Anda di halaman 1dari 1

Salah satu kasus pelanggaran hukum pidana yang rasanya tidak ada habisnya di Indonesia adalah

kasus korupsi. Salah satu kasusnya adalah kasus korupsi yang dilakukan oleh gubernur Banten
Ratu Atut Chosiyah awal tahun 2014 lalu. Gubernur Banten itu dituntut atas 3 kasus korupsi
yaitu korupsi pemilihan kepala daerah Lebak, Banten, pengadaan alat kesehatan di Banten dan
gratifikasi. Ratu Atut bersama adiknya diduga memberikan suap sebesar Rp. 1 miliar kepada
Akil Mochtar yang saat itu menjadi ketua MK yang merupakan pelanggaran terhadap UU No 20
tahun 2001. Hal ini sama kasusnya dengan korupsi pengadaan sarana alat kesehatan Banten
2011-2013 yang diduga bertanggung jawab atas penggunaan dana anggaran. Dan kasus
grativikasi atau pemerasan dikenai pasal 12 huruf a atau pasal 12 huruf b.

Emerson menilai,  setidaknya ada 5 (lima) alasan pemberatan sehingga Ratu Atut layak dituntut
hukuman super maksimal, yaitu : pertama, Ratu Atut saat itu sebagai Gubernur Banten
seharusnya dapat menjadi contoh yang baik bagi warga Banten. Namun yang terjadi sebaliknya
menjadi contoh yang buruk bagi warga banten dan mencoreng nama baik Pemerintah Provinsi
Banten.

Kedua, tindakan Ratu Atut tidak sejalan dengan program pemerintah khususnya program
pemberantasan korupsi. Alih-alih ikut terlibat dalam memberantas korupsi yang dilakukan oleh
Ratu Atut justru terlibat dalam perkara korupsi. Ketiga, melanggar komitmen antikorupsi yang
pernah ditandatangan dan didorongnya sendiri.

1. Kasus sengketa Pemilukada Lebak, Banten, yang ditangani Mahkamah Konstitusi


Peran: Atut bersama adiknya, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, diduga memberikan
suap sebesar Rp 1 miliar kepada Akil Mochtar (kala itu Ketua MK) melalui seorang advokat
Susi Tur Andayani, yang juga telah menjadi tersangka kasus yang sama.
Pasal yang menjerat: Pasal 6 ayat 1 huruf a Undang-undang No 31 tahun 1999
sebagaimana diubah dalam UU No 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHPidan. Dengan ancaman hukuman pidana penjara 3-15
tahun, denda Rp 150-Rp 750 juta.

Anda mungkin juga menyukai