Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun untuk memenuhi tugas laporan individu praktek profesi ners departemen
keperawatan dasar
Di susun Oleh
MIRIAM BAERSADY
2007.14901.309
B. Faktor Resiko
1. Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki - laki)
2. Usia lebih dari 40 tahun
3. Kegemukan (obesitas)
4. Faktor keturunan
5. Aktifitas fisik
6. Diet tinggi lemak dan rendah serat
7. Penyakit lain (fibrosis sistik, DM, sirosis hati dan lain-lain)
C. Etiologi
Batu-batu (kalkuli) dibuat oleh kolesterol, kalsium bilirubinat, atau
campuran, disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu. Batu
empedu dapat terjdi pada duktus koledukus, duktus hepatika, dan duktus
pankreas. Kristal dapat juga terbentuk pada submukosa kandung empedu
menyebabkan penyebaran inflamasi. Sering diderita pada usia di atas 40
tahun, banyak terjadi pada wanita.
D. Manifestasi Klinis
1. Rasa nyeri dan kolik bilier
Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu
akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan menderita
panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien
dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen
kuadaran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan;
rasa nyeri ini biasanya disertai mual dan muntah dan bertambah
hebat dalam makan makanan dalam porsi besar. Pada sebagian
pasien rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan persisten. Serangan
kolik bilier semacam ini disebabkan kontraksi kandung empedu yang
tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran
oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus kandung empedu
akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta 9 dan
10 kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok
pada kuadran kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam
dan menghambat pengembangan rongga dada.
2. Ikterus
Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam dudodenum akan
menimbulkan gejala yang khas, yaitu : gatah empedu yang tidak lagi
dibawa kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan
empedu ini membuat kulit dan menbran mukosa berwarna kuning.
Keadaan ini sering disertai dengan gejal gatal-gatal pada kulit.
3. Perubahan warna urine dan feses
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna
sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu
aka tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut “Clay-colored ”.
4. Defisinensi vitamin
Obstruksi aliran empedu juga akan mengganggu absorbsi vitamin
A,D,E,K yang larut lemak. Karena itu pasien dapat memperlihatkan
gejala defisiensi vitamin-vitamin ini jika obstruksi bilier berlangsung
lama. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah
yang normal.
5. Regurgitasi gas : flatus dan sendawa
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
a) Radiologi
Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral
sebagai prosedur diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini
dapat dilakukan dengan cepat dan akurat, dan dapat
digunakan pada penderita disfungsi hati dan ikterus.
Disamping itu, pemeriksaan USG tidak membuat pasien
terpajan radiasi inisasi. Prosedur ini akan membrikan hasil
yang paling akurat jika pasien sudah berpuasa pada malam
harinya sehingga kandung empedunya berada dalam
keadan distensi. Penggunaan ultra sound berdasarkan
pada gelombang suara yang dipantulkan kembali.
Pemeriksan USG dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung
empedu atau duktus koleduktus yang mengalami dilatasi.
b) Radiografi : Kolesistografi
Kolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia atau bila hasil
USG meragukan. Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk
mendeteksi batu empedu dan mengkaji kemampuan kandung
empedu untuk melakukan pengisian, memekatkan isinya,
berkontraksi serta mengosongkan isinya. Oral kolesistografi
tidak digunakan bila pasien jaundice karena liver tidak dapat
menghantarkan media kontras ke kandung empedu yang
mengalami obstruksi.
c) Sonogram
Sonogram dapat mendeteksi batu dan menentukan apakah
dinding kandung empedu telah menebal.
d) ERCP (Endoscopic Retrograde Colangiopancreatografi)
Pemeriksaan ini memungkinkan visualisasi struktur secara
langsung yang hanya dapat dilihat pada sat laparatomi.
Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat optik yang
fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars
desendens. Sebuah kanula dimasukan ke dalam duktus
koleduktus serta duktus pankreatikus, kemudian bahan kontras
disuntikan ke dalam duktus tersebut untuk menentukan
keberadaan batu di duktus dan memungkinkan visualisassi serta
evaluasi percabangan bilier.
e) Pemeriksaan darah
➢ Kenaikan serum kolesterol
➢ Kenaikan fosfolipid
➢ Penurunan ester kolesterol
➢ Kenaikan protombin serum time
➢ Kenaikan bilirubin total, transaminase
➢ Penurunan urobilirubin
➢ Peningkatan sel darah putih
➢ Peningkatan serum amylase, bila pankreas terlibat atau
bila ada batu di duktus utama
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan non bedah
a) Penatalaksanaan pendukung dan diet
80% dari pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan
istirahat, cairan infus, pengisapan nasogastrik, analgesik dan
antibiotik. Diit yang dianjurkan adalah tinggi protein dan
karbohidrat.
b) Farmakoterapi
Asam ursodeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksikolat (chenodial,
chenofalk). Fungsinya untuk menghambat sintesis kolesterol
dalam hati dan sekresinya dan tidak desaturasi getah empedu.
c) Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan
Pengangkatan batu empedu : menginfuskan bahan pelarut
(monooktanoin atau metil tertier butil eter (MTBE) ke dalam
kandung empedu.
Pengangkatan non bedah : dengan lewat saluran T-tube dan
dengan alat jaring untuk memegang dan menarik keluar batuyang
terjepit dalam duktus koleduktus.
d) Extracorporal shock-wave lithotripsy (ESWL) yaitu gelombang
kejut berulang yang diarahkan kepada batu empedu yang
gelombangnya dihasilkan dalam media cairan oleh percikan listrik.
2. Penatalaksanaan bedah
a) Kolesistektomi yaitu kandung kemih di angkat setelah arteri dan
duktus sistikus diiligasi
b) Minikolesistektomi yaitu mengeluarkan kandung empedu lewat
luka insisi selebar 4 cm.
c) Kolesistektomi laparoskopik (endoskopik) adalah lewat luka insisi
kecil melalui dinding abdomen pada umbilikus
d) Koledokostomi adalah insisi lewat duktus koledokus untuk
mengeluarkan batu empedu.
G. Patofisiologi
Cholelithiasis atau batu empedu hampir selalu dibuat dalam kandung
empedu dan jarang pada susukan empedu lainnya.
Faktor redisposisi yang penting yaitu :
➢ Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan
susunan empedu
➢ Statis empedu
➢ Infeksi kandung empedu
Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang paling
penting pada pembentukan waktu empedu, kolesterol yang berlebihan
akan mengendap dalam kandung empedu. Statis empedu dalam kandung
empedu sanggup menjadikan supersaturasi progresif, perubahan
susunan kimia dan pengendapan unsure tersebut. Gangguan kontraksi
kandung empedu menimbulkan stasis, faktor hormonal khususnya
selama kehamilan dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung
empedu dan merupakan kejadian yang tinggi pada kelompok ini.
Infeksi basil dalam susukan empedu memegang peranan sebagian
pada pembentukan waktu dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan
pembentukan mucus, mucus meningkatkan viskositas dan unsure seluler
sebagai sentra presipitasi. Infeksi lebih sering sebagai akhir pembentukan
watu empedu disbanding jerawat yang menimbulkan pembentukan batu.
Batu empedu asimtomatik ditemukan secara kebetulan pada
pembentukan foto polos abdomen, batu gres akan memperlihatkan
keluhan bila bermigrasi ke leher kandung empedu (duktus sistikus) atau
ke duktus koledokus, migrasi ke duktus sistikus akan menimbulkan iritasi
zat kimia dan infeksi, tergantug beratnya imbas yang timbul, akan
memperlihatkan citra klinis cholelithiasis akut atau kronik.
H. Pathway
Inflamasi kandung
empedu Pemecahan kolesterol
Pengendapan Perubahan sususanan
v menurun
kimia
Absorsi empedu
terganggu
Endapan Perlambatan
Stagnasi cairan empedu pengosongan kandung
empedu
Perubahan susunan
kimia dan
pengendapannya
Penyumbatan duktus Penyumbatan duktus Perlu dilakukan tindakan Absorbsi vit A,D,E,K
sisticus koleduktus pembedahan terganggu
Distensi kandung Obstruksi saluran Ansietas Devisiensi vit A,D,E,K
empedu empedu menuju
duodenum
Fundus empedu
Aliran balik bilirubin ke Deviaiensi vit K
menyentuh dinding
abdomen pembuluh darah
Gangguan pembekuan
Filtrasi pigmen empedu
Gangguan rasa nyaman Akumulasi bilirubin darah
di ginjal
: nyeri dalam darah
Resiko tinggi
Peningkatan HCL Urine berwarna gelap
Bilirubin meningkat perdarahan
Merangsang saraf
parasimpatis Kulit dan membrane
Pigmen empedu ke
mukosa menjadi kuning
saluran pencernaan
Pengosongan lambung berkurang
cepat Manifestasi : gatal
Pewarnaan feses
Mual dan muntah berkurang
Gangguan integritas kulit