sebenarnya penentu kesuksesan seseorang itu lebih disebabkan oleh unsur soft skillnya.
Jika berkaca pada realita di atas, pendidikan soft skill tentu menjadi kebutuhan urgen dalam dunia
pendidikan. Namun untuk mengubah kurikulum juga bukan hal yang mudah. Pendidik seharusnya
memberikan muatan-muatan pendidikan soft skill pada proses pembelajarannya. Sayangnya, tidak
semua pendidik mampu memahami dan menerapkannya. Lalu siapa yang harus melakukannya?
Pentingnya penerapan pendidikan soft skill idealnya bukan saja hanya untuk anak didik saja, tetapi juga
bagi pendidik.
Konsep tentang soft skill sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal
dengan istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence). Soft skill sendiri diartikan sebagai
kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan
interpersonal.
Secara garis besar soft skill bisa digolongkan ke dalam dua kategori : intrapersonal dan interpersonal
skill. Intrapersonal skill mencakup : self awareness (self confident, self assessment, trait & preference,
emotional awareness) dan self skill ( improvement, self control, trust, worthiness, time/source
management, proactivity, conscience). Sedangkan interpersonal skill mencakup social awareness
(political awareness, developing others, leveraging diversity, service orientation, empathy dan social skill
(leadership,influence, communication, conflict management, cooperation, team work, synergy)
Pada proses rekrutasi karyawan, kompetensi teknis dan akademis (hard skill) lebih mudah diseleksi.
Kompetensi ini dapat langsung dilihat pada daftar riwayat hidup, pengalaman kerja, indeks prestasi dan
ketrampilan yang dikuasai. Sedangkan untuk soft skill biasanya dievaluasi oleh psikolog melalui psikotes
dan wawancara mendalam. Interpretasi hasil psikotes, meskipun tidak dijamin 100% benar namun
sangat membantu perusahaan dalam menempatkan ‘the right person in the right place’.
Hampir semua perusahaan dewasa ini mensyaratkan adanya kombinasi yang sesuai antara hard skill dan
soft skill, apapun posisi karyawannya. Di kalangan para praktisi SDM, pendekatan ala hard skill saja kini
sudah ditinggalkan. Percuma jika hard skill oke, tetapi soft skillnya buruk. Hal ini bisa dilihat pada iklan-
iklan lowongan kerja berbagai perusahaan yang juga mensyaratkan kemampuan soft skill, seperi team
work, kemampuan komunikasi, dan interpersonal relationship, dalam job requirementnya. Saat
rekrutasi karyawan, perusahaan cenderung memilih calon yang memiliki kepribadian lebih baik
meskipun hard skillnya lebih rendah. Alasannya sederhana : memberikan pelatihan ketrampilan jauh
lebih mudah daripada pembentukan karakter. Bahkan kemudian muncul tren dalam strategi rekrutasi
„ Recruit for Attitude, Train for Skill“.
Hal tersebut menunjukkan bahwa : hard skill merupakan faktor penting dalam bekerja, namun
keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya lebih ditentukan oleh soft skillnya yang baik.
Psikolog kawakan, David McClelland bahkan berani berkata bahwa faktor utama keberhasilan para
eksekutif muda dunia adalah kepercayaan diri, daya adaptasi, kepemimpinan dan kemampuan
mempengaruhi orang lain. Yang tak lain dan tak bukan merupakan soft skill.
Para ahli manajemen percaya bahwa bila ada dua orang dengan bekal hard skill yang sama, maka yang
akan menang dan sukses di masa depan adalah dia yang memiliki soft skill lebih baik. Mereka adalah
benar-benar sumber daya manusia unggul, yang tidak hanya semata memiliki hard skill baik tetapi juga
didukung oleh soft skill yang tangguh.
Pada posisi bawah, seorang karyawan tidak banyak menghadapai masalah yang berkaitan dengan soft
skill. Masalah soft skill biasanya menjadi lebih kompleks ketika seseorang berada di posisi manajerial
atau ketika dia harus berinteraksi dengan banyak orang. Semakin tinggi posisi manajerial seseorang di
dalam piramida organisasi, maka soft skill menjadi semakin penting baginya. Pada posisi ini dia akan
dituntut untuk berinteraksi dan mengelola berbagai orang dengan berbagai karakter kepribadian. Saat
itulah kecerdasan emosionalnya diuji.
Umumnya kelemahan dibidang soft skill berupa karakter yang melekat pada diri seseorang. Butuh usaha
keras untuk mengubahnya. Namun demikian soft skill bukan sesuatu yang stagnan. Kemampuan ini bisa
diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman kerja. Ada banyak cara meningkatkan soft skill.
Salah satunya melalui learning by doing. Selain itu soft skill juga bisa diasah dan ditingkatkan dengan
cara mengikuti pelatihan-pelatihan maupun seminar-seminar manajemen. Meskipun, satu cara ampuh
untuk meningkatkan soft skill adalah dengan berinteraksi dan melakukan aktivitas dengan orang lain.
Diposkan oleh marlina STMT TRISAKTI di 07:15 0 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM potensi yang terkandung dalam diri
manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk social yang adaptif dan transformatif yang
mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya
kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis
sehari-hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi.
Oleh karena itu, dalam bidang kajian psikologi, para praktisi SDM harus mengambil penjurusan industri
dan organisasi.
Sebagai ilmu, SDM dipelajari dalam manajemen sumber daya manusia atau (MSDM). Dalam
bidang ilmu ini, terjadi sintesa antara ilmu manajemen dan psikologi. Mengingat struktur SDM dalam
industri-organisasi dipelajari oleh ilmu manajemen, sementara manusia-nya sebagai subyek pelaku
adalah bidang kajian ilmu psikologi.
Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang SDM bukan sebagai sumber daya belaka,
melainkan lebih berupa modal atau aset bagi institusi atau organisasi. Karena itu kemudian muncullah
istilah baru di luar H.R. (Human Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Di sini SDM dilihat bukan
sekedar sebagai aset utama, tetapi aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan, dikembangkan
(bandingkan dengan portfolio investasi) dan juga bukan sebaliknya sebagai liability (beban,cost). Di sini
perspektif SDM sebagai investasi bagi institusi atau organisasi lebih mengemuka. (1)